• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

650

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode

Naive

Bayes

Certainty Factor

Berbasis Android

Achmad Affan Suprayogi Nugraha1, Nurul Hidayat2, Lutfi Fanani3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1affansupra@gmail.com, 2ntayadih@ub.ac.id, 3lutfifanani@ub.ac.id

Abstrak

Pada saat ini masyarakat banyak sekali yang memelihara hewan kucing. Kondisi ini disebabkan karena banyak sekali manfaat yang dirasakan setelah memelihara kucing, anatar lain yaitu menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap makluk hidup dan juga dapat membantu memulihkan kondisi psikologis seseorang sehingga dapat mengurangi stres. Selain pemeliharaannya yang relatif mudah, kucing adalah hewan yang lucu dan menggemaskan. Akan tetapi apabila kondisi kesehatan kucing terganggu akan berdampak negatif bagi pemelihara karena resiko dapat tertular penyakit dari kucing. Kesehatan kucing dirasa penting tetapi jumlah tenaga medis hewan kucing yang ada sangat terbatas. Pembuatan sistem ini dapat membantu pekerjaan pakar dalam mendiagnosis penyakit kucing. Metode yang digunakan adalah Naive Bayes dan Certainty Factor. Metode Naive Bayes bekerja dengan cara mencari nilai peluang kemunculan penyakit kucing, sedangkan metode Certainty Factor bekerja dengan cara mencari nilai kepercayaan. Aplikasi ini dikembangkan berbasis android dengan menggunakan bahasa pemrograman JAVA dan XML pada Android Studio. Pengujian yang dilakukan dengan membandingkan kesesuaian hasil diagnosis sistem dengan hasil diagnosis pakar. Dari pengujian 25 data kasus didapatkan tingkat akurasi sistem pakar diagnosis penyakit kucing menggunakan metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android sebesar 80%.

Kata Kunci: penyakit kucing, diagnosis, sistem pakar, naive bayes, certainty factor

Abstract

At this time a lot of people who nourish cats. This is because a lot of the perceived benefits after nourish cats, such as foster a sense of compassion for sentient beings and also can help restore a person's psychological condition so as to reduce stress. In addition to maintenance a relatively easy, the cat is a cute animal. However, if the health condition of cats is disrupted will have a negative impact for the keeper because of the risk can be infected. Healthy cats deemed important but the number of medical personnel cat animals is very limited. Making this system can help the work of experts in the diagnosis of diseases of cats. The method used is Naive Bayes and Certainty Factor. Naive Bayes method works by looking for the emerging value opportunities cat disease, whereas the Certainty Factor method works by looking for the value of the trust. The application is built using the android-based programming language JAVA and XML in Android Studio. The test is performed by comparing the conformity result of the system diagnosis with the expert diagnosis. And from 25 test case data obtained accuracy rate cat disease diagnosis expert system using Naive Bayes method - Certainty Factor-Based Android by 80%.

Keywords: cat diseases, diagnosis, expert systems, naive Bayes, certainty factor

1. PENDAHULUAN

Banyak sekali masyarakat yang memilih kucing sebagai hewan peliharaan. Kucing dapat menjadi bermanfaat bagi manusia, namun apabila kucing sakit justru menjadi dampak buruk seperti tertularnya penyakit kucing ke

manusia. Jadi kesehatan kucing sangatlah penting, peran klinik rumah sakit hewan sangat dibutuhkan untuk melakukan tindakan medis pada hewan peliharaan. Akan tetapi keterbatasan seorang dokter hewan dalam melakukan diagnosis penyakit kucing.

Oleh sebab itu diperlukan sistem yang

(2)

menangani kasus penyakit kucing, dimana sistem tersebut dapat melakukan diagnosis penyakit kucing secara cepat dan tepat berdasarkan gelala penyakit kucing pada pasien berdasarkan rekap medis sebelumnya, Dengan adanya riwayat pelatihan (data latih) proses klasifikasi akan memperkuat hasil diagnosis penyakit kucing seperti menangani penyakit dengan kemiripan pola gejala. Dan dengan adanya hasil wawancara dengan pemilik kucing akan membantu dalam perhitungan nilai derajat ketidakpastian sehingga akan memperkuat faktor kepercayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Naive Bayes dan metode Certainty Factor. Metode Naive Bayes Classifier untuk proses kalsifikasi, dalam proses sistemnya membutuhkan data latih dan data uji. Sedangkan metode Certainty Factor digunakan untuk menghadapi masalah yang jawabannya tidak pasti, ketidakpastian ini bisa merupakan probabilitas.

Berdasarkan survey dari We Are Social sebuah agensi marketing social, mengeluarkan sebuah laporan mengenai data jumlah pengguna mobile dari seluruh dunia, dan Indonesia termasuk mengguna mobile terbesar didunia (Wijaya K.K, 2015). Oleh karenanya aplikasi yang akan dibangun berbasis Android untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna.

Pada penelitian penelitian terdahulu, penelitian dengan objek yang berbeda namun dengan metode yang sama yaitu, Analisis Perbandingan Metode Naive Bayes dan Certainty Factor Dalam Mendeteksi Kemungkinan Anak Terkena Disleksia. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara metode Naive Bayes dan Certainty Factor untuk mengetahui metode mana yang terbaik dalam ketepatan akurasi. Hasil akurasi yang didapat yaitu 93% untuk metode Naive Bayes dan 53% untuk metode Certainty Factor (Tjahyati, 2014). Penelitian selanjutnya Implementasi Metode Naïve Bayes Classifier Untuk Diagnosis Klasifikasi Gejala Penyakit Kucing, didapakan hasil akurasi yaitu 99,44% (Pitaloka, 2016).

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan, oleh karenanya pada penelitian ini akan dibangun sebuah Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android.

Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat sistem klasifikasi penyakit kucing menggunakan naive bayes – certainty factor dan melakukan pengujian sistem pakar diagnosis penyakit kucing merupakan jawaban dari rumusan

masalah yang telah dibuat yaitu bagaimana membuat sistem klasifikasi penyakit kucing menggunakan naive bayes – certainty factor dan bagaimana hasil pengujian.

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penyakit Kucing

Pada sistem ini hanya dapat mengidentifikasi 9 macam penyakit kucing saja. Berikut merupakan macam-macam penyakit kucing yang diidentifikasi: Scabies, Gastritis, Helminthiasis, Rhinitis Dermatitis, Dermaphytosis, Otitis, Enteritis dan Sehat.

2.2. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem cerdas berbasis komputer digunakan dalam penyelesaian masalah yang hanya bisa dilakukan oleh ahli/pakar pada suatu bidang. Dengan sistem ini masyarakat umum dapat melakukan perhitungan layaknya seorang pakar (Kusumadewi, 2003).

Terdapat dua bagian penting dari sistem pakar meliputi linkungan konsultasi dan

lingkungan pengembang. Lingkungan

pengembang digunakan oleh pengembang sistem untuk membangun komponen dan memperkenalkan pengetahuan ke dalam basis pengetahuan. Untuk linkungan konsultasi berguna untuk melakukan konsultasi sehingga memperoleh penegetahuan dari sistem pakar layaknya dari seorang pakar (Sutojo, 2011).

2.3. Naive Bayes

Naive Bayes adalah salah satu metode klasifikai. Perhitungan Bayes dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut (Natalius, 2011).

1. Mencari nilai prior untuk tiap kelas dengan menghitung rata-rata tiap kelas dengan menggunakan persamaan (1).

𝑃 =𝑋𝐴 (1)

2. Mencari nilai likelihood untuk tiap kelas dengan menggunakan persamaan (2).

𝐿 =𝐹𝐵 (2)

3. Mencari nilai posterior dari tiap kelas yang ada dengan menggunakan persamaan (3).

(3)

membandingkan nilai posterior dari kelas-kelas yang ada. Nilai posterior yang paling tinggi yang terpilih sebagai hasil klasifikasi.

2.4. Certainty Factor

Certainty theory menggunakan suatu nilai yang disebut Certainty Factor (CF) untuk mengasumsikan derajat keyakinan seorang pakar terhadap suatu data (Arhami, 2005). Ditunjukkan Formula Certainty Factor oleh Giarattano dan Riley, 1994 menggunakan persamaan (4).

CF (H,E) = MB (H,E) – MD (H,E) (4)

Keterangan :

• CF (H,E) = Certainty Factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala (evidence) E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai 1. Nilai 1 menunjukkan kepercayaan mutlak sedangkan nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak.

• MB (H,E) = ukuran kenaikan

kepercayaan (measure of increased belief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.

• MD (H,E) = ukuran kenaikan

ketidakpercayaan (measure of increased disbelief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.

3. METODOLOGI

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang dapat menunjukkan keberhasilan penelitian. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pembangunan

aplikasi yang diawali dengan analisis kebutuhan, pengumpulan data, lalu dilanjutkan dengan perancangan dan implementasi, dilanjutkan dengan pengujian dan analisis hasil pengujian sistem. Setelah semua proses selesai dilakukan maka penelitian diakhiri dengan penarikan kesimpulan dan saran.

4. ANALISIS KEBUTUHAN

4.1. Gambaran Umum Sistem

Sistem pakar diagnosis penyakit kucing menggunakan metode Naive Bayes – Certainty Factor merupakan sistem yang dapat melakukan proses diagnosis penyakit terhadap seekor kucing berdasarkan gejala-gejala masukan dari pengguna aplikasi. Sistem ini dibangun dengan

berbasis android yang dikembangkan

menggunakan Android Studio dengan bahasa pemrograman JAVA dan Extensible Markup Language (XML).

Pada sistem ini tersedia 3 fitur, yaitu fitur panduan kode gejala, fitur diagnosis, dan fitur info. Fitur panduan kode gejala berisi mengenai kode-kode gejala beserta keterangannya. Fitur diagnosis merupakan fitur utama, pada fitur ini pengguna melakukan proses diagnosis dengan memasukkan beberapa kode gejala pada checkbox yang tersedia dan nantinya hasilnya akan ditampilkan pada halaman hasil. Yang terakhir adalah fitur info, fitur ini berisi mengenai informasi tentang sistem.

4.2. Identitas Aktor

Tahap ini ditujukan untuk melakukan identifikasi aktor yang berinteraksi dengan sistem pakar. Aktor apa saja yang terlibat dalam sistem pakar beserta proses apa saja yang dapat dilakukan oleh aktor berikut pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Aktor

Aktor Deskripsi

Pengguna

Aktor dapat melakukan melihat panduan kode gejala, mendiagnosis penyakit, melihat hasil diagnosis, dan melihat info tentang aplikasi.

4.3. Kebutuhan Fungsional

(4)

factor. Kebutuhan fungsional ditunjukkan pada pada tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Fungsional

No. Nama Fungsi Deskripsi Kebutuhan

1 Menampilkan

panduan kode gejala

Aplikasi harus menampilkan keterangan dari masing-masing kode gejala dalam menu panduan kode gejala

2 Tentukan kode

gejala

Aplikasi harus

menyediakan ceckbox untuk digunakan pengguna sebagai masukan gejala-gejala penyakit untuk didiagnosis

3 Menampilkan

hasil diagnosis

Aplikasi harus menampilkan hasil diagnosis. Diantaran penyakit, nilai keyakinan, info penyakit, dan solusi.

4 Menampilkan

informasi tentang aplikasi

Aplikasi harus menampilkan informasi mengenai aplikasi dalam menu info

4.4. Usecase Diagram

Use case diagram merupakan gambaran pada sistem yang menjelaskan interaksi aktor terhadap sistem yang akan dibangun. Use case diagram sangat penting untuk menjadi panduan bagi user maupun bagi developer untuk dalam proses pengembangan sistem. Didalam use case akan menjelaskan secara singkat bagaimana hubungan anatara usecase, aktor, dan juga sistem.

Berikut adalah Use Case Diagram dari sistem, pada Gambar 2.

Gambar 2.Use Case Diagram

Gambar 2 merupakan model Use Case Diagram yang telah dibuat terdapat 1 (satu) aktor dan 4 (empat) use case yaitu melihat kode gejala, diagnosis, hasil, dan lihat info.

5. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

5.1. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan merupakan kumpulan suatu informasi yang diperoleh dari pakar untuk memecahkan suatu permasalahan terhadap suatu bidang tertentu. Basis pengetahuan bersifat dinamis, dapat berubah sewaktu-waktu karena pengetahuan dapat berkembang. Basis pengetahuan merupakan inti dari sistem pakar karena basis pengetahuan dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan sistem pakar. Basis pengetahuan mencakup dua elemen dasar, yaitu fakta dan aturan (mengarahkan pengguna untuk memecahkan masalah khusus dalam domain tertentu). Berikut merupakan sekumpulan informasi yang digunakan pada penelitian ini, jenis penyakit kucing ditunjukkan pada tabel 3, gejala penyakit kucing ditunjukkan pada tabel 4 dan aturan diagnosis penyakit kucing ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 3 Jenis Penyakit Kucing

Kode Penyakit

Nama

Penyakit Solusi

P1 Scabies salep scabies

P2 Gastritis

(5)

P3

Helmin-thiasis

Pemberian obat cacing tiap 3 bulan sekali

P4 Rhintis

identifikasi penyebab alergi, obat anti alergi, obat anti radang, antibiotic

P5

Dermato-phytosis

Mandi dengan shampoo jamur 2x seminggu, salep anti jamur, obat anti jamur

P6 Dermatitis

Identifikasi penyebab alergi jika ada, antibiotik mandi dengan shampoo anti bakteri/jamur 2x

antibiotik, anti diare, obat cacing

P8 Otitis

Bersihkan telinga dengan pembersih telinga, obat tetes telinga dan anti radang

P9 Sehat

Mandi 1 – 2 minggu sekali tergantung tingkat kekotoran, vaksinasi rutin, cek dokter tiap 3 bulan

Tabel 4 Gejala Penyakit Kucing

Kode

Gejala Gejala

G1 Keratinisasi

G2 Gatal gatal

G13 Hilang nafsu makan

G14 Ada cacing di fases

G15 Pilek

G16 Bersin bersin

G17 Hidung tersumbat

G18 Badan lemas

G19 Mata berair

G20 Hidung berair

G21 Ringwarm pada kulit

G22 Kulit kemerahan sampai lecet

G23 Jamuran

G24 Lesi berminyak pengganti

G25 Guratan parah pada telinga

G26 Adanya cairan hitam keluar

telinga

G27 Telinga terdapat lilin dan bau

G28 Diare campur darah

G29 Feses lembek

G30 Minum banyak

G31 Abdomen sakit

G32 Vaksinasi

Tabel 5 Aturan Diagnosis Penyakit Kucing

Aturan Penyakit Gejala

R1 P1 G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7,

5.2.1 Diagram Alir

(6)

Gambar 3. Diagram Alir Perhitungan Naive Bayes

Berikut merupakan diagram alir perhitungan Certainty Factor pada gambar 4.

Gambar 4 Diagram Alir Perhitungan Certainty Factor

5.2.2. Langkah-langkah Perhitungan Naive Bayes

1. Menghitung nilai prior (peluang

kemunculan suatu penyakit pada data training) berdasarkan gejala yang diperlukan. Perhitungan ini dilakukan dengan membagi jumlah masing-masing penyakit dengan jumlah keseluruhan data yang ada pada data latih.

2. Melakukan pencarian nilai likelihood (peluang munculnya suatu gejala terhadap suatu penyakit) dari probabilitas gejala yang mempengaruhi pada setiap penyakit) dari probabibilitas gejala yang mempengaruhi pada setiap penyakit. Perhitungan ini dilakukan dengan membagi jumlah gejala yang ada pada masing-masing penyakit dengan jumlah masing-masing penyakit. 3. Melakukan pencarian nilai posterior

(probabilitas akhir) pada masing-masing penyakit, dengan cara mengalikan nilai prior dengan nilai likelihood masing-masing gejala pada setiap penyakit.

(7)

memastikan hasil output CF maksimal yaitu mendekati nilai 1, dan juga untuk mengetahui persentase dari hasil perhitungan metode Naive Bayes.

5.2.3. Langkah-langkah Perhitungan Certainty Factor

1. Penyakit yang akan dihitung nilai kepastiannya merupakan penyakit dari hasil diagnosis pada metode Naive Bayes. Pada perhitungan ini nilai CFpakar dikalikan dengan CFuser.

2. Setelah nilai CF dihitung, maka selanjutnya yaitu menghitung nilai CFcombine. Perhitungan CFcombine menggunakan nilai CF yang diperoleh dari CFpakar*CFuser, dimana nilai CF dianggap sebagai nilai CF1 dan CF2. Setiap kali eksekusi hanya menggunakan dua buah data saja (CF1 dan CF2). Nilai tersebut digunakan untuk memberikan bobot pada setiap aturan yang ada.

6. PENGUJIAN

6.1 Pengujian Validasi (Blackbox)

Prosedur pengujian validasi diawali dengan mendefinisikan kebutuhan fungsional yang akan diuji. Setelah itu, hasil yang diharapkan akan dibandingkan dengan hasil yang didapatkan setelah melalui tahap-tahap pengujian yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil pengujian terhadap kebutuhan fungsional memilih kode gejala, ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kasus Uji Memilih Kode Gejala

Nama Kasus

Uji Memilih kode gejala

Tujuan Pengujian

Untuk memastikan sistem dapat

menampilkan checkbox

kode-kode gejala dan sistem dapat melakukan diagnosis

berdasarkan masukan pengguna

Prosedur Pengujian

1. Sistem dijalankan

2. Memilih menu diagnosis

3. Memilih kode gejala

Hasil yang diharapkan

Dapat menampilkan checkbox

kode-kode gejala dan sistem dapat melakukan diagnosis berdasarkan masukan pengguna

Hasil yang didapatkan

Sistem menampilkan checkbox

kode-kode gejala dan sistem dapat melakukan diagnosis berdasarkan masukan pengguna

Status

Validasi Valid

Berdasarkan prosedur pengujian yang telah dijalankan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pakar diagnosis penyakit kucing telah sesuai dengan seluruh kebutuhan fungsional yang telah ditentukan.

6.2 Pengujian Usability

Prosedur Pengujian usability dilakukan dengan cara meminta pengguna sistem untuk

mengisi kuisioner setelah mencoba

menggunakan sistem yang telah dibuat. Pada kuisioner, setiap pertanyaan memiliki nilai satu sampai dengan lima dan dari total seluruh nilai dibagi dengan jumlah pertanyaan, hasil dari nilai tersebut dijadikan sebagai tolak ukur kelayakan sistem dimana semakin tinggi nilai yang didapat maka semakin baik sistemnya.

Kuisioner sebanyak 20 yang masing-masing berisi 10 pertanyaan dibagikan kepada pengguna, masing-masing pertanyaan memiliki nilai satu sampai dengan lima penilaian dilakukan setelah pengguna mengoperasikan sistem.

Hasil kuisioner pengujian usability diatas maka dilakukan perhitungan mean untuk mendapatkan rata-rata. Perhitungan hasil kuisioner pengujian usability dapat dilihat sebagai berikut:

𝑀𝑒𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 822200 = 4,11

Keterangan :

Jika Mean = 1 maka sistem dianggap sangat buruk

Jika Mean = 2 maka sistem dianggap buruk Jika Mean = 3 maka sistem dianggap biasa saja

Jika Mean = 4 maka sistem dianggap baik Jika Mean = 5 maka sistem dianggap sangat baik.

6.3 Pengujian Akurasi

(8)

hasil diagnosis sistem apakah hasil yang didapatkan sama.

Berdasarkan hasil pengujian akurasi menggunakan 25 yang telah dilakukan, terdapat 20 data yang hasil diagnosisnya sama dengan hasil diagnosis pakar. Selanjutnya akan dihitung nilai akurasi dengan persamaan berikut:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 × 100%

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 2025 × 100% = 80

Maka hasil nilai akurasi pada pengujian tersebut didapatkan nilai sebesar 80%.

7. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian yang sudah dilakukan pada sistem pakar pakar diagnosis penyakit kucing menggunakan metode Naive Bayes – Certainty Factor berbasis android dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes Certainty Factor Berbasis Android, sistem ini dibangun dengan berbasis android. Untuk metode Naive Bayes dengan menggunakan data gejala penyakit yang kemudian dihitung peluang kemunculan dan probabilias dari masing-masing penyakit. Setelah itu untuk metode Certaity Factor menggunakan gejala penyakit yang diberikan nilai kepercayaan. Sistem dapat mendiagnosis penyakit kucing dengan gejala yang digunakan sebanyak 32 butir dan jenis penyakit kucing sebanyak 9 butir berdasarkan hasil wawancara dengan pakar.

2. Terdapat 2 tahapan pengujian yang merupakan kelanjutan dari sistem ini sebagai syarat memenuhi kebutuhan pembuatan sistem.

a. Hasil pengujian validasi (blackbox) Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android dikarenakan pada semua kasus uji yang sudah dilakukan, secara keseluruhan dapat berfungsi dengan baik, maka tingkat persentase kesesuaian validasi sebesar 100%. b. Hasil pengujian usability diperoleh

rata-rata perhitungan yang bernilai 4,11. Dari nilai rata-rata tersebut dapat

disimpulkan bahwa sistem yang dibangun sudah baik.

c. Hasil pengujian akurasi Sistem Pakar

Diagnosis Penyakit Kucing

Menggunakan Metode Naive Bayes – Certainty Factor Berbasis Android memiliki nilai persentase akurasi sebesar 80%, karena terdapat 5 data uji dari 25 data uji yang tidak sesuai dengan hasil pakar yang disebabkan oleh kemiripan gejala anatara penyakit, dengan membandingkan hasil diagnosis pakar dengan hasil diagnosis sistem.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A., 2008. MORFOGENETIKA

KUCING RUMAH (Felis domesticus) DI DESA JAGOBAYO KECAMATAN LAIS BENGKULU UTARA BENGKULU. Jurnal Exacta. pp. 30

Hidayat S., 2010. Aplikasi Untuk Mendeteksi Jenis Penyakit Pada Tanaman Tebu Dan Cara Penanganannya Berbasis Web. Skripsi. Tidak diterbitkan. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Bandung.

Pitaloka., 2016. Implementasi Metode Naïve Bayes Classifier Untuk Diagnosis Klasifikasi Gejala Penyakit Kucing. Teknik Informastika PTIIK Universitas Brawijaya, Malang

Kusumadewi, Sri., 2003. Artificial Itelligence (Teknik dan Aplikasinya). Graha Ilmu. Yogyakarta.

Wijaya K.K., 2015. Berapa jumlah pengguna website, mobile, dan media sosial di Indonesia?. id.techinasia.com. [Online] Tersedia di: https://id.techinasia.com /laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia. [Diakses Pada tanggal 10 Maret 2017]

Meilani, D.B., 2014. SISTEM DATA MINING UNTUK MENGHASILKAN POLA KELULUSAN SISWA DENGAN METODE NAIVE BAYES. Jurnal Link. pp. 3

(9)

Natalius., 2011. Metode Naive Bayes Classifier dan Penggunaannya pada Klasifikasi Dokumen. Makalah II 2092 Probabilitas dan Statistika. pp. 1

Neno., 2016. Infeksi Telinga (Otitis) pada Kucing. KucingKita.com. [Online] Tersedia di: http://kucingkita.com. [Diakses Pada tanggal 05 Maret 2017]

Palguna David dkk., 2014. SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT PADA KUCING MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR. JSIKA. Pp. 75

Saputra., 2014. KOMPOSISI ALGORITMA KLASIFIKASI DATA MINING UNTUK

MEMPREDIKSI PENYAKIT

TUBERCULOSIS (TB): STUDI KASUS PUSKESMAS KARAWANG SUKABUMI. Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT). pp. 2

Saputra Thomas., 2015. Enteritis Pada Hewan. Ilmu Veteriner. [Online] Tersedia di: http://ilmuveteriner.com/enteritis-pada-hewan. [Diakses Pada tanggal 05 Maret 2017]

Silalahi Rumondang M.S., 2011. Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Ginjal Dengan Kombinasi Metode Certainty Factor Dan Metode Forward Chaining. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Departemen Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sufyan Muhammad., 2016. Ini Manfaat Memelihara Kucing untuk Kesehatan. Liputan6. [Online] Tersedia di http://health.liputan6.com/read/2516695/i ni-manfaat-memelihara-kucing-untuk-kesehatan. [Diakses Pada tanggal 05 Maret 2017]

Sutojo T, Mulyanto Edy, & Suhartono Vincent., 2011. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta: Andi

Tjahyati T., 2014. Analisa Perbandingan Metode Certainty Factor Dan Naive Bayesian Dalam Mendeteksi Kemungkinan Anak Terkena Disleksia. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

Triakoso N., 2006. PENYAKIT SISTEM DIGESTI VETERINER II. BAHAN AJAR ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II. Pp 31

Triakoso N., 2013. Small Animal Dematology.

[Online] Tersedia di:

https:/triakoso.wordpress.com/tag/dermat ology [Diakses Pada tanggal 05 Maret 2017]

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi
Tabel 2. Kebutuhan Fungsional
Tabel 5 Aturan Diagnosis Penyakit Kucing
Gambar 4 Diagram Alir Perhitungan Certainty
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti melalui dokumen LAKIP Tahun 2015 dari beberapa Bappeda di wilayah provinsi Jawa Timur, yaitu Bappeda Kabupaten Banyuwangi,

Untuk menuju ke arah yang dimaksudkan ini maka evaluasi pendidikan Islam hendaknya selalu berpatri pada dua tujuan utama yang dikemukan oleh Hasan Langgulung yaitu

mengindikasikan bahwa tubuh sedang menghadapi suatu keadaan yang serius, terutama  jika gejala myalgiatersebut tidak dapat dihubungkan seCara pasti dengan Cedera atau  penyakit

Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari perubahan total aset dimana saat total aset yang tumbuh dengan baik dan memiliki nilai yang besar maka akan berpengaruh

Tanggung jawab belajar siswa itu dapat dilihat melalui indikator sebagai berikut yaitu: (1) melakukan tugas belajar dengan rutin, (2) dapat menjelaskan alasan atas belajar

Untuk mengetahui pengaruh jenis presipitan terhadap hasil pengendapan emas, setelah tahap proses leaching menggunakan aqua regia dilakukan proses pengendapan

Berdasarkan pembobotan yang dilakukan maka diperoleh urutan parameter dari yang paling berpengaruh terhadap lokasi permukiman adalah jarak terhadap jalan yang mudah dilalui,

Adapun tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah mengestimasi parameter model Exponential Autoregressive Conditional Amount (EACA) agar nilai prediksi klaim