BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah materi yang essensial bagi kehidupan manusia, akan tetapi air
juga dapat menjadi malapetaka antara lain sebagai pembawa mikroorganisme
patogen maupun zat-zat yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan
beracun (B3). Hal ini disebakan antara lain adalah sebagai akibat dari semakin
luas dan semakin kompleks masalah dalam pencemaran air. Ini brerlaku terutama
untuk negara berpenduduk sangat padat dengan kemajuan industri yang juga
semakin pesat, termasuk Indonesia .
Air juga merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup, karena selama hidupnya mereka memerlukan air. Semakin pesat
laju pertumbuhan penduduk maka makin meningkat jumlah penduduk, maka
semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air (Wardhana, 2004).
Menurut peraturan pemerintah sumber air adalah wadah air yang terdapat di
atas dan di bawah permukaan tanah, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk,
dan muara. Pengertian mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau
diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Sulfida dan Sianida
2.2.1 Sulfida (S2-)
Sulfida adalah suatu bentuk ion dari sulfur dimana satu ion sulfur tersebut
membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya,
karena membutuhkan 2 ion lagi maka dilambangkan S2-.
Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritan.
Dalam dosis tinggi dapat merusak sistem saraf pusat. Keracunan biasanya jarang
sekali terjadi karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka tidak
akan keracunan tetapi apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat,
sehingga tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut
yang mematikan dalam waktu singkat karena asphyxia.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organis
oleh bakteri. Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air
yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk pada proses-proses
industri maupun proses biologi.
Hidrogen Sulfida ini sangat beracun dan mematikan, tidak berwarna, lebih
berat dari udara sehingga cendrung berkumpul dan diam pada daerah yang rendah,
dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil pembakarannya gas
sulfur dioksida (SO2) yang juga merupakan gas beracun dan sangat korosif
mengakibatkan berkarat pada logam tertentu. Pada konsentrasi yang rendah
berbau seperti telur busuk dan dapat melumpuhkan indera penciuman manusia
2.2.2 Sianida (CN)
-Sianida (CN)- merupakan senyawa non-logam. Biasanya, senyawa ini
dihasilkan dalam pemrosesan logam. Sianida tersebar luas di perairan dan berada
dalam bentuk senyawa yang lebih kecil atau disebut juga ion sianida (CN)-,
hydrogen sianida (HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat
dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut, dan keberadaan ion lain. Pada pH
yang lebih kecil dari 8, sianida dianggap lebih toksik bagi makhluk hidup. Sianida
bersifat biodegradableatau mudah berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga
(Cu2+) dan besi (Fe2+). Sianida dalam bentuk ion mudah diserap oleh bahan-bahan
yang mudah melarutkan sesuatu (seperti air).
Sianida (CN)- merupakan senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal
sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga
terjadi asphyxia, orang merasa seperti tercekik dan cepat di ikuti oleh kematiian.
Keracunan kronis menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara
alamiah diberbagai tumbuhan. Apabila terdapat didalam air minum, maka untuk
menghilangkannya diperlukan pengolahan khusus.
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan
darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan
sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih karena
iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas
sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam
jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah
apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot
jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian. Dalam
konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum (Soemirat, 2005).
2.3 Pencemaran Sulfida dan Sianida
2.3.1 Pencemaran Sulfida (S2-)
Pencemaran sulfida terjadi apabila terpapar pada udara bebas akan
teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan atau air tanah membentuk air asam.
Air asam akan melarutkan logam yang terlewati sehingga menghasilkan bahan
beracun berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan, terutama air
permukaan dan air tanah.
Aliran air asam apabila memasuki badan air akan menyebabkan turunnya
pH, sehingga menjadi lingkungan yang tidak layak untuk dihuni oleh ikan dan
sejenisnya. Sedangkan apabila mengenai tumbuhan akan menyebabkan mati atau
tumbuh kerdil (Wikipedia, 2013).
2.3.2 Pencemaran Sianida (CN)
-Sianida selain berdada di dalam air, juga berasal dari lingkungan dan
berasal dari buangan pertambangan yang menggunakan sianida dalam proses
produksinya.
Anonimus (1999), menyatakan sekurang-kurangnya satu tambang emas di
Amerika Serikat menggunakan 125 ton sianida untuk mencuci 5000 ton biji emas
Tingkat racun dari sianida di dalam air tergantung dari konsentrasi sianida.
bahan berbahaya dan beracun dalam konsentrasi tertentu bila termakan manusia
dapat membahayakan kesehatan bahkan mengancam kehidupan (Gintings, 1995).
Sianida dalam bentuk HCN merupakan zat yang beracun. HCN banyak
ditemukan dalam lingkungan industri dan dalam proses pertambangan sianida
yang dihasilkan dapat berupa ion sianida (CN) dalam larutan “licing”. Ion sianida
CN mempunyai kemampuan menghambat kerja enzim dalam tubuh yang peka
terhadap sianida. Enzim sitokrom oksidase sangat peka terhadap sianida
(Anonimus, 1994).
Dampak akumulasi sianida di dalam tubuh manusia, yaitu :
Air Badan Air Menghambat pertukaran oksigen dalam tubuh, mengganggu
fungsi hati, menyebabkan pengeroposan tulang atau osteoporosis.
2.4Air Badan Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tanggal 14 Desember 2001 Air Badan
Air adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan
umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Dalam
melestarikan fungsi air badan air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan
2.4.1 Sungai
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari
lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Aliran sungai diklafikasikan dalam empat tahapan, yaitu stadium lahir,
muda, dewasa dan umur tua. Pada stadium lahir sungai belum tereroris, air tanah
berperan penting pada stadium ini sehingga pada musin kemarau sungai muda
masih didukung oleh aliran air tanah tetapi aliran sungai berjalan secara kontinu.
Sungai stadium dewasa, air sungai yang umumnya bersih dan lebih dalam
dibandngkan sungai muda sedangkan sungai tua lebih dalam lagi hampir
mencapai tingkat dasar geologinya (Wasilah, 2002).
2.4.2 Danau
Danau merupakan suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang
tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau
lainnya, serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi. Danau mempunyai
cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun
asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau
adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian
yang lebih atas.
Danau dapat diklafikasikan sebagai oligotropik, eutropik, dan dystropik.
jernih, kurang mengandung zat hara akibatnya kurang produaktif untuk aktifitas
biologis. Danau eutropik lebih banyak mengandung zat hara sehingga airnya agak
keruh dan lebih dapat menunjang kehidupan aquatik. Danau ini umumnya relatif
lebih tua dibanding oligotropik. Danau yang umurnya lebih tua diklafikasikan
sebagai danau Dystropik. Danau ini dangkal, dipenuhi dengan tumbuhan air dan
biasanya airnya berwarna serta mempunyai pH yang rendah (Wasilah, 2002).
2.4.3 Air Tanah
Air tanah ialah air yang melekat pada butir-butir tanah, dan air yang
tergenang di atas lapisan tanah yang terdiri dari batu, tanah lempung yang amat
halus atau padat yang sukar ditembus air.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa air tanah adalah air
yang tersimpan dalam ruang antar butir tanah yang dibatasi oleh formasi geologi
dan struktur batuan yang sukar ditembus air. Lapisan dimana air tanah dapat
dengan mudah melaluinya disebut lapisan permeabel seperti lapisan pasir atau
lapisan krikil. Lapisan impermeabel terbagi atas dua jenis yakni lapisan yang
kebal air (aquifuge) seperti lapisan batuan (rock) dan lapisan kedap air (aquiclude)
seperti lapisan lempung atau lapisan silt.
Lebih dari 98% dari semua air tawar diatas muka bumi tersembunyi di
bawah permukaan dalam pori-pori batuan. Dua persen sisanya adalah apa yang
kita lihat di danau - danau, sungai dan reservoir. Separuh dari dua persen ini
disimpan di reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen dari air di bawah
bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya adalah lengas
tanah pada mintakat tidak jenuh di atas muka air tanah (Seyhan, 1997).
2.5 Macam-macam Air Badan Air
1. Badan air golongan A, yaitu badan air yang airnya digunakan sebagai air
minum tanpa pengolahan yang berarti.
2. Badan air golongan B, yaitu badan air yang airnya dapat digunakan
sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan dapat digunakan
untuk keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A.
3. Badan air golongan C, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk
keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat digunakan untuk keperluan
lain, tetapi tidak memenuhi golongan A dan B.
4. Badan air golongan D, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk
keperluan pertanian dan keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan
A, B dan C.
5. Badan air golongan E, Yaitu badan air yang tidak memenuhi kualitas air
golongan A, B, C dan D.
2.6 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Mulia, 2005).
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau
Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologi
perairan dapat terganggu. Sistem ekologi perairan (ekosistem) mempunyai
kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh
beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang
bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya
maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi. Pencemaran air selain
menyebabkan dampak lingkungan yang buruk dapat menurunkan
keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan
makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung
mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen beracun (Nugroho,
2006).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi.
Air diperlukan dalam aktivitas organisme mulai dari kebutuhan konsumsi
makhluk hidup (termasuk manusia), untuk industri dan sebagainya. Karena begitu
banyaknya kegiatan manusia yang melibatkan air akan dapat mengakibatkan
pencemaran air (Situmorang, 2007).
Air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu
untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi
kegiatan industri dan teknologi itu dalam jumlah yang cukup besar, maka perlu
dipikirkan dari mana air tersebut di peroleh. Pengambilan air dari sumber air tidak
boleh mengganggu keseimbangan air lingkungan (Wardhana, 2001).
Menurut Abdullah (1989), ada tiga penyebab utama tercemarnya suatu
perairan yaitu:
1. Peningkatan konsumsi atau pengguaan air sehubungan dengan
perekonomian dan taraf hidup masyarakat.
2. Terjadinya perpindahan dan pertambahan penduduk di sekitar daerah
industri.
3. Kurangnya kesadaran sosial dan rendahnya pendapatan untuk
memperbaiki lingkungan hidup.
2.7 Spektrofotometer
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar
putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang
gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sample dan blanko ataupun
pembanding (Underwood, 1980).
2.7.1 Analisa Spektrofotometer
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada
analisis spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia mempunyai tingkat energi radiasi
yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu
spektrum yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi frekuensi terhadap
frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia tertentu dan