BAB 2
GAMBARAN UMUM
2.1 Kondisi Umum
2.1.1 Profil Geografi
Kabupaten Rejang Lebong terletak pada posisi 1020 19’ – 1020 57’ BT dan 20
22’ 07” – 30 31’ LS berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan di sebelah Utara dan Timur, dengan Kabupaten Kepahiang di sebelah Selatan, dengan Kabupaten Lebong di sebelah Utara, dan dengan Kabupaten Bengkulu Utara di sebelah Barat. Luas wilayah 151,576 Ha, terdiri dari 15 Kecamatan, 127 desa dan 31 kelurahan. Jarak ibukota Kabupaten Rejang Lebong dari ibukota Provinsi Bengkulu adalah 85 Km, dari Kota Lubuk Linggau (Provinsi Sumatera
Selatan) 58,4 Km, dan dari Palembang (Ibukota Provinsi Sumatera Selatan) 774 Km.
Wilayah Kabupaten Rejang Lebong berada di kawasan punggung dan lembah pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 100 m – 1.000 m di atas permukaan laut, dengan topografi bergelombang hingga berbukit, bahkan bergunung, memiliki udara yang sejuk dengan suhu rata – rata 24,140 C sampai dengan 29,790 C. Rata – rata kelembaban nisbi udara adalah 87,08 %.
2.1.2 Profil Demografi
Demografi atau kependuukan merupakan suatu aspek yang penting untuk dikaji dalam suatu perencanaan. Pemahaman ini terkait dengan pelayanan terhadap masyarakat akan kebutuhan prasarana dan pelayanan terhadap masyarakat akan kebutuhan prasarana dan sarana, dimana masyarakat atau penduduk merupakan pelaku di dalam upaya pengembangan dan pembangunan suatu kawasan. Dengan demikian kajian kependudukan akan terkait dengan kebutuhan prasarana dan sarana, serta sumber daya manusia (skill) untuk melaksanakan kagiatan atau aktivitas, untuk itu diperlukan kajaian secara kuantitas maupun kualitas terhadap sumber daya manusia.
2.1.2.1. Jumlah Penduduk
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2001 - 2007
Sumber : RLDA 2006 dan Kantor Kesosnaker Kab. RL
2.1.2.2. Laju Pertambahan Penduduk
Tabel 2.2. Tingkat Pertambahan Penduduk
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2001-2005
Sumber : RLDA 2006
2.1.2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Struktur penduduk Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan umur pada tahun 2006 adalah di dominasi oleh kelompok umur 10 – 14 tahun dengan jumlah penduduk 32.516 jiwa sedangkan jumlah penduduk berdasarkan umur yang terendah yaitu jumlah penduduk yang berumur 55 – 59 tahun dengan jumlah penduduk 5.556 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel struktur penduduk berdasarkan umur pada tahun 2006 berikut ini.
Tabel 2.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA 2006
2.1.2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2006 yaitu 249.714 jiwa, jumlah penduduk ini terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebesar 125.745 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 123.969 jiwa. Dari data ini terlihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2006 didominasi oleh penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.
No Kelompok Umur Jumlah (jiwa)
1 0-4 26.284
2 5-9 32.507
3 10-14 32.516
4 15-19 30.208
5 20-24 17.219
6 25-29 19.472
7 30-34 18.247
8 35-39 19.769
9 40-44 12.925
10 45-49 10.769
11 50-54 7.638
12 55-59 5.556
13 60 + 16.604
Tabel 2.4. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA 2006
Data jumlah penduduk tahun 2006 adalah 249.714 jiwa, gambaran lebih rinci struktur penduduk Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan sex ratio
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Curup Kota 58.467 58.589 117.056
2 Curup Tengah - - -
3 Curup Utara - - -
4 Curup Selatan - - -
5 Curup Timur - - -
6 Bermani Ulu 10.993 10.591 21.584
7 Bermani Ulu Raya - - -
8 Selupu Rejang 13.429 12.825 26.254 9 Sindang Kelingi 14.931 14.175 29.106
10 Sindang Beliti Ulu - - -
11 Sindang Beliti Ilir - - -
12 Sindang Dataran - - -
13 Binduriang - - -
14 Padang Ulak Tanding 17.981 17.987 35.968
15 Kota Padang 9.944 9.802 19.746
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Rejang Lebong Menurut Sex Ratio
pada masing-masing Kecamatan Tahun 2006
Sumber : RLDA 2006
Data pada tabel diatas memperlihatkan adanya konsentrasi penduduk pada Kecamatan Curup. Bila dibandingkan dengan luas wilayah maka Kecamatan Curup merupakan kecamatan paling padat penduduknya dengan kepadatan 953 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan Kota Padang merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan kepadatan 54 jiwa/km2. Secara keseluruhan kepadatan penduduk rata – rata Kabupaten Rejang Lebong sebesar 165 jiwa/km2 dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,43.
2.1.2.5. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui jenjang pendidikan di Kabupaten Rejang Lebong. Semakin tinggi jumlah populasi dan jenjang pendidikan mengindikasikan
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
bahwa pola pikir masyarakat di daerah tersebut semakin maju. Berdasarkan data pada tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Rejang Lebong yang bersekolah adalah sebesar 2.827 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.6. Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi
yang ditamatkan dan Jenis Kelamin Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA 2006
2.1.2.6. Struktur Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data pada tahun 2006, jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Rejang Lebong terbagi ke dalam jumlah angkatan kerja sebesar 79.199 jiwa, jumlah penduduk bukan angkatan kerja 158.399 jiwa, jumlah penduduk pengangguran sebesar 2.987 jiwa, dan jumlah penduduk yang bekerja sebesar 2.467 jiwa sedangkan untuk data pada tahun 2007, jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Rejang Lebong terbagi ke dalam jumlah angkatan kerja sebesar 87.632 jiwa, jumlah penduduk bukan angkatan kerja 175.264 jiwa, jumlah penduduk pengangguran sebesar 4.259 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Tidak/Belum Tamat SD 0 0 0
2 Sekolah Dasar 2 3 5
3 SLTP 29 9 38
4 SLTA 658 1009 1.667
5 Akademi/D-I/D-II/D-III 77 242 319
6 PT/D-IV 297 401 698
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 Tahun ke Atas) Menurut Angkatan Kerja dan
Bukan Angkatan Kerja Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : Kantor Kesosnaker Kab. RL
Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Rejang Lebong sampai dengan tahun 2006, pencari kerja yang terdaftar berjumlah 2.827 orang dari jumlah penduduk, Ditinjau dari tingkat pendidikannya tahun 2006, jumlah pencari kerja terbesar adalah lulusan SLTA sebanyak 1.667 orang diikuti Sarjana
sebesar 698 orang, sementara pencari kerja lulusan SD hanya sebanyak 5 orang.
2.1.2.7. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariaan
Penduduk Kabupaten Rejang Lebong sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian lebih kurang sebesar 85 %. Ditinjau dari segi mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2005 bekerja di sektor pertanian. Data Rejang Lebong Dalam Angka Tahun 2005 mengungkapkan bahwa 76,87 % penduduk bekerja di sektor pertanian, sektor lainnya yang dominan antara lain sektor perdagangan (10,50 %) dan jasa (7,39). Selebihnya bekerja pada berbagai sektor dengan prosentase pada masing – masing sektor di bawah 3 %.
2.1.2.8. Struktur Penduduk Berdasarkan Kemiskinan
Tabel 2.8. Hasil Pendataan Keluarga Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2008
Sumber : RLDA 2006
Tabel 2.9. Jumlah Keluarga Menurut Kecamatan dan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2008
Sumber : Dinas Keluarga Berencana Kab. RL
2.1.2.9. Struktur Penduduk Berdasarkan Migrasi
Tabel 2.10. Banyaknya Transmigran Menurut Kecamatan dan Jenisnya Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2007
Sumber : Dinas Transmigrasi dan PPH Kab. RL
2.1.3 Profil Ekonomi
2.1.3.1Kondisi Ekonomi Daerah
2.1.3.1.1. Kondisi Perkembangan PDRB
Perekonomian daerah diukur dengan menggunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sejak tahun 2000 – 2006 PDRB Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan harga konstan naik dengan rata – rata tingkat pertumbuhan sebesar 6,98 % per tahun. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat secara keseluruhan yang mencapai 5,59 % pada periode yang sama.
pertumbuhan DPRB ini memberikan gambaran lemahnya kondisi perekonomian daerah, terutama sektor dominan, Beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2006 adalah sektor jasa-jasa 14,68 %, sektor perdagangan dan restoran 14,29 %, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,86 %, sektor industri pengolahan 4,30 %, sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,81 %, sektor bangunan 2,65 %, sektor listrik, gas, dan air minum 0,56 % dan sektor pertambangan dan penggalian 0,08 %. Namun sektor – sektor tersebut kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Rejang Lebong rata – rata masih diantara 10 – 15 % dan di bawah 10 %, sehingga peranannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan relatif kecil.
Komoditi pertanian Kabupaten Rejang Lebong didominasi oleh pertanian, sayuran, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Potensi sayuran tertinggi terdapat di Kecamatan Selupu Rejang diikuti oleh Kecamatan Curup dan Sindang Kelingi, potensi perkebunan di Kecamatan Bermani Ulu, Sindang Kelingi dan Kota Padang, potensi perikanan di Kecamatan Curup, Bermani Ulu, Padang Ulak Tanding, dan Kota Padang, sedangkan potensi peternakan di Kecamatan Selupu Rejang dan Sindang Kelingi.
Tabel 2.11. Perkembangan PDRB Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2004-2006
Atas Dasar Harga Berlaku (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
Tabel 2.12. Perkembangan PDRB Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2004-2006
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
Tabel 2.13. PDRB Per Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan
Tahun 2000 Tahun 2004-2006
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
No Sektor 2004 2005 2006
1 Pertanian 879.293 1.097.283 1.226.589 2 Pertambangan & Penggalian 1.255 1.625 1.833 3 Industri Pengolahan 68.674 86.881 98.151 4 Listrik, Gas & Air Bersih 8.823 11.160 12.835
5 Bangunan 42.054 53.496 60.398
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 220.956 284.255 325.965 7 Angkutan dan Komunikasi 108.443 141.251 156.595 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 49.354 57.599 64.122
9 Jasa-jasa 258.255 295.446 334.859
Total 1.637.107 2.028.996 2.281.347
No Sektor 2004 2005 2006
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 170.548 183.103 196.968 7 Angkutan dan Komunikasi 78.120 79.701 82.316 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 37.270 39.277 41.394
9 Jasa-jasa 187.805 192.310 202.039
Total 1.223.018 1.308.372 1.381.451
2.1.3.1.2. Sektor-Sektor Andalan yang Berkontribusi Pada PDRB dalam
Mendukung Daerah
Berdasarkan data pada tahun 2006 peranan sektor tertinggi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku ditempati oleh sektor pertanian (53,77 %), urutan kedua adalah sektor jasa-jasa (14,68 %) dan urutan ketiga adalah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (14,29 %). Berikut sektor-sektor lain yang memberikan konstribusi penting terhadap PDRB atas dasar harga berlaku antara lain sektor bangunan (2,65 %), sektor industri pengolahan (4,30 %), sektor pertambangan & penggalian (0,08 %), listrik, gas dan air bersih (0,56 %), angkutan dan komunikasi (6,86 %) dan keuangan, persewaan dan jasa (2,81 %).
Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2006, peranan sektor tertinggi di tempati oleh sektor pertanian (55,06 %), urutan kedua adalah sektor jasa-jasa (14,63 %) dan urutan ketiga adalah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (14,26 %). Berikut sektor-sektor lain yang memberikan konstribusi penting terhadap PDRB atas dasar harga berlaku antara lain sektor bangunan (1,73 %), sektor industri pengolahan (4,86 %),
sektor pertambangan & penggalian (0,07 %), listrik, gas dan air bersih (0,44 %), angkutan dan komunikasi (5,96 %) dan keuangan, persewaan dan
jasa (3,00 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 2.14. Distribusi Prosentase Masing-Masing Kegiatan Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2004-2006 Atas Dasar Harga Berlaku
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
Tabel 2.15. Distribusi Prosentase Masing-Masing Kegiatan Ekonomi Terhadap PDRB
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2004-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
2.1.3.1.3. Tingkat Laju Inflasi Daerah
Di Kabupaten Rejang Lebong pada umumnya inflasi dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan kebutuhan konsumsi masyarakat, misalnya kebutuhan pangan, sadang dan kesehatan. Peningkatan kebutuhan tersebut juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan siklus yang selalu berulang. Misalnya pada saat perayaan hari besar agama, maka ada kecenderungan
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 13,50 14,01 14,29 7 Angkutan dan Komunikasi 6,62 6,96 6,86
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 13,94 13,99 14,26 7 Angkutan dan Komunikasi 6,39 6,09 5,96 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,05 3,00 3,00
9 Jasa-jasa 15,36 14,70 14,63
inflasi meningkat karena peningkatan kebutuhan bahan pangan. Pada saat tahun liburan sekolah dan ajaran baru, maka ada kecenderungan inflasi meningkat karena peningkatan kebutuhan rekreasi dan pendidikan. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan inflasi yang cukup besar disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali. Kenaikan harga BBM mendorong kenaikan biaya produksi dan sekaligus harga-harga kebutuhan masyarakat. Inflasi pada tahun 2006 juga masih relatif tinggi, karena efek beruntun dari kenaikan harga minyak, namun dibanding tahun 2005 sudah menurun.
Tabel 2.16. Tingkat Inflasi Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2004-2008
Sumber : PDRB Kab. RL 2006
2.1.3.2Kondisi Keuangan Daerah
2.1.3.2.1 Perkembangan Penerimaan
Berdasarkan data yang ada, sebagian besar pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan baik yang berasal dari Pemerintah maupun Pemerintah Propinsi. PAD memberikan sumbangan pada pendapatan daerah rata-rata 4,6%, sedangkan Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah memberikan sumbangan kepada pendapatan daerah sebesar 95,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.17. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2005-2008
(Juta Rupiah)
Sumber : APBD Kab. RL 2005 - 2008
No Tahun Kumulatif Inflasi Keterangan
1. 2004 4,67 Januari – Desember 2004
2. 2005 25,22 Januari – Desember 2005
3. 2006 6,52 Januari – Desember 2006
4. 2007 5,52 Juni 2006 – Juni 2007
5. 2008 13,81 Juni 2007 – Juni 2008
No Pendapatan Daerah
TAHUN
2005 % 2006 % 2007 % 2008 %
2.1.3.2.2 Perkembangan Pembiayaan dan Pendanaan Daerah
Tabel 2.18. Realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2007-2008
(Juta Rupiah)
Sumber : APBD Kab. RL 2007 - 2008
2.1.3.2.3 Perkembangan PAD yang Menjabarkan Retribusi dan Pajak
Daerah
Berdasarkan data pada tahun 2007-2008, maka sumber pendapatan daerah yang terbesar adalah pajak daerah, kemudian diikuti retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pada tahun 2007, pajak daerah mencapai 13,02%, retribusi daerah 72,37%, hasil pengelolaa kekayaan daerah yang dipisahkan 3,81% dan lain-lain PAD yang sah 10,79%. Sedangkan untuk tahun 2008, pajak daerah mencapai 11,70%, retribusi daerah 73,18%, hasil pengelolaa kekayaan daerah yang dipisahkan 8,29% dan lain-lain PAD yang sah 6,83%. Untuk lebih
Jenis Pengeluaran
TAHUN
2007 2008
BELANJA DAERAH 429.812.078.695,05 509.974.129.693,08
A. Belanja Langsung 198.038.308.100,00 257.859.216.030,00
1. Belanja Pegawai 16.883.220.600,00 16.820.665.150,00 2. Belanja Barang dan Jasa 67.108.588.950,00 73.285.005.098,00 3. Belanja Modal 114.046.498.550,00 167.753.545.782,00
B. Belanja Tidak Langsung 231.773.770.595,05 252.114.913.933,08
1. Belanja Pegawai 180.066.018.386,05 195.491.114.817,25 2. Belanja Bunga 4.462.693.400,28 1.162.119.115,83
3. Belanja Subsidi - -
4. Belanja Hibah - 2.907.600.000,00
5. Belanja Bantuan Sosial 26.086.400.000,00 31.544.000.000,00 6. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa 79.750.000,00 -
7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa 17.392.308.808,77 18.960.080.000,00 8. Belanja Tidak Terduga 3.686.600.000,00 2.050.000.000,00
Tabel 2.19. Realisasi Perkembangan PAD Tahun 2007-2008 (dalam jutaan)
Sumber : APBD Kab. RL 2007 -2008
2.1.4 Profil Sosial Budaya
2.1.4.1Kondisi Sosial
2.1.4.1.1 Tingkat Kemiskinan
Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 261.745 jiwa. Penduduk miskin di Kabupaten Rejang Lebong yang tertinggi terdapat di Kecamatan Kota Padang sebanyak 14.453 jiwa dengan jumlah KK miskin sebanyak 2.653 KK, sedangkan untuk jumlah penduduk miskin terendah terdapat di Kecamatan Binduriang sebanyak 8.646 jiwa dengan jumlah KK miskin sebanyak 804 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah berikut ini.
No PAD
TAHUN
2007 % 2008 %
1 Pajak Daerah 1.981 13,02 2.074 11,70 2 Retribusi Daerah 11.011 72,37 12.974 73,18 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan
Tabel 2.20. Sebaran Keluarga dan Penduduk Miskin serta Tingkat Prevalensinya
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2008
Sumber : Kantor Kesosnaker Kab. RL 2006
No Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah KK Jumlah KK Miskin Prevalensi (%)
1 Curup Kota 27.747 6.506 1.716 26,38 2 Curup Tengah 19.335 5.043 1.929 38,25 3 Curup Utara 20.143 4.923 1.051 21,35 4 Curup Selatan 16.654 4.083 1.617 39,60 5 Curup Timur 34.654 7.647 1.008 13,18 6 Bermani Ulu 34.392 6.791 2.027 29,85 7 Bermani Ulu Raya 25.820 2.828 1.966 69,52 8 Selupu Rejang 9.623 3.713 2.653 71,45 9 Sindang Kelingi 14.453 3.905 1.185 30,35 10 Sindang Beliti Ulu 15.167 3.136 1.496 47,70 11 Sindang Beliti Ilir 11.785 2.976 1.290 43,35 12 Sindang Dataran 12.568 3.786 1.098 29,00 13 Binduriang 14.243 2.938 804 27,36 14 Padang Ulak Tanding 11.090 2.704 1.217 45,00 15 Kota Padang 20.079 5.001 1.970 39,39
2.1.4.1.2Pendidikan dan Kesehatan
a. Pendidikan
Tabel 2.21. Jumlah dan Tingkat Sekolah Menurut Kecamatan dan Status dalam Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA Kab. RL 2006
No Kecamatan
Sekolah TK Sekolah Dasar Sekolah Menegah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
Tabel 2.22. Jumlah dan Tingkat Sekolah Menurut Kecamatan dan Status
dalam Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA Kab. RL 2006
b. Kesehatan
Berdasarkan data pada tahun 2006, jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Rejang Lebong antara lain Rumah Sakit Umum berjumlah 1 unit, Rumah sakit Khusus berjumlah 1 unit, Poliklinik berjumlah 6 unit, dan rumah bersalin sebanyak 1 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 56 unit, Puskesmas sebanyak 9 unit, Puskesmas
Perawatan sebanyak 4 unit, Puskesmas Keliling sebanyak 13 unit, Apotik sebanyak 11 unit, Posyandu sebanyak 196 unit dan BKIA sebanyak 3 unit. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table-tabel berikut ini.
No Kecamatan
Madrasah Aliyah Sekolah Menegah Kejuruan
Negeri Swasta Negeri Swasta
Tabel 2.23. Jumlah Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, Poliklinik / Balai Pengobatan dan
Rumah Bersalin Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA Kab. RL 2006
Tabel 2.24. Perkembangan Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Perawatan dan
Puskesmas Keliling Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA Kab. RL 2006
No Kecamatan Rumah Sakit
Tabel 2.25. Jumlah Apotik, Posyandu, BKIA Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2006
Sumber : RLDA Kab. RL 2006
2.1.4.2Kondisi Budaya
2.1.4.2.1 Gambaran Antropologi Daerah
Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong merupakan masyarakat yang kaya akan nilai-nilai luhur daerah, yang dapat dimanfaatkan dalam percepatan pembangunan. Sebagai masyarakat yang memiliki bahasa, aksara dan budaya sendiri, nilai-nilai luhur tersebut telah mengakar dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tanpa harus terjadi tumpang tindih dengan nilai-nilai budaya bangsa.
Diantara berbagai nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat
2.1.4.2.2 Kondisi Masyarakat
Pembangunan yang digulirkan selama ini telah mencatat banyak kemajuan dalam upaya meningkatkan taraf hidup, harkat dan martabat masyarakat kota baik konteks lokal, regional maupun nasional.
Setelah menelusuri hutan-hutan belantara, kini telah hadir sebuah sosok Bumei Pat Petulai yang cantik dan modern. Kota yang berada di punggung Bukit Barisan itu kini tampak benar-benar makin berseri di tengah kota-kota lain yang tengah berbenah diri. Dari kisah sebuah dusun penuh onak dan duri, kini Rejang Lebong semakin elegan dilengkapi berbagai fasilitas perkotaan. Jalan-jalan mulus tersedia, jasa transportasi bukan lagi persoalan, serta media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi hingga warung telekomunikasi sudah masuk ke sudut-sudut gang kota ini.
Rejang Lebong kini memang bukan lagi "tanah tak bertuan" kawasan ini sudah mencapai derajat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial dan ekonomi.
2.2 Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya
2.2.1 Sub Bidang Air Minum
Selain itu untuk air minum di perdesaan, berdasarkan pada hasil analisis tentang penyediaan air bersih serta kondisi air tanah di Kabupaten Rejang Lebong, dimana pada umumnya seluruh Kabupaten Rejang Lebong berada pada kondisi rawan air tanah dangkal, maka skenario penyediaan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan air bersih baik untuk domestik (rumah tangga) dipenuhi dari sumber-sumber air yang tersebar di Kabupaten Rejang Lebong atau
mempergunakan air permukaan, seperti Sungai Musi, Sungai Beliti, Sungai Kelingi, serta danau – danau alam yang terbentuk, dan sumber – sumber air yang ada dipegunungan, khusus untuk sumber air dipegunungan jika telah diuji hasilnya berkondisi dapat digunakan untuk kebutuhan air bersih dapat mengunakan SIPAS dengan pola gravitasi, namun jika PH-nya tidak layak dikonsumsi maka sebaiknya dipakai dengan sistim pengolahan.
Hal tersebut juga dari keadaan bentang jembatan yang ada di Kabupaten Rejang Lebong dimana mempunyai bentang sejumlah, 30 m di Air Tengah, 60 m di Sungai Beliti, 42 m di Sungaii Musi Kejalo, 30 m di Air Kelinggi, 30 m di Air Blumai, 25 m di Air Kasie, 42 m Air Musi Sawah, 42 m di Air Daup, 40 m Air Musi Watas Marga, 24 m di Air Pikat dll sungai yang ada di Kabupaten Rejang Lebong maka dapat di katakan bahwa sungai – sungai tersebut di Kabupaten Rejang Lebong mempunyai bentang yang lebar serta diasumsikan mempunyai debit yang cukup ( debit data sungai tidak didapat ). Berdasarkan hal – hal tersebut maka dengan asumsi :
1. Sungai – sungai tersebut mempunyai debit air yang cukup.
2. Pencegahan terhadap perusakan ekosistem yang dapat menggangu daur hidologi berjalan.
3. Debit sungai tersebut dapat terjaga
2. Kebutuhan air untuk industri juga memakai sungai – sungai yang debitnya cukup.
Sumber air sungai Musi dapat dimanfaatkan untuk daerah Kecamatan Curup, Bermani Ulu, Selupu Rejang, hal ini setelah diuji kualitas airnya. Untuk Kecamatan Padang Ulak Tanding dan kecamatan Sindang Kelingi dapat memanfaatkan sungai Kati dan Kelingi, Kecamatan kota Padang dapat mengunakan air sungai Beliti. Pengaturan air sungai diperuntukkan hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih domestik di perkotaan, sedangkan kebutuhan pengairan dipenuhi oleh anak–anak sungai yang tersebar di Kabupaten Rejang Lebong, dikarenakan Potensi air tanah di beberapa Kabupaten Rejang Lebong yang termasuk zona rawan air tanah dangkal.
Selain Sungai – sungai tersebut juga dapat dijajaki kemungkinan akan penggunaan air Sungai Ketahun di Kabupaten Lebong (sebagai hinterland-nya) untuk pemenuhan kebutuhan air untuk industri dan domestik, dimana berdasarkan data yang didapat debit air Sungai Ketahun sebesar 34 m3/dt pada ketinggian 563 mdpl, yang saat ini air Sungai Ketahun tersebut digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air dari PLTA Test dengan daya 17,2 MW serta PT. Mega Power Mandiri sebesar 12 MW. Maka konsep penyediaan air bersih dapat dikatakan mempergunakan sumber – sumber tersebut, namun skenario ini dapat berjalan jika DAS masing-masing sungai dapat dijaga kelestariannya. Di dalam sub bidang air minum Kabupaten Rejang Lebong menggunakan sistem penyediaan, sistem pelayanan, cakupan area, cakupan pelayanan, kebocoran pelayanan, asset yang dimiliki, pendanaan dan pembiayaan, kelembagaan, dan permasalahan yang dihadapi.
2.2.2 Sub Bidang sampah
sebanyak 59 buah, tong sebanyak 405 buah dan Bak Sampah (TPSS) 4 m3
sebanyak 50 buah. Sarana angkutan terdiri atas “dump truck” 11 unit, 2 “arm roll truck” dan 4 kendaraan pendukung roda 4.
Di dalam sub bidang sampah Kabupaten Rejang Lebong menggunakan sistem penyediaan, sistem pelayanan, cakupan area, cakupan pelayanan, asset yang dimiliki, pendanaan dan pembiayaan, kelembagaan, dan permasalahan yang dihadapi.
2.2.3 Sub Bidang Air Limbah
Hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Rejang Lebong belum memiliki jaringan air limbah. Di dalam sub bidang air limbah Kabupaten Rejang Lebong menggunakan sistem penyediaan, sistem pelayanan, cakupan area, cakupan pelayanan, asset yang dimiliki, pendanaan dan pembiayaan, kelembagaan, dan permasalahan yang dihadapi.
2.2.4 Drainase
Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2005 sampai dengan saat ini belum memiliki masterplant dan data panjang drainase saluran terbuka dan saluran air hujan tertutup. Sedangkan pada kawasan-kawasan tertentu ketika hujan tiba masih tergenang seperti kawasan Talang Rimbo Lama, Sp. Hotel Mira.
2.2.6 Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan
2.2.7 Strenght, Weaknes, Opportunities, Threat (SWOT) Kabupaten Rejang
Lebong
Analisis ini bertujuan untuk memberikan arahan pegembangan Wilayah Perencanaan dan sebagai arahan untuk menentukan program–program jangka pendek maupun jangka panjang Kabupaten Rejang Lebong. Metode analisis ini menggunakan matrik terhadap 2 (dua) aspek, yaitu :
1. Aspek internal yang terdiri atas :
a. Daftar potensi atau kekuatan/Strenght (S) sumberdaya yang dimiliki oleh Wilayah Perencanaan.
b. Daftar kendala atau kelemahan/Weaknes (W) sumberdaya yang dimiliki oleh wilayah perencanaan.
2. Aspek Eksternal yang terdiri atas :
a. Daftar peluang/Opportunities (O) yang dimiliki oleh wilayah perencanaan. b. Daftar ancaman/Threat (T) yang dimiliki oleh wilayah perencanaan dan
Tabel 2.26. Strenght, Weaknes, Opportunities, Threat (SWOT) Kabupaten Rejang Lebong
DAFTAR KEKUATAN/STRENGTH ( S ) DAFTAR KELEMAHAN/WEAKNES ( W )
1. Hukum : 1. Keterbatasan fisik lahan untuk berkembang ( 36,7% ) a. UU No. 39 Tahun 2003 tentang pemekaran akibat kawasan lindung dan faktor lereng
b. UU No.24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang 2. Akibat keterbatasan fisik tersebut menyebabkan : 2. Lokasi Strategis : a. Penetrasi kawasan lindung (TNKS & Hutan Lindung) a. Berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan serta Lintas yang dijadikan sebagai kawasan budidaya
Tengah Sumatra b. Distribusi penduduk terkonsentrasi di sekitar jalan b. Dilalui jalan arteri Bengkulu - Curup - Lubuk Lingau arteri primer dan sempadan sungai
c. Mempunyai Feeder Road ( Lintas Tengah - Lintas Barat ) c. PAD sebagian besar tergantung dari DAU & DAK 3. Perekonomian bertumpu disektor pertanian d. Kemampuan terbatas akibat keterbatasan SDA/SDM 4. Mempunyai potensi tambang e. Tidak diminati masyarakat wilayah lain sebagai 5. Potensi wisata alam dan wisata agro tempat transaksi ekonomi
6. Tersedianya jumlah tenaga kerja yang cukup saat ini f. Perekonomian tergantung dari hasil budidaya maupun saat yang akan datang ( 10 th kemudian ) pertanian bukan dari sisi Agribisnisnya
7. Secara kuantitas potensi kelembagaan pemerintahan g. Kemampuan ekonomi yang terbatas sebagai sumber 8. Tersedianya fasilitas perekonomian ( pasar regional di Kota pembiayaan pembangunan
Curup ) serta Fasiltas Perbankan di Kota Curup PUT dan SR h. Kesesuaian lahan tanaman pangan belum maksimal 9. Kesesuain lahan yang mendukung untuk sektor pertanian 3. Pertumbuhan penduduk relatif kecil pada saat 10 th yg 10. Potensi sungai - sungai yang cukup banyak sebagai akan datang , diakibatkan banyaknya migrasi kedaerah penyediaan air bersih lain
11. Mempunyai kawasan agropolitan 4. Kelangkaan air tanah dangkal
DAFTAR PELUANG /OPPORTUNITIES ( O ) Strategi S & O Strategi W & O 1. Kerjasama dengan instansi swasta dan
pemerintah dalam inventarisasi SDA tambang ( Gunakan Kekuatan Untuk Menangkap Peluang ) ( Atasi Kelemahan Dengan Memanfaatkan Peluang ) 2. Kerjasama dengan investor atau pemerintah
dalam pengelolaan pariwisata alam
3. Optimalisasi PAD dengan mengali sumber baru ( UU No. 22 & 25 tahun 1999 ) untuk pengembangan ekonomi
4. Pemanfaatan kawasan berfungsi lindung bagi kegiatan sosial ekonomi yang sangat menguntungkan nilainya untuk pembangunan nasional seperti pertambangan,penelitian, pariwisata, hankam, jaringan sarana dan
prasarana wilayah
5. Kerjasama denan daerah2 sekitar dalam pemanfaatan potensi perkebunan
( pengembangan komoditi unggulan ) 6. Kerjasama pengembangan Agropolitan yang ada
demi kemajuan perkembangan ekonomi
dengan investor swata
7. Pemanfaatan transhipment point Kota Padang sebagai daya tarik bagi pengembangan
ekonomi
8. PDRB Provinsi yang mencirikan eksport sektor perkebunan digunakan sebagai alat dalam
memacu perekonomian
9. Kerjasama dengan daerah - daerah sekitar/investor dalam pengembangan potensi karet yang ada dalam lingkup wilayah
belajasumba
10. Memanfaatkan volume perjalanan yang banyak dilintas tengah dalam menambah nilai
PAD daerah
DAFTAR TANTANGAN/THREATS
Strategi S & T Strategi W & T
1. Peningkatan ketersediaan pelayanan prasarana
dan sarana wilayah/perkotaan ( Gunakan Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan ) ( Kurangi Kelemahan Dengan Memanfaatkan Tantangan) 2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengawasan pembangunan
4. Peningkatan PAD daerah
5. Kegagalan dalam implementasi program
pembangunan
6. Kerjasama dengan swasta/pemerintah dalam
membangun daerah
7. Implementasi Kebijaksanaan Industri Nasional
tahun 2025
8. Menggunakan kerjasama regional Sumatera Bagian Selatan ( Belajasumba) sebagai faktor
pendorong bagi pengembangan ekonomi
9. Aspek lingkungan strategis
Tabel 2.27. Strategi S - O
Menggunakan Kekuatan yang ada untuk Menangkap Peluang
No Strategi berakibat terjadinya penciutan wilayah, digunakan untuk kerjasama dengan instansi swasta/Pemerintah untuk inventarisasi SDA Tambang dan pariwisata alam sampai taraf pengelolaanya.
Lokasi strategis (berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan serta dilalui jalur feeder road Curup – Lubuk Lingau) , digunakan untuk menangkap peluang optimalisasi PAD dengan memanfaatkan volume kendaraan yang banyak melalui lintas tengah sumatra.
Lokasi Strategis digunakan untuk menangkap peluang memanfaatkan kawasan berfungsi lindung bagi kegiatan sosial ekonomi yang sangat menguntungkan untuk pembangunan nasional dengan kegiatan pertambangan, penelitian, pariwisata, dan jaringan prasarana dan sarana wilayah.
Lokasi strategis digunakan untuk untuk menangkap peluang optimalisasi PAD dengan mengali sumber baru.
Lokasi strategis digunakan untuk menangkap peluang kerjasama dengan daerah sekitar dalam memanfaatkan potensi perkebunan.
Lokasi strategis digunakan untuk kerjasama dengan wilayah sekitar dalam pengembangan potensi karet.
Perekonomian bertumpu di sektor pertanian serta potensi tambang yang ada dan kepadatan penduduk sangat rendah dibanding wilayah lain digunakan untuk pengembangan Agropolitan yang ada demi pengembangan ekonomi.
Potensi kelembagaan pemerintah yang ada digunakan untuk mengali sumber – sumber baru demi peningkatan PAD.
10.
11.
Hinterland Kabupaten Rejang Lebong (Lebong dan Kepahiang) digunakan untuk menangkap peluang kerjasama dalam penyediaan air bersih, maupun sumberdaya kelistrikan.
SDM dalam kelembagaan pemerintah digunakan untuk menangkap peluang pengembangan PAD melalui sumber – sumber baru.
Tabel 2.28. Strategi S – T
Menggunakan Kekuatan yang ada untuk Mengatasi Tantangan
No Strategi
Pemekaran Kabupaten Rejang Lebong digunakan untuk menghadapi tantangan :
1. Peningkatan ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana wilayah.
2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan 3. Kerjasama dengan swasta/Pemerintah dalam pembangunan
Lokasi strategis digunakan untuk mengatasi peluang peningkatan PAD daerah
Potensi perekonomian bertumpu disektor pertanian, potensi kelembagaan pemerintah yangtersedia secara kuantitas serta tersedianya fasilitas perekonomian dan sosial digunakan untuk menjawab tantangan kegagalan dalam implementasi program pembangunan.
Seluruh potensi yang ada digunakan untuk menghadapi implementasi pembangunan kebijakan industri nasional.
Kekuatan yang ada di kabupaten hinterland ( Lebong dan Kepahiang ) digunakan untuk menjawab tantangan Implementasi kebijakan industri nasional 2025.
Seluruh kekauatan yang ada digunakan untuk menjawab tantangan aspek lingkungan strategis.
Lokasi strategis, potensi wisata alam dan agro, kawasan agropolitan kuantitas kelembagaan pemerintah yang ada, fasilitas perekonomian dan sosial digunakan untuk menjawab tantangan kerjasam regional Belajasumba
Tabel 2.29. Strategi W – O
Strategi Mengatasi Kelemahan dengan Menangkap Peluang yang ada
No Strategi
Peluang Optimalisasi dengan mengali sumber baru digunakan untuk mengatasi kelemahan dalam keterbatasan fisik lahan yang ada untuk berkembang akibat kawasan lindung dan faktor lereng yang menyebabkan penetrasi ke kawasan lindung
Kerjasama dengan daerah – daerah sekitar dalam pemanfaatan potensi perkebunan digunakan sebagai peluang untuk mengatasi kelemahan PAD yang saat ini besarnya tergantung dari DAU dan DAK
Peluang kerjasama dengan instansi swasta dan pemerintah dalam inventarisai SDA yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan PDRB dan PAD rendah.
Seluruh peluang yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan – kelemahan yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.
Pemanfaatan transhipment point yang ada di kota padang digunakan untuk Mengatasi kelemahan perekonomian yang tidak bisa dipacu saat ini.
Kerjasama pengembangan Agropolitan yang ada dengan investor digunakan untuk mengatasi kelemahan ekonomi yang saat ini bertumpu disektor pertanian.
Peluang pengembangan ekonomi (PDRB) yang berbasis eksport sektor perkebunan digunakan untuk mengatasi kelemahan PDRB kabupaten Rejang Lebong.
Tabel 2.30. Strategi W – T
Strategi Mengurangi Kelemahan dengan Menghadapi Tantangan
No Strategi
Tantangan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengawasan pembangunan digunakan untuk mengatasi kelemahan keterbatasan fisik lahan yang menyebabkan penetrasi kawasan lindung sebagai kawasan budidaya maupun perusakan lingkungan lainnya.
Tantangan peningkatan PAD daerah digunakan untuk mengatasi kelemahan PAD saat ini.
Tantangan kerjasama dengan swasta/pemerintah dalam membangun daerah dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan kemampuan ekonomi yang terbatas sebagai sumber pembiayaan pembangunan, serta mengatasi kelemahan pembiayaan 4 tahun kedepan sejak otonomi.
Kerjasama regional Belajasumba digunakan untuk mengatasi kelemahan ekonomi saat ini.
Aspek lingkungan strategis digunakan untuk mengatasi kelemahan ekonomi kabupaten rejang lebong serta kemampuan berkembang yang terbatas akibat limitasi fisik yang terbatas.
Sumber : RTRW Kab. Rejang Lebong
2.2.8 Arah Kebijakan Pembangunan
Berdasarkan masalah yang dihadapi daerah Kabupaten Rejang Lebong, dan sesuai dengan strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Rejang Lebong 2005 – 2010, maka dirumuskan arah kebijakan pembangunan sebagai berikut :
peningkatan akses permodalan dan pengembangan usaha, pengembangan potensi wilayah dan klaster industri berbasis masyarakat, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar sesuai karakter wilayah.
2. Peningkatan kegiatan usaha di bidang pertanian dan pariwisata;
3. Revitalisasi pertanian melalui pengamanan ketahanan pangan, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan kemampuan petani, dan penguatan lembaga pendukung, dan peningkatan promosi dan pemasaran produk pertanian; 4. Pemberdayaan koperasi, usaha kecil dan menengah dengan, memperkuat
kelembagaan, membangun tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi, peningkatan kepedulian dan dukungan dari semua pihak;
5. Perbaikan iklim ketenagakerjaan, melalui penciptaan aksesbilitas pasar kerja, kesempatan kerja, peningkatan kualitas SDM, memperbaharui program – program perluasan kesempatan kerja, menyempurnakan kebijakan program pendukung pasar kerja dengan mendorong terbentuknya informasi pasar kerja dan membentuk bursa tenaga kerja;
6. Pembangunan pedesaan dengan merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi di pedesaan (industri pedesaan dan jasa penunjang), memperluas akses masyarakat terutama kaum perempuan ke sumber daya ekonomi produktif, meningkatkan keberdayaan masyarakat, memenuhi hak dasar masyarakat atas pelayanan pendidikan dan kesehatan, dan mengembangkan praktek – praktek budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan;
2.2.9 Sebaran
Wilayah – wilayah yang menjadi fokus dalam RPIJMD Sektor Cipta Karya Kabupaten Rejang Lebong 2009 – 2012 meliputi :
1. Kecamatan Kota Padang 2. Kecamatan Sindang Beliti Ilir 3. Kecamatan Padang Ulak Tanding 4. Kecamatan Binduriang