• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA URINE INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA URINE INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN BIOKIMIA

URINE

Santiago

2031422046

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. (Winarno, 1997)

Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti : air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri, epitel dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, busa, dan sebagainya. (Powrie 1981).

Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dan lain-lain. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih. (De man 1997).

Tujuan

(3)

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ganong 2003).

Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml. (Evelyn 1993).

Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrae glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi (Ganong 2003).

Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing (Evelyn 1993).

Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.

Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. (Evelyn 1993)

(4)

basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (basoeki 2000).

Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti : air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri, epitel dsb. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti

kekentalannya, warna, kejernihan, bau, busa, dsb.

Dalam keadaan normal kencing memang tampak sedikit berbusa karena kencing mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi jika kencing dicurahkan kedalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa. Barangkali untuk memastikan adanya kelainan perlu diperhatikan beberapa hal lain seperti warna, bau, kejernihan, kekentalan dsb. Warna yang memerah menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin. Ini bisa terjadi pada keadaan infeksi, luka, batu saluran kemih, tumor, minum obat tertentu dsb. Jika warna sangat merah menyerupai fanta ini menandakan adanya perdarahan yang masif di saluran kemih (Poedjiadji 1994).

Urin yang terlalu keruh menandakan tinhgginya kadar unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena

kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di

(5)

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat November 2015 pada pukul 07.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: kertas saring, tbung reaksi, Bunsen, felas beaker. Bahan yang digunakan yaitu: urin pria dan urin wanita, larutan glukosa 0,3%, 1% dan 5%. Pereaksi benedict asam nitrat pekat asam asetat 2%dan asam nittrat pekat.

Prosedur kerja

Untuk menentukan glukosa dalam urin, pertama disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing diisi dengaan 2,5 ml peraksi benedict. Kemudian tabung pertama dimasukan 4 tetes urin, tabung ke-2 dimasukan glukosa 0,3%, tabung ke-3 dimasukan glukosa 1%, dan tabung ke-4 dimasukan empat tetes glukosa 5%. Selanjutnya keempat tabung tersebut dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit dan didiamkan selama satu menit dan dilihat perubahan yang terjadi.

Uji protein dalam urin. Pertama urin disaring dengan kertas saring, tabung reaksi diisi dengan HNO3 pekat 3 ml, ditambahkan dengan hati-hati, 3 ml urin jernih sehingga

membnetuk lapisan terpisah. Diperhatikan bentuk perbahan endapan.

Pada uji rebus pertama urin disarig menggunakan kertas saring dan dipriksa pH urinnya. Jika bersifat basa, ditambahkan beberapa tetes asam asetat sehingga pH netral, diambil 2 tabung reaksi dan diisi masing-masing 5 ml urin. Tabung pertama direbus diatas api sedangkan tabung kedua dibiarkan sebagai control. Diamati tabung yang direbus urin akan menjadi keruh. Kemudian ditambahkan asam asetat encer pada tabung yang direbus. Jika tetap keruh disebabkan protein.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Glukosa pada urin

Table 2. Uji rebus N

o Sample Keterangan pH

1. Urin laki-laki Tidak Keruh 6 2. Urin perempuna Tidak Keruh 6

Table 3. Uji Heller N

o

Sample Hasil

1. Urin laki-laki

-2. Urin perempuna

-N

o Sample Biuret Hasil Kadar

1. Urin laki-laki Kuning hujau + <0,5% 2. Urin perempuan Kuning hijau + <0,5%

3. Glukosa 0,3% - -

-4. Glukosa 1% Jingga +++ >2%

(7)

-Pada analisis urine ini, terdapat beberapa eksperimen. Eksperimen – eksperimen ini dilakukan untuk menguji apakah sample urine mengandung zat – zat tidak dikenal ataukah tidak. Seharusnya, dalam praktikum analisis urine dibutuhkan dua sample urine. Sample urine pertama adalah urine normal yang diambil dari probandus yang sehat, tidak mempunyai diabetes mellitus ataupun hamil dan sample urine kedua adalah urine yang tidak normal misanya urine pada wanita hamil. Namun, karena bahan yang kurang kami hanya memakai satu sample urine, tetapi masih belum diketahui probandus mempunyai penyakit apa, karena tidak pernah melakukan uji urine atau tes lab yang lainnya.

Berdasarkan hasil praktikum untuk menguji adanya glukosa pada urin yang dilakukan dengan empat perlakuan yaitu glukosa 0,3%, glukosa 1%, glukosa 5% dan urin. Hasil pada glukosa 0,3% dan glukosa 5% mennjukan tidak terjadi perubahan apapun. Pada urin wanita dan urin pria berubah mnjadi warna kuning hijau dengan kadar <0,5%. Menurut Ganong (2003) glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan glukosa dalam larutan alkalis. Uji ini tidak spesifik terhadap glukosa, gula lain yang memiliki sifat mereduksi dapat juga member hasil yang positif. Menurut Dawiesah (1989) urin yang sehat tidak akan mengendap. Berwarna hijau memiliki kada glukosa sebanyak 1%, berwarna merah memiliki kadar 1,5%, berwarna orange memeiliki kadar 2%, berwarna kuning apabila memiliki kadar 5%.

Berdasarkan uji protein dalam urin dengan uji rebus dan heller menunjukan pada uji rebus hasilnya negative / tidak keruh baik itu urin pria maupun wanita. pH urin keduanya sama yaitu 6. Hasil pada uji heller hasilnya juga negative/ tidak terbentuk suatu lapisan. Menurut Poetdjiadi (1994) uji heller ditandai dengan terbentuknya cincin putih. Artinya urin pada praktikum ini dinyatakan negative mengandung protein. Pada uji rebus menurut Simanjuntak( 2003) urin yan gtetap keruh, maka keruhannya disebabkan garam-garam posfat, maka akan menjadi pengendapan namun kemudian urine kembali jernih.

(8)

KESIMPULAN

(9)

Dawiesah. 1989. Penentuan Nutrient Dalam Jaringan Dan Plasma Tubuh. Yogyakarta : UGM Press.

Evelyn CP. 1993. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT. Gramedi Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta : UGM Press.

Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press. Simanjuntak MT. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia.

Referensi

Dokumen terkait

Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,

Organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat perbedaan tekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan tubuh

Laksatif osmotik bekerja dengan cara meningkatkan jumlah air dalam usus besar, baik dengan menarik cairan dalam tubuh ke dalam usus, atau dengan cara mempertahankan jumlah cairan

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam

Dari tabel diatas didapatkan hasil pada uji kelarutan minyak, tabung 1 (air dan minyak sayur) menunjukkan bahwa untuk minyak sayur tengik tidak larut dalam air dan miyak sayur

Pada tabung III yang diisi dengan air atau aquadest lalu ditambahkan minyak zaitun, Na 2 CO 3 , serta larutan sabun mengalami emulsi tapi tidak. stabil karena ketiga

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk

Dasar Teori Lipid atau yang biasa kita kenal lemak adalah senyawa kimia yang amat penting bagi tubuh kita selain karbohidrat.. Atau disebut juga senyawa biologis yang sebagian besar