• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP di Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20142015 T2 BAB IV"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Profil SMP kota Salatiga

Kota Salatiga memiliki 22 Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yang terdiri dari 10 SMP Negeri dan 12

SMP swasta yang telah meluluskan siswanya.

Masing-masing SMP memiliki profil yang berbeda-beda, baik itu

lokasi sekolahnya, kemampuan atau prestasi peserta

didiknya, masa jabatan Kepala Sekolahnya, jumlah

guru dan tenaga kependidikannya , dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, diambil enam SMP di kota

Salatiga yang terdiri dari tiga SMP Negeri dan tiga SMP

swasta sebagai nara sumber penelitian. Adapun profil

singkat dari masing-masing sekolah sebagai berikut :

SMP Negeri 1 Salatiga, merupakan SMP Negeri

pertama di kota Salatiga yang telah berdiri sejak jaman

penjajahan Belanda yang pada zaman dulu disebut

MULO ( Meer Uitgebreit Lager Onderwijs) atau

Pendidikan Rendah yang diperluas, berlokasi di jalan

Kartini nomor 24 Salatiga. Satu-satunya SMP di kota

Salatiga yang sejak tahun pelajaran 2013/2014

membuka layanan Akselerasi dan eks SMP RSBI ini

memiliki visi “ Mewujudkan Pelayanan Terbaik dalam

(2)

Imtaq dan IPTEK” dan slogan GRISSA ( Giat, rajin,

Iman dan Intelek, Siap, Sigap, Aktif) sebagai arah dan

orientasi setiap gerak langkah di SMP Negeri 1 Salatiga.

Pada Tahun Pelajaran 2014/2015, SMP Negeri 1

Salatiga memiliki 702 peserta didik yang tersebar di 27

rombongan belajar, diasuh oleh 55 guru dan dipimpin

oleh seorang Kepala Sekolah senior.

SMP Kristen 2 Salatiga, berlokasi di jalan Jendral

Sudirman nomor 111B Salatiga. Berdasarkan peringkat

rata-rata nilai Ujian Nasional SMP tahun 2013/2014,

SMP ini menduduki peringkat tertinggi dari 12 SMP

swasta di kota Salatiga. SMP yang bernaungan dibawah

Yayasan Ebben Heizer Salatiga ini pada tahun

pelajaran 2014/2015, memiliki 225 peserta didik yang

tersebar didalam 12 rombongan belajar, diasuh oleh 20

guru dan dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang

masih relatif muda .

SMP Negeri 5 Salatiga, merupakan salah satu

SMP yang terletak di kelurahan Dukuh Salatiga,

tepatnya di jalan Bima nomor 10 Salatiga. Pada tahun

pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat ke-10

rata-rata nilai UN SMP di kota Salatiga atau ke-enam

khusus SMP Negeri di kota Salatiga. SMP yang

berstatus SSN ( Sekolah Standar Nasional ) ini

mempunyai visi “Membentuk generasi muda yang

PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia, Santun,

(3)

Bersih, Indah, Sehat dan Aman“ . Pada tahun pelajaran

2014/2015,memiliki 460 peserta didik yang tersebar

dalam 24 rombongan belajar, diasuh oleh 44 guru dan

dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang masih

relatif baru ( sekitar tiga tahun ).

SMP Pangudi Luhur Salatiga, merupakan salah

satu SMP swasta di kota Salatiga yang berlokasi di

jalan Diponegoro nomor 90 Salatiga. Pada tahun

pelajaran 2013/2014 menduduki peringkat ke-lima

rata-rata nilai UN SMP dari 12 SMP swasta di kota

Salatiga. SMP Pangudi Luhur Salatiga yang memiliki

nama lengkap SMP Pangudi Luhur St. Mikael Salatiga

ini, memiliki Visi “ Pendampingan kaum muda yang

berorientasi pada budi pekerti luhur, keterampilan,

prestasi, berwawasan lingkungan yang berdasarkan

cinta kasih “. Pada tahun pelajaran 2014/2015,

memiliki 215 peserta didik yang tersebar dalam 12

rombongan belajar , diasuh oleh13 guru dan seorang

Kepala Sekolah.

SMP Negeri 7 Salatiga, berlokasi di jalan Setiaki

nomor 15 Salatiga. SMP yang sedang mempersiapkan

diri untuk mengikuti penilaian sekolah “Adi Wiyata”

tingkat provinsi ini memiliki visi “ Siap Berprestasi “

(Santun, Iman, Asri, percaya diri dan berprestasi) serta

misi “ Mewujudkan kualitas dan kuantitas prestasi

belajar siswa, sarana prasarana, dan pelayanan

(4)

pelajaran 2013/2014, menduduki peringkat 15 dari 22

SMP di kota Salatiga. SMP yang terus berbenah ini

pada tahun pelajaran 2014/2015, memiliki 455

peserta didik yang tersebar dalam 24 rombongan

belajar, diasuh oleh 44 guru serta dipimpin oleh

seorang Kepala Sekolah yang relatif baru ( dilantik

pertengahan tahun 2013).

SMP Kristen 4 Salatiga berlokasi di jalan Tentara

Pelajar nomor 4 Salatiga. SMP yang menjadi satu lokasi

dengan SMK Kristen Salatiga yang dikenal dengan

SMEA Kristen Salatiga ini merupakan salah satu

sekolah swasta yang masih bertahan sampai sekarang

walau peserta didiknya relatif sedikit. Pada tahun

pelajaran 2014/2015 , jumlah peserta didik 56,

tersebar di tiga rombongan belajar, dan diasuh oleh

sembilan guru.

4.1.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Perencanaan Supervisi Akademik

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

enam Kepala Sekolah SMP diperoleh informasi bahwa

83 % Kepala Sekolah melaksanakan tahapan

perencanaan supervisi akademik dengan melakukan

(5)

guru, menyusun jadwal supervisi akademik serta

menyiapkan instrumen supervisi akademik. Seperti

yang disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 5

Salatiga :

“ ...tahap merencanakan program supervisi akademik saya lakukan dengan melakukan sosialisasi kepada para guru dan menetapkan jadwal kunjungan kelas...”

( wawancara, 29 Januari 2015 ).

Demikian juga yang disampaikan oleh Kepala Sekolah

SMP Negeri 1 Salatiga bahwa :

“ ... tahap merencanakan program supervisi akademik saya lakukan dengan : membuat program supervisi, berupa jadwal supervisi, kemudian diinformasikan kepada para guru , dan menyiapkan instrumen supervisi akademik bagi para guru...” ( wawancara, 3 Februari 2015 ).

Hasil wawancara ini dikuatkan dengan adanya

dokumen Jadwal Supervisi Akademik tahun pelajaran

2014/2015 sebagai program supervisi akademik yang

dimiliki oleh para Kepala Sekolah maupun instrumen

supervisi akademik walaupun belum lengkap (sebagian

besar instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran

atau supervisi kunjungan kelas) . Para guru dari

masing-masing sekolah baik melalui wawancara

maupun kuesioner juga menyatakan bahwa jadwal

supervisi disampaikan pada awal tahun pelajaran atau

awal semester , dan Kepala Sekolah menyiapkan

instrumen supervisi setiap mengadakan kunjungan

(6)

Berdasarkan bukti otentik yang peneliti dapatkan

dari hasil wawancara , studi dokumen yang dimiliki

Kepala Sekolah, maupun rekap hasil kuesioner

diperoleh hasil penilaian kinerja supervisi akademik

Kepala Sekolah SMP Tahapan Perencanaan Supervisi

Akademik seperti tabel berikut :

Tabel.4. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP

Tahapan Perencanaan Supervisi Akademik

No. Nama Sekolah

Skor indikator

kinerja

Kategori Nilai Kinerja Kepala Sekolah 1. SMP Negeri 1 Salatiga 50 % kurang 2. SMP Negeri 5 Salatiga 50 % kurang 3. SMP Negeri 7 Salatiga 50 % kurang 4. SMP Kristen 2 Salatiga 50 % kurang

5. SMP PL Salatiga 50 % kurang

6. SMP Kristen 4 Salatiga 25 % kurang

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Rekapitulasi Hasil penilaian kinerja supervisi akademik

Kepala Sekolah tahapan Perencanaan Supervisi

Akademik secara lengkap dari masing-masing sekolah

terlampir.

4.1.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Pelaksanaan Supervisi Akademik

Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner yang

diisi oleh 124 guru dari enam SMP sebagai nara

(7)

Tabel 5. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang pelaksanaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah

Sumber: Rekapitulasi hasil kuesioner guru terhadap Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan tabel 4. diatas, 89,52 % guru menyatakan

pernah disupervisi oleh Kepala Sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa Kepala Sekolah telah

melaksanakan supervisi akademik disekolahnya.

Sisanya (10,48 % guru) menyatakan belum pernah

disupervisi dengan alasan belum ada jadwal, guru

baru, masih honorer, Kepala Sekolahnya masih baru,

mungkin kesibukan Kepala Sekolah, dan tidak tahu

alasannya. Bahkan ada satu SMP yang seluruh

gurunya menyatakan belum pernah disupervisi oleh

Kepala Sekolah. Data ini diperkuat dengan pernyataan

Kepala Sekolah dari SMP tersebut yang dengan jujur

mengatakan bahwa :

(8)

memahami, tetapi pelaksanaannya belum begitu paham... “ (wawancara, 22 januari 2015).

Berdasarkan dokumen yang ada, Kepala Sekolah yang

bersangkutan hanya menggunakan teknik supervisi

individual dengan guru menilai diri sendiri melalui

instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang sudah

disediakan oleh pemerintah.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan Kepala

Sekolah, baru dua Kepala Sekolah atau 33,33 % yang

melaksanakan supervisi akademik perencanaan

pembelajaran melalui pemantauan perangkat

pembelajaran para guru. Hasil wawancara dengan

Kepala Sekolah ini sejalan dengan informasi yang

diberikan oleh salah satu guru disekolah tersebut, yang

menyatakan bahwa :

“ diawal semester, selain Kepala Sekolah menginformasikan jadwal supervisi, juga meminta para guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran ...“

(wawancara, 5 Februari 2015).

Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil studi

dokumen yang dimiliki Kepala Sekolah. Dari hasil studi

dokumen supervisi akademik yang dimiliki oleh Kepala

Sekolah, selain instrumen supervisi kunjungan kelas

atau lembar pengamatan proses pembelajaran, kepala

sekolah memiliki dokumen instrumen pemantauan

administrasi pembelajaran atau matrik supervisi

(9)

Selain supervisi perencanaan pembelajaran,

tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang kedua

adalah supervisi pelaksanaan pembelajaran. Hasil

wawancara dengan Kepala Sekolah, ada lima Kepala

Sekolah atau ada 83,33 % Kepala Sekolah telah

melaksanakan supervisi pelaksanaan pembelajaran

sesuai tahapan-tahapan yang ada.

Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil

observasi pelaksanaan supervisi kunjungan kelas dan

tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh

peneliti ketika Kepala Sekolah melakukan kunjungan

kelas. Setiap Kepala Sekolah sebelum melakukan

observasi pembelajaran, melakukan temu awal dengan

guru yang akan disupervisi untuk memberitahu guru

yang akan disupervisi, kemudian Kepala Sekolah

masuk kelas dengan membawa RPP yang akan

digunakan guru untuk mengajar serta instrumen

supervisi yang telah dipersiapkan. Kepala sekolah

duduk dibelakang untuk melakukan observasi Kegiatan

Belajar Mengajar sambil mencatat hal-hal yang terjadi

dikela dan hal-hal yang dilakukan oleh guru selama

mengajar. Setelah pembelajaran selesai, guru yang

bersangkutan dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk

menerima informasi hasil supervisi.

Hasil observasi ini memperkuat apa yang

disampaikan oleh para guru dalam kuesioner, dimana

(10)

sumber menyatakan sebelum melakukan supervisi

akademik Kepala Sekolah melakukan pertemuan awal

dengan para guru yang akan disupervisi. Sedangkan

informasi yang diberikan oleh Kepala Sekolah berfariasi

antara guru yang satu dengan guru yang lain. 87,10 %

menyatakan Kepala Sekolah dalam melakukan

supervisi menggunakan instrumen supervisi, 76,61%

guru menyatakan pada waktu melakukan supervisi

akademik Kepala Sekolah berada dalam kelas secara

penuh, serta 82,26 % guru menyatakan setelah

melakukan supervisi, Kepala sekolah melakukan

pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi untuk

menyampaikan antara lain catatan kelebihan dan

kekurangan dalam KBM serta memberikan saran –

saran perbaikan, yang kemudian ditindak lanjuti

dengan menyusun/ memberikan rekomendasi. Hasil

kuesioner ini sejalan dengan yang disampaikan salah

satu guru bahwa :

” setelah Kepala Sekolah melakukan supervisi pelaksanaan pembelajaran dengan masuk kelas, guru dipanggil ke ruang Kepala Sekolah untuk menyampaikan hasil supervisi, kemudian guru tanda tangan didalam instrumen supervisi. Setelah semua selesai, hasil supervisi dibahaw dalam rapat guru...”(wawancara, 27 Januari 2015).

Tahapan pelaksanaan supervisi akademik yang

ketiga adalah supervisi penilaian pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah,

(11)

supervisi penilaian pembelajaran walaupun belum

sesuai harapan. Mereka baru sebatas membubuhkan

tanda tangan dalam daftar nilai para guru sebagai

bentuk pengesahan dokumen hasil penilaian yang

dilakukan oleh para guru, serta memiliki catatan

seperlunya. Seperti yang disampaikan oleh salah satu

Kepala Sekolah sebagai berikut :

“ untuk supervisi pelaksanaan penilaian pembelajaran, terus terang saya belum melakukan secara khusus. Paling hanya tanda tangan di daftar nilai... “ (wawancara, 3 Februari 2015).

Pernyataan ini diperkuat dengan hasil studi dokumen

supervisi akademik Kepala Sekolah, dimana Kepala

Sekolah membubuhkan tanda tangan dalam daftar

nilai yang dimiliki para guru, dan belum semua Kepala

Sekolah memiliki data guru yang telah disupervisi

dalam pelaksanaan penilaian ( baru tiga Kepala

Sekolah).

Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa

hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil

observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala

Sekolah khususnya tahapan Pelaksanaan Supervisi

Akademik, diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut :

Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP

Tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik

No. Nama Sekolah Skor

indikator

(12)

kinerja Kepala Sekolah

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala

Sekolah tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik

secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.

4.1.4. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik

Dari 124 guru yang mengisi kuesioner , berkaitan

dengan tindak lanjut hasil Supervisi Akademik

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 7. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang tindak lanjut hasil supervisi akademik oleh Kepala Sekolah

No. Nama Sekolah Jumlah responden

Jawaban Melakukan

pembinaan tidak

1 SMP N.1 Salatiga 24 guru 21 3

(13)

Dari tabel diatas, 75% guru menyatakan bahwa Kepala

Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi akademik

dengan melakukan pembinaan dan pengembangan

kepada para guru. Bentuk pembinaan dan

pengembangan yang dilakukan Kepala sekolah

berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,

bimbingan, mengadakan IHT, workshop,

pelatihan-pelatihan, pembinaan secara umum, memberikan

saran dan perbaikan, dan lain-lain. Bahkan 89,52 %

guru menyatakan bahwa Kepala Sekolah pernah

mengadakan pelatihan atau IHT bagi para guru untuk

meningkatkan profesionalismenya.

Hasil kuesioner ini sejalan dengan pernyataan

Kepala Sekolah yang disampaikan dalam wawancara

peneliti dengan Kepala Sekolah khususnya berkaitan

dengan tindak lanjut hasil supervisi akademik yang

telah dilakukan oleh Kepala Sekolah. Lima dari enam

Kepala Sekolah sebagai nara sumber menyatakan

bahwa mereka menindak lanjuti hasil supervisi

akademik khususnya berkaitan dengan supervisi

pelaksanaan pembelajaran dengan diskusi,

mengadakan IHT pada tiap tahun, memberikan saran

perbaikan, mengadakan workshop.

Pernyataan Kepala Sekolah seperti tersebut diatas,

dikuatkan dengan hasil studi dokumen yang

menemukan adanya dokumen laporan atau kegiatan

(14)

Berdasarkan bukti otentik penelitian yang berupa

hasil wawancara, rekapitulasi hasil kuesioner, hasil

observasi maupun studi dokumen yang dimiliki Kepala

Sekolah maupun dimiliki sekolah dalam tahapan

tindak lanjut Supervisi akademik, diperoleh hasil

seperti dalam tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP

Tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik

No. Nama Sekolah

Skor indikator

kinerja

Kategori Nilai Kinerja Kepala

Sekolah

1. SMP Negeri 1 69 % Cukup

2. SMP Negeri 5 46 % Kurang

3. SMP Negeri 7 38 % Kurang

4. SMP Kristen 2 54 % Sedang

5. SMP PL 46 % Kurang

6. SMP Kristen 4 0 % Kurang

Sumber: Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Hasil penilaian kinerja supervisi akademik Kepala

Sekolah tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik

secara lengkap dari masing-masing sekolah terlampir.

4.1.5. Kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan Supervisi Akademik

Informasi kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan Supervisi Akademik diperoleh melalui

wawancara dengan Kepala Sekolah dan salah satu guru

(15)

sumber penelitian. Adapun kendala yang dihadapi

dalam melaksanakan supervisi akademik dari

masing-masing sekolah antara lain :

Tabel 9. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP

di kota Salatiga

No. Nama Sekolah Kendala

1. SMP Negeri 1 Kepala Sekolah :

terutama kendala waktu. • Sudah direncanakan tetapi

“mleset” karena ada kegiatan yang mendadak sehingga supervisi tidak dapat dilaksanakan

• Pada saat akan disupervisi guru tidak masuk sehingga supervisi diundur

Dan banyaknya tugas- tugas Kepala Sekolah

Guru :

• Lebih grogi dari biasanya • Jadwal sering “tubrukkan”, • Meski alatnya sama, karena

penilainya berbeda (4 orang) kadang ada perbedaan dalam melakukan penilaian.

2. SMP Negeri 5 Kepala Sekolah :

Karena ditunggui, guru dalam mengajar tidak “enjoy” , serta banyaknya tugas – tugas Kepala Sekolah

Guru :

Paling hanya teknis. Misalnya LCD di kelas tidak bisa digunakan.

3. SMP Negeri 7 Kepala Sekolah :

• Guru kadang belum siap dengan RPP sehingga supervisi “mundur” atau tidak sesuai dengan jadwal

(16)

kadang ada tugas mendadak yang tidak bisa ditinggalkan • Para guru belum membuat

kisi-kisi untuk ulangan harian • Banyaknya tugas-tugas Kepala

Sekolah

Guru :

Agak “kemrungsung” karena berusaha tampil yang baik. 4. SMP Kristen 2 Kepala Sekolah :

• keterbatasan waktu. Misalnya pada waktu jadwal supervisi, mendadak ada tugas lain yang mendesak, lalu diganti teman yang lebih senior.

• Guru agak grogi bila ditunggui. • Seperti terlalu terkondisi

ketika disupervisi, • Belum begitu intensif

Guru :

dalam persiapan, harus

menyiapkan administrasi ( RPP maupun alat peraga) .

5. SMP PL Kepala Sekolah :

• Pembagian waktu, karena KS mengajar 30 jam pelajaran/ minggu

• Format supervisi yang ditentukan yayasan, skor dibatasi 0/1/2 serta tidak ada kolom catatan KS

Guru :

dalam mencocokkan jadwal antara guru dengan KS( karena KS jumlah jam mengajarnya banyak).

6. SMP Kristen 4 Kepala Sekolah :

• belum benar-benar memahami bagaimana melaksanakan supervisi

• Kondisi lapangan, • Pada saat mengajar tidak

(17)

seluruh anak-anak adalah anak-anak yang bermasalah dalam keluarganya

Guru :

KS belum pernah melaksanakan supervisi secara khusus, hanya syering secara umum dalam Pembinaan. Kendala yang dihadapi sekolah :

• Berkaitan dengan penanganan siswa

• Pembinaan karakter siswa. Guru bukan capek transver ilmu tetapi capek membentuk karakter siswa

• Kepedulian orang tua masih kurang

Sumber: Rekapitulasi Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Guru

4.1.6. Solusi atau upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan

Supervisi Akademik

Adanya kendala selama pelaksanaan supervisi

akademik seperti tersebut diatas, telah dicoba mencari

solusi atau upaya – upaya untuk mengatasi kendala

yang terjadi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Sekolah

maupun salah seorang guru disetiap sekolah yang

dijadikan nara sumber dalam penelitian ini diperoleh

hasil sebagai berikut :

a. SMP Negeri 1 Salatiga

Untuk mengatasi kendala waktu ( karena ada

(18)

waktu disupervisi tidak hadir ), upaya yang

dilakukan adalah dengan tukar waktu.

Sedangkan untuk kendala banyaknya

tugas-tugas Kepala Sekolah, diatasi dengan dibentuk

tim supervisi akademik yang diambil dari guru

senior. Jadwal yang sering “tubrukan” diatasi

dengan tukar dengan yang lain.

b. SMP Negeri 5 Salatiga

Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah untuk

mengatasi guru tidak “enjoy” dalam mengajar

karena ditunggui adalah supervisi tidak

dilakukan secara mendadak, dibuat terjadwal

dengan harapan guru supaya siap. Sedangkan

kendala banyaknya tugas-tugas Kepala Sekolah

diatasi dengan dibentuk tim supervisi akademik

atau tim PKG dari guru senior. Kendala masalah

teknis diatasi dengan guru menggunakan teknik

yang lain.

c. SMP Negeri 7 Salatiga

Upaya yang sudah dilakukan antara lain : guru

diberi batas waktu pengumpulan RPP, selalu

diingatkan dalam pembinaan, saling membantu

dalam MGMP sekolah, mengadakan workshop

dan dibentuk tim supervisi akademik.

d. SMP Kristen 2 Salatiga

Untuk mengatasi kendala waktu, ketika Kepala

(19)

berjalan diganti oleh guru senior yang ditunjuk

Kepala Sekolah. Sedangkan untuk mengatasi

atau mengurangi grogi bagi para guru yang

disupervisi atau ditunggui, Kepala Sekolah

menegaskan bahwa supervisi tidak melakukan

penilaian.

e. SMP Pangudi Luhur Salatiga

Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi

kendala waktu dengan cara jadwal supervisi

disesuaikan dengan jam kosong Kepala Sekolah,

sedangkan kendala format supervisi dari yayasan

yang kurang lengkap diatasi dengan Kepala

Sekolah menambah lembar sendiri untuk catatan

Kepala Sekolah.

f. SMP Kristen 4 Salatiga

Belum mendapatkan solusi untuk mengatasi

kendala yang ada.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Perencanaan Supervisi Akademik

Tahapan perencanaan supervisi akademik

(20)

Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas utama

supervisi akademik. Berdasarkan Pedoman

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru

(Kem.dik.Nas.Dir.Jen.PMP dan TK,2011) serta Pedoman

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/ Madrasah

(Kemendikbud.BPSDMP dan K dan PMPPPTK, 2012),

pada tahapan ini ada empat indikator kinerja yang

seharusnya dipenuhi Kepala Sekolah, yaitu (1)

mengidentifikasi masalah pengelolaan dalam rangka

merencanakan program supervisi akademik; (2)

merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target

pencapaian yang terukur dalam rangka merencanakan

program supervisi akademik; (3) menyusun program

supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru, yang antara lain berisi Rencana

Program Supervisi dan Jadwal kegiatan Supervisi

Akademik tahun tersebut; serta (4) mengembangkan

instrumen supervisi yang berhubungan dengan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

dan penilaian pembelajaran.

Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik

Kepala Sekolah SMP tahapan Perencanaan Supervisi

Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam

sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian

antara 25 % - 50 %, dengan kategori nilai kinerja

(21)

Dari empat indikator kinerja yang ditetapkan

peneliti sesuai dengan acuan kedua pedoman seperti

tersebut diatas menunjukkan lima sekolah memenuhi

50% dan satu sekolah memenuhi 25%. Indikator

kinerja yang belum dapat dilaksanakan oleh enam

Kepala Sekolah sebagai nara sumber adalah indikator

kinerja nomor (1) Kepala Sekolah mengidentifikasi

masalah pengelolaan dalam rangka merencanakan

program supervisi akademik yang ditunjukkan dengan

belum adanya rumusan masalah dalam program

supervisi akademik yang diperoleh Kepala Sekolah dari

pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pengelolaan; serta indikator kinerja nomor (2) Kepala

Sekolah merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan

target pencapaian yang terukur dalam rangka

merencanakan program supervisi akademik, yang

ditunjukkan dengan belum adanya rumusan tujuan

supervisi akademik yang dilengkapi dengan target

pencapaian yang terukur dalam perencanaan program

supervisi akademik.

Tahapan perencanaan supervisi akademik Kepala

Sekolah yang telah dilakukan oleh Kepala Sekolah yaitu

menyusun Jadwal Supervisi Akademik bagi para guru

disekolahnya maupun menyiapkan instrumen supervisi

akademik khususnya supervisi kunjungan kelas untuk

(22)

Hasil penelitian terkait dengan tahapan

perencanaan supervisi akademik Kepala Sekolah yang

telah dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan

hasil penelitian dari Kiong Mui Lie, Usman Radiana,H.

Tomo Djudin tentang “Pelaksanaan Supervisi Akademik

oleh Kepala Sekolah dalam Upaya Pembinaan

Profesionalisme guru di SMA” (2013) yang antara lain

menjelaskan bahwa tahapan perencanaan , dalam

melakukan supervisi akademik Kepala Sekolah selalu

menggunakan instrumen pengamatan ... “.

Karena ada beberapa indikator yang belum

dilaksanakan, maka dapat dikatakan bahwa Kepala

Sekolah dalam hal melaksanakan tahapan perencanaan

supervisi akademik Kepala Sekolah masih belum

memenuhi harapan.

4.2.2. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Pelaksanaan Supervisi Akademik

Menurut Permen.No.41 tahun 2007 tentang

Standar Proses, ada tiga kegiatan supervisi proses

pembelajaran yang dilakukan Kepala Sekolah dalam

supervisi akademik kepada para guru yaitu (1)

Supervisi Perencanaan pembelajaran; (2) Supervisi

Pelaksanaan Pembelajaran dan (3) Supervisi Penilaian

(23)

Indikator Kinerja supervisi akademik Kepala

Sekolah pada tahapan Pelaksanaan Supervisi Akademik

yang digunakan untuk mengetahui kinerja Kepala

Sekolah pada tahapan ini dikelompokkan kedalam tiga

komponen supervisi tersebut diatas.

Adapun indikator kinerja masing-masing komponen

supervisi sebagai berikut :

a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran

• melakukan supervisi perencanaan

pembelajaran pada awal tahun pelajaran atau

semester dibuktikan dengan adanya data atau

catatan supervisi perencanaan pembelajaran.

b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran

• Mengadakan pertemuan awal untuk

menjaring data rencara pembelajaran dan

menentukan fokus kegiatan supervisi

• Melaksanakan kegiatan pemantauan/

observasi pembelajaran dan membuat catatan

yang objektif dan selektif sebagai bahan

pemecahan masalah supervisi c. Supervisi Penilaian pembelajaran

• Melaksanakan supervisi penilaian

pembelajaran dibuktikan adanya data atau

catatan melaksanakan supervisi penilaian

(24)

Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik

Kepala Sekolah SMP tahapan Pelaksanaan Supervisi

Akademik menunjukkan bahwa skor indikator ke-enam

sekolah yang dipilih menjadi nara sumber penelitian

berfariasi. Lima sekolah dengan skor antara 68% - 79%

sedangkan satu sekolah enam persen dengan kategori

nilai kinerja Kepala Sekolah antara cukup – baik dan

satu sekolah masih kurang.

Indikator kinerja tahapan pelaksanaan Supervisi

Akademik yang sudah dilaksanakan oleh ke-lima

Kepala Sekolah (walaupun belum sempurna) adalah

supervisi pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari :

(1) Kepala Sekolah mengadakan pertemuan awal untuk

menjaring data rencana pembelajaran dan menetukan

fokus kegiatan supervisi ; (2) Kepala Sekolah

melaksanakan kegiatan pemantauan / observasi

pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan

selektif sebagai bahan pemecahan masalah supervisi .

Dalam melaksanakan pertemuan awal, ke-lima

Kepala Sekolah yang dijadikan nara sumber dalam

penelitian ini belum memiliki data hasil pertemuan awal

berupa : rumusan masalah yang guru hadapi dalam

melaksanakan pembelajaran, serta data atau catatan

fokus dan tujuan pelaksanaan supervisi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekapitulasi hasil

kuesioner, informasi yang disampaikan Kepala Sekolah

(25)

mempersiapkan perangkat mengajar ( RPP, Promes),

konfirmasi jadwal, rencana akan disupervisi, kesiapan

untuk disupervisi, hal-hal yang akan disupervisi serta

pentingnya PKG.

Indikator kinerja Kegiatan Pemantauan atau

observasi pembelajaran dan membuat catatan yang

objektif dan selektif sebagai bahan pemecahan masalah

supervisi yang dirinci menjadi 12 data kinerja yang

diharapkan, ada satu yang belum dilaksanakan oleh

ke-lima nara sumber yaitu Kepala Sekolah belum

menyusun data guru yang telah disupervisi pada tahun

tersebut. Bukti otentik yang ada hanya berupa

bendelan instrumen hasil supervisi .

Belum semua Kepala Sekolah melaksanakan

Supervisi penilaian pembelajaran . Dari enam sekolah

sebagai nara sumber penelitian, baru tiga Kepala

Sekolah yang melaksanakan supervisi penilaian

pembelajaran, sedangkan empat Kepala Sekolah yang

lain belum melakukan supervisi penilaian pembelajaran

secara khusus. Mereka baru sebatas membubuhkan

tanda tangan dalam daftar nilai dari para guru.

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian

tentang “ Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh Kepala

Sekolah di SMP Negeri 269 Jakarta (2013) ” yang

dilakukan oleh Larasati A.M (2014), ada persamaan tapi

ada juga perberdaan. Persamaannya dalam hal

(26)

melakukannya dengan kunjungan kelas, selanjutnya

menilai guru dengan memberikan bebara penilaian

kinerja guru .

Sedangkan perbedaannya, dalam hasil penelitian ini

Kepala Sekolah belum melakukan analisis kekurangan

pengajaran yang dilakukan guru dan sistem

pembelajaran yang dilakukan guru. Serta Kepala

Sekolah belum memberikan penghargaan bagi guru

yang memiliki nilai supervisi terbaik.

4.2.3. Kinerja Supervisi Akademik Kepala

Sekolah SMP dikota Salatiga dalam

Menindaklanjuti hasil Supervisi Akademik

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

RI nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/ Madrasah (2007), salah satu kompetensi

Kepala Sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi

adalah menindak lanjuti hasil supervisi akademik

terhadap guru dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru.

Indikator kinerja tahapan tindak lanjut supervisi

akademik adalah sebagai berikut :

a. Supervisi Perencanaan Pembelajaran

1) Melakukan analisis hasil supervisi

perencanaan pembelajaran dibuktikan

(27)

tentang analisis hasil supervisi

perencanaan pembelajaran

2) Mengadakan tindak lanjut terhadap hasil

analisis supervisi perencanaan

pembelajaran dibuktikan dengan adanya

dokumen tindak lanjut hasil analisis

supervisi perencanaan pembelajaran.

b. Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran

1) Setelah selesai melakukan observasi,

Kepala Sekolah segera melakukan

pertemuan balikan sebagai bentuk tindak

lanjut supervisi akademik, dibuktikan

dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.

2) Pertemuan balikan sebagai pelaksanaan

tindak lanjut diawali dengan melakukan

analisis kelemahan dan kekuatan guru

atau menganalisis instrumen yang

digunakan, dibuktikan dengan adanya

catatan analisis kelemahan dan kekuatan

guru yang disampaikan dalam pertemuan

balikan maupun catatan analisis

instrumen yang digunakan guru dalam

KBM ( RPP )

c. Supervisi Penilaian Pembelajaran

1) melakukan analisis terhadap hasil

(28)

dibuktikan adanya data atau catatan hasil

analisis.

2) melakukan tindak lanjut terhadap analisis

hasil supervisi penilaian pembelajaran,

dibuktikan dengan adanya catatan atau

data tindak lanjut hasil supervisi penilaian

pembelajaran

d. tindak lanjut supervisi akademik ( Perencanaan

Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, dan

Penilaian Pembelajaran )

1) memberikan penguatan dan penghargaan

kepada guru yang menunjukkan kinerja

yang memenuhi atau melampaui standar,

maupun teguran bagi yang kurang/ belum

memenuhi standar, dibuktikan dengan

adanya dokumen atau catatan .

2) memberikan kesempatan kepada guru

untuk mengikuti program pengembangan

keprofesional an berkelanjutan, dibuktikan

dengan adanya dokumen kegiatan tersebut.

3) melaksanakan pembinaan dan

pengembangan guru sebagai tindaklanjut

kegiatan supervisi, dibuktikan dengan

adanya tindakan Kepala Sekolah.

4) memberikan hasil pelaksanaan supervisi

akademik kepada guru yang bersangkutan,

(29)

5) menggunakan data hasil supervisi untuk

pemetaan ketercapaian program sebagai

dasar perbaikan siklus berikutnya.

Mengacu pada indikator diatas, ternyata hasil

penilaian kinerja supervisi akademik Kepala Sekolah

tahapan Tindak Lanjut Supervisi Akademik belum

memenuhi harapan. Skor indikator kinerja maksimal

69% dengan kategori Nilai Kinerja Kepala Sekolah

cukup. Bahkan ada satu sekolah yang belum

melaksanakan tahapan tindak lanjut hasil supervisi

akademik, karena Kepala Sekolah ini dengan jujur

menyatakan memang belum pernah melakukan

supervisi akademik kepada para guru.

Tahapan tindak lanjut hasil supervisi akademik

khususnya supervisi perencanaan pembelajaran belum

dapat dilaksanakan oleh ke-enam nara sumber, hal ini

dibuktikan dengan tidak adanya dokumen atau catatan

mengenai analisis hasil supervisi perencanaan

pembelajaran serta dokumen atau catatan mengadakan

tindak lanjut terhadap hasil analisis supervisi

perencanaan pembelajaran. Demikian juga tindak

lanjut hasil supervisi penilaian pembelajaran. Terbukti

ke-enam Kepala Sekolah sebagai nara sumber belum

melakukan analisis terhadap hasil supervisi penilaian

pembelajaran maupun melakukan tindak lanjut

(30)

pembelajaran, dibuktikan dengan tidak adanya

catatan/ data tentang hal tersebut.

Tahapan tindak lanjut supervisi akademik Kepala

Sekolah khususnya tindak lanjut supervisi

pelaksanaan pembelajaran belum semua indikator

kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan oleh ke-enam

nara sumber. Indikator kinerja Kepala Sekolah yang

belum dilaksanakan yaitu Kepala Sekolah dalam

pertemuan balikan belum mengawali dengan

melakukan analisis kelemahan atau analisis instrumen

yang digunakan guru dalam KBM (RPP), terbukti belum

adanya catatan analisis kelemahan dan kekuatan guru

yang disampaikan dalam pertemuan balikan Kepala

Sekolah dengan guru maupun catatan analisis

instrumen yang digunakan guru dalam KBM (RPP).

Kepala Sekolah menindak lanjuti hasil supervisi

akademik dengan melakukan pembinaan dan

pengembangan kepada para guru. Bentuk pembinaan

dan pengembangan yang dilakukan Kepala sekolah

berfariasi, antara lain dengan memberikan arahan,

bimbingan, mengadakan IHT, workshop,

pelatihan-pelatihan, pembinaan secara umum, memberikan

saran dan perbaikan, dan lain-lain.

Tindak lanjut hasil supervisi akademik yang

dilakukan oleh Kepala Sekolah ini sejalan dengan hasil

penelitian Larasati A.M. (2014), yaitu dengan mengajak

(31)

serta mengikutsertakan guru-guru yang kurang

kompeten dalam kegiatan seminar dan pelatihan.

4.2.4. Kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan Supervisi Akademik

Banyaknya tugas Kepala Sekolah serta

terbatasnya waktu menjadi kendala yang banyak

dihadapi oleh Kepala Sekolah di enam sekolah sebagai

nara sumber, selain kesiapan guru yang akan

disupervisi, keterbatasan pemahaman tentang

pelaksanaan supervisi akademik maupun keterbatasan

instrumen supervisi akademik yang tersedia.

Permendiknas. nomor 28 tahun 2010, tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/ Madrasah,

menyatakan bahwa Kepala Sekolah/ madrasah adalah

guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan

mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan . Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa

waktu yang tersedia atau beban kerja Kepala Sekolah

bukan hanya untuk melaksanakan tugas utama

mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas memimpin

dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan.

(32)

berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor (Permendiknas.no.35/2010).

Berdasarkan ketentuan dalam Permendiknas no.28

tahun 2010 dan no. 35 tahun 2010 diatas, Kepala

Sekolah dituntut untuk pandai-pandai mengatur

waktu, sehingga berbagai tugas dan tanggung jawab

yang menjadi kewajibannya dapat dilaksanakan dengan

baik. Padahal tidak bisa dipungkiri selain tugas utama

sebagai guru maupun tugas tambahan memimpin dan

mengelola sekolah, tidak jarang Kepala Sekolah juga

memiliki tugas – tugas sampiran yang lain seperti

menjadi Pengurus atau anggota organisasi profesi

(PGRI), Pengurus atau anggota Musyawarah Kerja

Kepala Sekolah (MKKS) maupun organisasi

kemasyarakatan yang lain serta tugas – tugas

kedinasan yang diberikan kepadanya.

Kendala lain yang dihadapi dalam pelaksanaan

Supervisi Akademik adalah kesiapan guru yang akan

disupervisi. Baik kesiapan mental maupun kesiapan

fisik serta kesiapan perangkat mengajar. Kekurang

siapan guru berdampak guru “grogi”, guru kurang

“enjoy” atau supervisi mengalami hambatan.

Selain kendala secara langsung yang

diungkapkan oleh para nara sumber seperti tersebut

diatas, adanya “gap” atau kesenjangan antara indikator

kinerja supervisi akademik Kepala sekolah yang

(33)

yang peneliti dapatkan, bila tidak diatasi juga akan

menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan

supervisi akademik Kepala Sekolah sebagai salah satu

kompetensi yang harus dimiliki Kepala Sekolah.

“Gap” atau kesenjangan yang peneliti peroleh dari

hasil penelitian ini dapat dipaparkan dalam tabel

berikut :

Tabel 10. “Gap” atau Kesenjangan antara indikator kinerja supervisi akademik Kepala sekolah yang ditentukan dengan realita

sebagai kendala supervisi akademik Kepala Sekolah

Indikator Kinerja Supervisi

Akademik Kepala Sekolah Realita

Tahapan Perencanaan :

(1) Kepala Sekolah

mengidentifikasi masalah pengelolaan dalam rangka merencanakan program supervisi akademik .

belum ada rumusan masalah dalam program supek. yang diperoleh Kepala Sekolah dari pemantauan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengelolaan

(2) Kepala Sekolah

merumuskan tujuan yang dilengkapi dengan target

pencapaian yang terukur dalam rangka merencanakan program supervisi akademik,

belum ada rumusan tujuan supervisi akademik yang dilengkapi dengan target

pencapaian yang terukur dalam perencanaan program supervisi akademik.

Tahapan Pelaksanaan :

Supervisi perencanaan pembelajaran

Kepala Sekolah melakukan Supervisi Perencanaan

Pembelajar-an pada awal tahun Pelajaran atau semester

Belum semua KS melakukan supervisi perencanaan

pembelajaran pada awal tahun pelajaran atau semester

Supervisi pelaksanaan pembelajaran

(1) Kepala Sekolah mengadakan pertemuan awal untuk

menjaring data rencana pembelajaran dan menetukan fokus kegiatan supervisi

(34)

(2) Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan pemantauan / observasi pembelajaran dan membuat catatan yang objektif dan selektif sebagai bahan

pemecahan masalah supervisi

KS melakukan kegiatan

pemantauan / observasi, tetapi belum menyusun data guru yang telah disupervisi pada tahun tersebut

Supervisi penilaian pembelajaran

Kepala Sekolah melaksanakan supervisi penilaian

pembelajaran

Belum semua KS melakukan supervisi penilaian pembelajaran

Tahapan Tindak lanjut Supervisi akademik :

Tindak lanjut terhadap perencanaan pembelajaran

(1) Kepala Sekolah melakukan analisis hasil supervisi

perencanaan pembelajaran

KS belum melakukan analisis hasil supervisi perencanaan pembelajaran

(2) Kepala Sekolah mengadakan tindak lanjut terhadap hasil analisis supervisi perencanaan pembelajaran

KS belum melakukan tindak lanjut terhadap hasil analisis

Tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran

(2) Pertemuan balikan sebagai pelaksanaan tindak lanjut diawali dengan melakukan analisis kelemahan dan kekuatan guru atau

menganalisis instrumen yang digunakan.

Belum semua KS melakukan analisis kelemahan dan kekuatan guru atau

menganalisis instrumen yang digunakan

Tindak lanjut terhadap penilaian pembelajaran

(1) Kepala Sekolah melakukan analisis terhadap hasil

supervisi penilaian pembelajaran

KS belum melakukan analisis terhadap hasil supervisi penilaian pembelajaran

(2) Kepala Sekolah melakukan tindak lanjut terhadap analisis hasil supervisi penilaian pembelajaran

KS belum melakukan tindak lanjut terhadap analisis hasil supervisi penilaian pembelajaran

Tindak lanjut supervisi akademik

(Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran)

(1) Kepala Sekolah memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru yang

menunjukkan kinerja yang

(35)

memenuhi atau melampaui standar, maupun teguran bagi yang kurang/ belum memenuhi standar

para guru.

(4) KS memberikan hasil pelaksanaan supervisi akademik kepada guru yang bersangkutan, maupun

pemangku kepentingan lainnya

Tidak ada dokumen bukti KS memberikan hasil pelaksanaan supervisi akademik kepada guru yang bersangkutan maupun pemangku kepentingan lainnya.

Sumber : Rekapitulasi Penilaian Kinerja Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015

Berdasarkan tabel diatas, ada 13 indikator

kinerja supervisi akademik yang belum dapat

terlaksana atau terlaksana dengan maksimal. Kendala

utama adalah keterbatasan waktu atau Kepala Sekolah

belum mampu menata dengan baik waktu yang

tersedia. Selain itu pengetahuan Kepala Sekolah

berkaitan dengan supervisi akademik yang bervariasi

dengan sumber yang bervariasi juga menjadi salah satu

kendala dalam pelaksanakan supervisi akademik

sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.

Kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalam

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian

Adeolu Joshua Ayeni (2012) tentang Assessment of

Principals’Supervisory Roles for Quality Assurance In

Secondary Schools in Ondo State, Nigeria ( Penilaian

Peran pengawasan Kepala Sekolah untuk penjaminan

mutu di Sekolah menengah di Ondo, Nigeria). Penelitian

ini menyimpulkan tantangan atau kendala yang

dihadapi Kepala Sekolah dalam tugas-tugas

(36)

4.2.5. Solusi atau upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan

Supervisi Akademik

Sebagian besar kendala yang dihadapi Kepala

Sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik telah

ditemukan solusi atau upaya untuk mengatasi kendala

yang muncul. Misalnya : kendala keterbatasan waktu

diatasi dengan pembentukan Tim supervisi akademik

atau Tim PKG yang terdiri dari para guru senior yang

dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah.

Kebijakan yang diambil Kepala Sekolah untuk

mengatasi keterbatasan waktu ini sejalan dengan

penjelasan dalam buku Pedoman Penilaian Kinerja

Kepala Sekolah/Madrasah (2011) maupun Mulyasa

(2005) yang menyatakan bahwa Kepala Sekolah dapat

melakukan pendelegasian dan pembagian tugas

supervisor kepada guru senior.

Pembinaan Kepala Sekolah secara umum kepada

dewan guru disekolahnya dapat dijadikan sarana

sosialisasi dan penjelasan bagi para guru bahwa

supervisi akademik yang dilakukan Kepala Sekolah

adalah dalam rangka peningkatan profesionalisme para

guru. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan

Kepala Sekolah atau Tim Supervisi akademik yang

(37)

membantu guru agar mampu melakukan proses

pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri oleh para

guru. Selain itu, supervisi akademik juga dapat

digunakan sebagai evaluasi kinerja yang antara lain

bertujuan untuk menstimulasi perbaikan kinerja

maupun mengembangkan cara untuk mengatasi

hambatan dan penghambat kinerja para guru dalam

mengajar. Ini sejalan dengan teori Ivancevich JM,

Konopaske R dan Matteson MT (2005) tentang evaluasi

kinerja. Dengan demikian supervisi akademik bukan

lagi menjadi suatu kegiatan yang membebani para guru

sehingga menimbukkan “grogy” atau tidak “enjoy”

dalam mengajar, tetapi menjadi suatu kegiatan yang

diharapkan oleh para guru. Kepala Sekolah tidak hanya

melaksanakan supervisi akademik sebagai salah satu

kewajibannya tetapi Kepala Sekolah melaksanakan

supervisi akademik karena diminta oleh guru

(mengarah ke supervisi klinis ).

Pengetahuan Kepala Sekolah tentang supervisi

akademik yang bervarasi, dapat diatasi dengan

mengadakan pelatihan Kepala Sekolah berkaitan

dengan implementasi kompetensi supervisi akademik

Kepala Sekolah, yang kemudian dilanjutkan dengan

pendampingan disekolah oleh pengawas sekolah.

(38)

Kepala Sekolah yang sudah ditetapkan dapat

dilaksanakan dengan baik oleh Kepala Sekolah.

Selain solusi yang telah dipaparkan diatas, sesuai

dengan Permendiknas. nomor 13 tahun 2007 serta

uraian dalam Buku Kerja Kepala Sekolah yang

diterbitkan oleh PPTK,BPSDM dan PMP

Kemendiknas.(2011), khususnya bagi Kepala Sekolah

yang belum melaksanakan Supervisi Akademik kepada

para guru disekolahnya dengan alasan belum

memahami betul tentang pelaksanaan supervisi

akademik, dapat diatasi dengan adanya pendampingan

yang dilakukan oleh pengawas sekolah berkaitan

dengan pelaksanaan supervisi akademik sebagai salah

Gambar

Tabel 5. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang pelaksanaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Tabel 6. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik  Kepala Sekolah SMP
Tabel 7. Data rekapitulasi hasil kuesioner tentang tindak lanjut hasil supervisi akademik oleh Kepala Sekolah
Tabel 8. Hasil Penilaian Kinerja Supervisi Akademik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beradaptasi dengan lingkungan, berkomunikasi secara efektif, dan empatik, santun berkomunikasi beliau cukup baik hal ini terbukti ketika peneliti meminta izin untuk

Maka untuk kemudahan download dan pencarian nama Ilmubeton.com telah membagi-bagi file tersebut.. Tanpa mengubah, menambahi, mengurangi Isi dari

Praktik Pengalaman lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Maka untuk kemudahan download dan pencarian nama Ilmubeton.com telah membagi-bagi file tersebut.. Tanpa mengubah, menambahi, mengurangi Isi dari

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan. © Asaretkha

[r]

- Mengajukan pertanyaan tentang bentuk- bentuk perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan bekerja keras dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model BBL berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu baik pada ranah