• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum farmol laksatif Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum farmol laksatif Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Praktikum II

Uji Obat Laksatif

19 September 2014

Oleh Kelompok 2 :

Beni Maulana Habib (P17335113013)

Gita Sarah Pratiwi (P17335113041)

Nidia Puspaningrum (P17335113050)

Poppy Yulia Sari (P17335113019)

Jurusan Farmasi

(2)

Tujuan

1. Mengamati pengaruh obat-obat laksatif dan purgatif terhadap saluran cerna 2. Membedakan mekanisme kerja obat laksatif dan purgatif

Dasar Teori

Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Laksatif merupakan obat bebas yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas.

Lakansia

Obat pencahar atau lakansia adalah zat zat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltic usus sebagai reflex sebagai rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah buang air besar (defekasi) atau meredakan sembelit.

Menurut definisi ini, zat zat yang menyebabkan efek defekasi karena mempengaruhi susunan saraf pusat (kolinergika misalnya nikotin dan asetilkolin) atau obat spasmolitk (papaverin) tidak termasuk obat pencahar sejati.

Adakalanya obat pencahar digunakan secara berlebih tanpa melihat kebutuhan yang sesungguhnya atau karena salah pengetian mengenai frekewensi defekasi. Tetapi sekarang kebiasaan demikian telah berkurang berdasarkan pengunaan yang lebih rasional.

Sembelit, laksansia juga digunakan pada sejumlah keadaan tertentu, yaitu :

- Ganguan usus teriritasi (IBS), dengan keluhan sakit dibagian dibagian bawah perut tanpa adanya kelainan organic.

- Untuk mengosongkan usus (diagnostis) sebelum menjalani pembedahan / pemeriksaan dengan sinar rontgen dari saluran lambung usus dan kandung ampedu.

(3)

Penggolongan obat pencahar didasarkan atas farmakologi dan sifat kimiawinya yakni : 1. Laksansia kontak, derivate-antrakinon

Zat ini merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat peningkatan peristaltic dengan pengeluaran isi usus dengan cepat.

2. Lasansia osmotici

3. Magnesium sulfat, gliserol, manitol, dan sorbitol.

Garam-garam anorganik dari ion divalent, senyawa polialkohol, dan disakarida, bersifat mencahar berdasarkan lambat absorbsinya oleh usus, sehingga menarik air dari luar usus.

Obstipasi

Sembelit atau adalah gejala proses defekasi yang bermasalah dan dapat didefinisikan sbb : - Defekasi tidak lancer dan tidak teratur (kurang dari 2 kali seminggu)

- Mengeden, lebih dari 25 % kasus - Defekasi keras dan tidak tuntas Obstipasi terdiri dari dua tipe yaitu

- Tipe transit lambat : jarang timbul hasrat defekasi pada penderita

- Tipe obstruktif : penderita tidak berdefekasi dengan tuntas karena sebab- sebab penyakit / gangguan anorektal organik / fungsional.

Gejala yang sering timbul, perasaan penuh dibagian lambung, mual tinja keras serta defekasi sulit, sakit perut, kurang nafsu makan, perasaan tidak nyaman dimulut.

Penyebab

a. Kurang mengkonsumsi serat dan gizi atau kurang minum air. Serat dari sayur sayuran dan buah-buahan memperbesar isi usus, sehingga meningkatkan peristaltic, juga karena kurang bergerak.

b. Adanya penyakit organic, gangguan metabolic / endokrin misalnya :

- Obstruksi dari usus (penyumbatan) akibat adanya penyempitan, tumor, diabetes. - Gangguan motilitas

c. Sebagai efek samping dari gangguan obat-obat tertentu seperti morvin dan derivate-derivatnya, ca-channel blockers antidepresiva

(4)

e. Kehamilan, dimana kadar progesterone yang meningkat menghambat kontraksi dari otot polos usus, sehingga peristaltic berkurang.

Penanganan

Prevensi, sembelit lebih banyak terjadi pada lansia, terutama paa kaum wanita dikarenakan kurang pergerakan badan dan susunan diet yang kurang seimbang, tindakan paling umum minum 1-2 gelas sebelum sarapan pagi, lebih banyak makan sayuran (lalab), berolahraga secara teratur, jangan mengbaikan dorongan alamiah untuk buang air.

Pengobatan

 Obstipasi insidentil, disebakan oleh tinja keras sebaiknya ditangani dengan laksan dengan daya melunakandan dalam bentuk supositoria yakni gliserol dan dan bisacodil.

 Obstipasi kronis, dapat ditangani dengan laksansia yang memperbesar isi usus, (laktulosa, psyllium)

 Obstipasi kehamilan, ditangani dengan laktulosa

Penggolongan atau Klasifikasi Laksatif 1. Laksatif Rangsang

Laksatif rangsang (stimulan cathartics) merangsang mukosa, saraf intramural atau otot polos usus, sehingga meninggalkan peristaltis dan sekresi lendir usus. Laksatif rangsang dapat menghambat Na +, K +, - Adenosin Tri Pospatase (ATP) yang

(5)

2. Laksatif Garam dan Laksatif Osmotik

Laksatif garam dan Laksatif osmotik golongan ini ialah garam magnesium, garam natrium dan laktulosa. Peristaltis usus meningkat disebabkan pengaruh tidak langsung karena adanya daya osmotiknya. Air ditarik ke dalam lumen usus dan tinja menjadi lembek setelah 3-6 jam. Absorpsi pencahar garam melalui usus berlangsung lambat dan tidak sempurna.

Kelompok laksatif

1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)

Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari serat alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang cukup.

2. Pelembut tinja/feses.

Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai pelembut feses. Obat ini mempunyai efek sebagai surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek.

3. Pencahar stimulan/perangsang.

Contoh golongan ini adalah senna, bisacordil. Senna aman dipakai untuk usia lanjut.Efek obat ini menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus. 4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative).

Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja mudah melewati usus. Jenis golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.

5. Enema

Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja sehingga bisa keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada usia lanjut karena sering mengakibatkan efek samping.

(6)

Laksatif osmotik bekerja dengan cara meningkatkan jumlah air dalam usus besar, baik dengan menarik cairan dalam tubuh ke dalam usus, atau dengan cara mempertahankan jumlah cairan yang berada dalam usus besar (BNF).

Laksatif osmotik merupakan terapi alternatif untuk pasien konstipasi yang tidak berhasil dengan penggunaan suplemen serat ataupun perubahan gaya hidup. Kekuarangan utama dari laksatif jenis ini adalah kurangnya efektifitas dalam mengurangi gejala sembelit secara keseluruhan.Selain itu osmotik laksatif juga dapat menyebabkan kelebihan elektrolit dan volume pada pasien insuffisiensi ginjal. efek samping yang mungkin di timbulkan oleh osmotik laksatif adalah kram perut dan perut kembung.(Johanson, 2007)

Contoh dari laksatif osmotik yang pada umumnya digunakan adalah Laktulosa. Laktulosa adalah disakarida yang digunakan secara oral atau rektal. Laktulosa dimetabolisme oleh bakteri kolon menjadi asam dengan berat molekul rendah, sehingga dapat memberikan efek osmotik dengancara mempertahankan jumlah cairan dalam usus. Cairan yang dipertahankan dalam usus besar dapat menurunkan pH dan meningkatkan gerak peristaltik kolon. Laktulosa secara umum tidak dianjurkan sebagai agen ini pertama untuk pengobatan sembelit karena harganya yang mahal mahal dan belum tentu lebih efektif dari pada agen lainnya. Terkadang, penggunaan laktulosa dapat menyebabkan perut kembung, kram, diare, dan ketidakseimbangan elektrolit. Beberapa contoh produk osmotik laksatif yang dapat ditemui di indonesia:

Keterangan :

Laktulosa Indikasi : Pengobatan sembelit/sulit buang air besar Kontraindikasi : Pasien yang membutuhkan diet rendah galaktosa

(7)

Dosis :

Dewasa: Keadaan parah: dosis awal: 2xsehari 15 ml sirop, dosis penunjang 15-25 ml sirop sehari; keadaan sedang: dosis awal: 15-30 ml sirop, dosis penunjang 10-15 ml sehari; keadaan ringan: 15 ml sirop; Dosis penunjang: 10 ml sehari; Anak 5-10 th: Dosis awal: 2xsehari 10 ml sirop, dosis penunjang 10 ml sirop sehari; anak 1-5 th: Dosis awal: 2xsehari 5 ml sirop, dosis penunjang: 5-10 ml sirop; anak <1 tahun: Dosis awal: 2xsehari 2,5 ml sirop, dosis penunjang: 5 ml sirop Kemasan : botol 60 ml sirup.

Alat dan Bahan

a. Alat

1. Toples

2. Gunting bedah 3. Pisau bedah 4. Alat suntik 5. Benang 6. tissue b. Bahan

1. Larutan Eter 2. Larutan Mg(OH)2

3. Aquadest 4. Larutan NaCl

Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan mencit ke dalam toples

3. Diteteskan larutan eter ke dalam toples yang berisi mencit

4. Diambil mencit yang telah dalam keadaan tidak sadar tetapi belum mati

5. Diikat semua kaki mencit dengan benang dan diletakkan mencit dengan posisi terlentang

6. Digunting kulit mencit sampai terlihat organ dalam mencit

(8)

9. Disuntikan aquadest pada satu bagian ikatan yang lain 10. Diamati selama 1 jam sambil ditetesi larutan NaCl

Hasil pengamatan

Usus mencit disuntikkan magnesium sulfat

Keterangan : Kiri (usus yang disuntikkan magnesium sulfat) Kanan (usus yang disuntikkan aquadest)

Mencit yang diberi laxadine

Mencit kontrol Mencit percobaan Berat kertas saring

awal

0,8461 g 0.8309 g

Berat kertas saring setelah 15 mnt

0.8461 g 0.8863 g (terdapat 1 feses konsistensi lembek normal) Berat kertas saring

setelah 30 menit

0.9873 g 1.0371 (terdapat 3 feses; dengan konsistensi lembek normal 2 buah dan lembek 1 buah)

Berat kertas saring setelah 45 menit

1.1207 g 1.1286 g

Berat kertas saring setelah 60 menit

1.3125 g 1.3250 g

(9)

Mencit kontrol Mencit percobaan Berat feses setelah

15 menit

0.0544 g (terdapat 1 buah feses konsistensi normal)

0.0651 g (terdapat 2 buah feses konsistensi normal)

Berat feses setelah 30 menit

0.0651 g (terdapat 3 buah feses konsistensi normal)

0.0651 g (terdapat 2 buah feses konsistensi normal)

Berat feses setelah 45 menit

0.0232 g (terdapat 4 buah feses konsistensi normal)

0.0651 g (terdapat 2 buah feses konsistensi normal)

Berat feses setelah 60 menit

0.0232 g (terdapat 4 buah feses konsistensi normal)

0.0651 g (terdapat 2 buah feses konsistensi normal)

Mencit yang diberi oleum ricini

Mencit kontrol Mencit percobaan Berat feses setelah

15 menit

0,2370 g (terdapat 8 feses konsistensi normal)

Tidak mengeluarkan feses

Berat feses setelah 30 menit

0,2370 g (terdapat 8 feses konsistensi normal)

Tidak mengeluarkan feses

Berat feses setelah 45 menit

0.3806 g (terdapat 10 buah feses konsistensi normal)

Tidak mengeluarkan feses

Berat feses setelah 60 menit

0.3806 g (terdapat 10 buah feses konsistensi normal)

Tidak mengeluarkan feses

Pembahasan

Obat laksatif adalah obat yang membuat defekasi lebih lancar dan frekuensinya lebih sering dari biasanya. Obat laksatif memiliki berbagai tipe. Yang pertama adalah laksan osmotik yang bekerja meretensi air secara osmotik sehingga menstimulasi peristaltis. Obat osmotik kita ujikan kepada mencit yaitu laxadine. Laxadine adalah laksan osmotik yang bekerja seperti penjelasan diatas. Laxadine obat yang paling baik kerjanya diantara semua obat yang diujikan ketika praktikum. Karena konsistensi feses berubah dan frekuensi defekasi juga meningkat sehingga hal tersebut cukup efektif bila terjadi pada orang yang mengalami defekasi. Laxadine diberikan kepada mencit secara oral dengan memperhitungkan dosisnya dikonversi ke berat badan mencit.

(10)

besar karena magnesium sulfat merupakan laksan osmotik yang bersifat menyerap cairan dari seluruh tubuh agar seseorang yang mengalami konstipasi dapat berdefekasi lagi dengan normal. Karena itu perut merasakan penuh dan mengirim kode ke sistem saraf pusat agar orang tersebut defekasi.

Cara mengamati pengaruh magnesium sulfat terhadap mencit yaitu dengan mengikat usus mencit menjadi dua bagian sehingga bagian pertama dapat disuntikkan magnesium sulfat dan bagian kedua disuntikkan aquadestilata. Bagian yang disuntikkan magnesium sulfat akan menyerap NaCl sebagai cairan fisiologis yang ditetesi ke organ perut mencit setiap 5 menit sekali. Sehingga ukuran usus yang disuntikkan magnesium sulfat terlihat lebih besar. Dan hal ini terbukti pada mencit percobaan. Berarti Mg sulfat berefek pada mencit.

Bahasan ketiga adalah pemberian bisacodyl kepada mencit melalui oral. Bisacodyl merupakan laksan iritatif. Cara kerja bisacodyl adalah dengan cara mengiritasi usus sehingga orang tersebut berpikir harus mengeluarkan feses. Bisacodyl memiliki dosis 5-15 gram untuk orang dewasa dan tidak memiliki dosis untuk anak. Obat ini tidak boleh digerus karena merupakan salut enterik yang ditujukan agar tidak pecah di lambung. Jika bisacodyl digerus terlebih dahulu maka akan mengiritasi lambung bukan usus.

Mencit percobaan yang diberikan bisacodyl mengeluarkan jumlah feses yang hampir sama banyak dengan kontrol. Namun yang membedakan antara keduanya adalah konsistensi feses. Mencit yang diberi laxadine konsistensi fesesnya lembek sementara kontrol memiliki konsistensi yang keras.

Yang terakhir adalah pemberian oleum ricini. Oleum ricini juga laksan iritatlaif, sama dengan bisacodyl. Oleum ricini baru memberikan efek 6 jam setelah pemberian. Namun faktanya pada saat praktikum kemarin mencit yang diberikan oleum ricini malah tidak mengeluarkan feses satupun. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa hal antara lain ; oleum ricini sudah tidak efektif sebagai laksan, dosis yang diberikan kurang, ada zat yang tumpah ketika pemberian. Hal-hal tersebut yang bisa jadi penyebab tidak adanya feses dari mencit percobaan. Secara teori seharusnya mencit yang diberi oleum ricini memiliki konsistensi feses yang lembek dan jumlah feses yang lebih banyak daripada kontrol. Namun disini mencit kontrol yang malah memberikan jumlah feses yang lebih banyak daripada mencit percobaan.

(11)

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa Laxadine merupakan obat yang paling baik kerjanya dibandingkan dengan semua obat yang diujikan ketika praktikum. Konsistensi feses berubah dan frekuensi defekasi meningkat sehingga hal tersebut cukup efektif bila terjadi pada orang yang mengalami defekasi, yang membedakan antara laxadine dan bisacodyl adalah konsistensi feses. Mencit yang diberi laxadine konsistensi fesesnya lembek sementara kontrol memiliki konsistensi yang keras. Sementara mencit yang diberi obat oleum ricini malah tidak mengeluarkan feses satupun. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa hal antara lain ; oleum ricini sudah tidak efektif sebagai laksan, dosis yang diberikan kurang, ada zat yang tumpah ketika pemberian. Hal-hal tersebut yang bisa jadi penyebab tidak adanya feses dari mencit percobaan. Secara teori seharusnya mencit yang diberi oleum ricini memiliki konsistensi feses yang lembek dan jumlah feses yang lebih banyak daripada kontrol. Namun disini mencit kontrol yang malah memberikan jumlah feses yang lebih banyak daripada mencit percobaan.

Daftar pustaka

Tjay,H.T dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-obat penting. Jakarta: elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

Botol semprot berfungsi sebagai tempat menyimpan aquades juga digunakan untuk membersikan dinding bejana dan sisa-sisa endapan, mengeluarkan air atau cairan dalam

Sebelum mendalami mekanisme tubuh mempertahankan keseimbangan volume cairan ekstraselular perlu diketahui sumber input dan output garam yang ada dalam tubuh kita, karena

Sedangkan pada botol yang berisi tumbuhan Polyscias scutellaria dengan jumlah daun 12 buah, awalnya ditambahkan air 97,35 ml, setelah 5 hari air dalam botol tersebut

Dalam meneliti mikroorganisme diperlukan teknik atau cara – cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme baik sifat

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan menghancurkan sediaan ketika terjadi kontak dengan cairan saluran cerna. Penghancur bekerja dengan cara menarik air kedalam tablet

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan menghancurkan sediaan ketika terjadi kontak dengan cairan saluran cerna. Penghancur bekerja dengan cara menarik air kedalam tablet

urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama dengan air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.. Diuretic sangat

Apabila pipa U diisi dengan cairan yang sama, dalam praktikum kali ini menggunakan fluida air, maka tinggi air pada kedua pipa akan sama.. Jika pipa ini diisi dengan dua cairan yang