• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Industri Tegakan Eucalyptus spp. Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Tanaman Industri Tegakan Eucalyptus spp. Studi Kasus di HTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanasan Global

Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatnya suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terekam sebelumnya, serta situasi dan perkembangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir khususnya dalam dekade di akhir abad 20 dan awal abad 21 (Winarso, 2009).

Ketika cahaya matahari mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat (Sofiyah, 2009).

(2)

dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. Gas-gas-gas rumah kaca yang meningkat ini menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang bersifat panas (inframerah) yang diemisikan oleh permukaan bumi kembali ke permukaan bumi (Susandi, et al., 2008).

Perubahan iklim akan member dampak terhadap pertanian, kehutanan, dan

ekosistem alami. Beberapa kawasan pertanian dan hutan akan kehilangan

produktivitasnya, pada sektor lainnya malah meningkat sehingga membuat pola

produksi bahan makanan dan perkayuan bergeser. Pergeseran ini akan

menyebabkan perubahan ekonomi wilayah yang cukup berarti pada intra dan antar

negara. Ancaman sediaan bahan makanan beberapa negara akan mengubah pola

perdagangan antar wilayah, sebaran keuntungan akan berbeda-beda. Kegiatan

wisata juga akan banyak terpengaruh, keuntungan positif dan negatif akan terlihat

antar wilayah geografis (Winarso, 2009).

Karbondioksida sejauh ini adalah gas rumah kaca yang paling berlimpah

yang dihasilkan dari aktifitas manusia. Namun, metana dan nitrous oksida lebih

berpotensi dalam kontribusinya terhadap pemanasan global dan konsentrasinya

pun meningkat. Molekul metana mempunyai kemampuan untuk menyerap panas

26 kali karbondioksida sedangkan nitrous oksida 216 kali (Sofiyah, 2009).

Kawasan Hutan

(3)

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Hutan adalah suatu luasan lahan tertentu yang didalamnya terdapat asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan (yang didominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu) dan binatang, yang merupakan suatu kesatuan ekologis yang tidak dapat dipisahkan (ekosistem) sehingga dapat membentuk iklim mikro (micro climate) dan kondisi ekologi yang spesifik. Bila diuraikan unsur-unsur yang terdapat pengertian hutan tersebut, terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

 Luasan lahan tertentu

 Asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan (yang didominasi oleh pohon dan vegetasi berkayu)

 Binatang

 Suatu kesatuan ekologis yang tidak dapat dipisahkan (ekosistem)  Iklim mikro (micro climate)

 Kondisi ekologi yang spesifik. (Cipto, 2008).

Berdasarkan kondisi iklim dan topografi yang kita ketahui, sekarang Indonesia masih akan tertutup hutan jika masyarakat tidak perlu membuka hutan untuk kebutuhan pertanian, infrastruktur dan pemukiman. Kita tidak bisa tahu secara pasti berapa banyak tutupan hutan di Indonesia zaman dulu. Namun berdasarkan estimasi potensi vegetasi (yaitu luas kawasan yang kemungkinan tertutup berbagai tipe hutan dan dengan mempertimbangkan kondisi iklim dan lingkungan serta intervensi manusia) dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia dulu tertutup hutan. Tempat-tempat yang tidak dapat mendukung pertumbuhan pohon hanyalah lereng-lereng gunung yang sangat curam dan jalur-jalur pesisir yang sempit (MacKinnon, 1990).

(4)

dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang. Penggunaan lahan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesesuaian tanah, air dan unsur-unsur konservasi menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi sumberdaya dan lingkungan di Indonesia. Sebagai akibat dari tindakan ini sering terjadi bencana yang merugikan masyarakat (Kusumawardani, 2009).

Berkurangnya luasan hutan lebih banyak disebabkan oleh pengaruh faktor

intervensi manusia. Ada beberapa faktor yang secara signifikan menyebabkan

berkurangnya hutan, antara lain: penebangan kayu hutan baik legal maupun illegal,

perambahan hutan untuk tanaman argoindustri dan perluasan pemukiman. Menurut

FAO, angka deforestifikasi Indonesia tahun 2000-2005 mencapai 1,8 juta hektar

pertahun. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan angka resmi yang

dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan yaitu 2,8 juta hektar pertahun. Indonesia

masih dibawah Brazil yang menempati tempat pertama dengan kerusakan 3,1 juta

hektar pertahun, dengan gelar kawasan forestifikasi terbesar di dunia (Cipto, 2008).

Semakin berkurangnya hutan memegang peranan dalam pemanasan global. Kawasan hutan merupakan areal yang mempunyai manfaat langsung bagi masyarakat, namun pada kenyataannya selama ini belum banyak dipahami kalangan awam sebagai sesuatu yang berarti. Mereka menilai kawasan hutan merupakan kawasan tutupan hutan yang hanya mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada di dalamnya bisa dijual atau dimanfaatkan untuk bangunan. Memang sangat berorientasi pada kepentingan manusia yang ada disekitar kawasan hutan, namun jika dihubungkan secara global, ekosistem hutan lebih dari itu. Hutan telah berjasa dalam keseimbangan iklim, mengurangi polusi, mereduksi, menyerap CO2 dan mengurangi pemanasan global (Winarso, 2009).

Biomassa dan Karbon Hutan

(5)

menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam batang, daun, akar, umbi buah dan lain-lain. Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini sering disebut juga dengan produktifitas primer. Dalam aktifitas respirasi, sebagian CO2 yang sudah terikat akan dilepaskan kembali dalam bentuk CO2 ke atmosfer. Selain melalui respirasi, sebagian dari produktifitas primer akan hilang melalui berbagai proses misalnya herbivora dan dekomposisi. Sebagian dari biomassa mungkin akan berpindah atau keluar dari ekosistem karena terbawa aliran air atau agen pemindah lainnya. Kuantitas biomassa dalam hutan merupakan selisih antara produksi melalui fotosintesis dan konsumsi. Perubahan kuantitas biomassa ini dapat terjadi karena suksesi alami dan oleh aktifitas manusia seperti silvikultur, pemanenan dan degradasi. Perubahan juga dapat terjadi karena adanya bencana alam (Sutaryo, 2009).

Menurut Lugo dan Snedaker (1974) dalam Balinda (2008) biomassa disusun

terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbondioksida, hidrogen,

dan oksigen. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, komposisi dan

struktur tegakan. Biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu biomassa

tumbuhan di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa tumbuhan

di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih jauh dikatakan biomassa

di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur organik per unit luas pada waktu

tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produksi, umur tegakan hutan dan

distribusi organik (Kusmana, 1993).

(6)

tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Pada ekosistem di darat, C tersimpan dalam 3 komponen pokok), yaitu: (1) Biomassa merupakan massa bagian vegetasi dalam kondisi hidup yakni tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim. (2) Nekromassa merupakan massa bagian pohon yang telah mati baik yang masih dalam kondisi tegak di suatu lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang atau tergeletak pada permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang belum terurai. (3) Bahan organik tanah merupakan sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikelnya lebih kecil dari 2 mm (Hairiah et al., 2007).

Biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomasa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengan siklus karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran atau perpindahan karbon diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Siklus karbon sesungguhnya merupakan suatu proses yang rumit dan setiap proses saling mempengaruhi proses lainnya (Sutaryo, 2009).

(7)

biomassa ini dengan baik dan benar membawa manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, sementara penggunaan dengan tanpa terkendali seperti pembakaran akan meningkatkan emisi karbon ke udara (penyebab efek rumah kaca dan pemanasan global), sedangkan pembuangan biomassa ke dalam badan-badan air, akan mencemarkan perairan itu sendiri dengan meningkatkan kadar BOD dan COD (Rauf, 2011).

Hutan Tanaman Industri

Huan Tanaman Industri (HTI) merupakan hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Tujuan pengusahaan HTI adalah menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa, meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha (Peraturan Pemerintah Nomor 7 1990, Pasal 2). Adanya pembangunan HTI maka diharapkan dapat menyelamatkan hutan alam dari kerusakan karena HTI merupakan potensi kekayaan alam yang dapat diperbaharui, dimanfaatkan secara maksimal dan lestari bagi pembangunan nasional secara berkelanjutan untuk kesejahteraan penduduk (Anjasari, 2009).

(8)

mengusahakan hutan di dalam suatu kawasan hutan yang kegiatannya terdiri dari penanaman pemeliharaan, pemungutan, pengolahan hingga pemasaran. Hak itu diberikan selama jangka 35 tahun ditambah daur tanaman pokok yang diusahakan. Sesuai dengan konsepsi kebijakan pembangunan HTI, Pemerintah sesungguhnya telah memiliki sebuah rancangan dalam upaya mewujudkan kelestarian hutan dan keberlanjutan peran industri kehutanan. Intinya, pembangunan hutan tanaman merupakan jawaban bagi kelestarian sumber daya hutan (Yudhiwati, 2010).

Pembangunan HTI mempunyai 3 sasaran utama yang dapat dicapai yakni sasaran ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan sasarannya, maka pembangunan HTI tentunya harus memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat disekitar kawasan HTI. Dalam mewujudkan pembangunan HTI maka banyak pihak dan stakeholder yang terlibat, salah satunya adalah masyarakat tepatnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan. Adanya peran dan partisipatif dari masyarakat sekitar, baik dalam memberikan dukungan material maupun nonmaterial serta bekerjasama dengan pihak lainnya yang terlibat dapat memperlancar dan mempercepat pelaksanaan pembangunan HTI. Oleh karena itu, masyarakat disekitar kawasan hutan tentu akan terkena pengaruh dari pembangunan HTI baik dari segi sosial maupun ekonomi (Anjasari, 2009).

(9)

Tanaman Eucalyptus - Sejarah Eucalyptus

Sistematika atau taksonomi tanaman Eucalyptus hybrid adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae Class : Dycotyledone Ordo : Myrtiflorae Famili : Myrtaceae Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus grandis (x) Eucalyptus urophylla (Eucalyptus hybrid) Eucalyptus spp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus spp. juga dikenal sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman ini mempunyai sistem perakaran yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit maka perakarannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman tersebut. Eucalyptus spp. merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman Industri. Kayu Eukaliptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, pulp dan kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi (Poerwowidodo, 1991).

(10)

untuk obat gosok, obat batuk, parfum, deterjen, desinfektan dan pestisida (Sutisna dkk, 1998).

- Penyebaran dan habitat

Daerah penyebaran Eucalyptus spp. meliputi Australia, New Britania, Papua, dan Tazmania. Beberapa spesies Eucalyptus juga ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi, NTT, dan Timor-Timur. Genus Eucalyptus spp. terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya ada 2 spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Filipina) yaitu Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian utara menuju bagian timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian barat daya. Pada saat ini, beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Tengah (Mardin, 2009).

- Persyaratan tempat tumbuh

Jenis Eucalyptus spp. merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanahdan tempat tumbuhnya, jenis Eucalyptus spp. termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, vinir, bahan pulp dan kertas, oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan.

(11)

tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman itu (Poerwowidodo, 1991)

Syarat tumbuh tegakan Eucalyptus spp. Jenis-jenis Eucalyptus spp. terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus spp. tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp. dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus, gersang, sampai tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus spp. dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata pertahun 20-32oC. Jenis tanah yang digunakan dalam pertanaman Eucalyptus spp. ini adalah jenis tanah litosol dan regosol podsolik (Darwo, 1997).

Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Teknologi GIS mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan GIS dengan sistem informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment (Aini, 2007).

(12)

Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250.000. Sejak saat itu sistem informasi geografis berkembang di beberapa benua. Seperti di negara-negara yang lain, di Indonesia pengembangan GIS dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan GIS menjadi pesat semenjak ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis (kampus) (Aini, 2007).

Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisis informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (Prahasta, 2009).

(13)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PT. Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk. merupakan jenis perusahaan kayu serat dengan produk berupa pulp yang terletak pada 01°-03° LU dan 98°15’00” 100°00’00” BT. Secara geografis terletak di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) yang dimiliki oleh PT. TPL, Tbk. terletak pada beberapa kabupaten di Sumatera Utara dengan luas izin HPHTI berdasarkan SK. Menhut No. 493/Kpts-II/1992 seluas 269.060 ha dengan jangka pengelolaan 43 tahun. Selain HPHTI, PT. TPL, Tbk. juga memiliki izin pemanfaatan pinus berdasarkan SK. Menhut No. 236/Kpts-IV/1984 seluas 15.763 ha. Luas total areal pengelolaan PT. TPL, Tbk. adalah 284.816 ha.

Areal konsesi PT. TPL, Tbk. terdiri dari enam sektor yang terletak pada kabupaten yang berbeda, yakni:

1. Sektor Tele, terletak pada 02°15’00” – 02°50’00” LU dan 98°20’00” – 98°50’00” BT, meliputi Kabupaten Samosir (Kecamatan Harian Boho), Kabupaten Pak-pak Bharat (Kecamatan Salak dan Kerajaan) dan Kabupaten Dairi (Kecamatan Sumbul, Parbuluan, dan Sidikalang).

2. Sektor Aek Nauli, terletak pada 02°40’00” – 02°50’00” LU dan 98°50’00” – 99°10’00” BT, meliputi Kabupaten Simalungun (Kecamatan Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon).

3. Sektor Habinsaran, terletak pada 02°07’00” – 02°21’00” LU dan 99°05’00” – 99°18’00” BT, meliputi Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Habinsaran, Silaen, dan Laguboti).

(14)

Humbang Hasundutan (Kecamatan Dolok Sanggul, Lintong Ni Huta, Onan Ganjang, dan Parlilitan).

5. Sektor Padang Sidempuan, terletak pada 01°15’00” – 02°15’00” LU dan 99°13’00” – 99°33’00” BT, meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Padang Bolak, Sosopan, Padang Sidimpuan, Sipirok) dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Kecamatan Sorkam dan Batang Toru).

Kondisi Umum Sektor Aek Nauli

Referensi

Dokumen terkait

Konsep desain (Gambar 1) ditentukan berdasarkan problematika yang diangkat. Dari kesulitan komunikus pemula dalam membuat komik, kurangnya pengetahuan dasar

Puskesmas di Kabupaten banyumas memiliki persepsi positif terhadap peran Apoteker yang berarti semua kepala Puskesmas setuju dengan peran Apoteker tentang

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kepuasan anggota koperasi syari’ah BEN IMAN, dengan kata lain apabila akad murabahah meningkat satu satuan maka

Gambar 7 Kurva Luasan Area A dan Area B Hasil yang akan ditimbulkan karena pangaruh bilge keel adalah luasan area B lebih besar dari pada luasan area A.dari hasil analisa

 Bisnis: misalnya merger dan akuisisi, untuk membangun inisiatif bisnis baru Penggerak pelanggan Penggerak teknologi Penggerak organisasional Penggerak bisnis

Kemudian Google mengambil source code Chromium proyek tersebut untuk membuat browser baru dengan menambah beberapa fitur tambahan, termasuk juga tambahan nama,

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi remaja terhadap penggunaan media sosial sebagai alat pemasaran di Masashi online shop. Penelitian ini menggunakan metode