• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul - Alcohol and Drug Rehabilitation Centre (Healing Architecture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Terminologi Judul - Alcohol and Drug Rehabilitation Centre (Healing Architecture)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Judul proyek yang diusulkan pada proposal ini adalah “Alcohol and Drug Rehabilitation Centre”. Untuk memudahkan dalam memahami judul yang diajukan, maka akan diuraikan masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

2.1.1 Pengertian Alcohol

Alcohol is drink such as beer, wine, etc. that can make people drunk (Oxford Advanced Learners Dictionary).

Alcohol atau alkohol (Indonesia) merupakan minuman mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam alkohol dapat menyebabkan ketergantungan hingga kematian bila dikonsumsi secara berlebihan dan tidak menggunakan komposisi pencampuran yang tepat.

2.1.2 Pengertian Drug

Drug is an illegal substance that some people smoke, inject, etc. to give them pleasant or exciting feelings (Oxford Advanced Learners Dictionary).

Drug (jamak : drugs) yang diartikan sebagai obat-obatan merupakan substansi yang dapat memberikan sensasi menyenangkan atau menggairahkan. Istilah ini sering dipakai oleh World Health Organization (WHO). Di Indonesia, obat-obatan direlevansikan dengan kata narkoba (narkotika, obat-obatan, dan bahan adiktif) atau NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).

2.1.3 Pengertian Rehabilitation Centre

Rehabilitation is a place that used for helping somebody to have a normal, useful life adain after they have been very ill or sick or in prison for a long time ( acc. to Oxford Advanced Learners Dictionary).

(2)

anggota tubuh yang cacat atau mengalami gangguan supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.

Centre is a place or an area where a lot of businness or cultural activity takes place (Oxford Advanced Learners Dictionary). Dalam bahasa Indonesia, centre diartikan sebagai pusat yang berarti pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan dari berbagai hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online).

Maka, rehabilitation centre dapat diartikan sebagai pusat yang menjadi wadah bagi suatu upaya pemulihan kesehatan.

2.1.4 Pengertian Judul

Sesuai dengan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka pengertian dari judul proyek “Alcohol and Drug Rehabilitation Centre” yaitu pusat yang menjadi wadah bagi upaya medis dan pemulihan bagi mereka para pelaku dan korban penyalahgunaan narkoba agar keadaan mereka dapat dipulihkan dan dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya serta menumbuhkan kembali produktivitas kerjanya.

2.2 Tinjauan Umum Proyek

2.2.1 Jenis – jenis Narkoba yang Sering Disalahgunakan 2.2.1.1 Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir 1 UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, maka narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis ataupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Supramono, 2004:159).

Narkotika terdiri dari tiga golongan :

(3)

2. Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, petidin.

3. Golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan . Contoh : codein.

Beberapa jenis narkotika yang sering disalahgunakan antara lain : 1. Heroin

Heroin yang merupakan golongan opioida semi sintetik berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari tanaman Papaver yang dapat hidup di daerah sub tropis (Gambar 2.1). Heroin berasal dari wilayah Segitiga Emas (The Golden Triangle) yaitu : Myanmar, Thailand, dan Laos. Heroin bentuknya berupa bubuk seperti tepung. Di pasaran sering disebut dengan putaw, bedak putih, dan etep.

Pemakaian heroin dilakukan dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar di atas kertas timah pembungkus rokok, dan atau menyuntikkan langsung pada pembuluh darah setelah bubuk heroin dilarutkan dalam air. Reaksi pemakaian heroin sangat cepat, menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan bila sudah pada taraf kecanduan akan membuat pemakai kehilangan percaya diri sehingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri dan merasa lingkungannya adalah musuh. (Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

(4)

Jika pengguna mengurangi atau menghentikan penggunaannya, maka akan terjadi gejala putus zat (withdrawal symptoms) dengan kerangka waktu yang seperti Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2. 1 Simtom putus zat opioid dengan kerangka waktu

Jarak waktu dari sunti kan terakhir

 berkeringat, perasaan panas dan dingin  kehilangan nafsu makan

Lebih dari 24 jam  keinginan kuat untuk menggunak an heroin (craving)

 kram perut, diare

 kehilangan nafsu makan, mual, muntah  nyeri punggung, nyeri persendian, tangan

atau kaki, sakit kepala  sulit tidur

 letargi, fatigue

 tidak dapat istirahat, iritabel, agitasi  sulit konsentrasi

muncul keluhan lain seperti idak dapat tidur, rasa lelah, iritabel, craving

Beberapa minggu sam pai beberapa bulan

 kembali ke pola tidur, level aktivitas dan mood normal. Meningkat nya kesehatan secara umum dan penurunan craving

Sumber : KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAP ZA.

(5)

2. Kokain

Kokain adalah senyawa sintetis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan (Gambar 2.2).

Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu.

(

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan mudah larut dalam air. Kokain ini biasa dikenal dengan nama koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow/ salju. Penggunaannya dengan cara dihirup atu dibakar bersama tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup mengakibatkan kering dan luka pada lubang hidung bagian dalam.

Efek pemakaian kokain adalah euforia, bertambahnya rasa kepercayaan diri, berkurangnya keinginan untuk tidur, dan meningkatnya nafsu makan. Pada penggunaan kronis dapat mengakibatkan insomnia, depresi, agresif, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan, kedutan otot, ansietas, halusinasi, mpotensi, peningkatan denyut nadi dan refleks. Gejala putus zat kokain terjadi setelah beberapa hari penggunaan, antara lain mood disforia (kesedihan mirip depresi) dan paling sedikit mencakup dua dari gejala berikut : fatigue, insomnia, agitasi psiomotor atau retardasi, craving, peningkatan nafsu makan, dan mimpi buruk serta mencapai puncaknya dalam dua sampai empat hari (KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA).

Gambar 2.2 Kok ain Sumber : Google gambar

(6)

3. Candu (opium)

Candu didapat dari getah tanaman Papaver Somniferum didapat menyadap (menggores) buah yang hampir masak, getah yang keluar berwarna putih dan dinamai Lates” (Gambar 2. 3). Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menyerupai aspal lunak dan dinamakan candu mentah atau candu kasar

(H, Sasangka : 2003).

Penggunaan candu secara klinik antara lain sebagai analgetika pada penderita kanker, eudema paru akut, batuk, diare, premedikasi anastesia, dan mengurangi rasa cemas. Penggunaan candu seperti yang terurai di atas adalah khasiat candu pada umumnya, sebenarnya khasiat candu secara lebih spesifik adalah akibat alkoloida yang dikandungnya.

Putus obat dari candu dapat menimbulkan gejala seperti gugup, cemas , gelisah, pupil mengecil, sering menguap, mata dan hidung berair, badan panas dingin dan berkeringat, pernafasan bertambah kencang dan tekanan darah meningkat, diare, dan lain-lain.

4. Ganja/ Kanabis

Ganja (Gambar 2.4) (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) dengan nama lain mariyuana, grass, hash, herb, adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euphoria (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Penggunaannya adalah dengan cara dirokok dengan atau tanpa tembakau, dengan pipa, atau digunakan

dalam campuran dengan zat lainnya. Penggunaan dengan cara dirokok akan memberikan risiko kanker paru, namun tidak menyebabkan overdosis yang fatal. Dampak penggunaannya yaitu kesulitan mengingat sesuatu, sulit konsentras i, mengantuk, ansietas, paranoia, persepsi atas waktu menjadi kacau, dengan disertai

Gambar 2.3 Candu Sumber : Google gambar

(7)

kemerahan pada mata, tremor, nausea,sakit kepala, gangguan pernafasan dan nafsu makan meningkat. Gejala putus zat ditandai dengan kondisi ansietas, tidak dapat beristirahat dan mudah tersinggung, anoreksia, tidur terganggu dan sering mengalami mimpi buruk, gangguan gastrointestinal, berkeringat pada malam hari, dan tremor (KMK RI Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA).

5. Morfin (Morphine)

Kata "morfin" berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium (Gambar 2.5). Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan kesadaran, euforia, rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar, merangsang batuk, dan meyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Residen morfin juga dilaporkan menderita insomnia dan mimpi buruk.

Pada pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat akan menimbulkan toleransi dan ketergantungan yang cepat. Morfin bekerja pada reseptor opiate yang sebagian besar terdapat pada susunan saraf pusat dan perut. Dalam dosis lebih tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan ureter. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat yang dapat menyebabkan kematian. Sifat morfin yang lainnya adalah dapat menimbulkan kejang abdominal, mata merah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria, dan lain-lain.

(8)

6. Codein

Menurut Undang – Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, codein merupakan narkotika golongan III. Codein termasuk garam / turunan dari candu (Gambar 2.6) Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan untuk menimbulkan ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai obat analgetik, ± 6 kali lebih lemah dari morfin.

Efek samping dan resiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal (S, Joewana : 1989).

2.2.1.2 Psikotropika

Menurut UU RI No 5/1997, Psikotropika adalah zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari empat golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengalami sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital

(9)

3.

Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.

4.

Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance menyebutkan batasan-batasan psikotropika sebagai bahan yang dapat menyebabkan ketergantungan, depresi, dan stimulansia, halusinasi, dan gangguan motorik atau persepsi. Berdasarkan batasan itu, psikotropika digolongkan atas stimulansia, depresiva, dan halusinogen.

1. Stimulansia

Zat yang tergolong stimulansia adalah amfetamin (amphetamine). Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang disintesa tahun 1887 dan mulai dipasarkan tahun 1932 sebagai dekongestan. Nama jalanannya adalah speed, meth crystal, uppers, whizz, dan sulphate. Bentuknaya berupa bubuk berwarna putih keabuan.

Amfetamin terdiri atas dua jenis yaitu : A. MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine)

MDMA dikenal dengan nama ecstacy (ekstasi). Efek yang ditimbulkannya yaitu mulut kering, jantung berdetal kebih cepat, berkeringat, mata kabur, demam tinggi, ketakutan, sulit berkonsentrasi, dan otot nyeri.

B. Metamfetamin

(10)

C. Shabu

Shabu merupakan turunan metamfetamin dengan sifat stimulansia yang ebih kuat. Bentuknya berupa kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol dengan rasa yang menyengat. Shabu dipakai untuk mendapatkan efeknya antara lain : peningkatan semangat, kewaspadaan, daya konsenrasi, euphoria, dan menguranagi nafsu makan. Penggunaan shabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan serius pada kejiwaan dan mental, kerusakan saraf, kehilangan berat badan, radang hati, dan peningkatan tekanan darah.

2. Depresiva

Depresiva merupakan obat-obatan yang dipergunakan untuk menenangkan saraf dan memudahkan seseorang untuk tidur. Depresiva dapat menimbulkan keergantungan fisik maupun psikis dan umumnya timbul setelah dua minggu penggunaan terus menerus. Salah satu contoh depresiva yaitu benzodiazepin.

Benzodiazepin biasa disebut dengan pil koplo. Yang sering disalahgunakan adalah lexotan (lexo), BK, rohypnol, dumolit, mogadon. Semuanya bersifat sedatif, ansiolitik, dan anti konvulsan. Gejala umum ketergantungan adalah gangguan kordinasi tubuh, mengantuk, fatigue, penurunan fungsi kognisi dan memori, kebingungan, lemah otot, depresi, bicara tidak jelas (cadel), euforia, tumpulnya emosi, sakit kepala, dan pandangan kabur.

Gejala putus zat umumnya mencakup insomnia, ansietas, iritabel, tidak dapat beristirahat, agitasi, tremor, depresi, dan dizzines. Kadang-kadang putus zat dapat menimbulkan kejang dan delirium.

3. Halusinogen

Halusinogen merupakan senyawa sintetik yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang serta menimbulkan halusinasi. Contoh zat tergolong halusinogen antara lain :

A. Lysergic Acid Diethylamide (LSD)

(11)

halusinogennya sangat kuat dan bertahan dua hingga dua belas jam. Dampaknya adalah terganggunya kemampuan mengambil keputusan, distorsi persepsi visual, dan halusinasi. Penderita juga mengalami kondisi bad trip, yaitu timbulnya reaksi panik, paranoia, ansietas, hilangnya kendali, kekacauan, dan psikosis yang dapat membuat penderita melukai diinya sendiri. Penghentian zat ini bertahun-tahun pun dapat menimbulkan efek halusinasi tanpa tanda-tanda yang mendahuluinya.

B. Phencyclidine (PCP)

Di jalanan, zat ini dikenal dengan nama angel dust, supergrass, killer weed, rocket fuel, kristal, dan embalming fluid. Penggunaannya dengan cara dirokok . PCP sering dipakai menggantikan LSD, mescaline, THC, dan kokain. Bentuknay dapat berupa kristal berwarna putih mudah larut di dalam air dan likuid. PCP membuat seseorang mengalami psikosis seperti skizofrenia dengan tanda merasa diri kuat, tak peka, sangat percaya diri. Efek psikosos ini dapat membuat penggunanya melukai diri sendiri dan orang lain.

2.2.1.3 Zat Adiktif

Zat yang tergolong dalam zat adiktif anatra lain :

1. Minuman Alkohol

Minuman alkohol merupakan mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu golongan A (kadar etanol 1 – 5 % seperti bir), golongan B (kadar etanol 5 – 20 %, contohnya berbagai minuman anggur ), dan golongan C (kadar etanol 20 – 45 % seperti whisky, vodca, manson house, johny walker )

(12)

Gejala putus zat alkohol biasa terjadi pada 6-24 jam sesudah konsumsi alkohol yang terakhir dengan tanda-tanda sebagai berikut :

A. Putus zat ringan : tremor, khawatir dan agitasi, berkeringat, mual dan muntah, sakit kepala, takikardia, hipertensi, gangguan tidur, dan suhu tubuh meningkat

B. Putus zat berat : muntah, agitasi berat, disorientasi, kebingungan, paranoia, hiperventilasi, dan delirium tremens

2. Inhalan

Inhalan merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek psikoaktif. Inhalan digolongkan atas empat kategori :

A. Volatile solvents

Zat kimia mudah menguap ini ada dalam bran industri atau rumah tangga seperti cat (thinner), larutan pembersih cat kuku, degreasers, cairan untuk drycleaning, gas, lem

B. Aerosol

Contohnya pada aerosol rumah tangga dan alat penyemprot lainnya seperti semprotan tata rambut, deodoran, pelapis barang rumah tangga, pembersih komputer.

C. Gas

Yang termasuk di dalamnya yaitu gas pemantik api, propane tanks, whipping cream aerosol, gas medik anestesi seperti ether, chloroform, halothane, dan nitrous oxide.

D. Nitrit

Nitrit organik yang mudah menguap termasuk cyclohexyl, butyl, dan amyl nitrites, biasa disebut poppers. Amyl nitrite digunakan dalam prosedur-prodesur pemeriksaan medik. Nitrit volatil biasanya dijual dalam botol gelas berwarna coklat gelap dan diberi label video head cleaner, room odorize, leather cleaner atau liquid aroma

(13)

3. Tembakau

Tembakau digunakan dalam bentuk rokok, cerutu, tembakau kunyah, dan susur. Zat yang berbahaya yang dikandungnya adalah nikotin, karbon monoksida, dan hidrogen sianida yang diserap tubuh melalui paru. Niotin merupakan zat adiktif dalam tembakau dan efek toksiknya digunakan juga sebagai insektisida.

Tembakau bersifat stimulan dan depresan. Perokok ketergantungan akan mengalami masa yang tidak nyaman ketika ia mulai berhenti merokok, seperti , tidak bisa berkonsentrasi, nafsu makan yang kompulsif, gelisah, ansietas, sulit tidur, berkeringat, debar jantung, dan tekanna darah menurun, sakit kepala dan sensitif. Simtom fisik putud nikotin ini terjadi selama satu sampai tiga minggu.

Masalah medik terkait penggunaan tembakau dengan cara dirokok dalam jangka panjang adalah gangguan pada sistem pernapasan, jantung, dan pembluh darah, kanker, sistem digestif, gangguan makan, dan reaksi alergi. Penggunaan tembakau tanpa dirokok dapat menyebabkan lesi mulut dan kanker.

2.2.2 Proses terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba

Adapun proses terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba terjadi secara bertahap yang ditunjukkan oleh gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7 Proses Terjadinya Penyalahgunaan dan Ket ergantungan Narkoba

(14)

Tahapan proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Abstinence merupakan keadaan bebas dari narkba dalam kurun waktu tertentu

2. Eksperimental adalah penggunaan narkoba yang bersifat coba-coba, tanpa motivasi teretentu, dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu. Frekuensi penggunaannya hanya beberapa kali dalam sebulan

3. Penyalahgunaan adalah penggunaan narkoba yang bersifat patologis, dipakai secara rutin, terjadi penyimpangan perilaku disertai dengan gangguan fisik.

4. Ketergantungan merupakan penggunaan narkoba yang cukup berat, disertai dengan ketergantungan fisik dan psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma ptus obat

5. Relapse yaitu kondisi di mana seseorang kembali menggunakan narkoba setelah berhenti menggunakannya dalam beberapa waktu.

2.2.3 Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba memiliki dampak fisik, psikis, dan sosial antara lain :

1. Dampak fisik

Yang tergolong dalam dampak fisik antara lain :

A. Gangguan pada sistem saraf (neuron) : kejang, halusinasi, kerusakan saraf tepi, gangguan kesadaran

B. Gangguan pada sistem kardiovaskuler : ganggua peredaran darah dan infeksi akut otot

C. Gangguam dermatologis : alergi, eksim, abses

D. Gangguan pulmoner : kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru E. Peningkatan suhu tubuh, sakitkepala, mual dan muntah, sulit tidur

(15)

2. Dampak Psikis

Beberapa dampak psikis akibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba antara lain :

A. Lamban bergerak, ceroboh, tegang, dan gelisah

B. Bersikap apatis, berhalusinasi, hilang kepercayaan diri, sering mengkhayal C. Agitatif, terkadang betingkah ganas dan brutal

D. Sulit berkonsentrasi, merasa tertekan dan kesal

E. Tidak menyayangi diri sendiri dan merasa tidak aman hingga ingin bunuh diri

3. Dampak Sosial

Penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba juag memiliki dampak sosial yang buruk seperti :

A. Anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan B. Merepotkan orang-orang di sekitarnya

C. Pendidikan dan pekerjaan terganggu

2.2.4 Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkkoba dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1. Pencegahan primer, dilakukan kepada mereka yang berisiko menyalahgunakan narkoba, dimulai dari anak usia dini. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa :

A. Penyuluhan dan pendidikan mengenai narkoba dan bahaya penyalahgunaannya

B. Publikasi melalui berbagai jenis media mengenai bahaya narkoba

2. Pencegahan sekunder, dilakukan pada mereka yang dalam tahap coba-coba serta kepada individu/kelompok yang berpotensi menyalahgunakan narkoba. Keguatannya dapat berupa deteksi dini pada anak dan konseling

(16)

konseling pada individu dan keluarganya serta penyediaan lingkunga yang kondusif bagi pengguna

2.2.5 Terapi dan Rehabilitasi Narkoba

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 421/Menkes/SK/III?2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA, terapi merupakan suatu psroses pemulihan dengan memberikan intervensi secara fisik, psikologis, maupun sosial kepada klien gangguan penggunaan NAPZA. Kemudian, rehabilitasi merupakan suatu proses pemulihan klien dengan gangguan penggunaan NAPZA baik dalam jangjka waktu pendek maupun jangka waktu panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan individu tersebut di masyarakat.

Rehabilitasi ini terdiri atas dua yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis merupakan proses kegiatan pengobatan terpadu untuk membebaskan pecandu dari pengaruh narkotika (Permenkes RI Nomor 2415/Menkes/PER/XII/2011), sedangkan rehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan yang memungkinkan seseorang dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam masyarakat (Permensos RI Nomor 26 Tahun 2012). Oleh karena itu, di dalam suatu rehabilitasi terdapat pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang di dalmnya terdapat berbagai macam terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu penyalahguna, sebab setiap penyalahguna membutuhkan metode terapi yang berbeda-beda tergantung masalah yang dialaminya.

National Institute on Drug Abuse (NIDA) pada tahun 1999 mempublikasikan sebuah buku berjudul Principles of Drug Addiction Treatment tentang terapi efektif berdasarkan penelitian di lapangan yang terdiri atas tiga belas prinsip yaitu :

1. Ketergantungan merupajkan suatu penyakit kompleks namun dapat ditangani yang menyerang fungsi otak dan perilaku

2. Tidak ada satu bentuk terapi yang sesuai untuk semua 3. Kebutuhan terapi harus siap dan tersedia ketika diperlukan

(17)

5. Berada dalam progaram terapi untuk periode waktu yang adekuat merupakan hal yang sangat penting untuk perubahan perilaku yang signifikan

6. Terapi perilaku, termasuk konseling pribadi, grup, maupun keluarga merupakan bentuk penanganan penyalahgunaan narkoba yang paling umum

7. Medikasi adalah elemen yang penting bagi banyak klien, khusunya bilamana dikombinasikan dengan terapi perilaku

8. Rencana terapi dan layanan lain harus dikaji secara kontinu dan dimodifikasi bila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan pada pasien

9. Banyak individu dengan ketergantungan narkoba memiliki masalah kelainan mental

10. Detoksifikasi hanya merupakan langkah awal dari penanganan dan hanya memberikan sedikit perubahan terkait penyalahgunaan jangka panjang 11. Penanganan yang efektif tidak harus dilakukan secara sukarela

12. Kemungkinan menggunakan narkoba selama masa penanganan harus diawasi secara kontinu

13. Program penanganan harus menyediakan kajian dan konseling untuk HIV/AIDS serta penyakit menular lainnya utnuk membantu pasien mengubah perilakunya

2.2.5.1 Beberapa Model Terapi dan Pendekatan

Berikut adalah beberapa model yang umum digunakan untuk penanganan masalah penyalahgunaan narkoba ini, antara lain :

1. Therapeutic Community (TC)

(18)

Model ini biasanya merupakan model rawat inap dengan periode dua belas hingga delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare jangka pendek.

2. Model Medik

Model ini berbasis biologis dan genetis maupun fisiologis sebagaiapenyebab adiksi sehingga membutuhkan pertolongan dokter. Model ini berbasis rumah sakit dengan program rawat inap

3. Model Minnesota

Model ini difokuskan pada bebas narkoba atau abstinen, menggunakan program spesifik yang berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap dengan lanjuatan aftercare, termasuk program self help group (Alcohol Anonymous atau Narcotic Anonymous) dan layanan lainnya yang diperlukan. Fase perawatan inap termasuk terapi kelompok, terapi keluaraga,pendidikan adiksi, pemulihan dan program 12 langkah (Twelve Steps).

4. Model Eklektik

Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melaui penerapan program Dua Belas Langkah merupakan pelengkap program TC yang menggunakan pendekatan perilaku sesuai jumlah dan variasi masalah yang terjadi.

5. Model Multi-disiplin

Model ini merupakan program dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi dan kolarosi dengan keluarga dan pasien.

6. Model Tradisional

Program bersifat jangka pendek yang disertai program aftercare atau tidak sama sekali. Komponen dasar terdiri dari medikasi, pengobatan alternatif, ritual dan keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal, contohnya pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal.

(19)

2.2.5.2 Fungsi Inti Layanan Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA, di dalam suatu layanan terapi dan rehabilitasi terdapat urutan tahapan awal pelayanan sebelum pasien memasuki tahapan rehabilitasi, yaitu :

1. Screening

Screening merupakan proses untuk menentukanapakah calon pasien dapat menerima layanan atau mengikuti model terapi yang tersedia. Kegiatannya meliputi :

A. wawancara singkat dengan calon pasien

B. screening biologis (tes darah, tes urin, tes fungsi hati, dan tes trigliserid) 2. Intake, yaitu proses administrasi dan asesmen awal untuk masuk ke dalam

program

3. Orientasi, yaitu memberikan gambaran tentang layanan program dan berbagai terapi di dalamnya, berbagai macam aturan yang harus diikuti dan hal-hal yang menjadi hak pasien di dalmnya

4. Assesment, yaitu wawancara/ konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, serta masalah yang dimiliki oleh pasien dan rencana kebutuhan terapi untuk pasien secara individu

5. Rencana Pengobatan, yaitu proses yang dilakukan oleh konselor atau profesi lain bersama pasien untuk mengidentifikasi dan mengurutkan masalah dan solusi yang diperlukan untuk membuat persetujauan segera untuk sasaran program jangka pendek dan jangka panjang, menetapkan proses pengobatan/penanganan dan sumber daya yang dibutuhkan

6. Konseling (individual,kelompok, dan orang lain yang bermakna bagi pasien) yang bertujuan membantu pasien dan keluarga mencapai tujuan pengobatan melalui eksplorasi masalh dan pengaruhnya terhadap pasien, menilai sikap dan perasaan pasien, mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah dan membuat keputusan

(20)

menggunakan layanan dukungan dan sumber daya lain yang tersedia di masyarakat

2.2.5.3 Komponen Program Terapi dan Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Tidak ada pengobatan atau penangan yang lengkap tanpa memperhatikan kebutuhan lain pasien yang juga penting. Ada dua belas layanan yang harus tersedia data tergabung sebagai komponen dalam pusat layanan ini yaitu :

1. Medik/klinis, menyediakan layanan medis/psikiatris secara profesional pada tempat dan pada saat diperlukan seta mampu menentukan baik kondisi fisik mauun psikologis pasien

2. Nutrisi/gizi, merencanakan dan menyediakan diet yang dibutuhkan pasien 3. Pemeriksaan dan konseling penyakit menular

4. Spiritual, menyediakan pendidikan agama dan mendorong pasien melakukan kegiatan ibadah menutrut kepercayaan mereka

5. Layanan/terapi keluarga, dilakukan untuk mendorong pasien yang menolak masuk ke dalam program pengobatan dan juga memelihara dukungan kepada pasien dalam proses pemulihan

6. Pencegahan kekambuhan, mengajarkan pasien untuk mengenai situasi dengan risiko tinggi dan faktor pencetus yang mungkin memnyebabkan penggunaan narkoba kembali, untuk mengembangkan strategi kemampuan menghadapi tekanan dari luardan belajar untuk mengelola situasi relapse 7. Aftercare, merupakan suatu lanjutan dari layanan perawatan seperti

dukungan kepada kelompok pemulihan, konseling, latihan keterampilan hidup, penempatan kerja, rujukan, dan layanan lain sesuai kebutuhan pasien 8. Konseling, yaitu hubungan terapeutik antara pasien yang membutuhkan bantuan dengan konselor yang dapat menyediakan pertolongan dan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupu keluarga

(21)

10. Terapi vokasional, mengajarkan pasien untuk mampu bersosialisasi dan keterampilan bekerja untuk pasien sesuai dengan ,minat dan kompetensi mereka

11. Latihan keterampilan hidup, untuk mengembangkan keterampilan sosial untuk berkomunikasi lebih baik, meningkatkan harga dan kepercayaan diri dan menerapkan dasar-dasar kehidupan bersih/bebas dari narkoba

12. Pendidikan dan informasi, utnuk melanjutkan pendidikan formal yang relevan dengan kemampuan pasien, meningkatkan pengetahuan tentang konsekuensi gaya hidup berisiko dan lain-lain.

2.2.5.4 Tahapan Pengobatan dan Hasil yang Diharapkan

Dalam pelayanan rehabilitasi, program dibangun untuk jangka panjang dengan tahapan-tahapan yang merupakan satu rangkaian pengobatan yang panjang. Dalam mengejar pemulihan, pasien dituntun untuk memiliki kemajuan secara berurutan dari satu tahapan ke tahapan lain seperti dari tahap detoksifikasi ke fase rehabilitasi primary, lalu ke tahap secondary, kemudian ke tahap aftercare dan tahap follow up (lanjutan). Semua tahapan akan dilalui sesuai dengan kemajuan yang dialami pasien. Kemajuan pasien dapat dilihat dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pasien dalam beberapa periode selama masa pengobatan.

Secara garis besar, tahapan tersebut terbagi atas tiga urutan tahapan yaitu : 1. Tahap Pra pengobatan

2. Tahap Primary Care

3. Tahap After Care (setelah 3-6 bulan)

Tahap pra pengobatan berlangsung selama 1-3 minggu. Tahap ini dijelaskan dalam tabel 2.2 berikut :

Tabel 2. 2 Tahap pra pengobat an

Tahap Akti vita s Hasil yang diharapkan

Identifikasi-intervensi kri si s

Konseling individu dan

keluarga

 Memotivasi pasien untuk

mendapatkan pengobat an

 Menciptakan kesadarn tentang

(22)

Penerimaan Pendaftaran

Screening (pemeriksaaan

tubuh, wawancara, tes)

 Memperoleh informasi tentang pasien, keluarga, dan riwayat

penggunaan narkoba

Orientasi Program Tur fasilitas layanan,

pengenalan singkat perat uran

dan tata tertib layanan

 Merencanakan pengobatan

Detoksi fika si Isolasi dalam ruang

pengobatan/ perawatan

 Penatalaksanaan gejala putus zat

Penatalaksanaan

komorbidita s

Melakukan kajian dan

pemeriksaan secara medis

kemampuan pasien secara

menyeluruh

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang

Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

NAP ZA

Tahap primary care merupakan perawatan primer selama 12-14 bulan yang dijelaskan oleh tabel 2.3 berikut :

Tabel 2. 3 Tahapan Primer

Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan

Sesi Terapeutik Konseling individu, s esi

kelompok, sesi keluarga

 Kegiatan lanjutan dalam pemulihan

 Membangun ikatan dengan recovering addict yang senior

Rekreasional Permainan outing Meningkatkan kes ehat an dan

mempererat ikatan dalam program

Pendidikan Seminar, speak ing,dan

work shop

Mengikutsertakan diri dalam

kegiatan publik dana aktivitas umum

Spiritual Seminar, diskusi, latihan dan

penerapan

Menerima adanya kekuatan tertinggi

(23)

Perawatan

kesehatan

Assesment/pemeriksaaan dan

pengobatan

Seminar kesehat n

Menjaga kesehatan fisik dan mental

Pemahaman diri Membentuk

hubungan/berbagi/ diskusi

Memperkuat keyakinan dan

mempertimbangkan nilai-nilai yang

dianut selama ini

Kelompok

Dukungan

(Support group)

Pertemuan Alcohol

Anonymous dan Narcotic

Anonymous

Bersiap-siap untuk masuk program

re-entry

Mengembangkan keterampilan

sosial

Vokasional Latihan Kerja/Job Training,

Wawanc ara kerja

Pengelolaan waktu dan

keuangan

Program latihan kerja

Penempatan di tempat bekerja

Pencegahan

kekambuhan

Seminar, Work shop, Diskusi Mengenali pola kambuh dan

pencetus kekambuhan

Mengembangkan kemampuan

menghadapi masalah, mengelola

relapse/ kambuh

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang

Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

NAP ZA

Tahapan terakhir yaitu aftercare berlangsung selama 3-6 bulan dan menjadi tahap di mana pasien mendapat bimbingan untuk tidak relapse dengan keterangan yang ditunjukkan oleh tabel 2.4 berikut :

Tabel 2. 4 Tahapan Aftercare

Tahapan Akti vita s Hasil yang diharapkan

Pertemuan support group twelve steps

Konseling berkelanjutan,

dukungan kelompok dalam

proses pemulihan

Menguatkan kestabilan

Meningkatkan proses

pemulihan secara

keseluruhan

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tent ang

Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilit asi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan

(24)

Salah satu model rehabilitasi jangka panjang yang umum digunakan adalah model Therapeutic Community. TC dapat digambarkan sebagai model yang sesuai dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan mempertahankan kondisi bebas narkoba. TC memberikan konsep peran contoh (role model) di mana pasien yang berada di level lebih atas menjadi panutan bagi pasien pada level di bawahnya. Residen, sebutan untuk pasien peserta TC, harus mengikuti tahapan yang ada dalam program, yaitu :

1. Proses intake dan orientasi

Proses ini berlangsung selama 2-4 minggu dengan kegiatan sebagai berikut: A. Wawancara awal

B. Informed consent C. Pemeriksaan fisik D. Pengisian formulir

E. Orientasi program (walking paper)

F. Pengenalan program dan fasilitas layanan

2. Primary stage (6-9 bulan)

Tahapan ini memiliki waktu proses yang berbeda tergantung kondisi residen, yang terdiri dari tiga yaitu anggota termuda, menengah, dan lama

A. Younger member (anggota termuda, 1-3 bulan), Memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Aktif mengikuti program b. Kegiatan family support group c. Kegiatan kelompok

d. Belum dapat dikunjungi atau dihubungi keluarga

B. Middle member (anggota menengah, 4-6 bulan) Memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Mulai bertanggung jawab atas sebagian operasonal fasilitas

(25)

C. Older member (anggota lama, 6-8 bulan) Memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Sudah bertanggung jawab penuh terhadap operasional fasilitas b. Sudah dapat dikunjungi oleh keluarga dalam periode waktu tertentu

3. Tahapan re-entry 3-6 bulan

Seperti tahap primary, tahap re-entry pun memiliki tahap lagi di dalamnya, yaitu fase orientasi, A, B, dan C.

A. Fase orientasi

Fase orientasi berlangsung selama 2 minggu dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut :

a. Pengenalan program re-entry b. Didampingi residen senior

c. Tidak boleh dikunjungi keluarga maupun berada di luar fasilitas rehabilitasi

B. Fase A

Fase A berlangsung selama 1,5-2 bulan dengan dengan karakteristik aktivitas sebagai berikut :

a. Dapat dikunjungi keluarga setiap waktu

b. Diberi ijin menginap di rumahnya 1 malam setiap 2 minggu sekali

c. Boleh menerima uang saku setiap minggu dan beraktivitas di luar program TC

C. Fase B

Fase B dijalankan selama 2 bulan dan pada fase ini residen diberi ijin pulang menginap 2 malam setiap 2 minggu

D. Fase C

(26)

4. Aftercare Program

Program ini berlangsung selama jagnka waktu tertentu hingga pasien ditetapkan dapat mengakhiri masa rehabilitasi. Semua program dilaksanakan di luar fasilitas TC dengan kegiatan sharing berkelompok untuk saling meningkatkan kemampuan dalam menangani masalah

2.2.6 Sarana Pelayanan Rehabilitasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 420/Menkes/SK/III/2010, persyaratan minimal sarana dan prasarana dalam layanan terapi dan rehabilitasi narkoba terdiri atas:

1. Sarana berupa gedung kantor, ruang pemeriksaan, ruang perawatan, ruang konseling, ruang kelas, ruang asrama, ruang keterampilan, aula, dapur 2. Prasarana berupa jalan, listrik, air bersih, pagar, saluran air buangan,

perlatan kantor, peralatan layanan medis dan nonmedis. Untuk rawat inap, seminimalnya memiliki :

1. Fasilitas detoksifikasi yaitu ruang perawatan 6-10 tempat tidur yang aman dari benda-benda yang membahayakan seperti tiang/pipa besi yang dapat dipatahkan, kisi-kisi yang bisa untuk menggantung diri, kaca, benda tajam 2. Fasilitas rehabilitasi seperti asrama, ruang kantor, ruang kelas, ruang

keterampilan, ruang makan, ruang rekreasi, aula, dapur, ruang olahraga, ruang untuk service area.

Untuk sumber daya manusia yang dibutuhkan ,jenis layanan yang dilaksanakan berpengaruh pada jenis dan jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan.

Dalam bidang teknis-medis, tenaga minimal yang dibutuhkan terdiri dari :

1. 1 orang psikiater atau dokter yang terlatih di bidang gangguan penyalahgunaan narkoba

2. 1 tim (terdiri atas 8 orang) Perawat/paramedik 3. 1-2 orang instruktur.guru sesuai jenis kegiatan 4. 1 tim (teridiri atas 3 orang) konselor adiksi terltih 5. 1 orang pekerja sosial

(27)

Dalam bidang administrasi pelayanan seminimalnya memiliki : 1. 1 orang tenaga pimpinan/ manajer program

2. 1 orang pegawai tata usaha 3. 1 orang petugas keuangan 4. 1 orang petugas kebersihan 5. 1 tim 4 orang petugas keamanan

2.3 Tinjauan Khusus

2.3.1 Deskripsi Singkat Proyek

Secara singkat. Proyek tugas akhir ini dideskripsikan sebagai berikut : Judul Proyek : Alcohol and Drug Rehabilitation Centre

Fungsi : Fasilitas Kesehatan

Lokasi : Jalan Lingkar Tuk-Tuk, Desa Wisata Tuk-Tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara

Luas Lahan : ± 2.76 Ha Pemilik : Swasta

Karakteristik lahan :

1. Lokasi perancangan merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Danau Toba dengan suasana yang masih lekat dengan kebudayaan Suku Batak dan suasana alam Pegunungan Bukit Barisan dan Danau Toba

2. Lahan berada pada lokasi yang berkontur landai dengan kemiringan rata-rata 6% di pinggir Danau Toba dan berhadapan langsung dengan Jalan Lingkar Tuk-Tuk

3. Lahan perancangan terletak di lokasi dengan kepadatan penduduk rendah dengan fungsi rumah penduduk

4. Di sekitar lokasi perancangan terdapat tempat wisata berupa hotel dan penginapan kecil dan toko souvenir

(28)

terlarang dan alkohol (narkoba), baik pemulihan fisik, psikis, maupun fungsi sosialnya. Proses pemulihan ini membutuhkan suasana yang tenang untuk mendukung kegiatan dan program yang ada di dalamnya. Lokasi yang masih memiliki suasana alam dengan udara yang sejuk menjadi kelebihan tersendiri untuk perancangan pusat rehabilitasi ini. Rendahnya kepadatan penduduk juga menjadi salah satu pendukung suasana yang tenang di lokasi perancangan. Dengan adanya keistimewaan-keistimewaan ini, proyek ini memiliki faktor pendukung untuk mencapai tujuannya sebagai rancangan yang memulihkan, tidak hanya orang sakit yang di dalamnya, tetapi semua orang yang di dalamnya.

2.3.2 Tinjauan Lokasi 2.3.2.1 Fisik

1. Letak Geografis

Secara geografis, Kabupaten Samosir terletak pada 2º21’38’’ - 2º49’48’’ LU dan 98º24’00’’ - 99º01’48’’ BT. Secara administratif, kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu :

Utara : Kabupaten Karo dan Simalungun

Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan dan Humbang Hasundutan Timur : Kabupaten Toba Samosir

Barat : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat

Letak geografis Kecamatan Simanindo sendiri terletak pada 2º30’ - 2º45’ LU dan 98º45’ - 98º55’ LU BT. Secara administratif, Kecamatan Simanindo diapit oleh empat kecamatan dan Danau Toba yaitu :

Utara : Kecamatan Panguruan dan Kecamatan Ronggurni Huta Selatan : Danau Toba

Timur : Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Palipi, dan Danau Toba

Barat : Danau Toba

2. Topografi dan Kemiringan Lahan

(29)

umumnya berbukit dan bergelombang dengan komposisi ketinggian daratan di atas permukaan laut dan kemiringan seperti dalam tabel 2.5 di bawah ini :

Tabel 2. 5 Kemiringan Lahan Kabupaten Samosir

Ketinggian daratan Kemiringan Persenta se

700 m s/d 1.000 m dpl 0 – 20 Datar ± 10%

1.000 m s/d 1.500 m dpl 2 – 15 Landai ± 20%

>1.500 m dpl 15 – 400 Miring ± 55%

>400 Terjal ± 15%

(Sumber : Samosir dalam Angka 2012)

3. Iklim dan Cuaca

Berdasarkan data dari sembilan kecamatan di Kabupaten Samosir pada tahun 2011, curah hujan rata-rata yang terjadi adalah sebesar 2.541 mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 162 hari. Temperatur berkisar antara 17º - 29º dengan kelembababan udara rata-rata 85.04% dengan iklim tropis.

4. Kondisi Infrastrukutur, Sarana, dan Prasarana

Ketersediaan infrastrukutur, sarana, dan prasarana di Kabupaten Samosir terdiri atas :

A. Terminal bus

Terminal bus di kabupaten ini berada di : a. Lagundi, Kecamatan Onanrunggu

b. Onanrunggu, Kecamatan Onanrunggu

(30)

Transportasi darat terdiri dari transportasi dalam dan antar kabupaten. Transportasi dalam kabupaten ditunjukkan oleh tabel 2.6 berikut :

Tabel 2. 6 Transportasi Darat dalam Kabupaten

Transporta si Darat dalam Kabupaten

No. Nama Usaha Tipe

Transportasi antar kabupaten dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut : Tabel 2. 7 Transportasi Darat antar Kabupaten

Transporta si Darat antar Kabupaten

No. Nama Usaha Tipe

Mini Bus 18

Pangururan-Medan PP

Tiap jam dari pukul 07.00 s/d 17. 30

2 Samosir Pribumi

(SAMPRI)

Mini Bus 18

(31)

C. Dermaga

Dermaga yang terdapat di kecamatan Simanindo yaitu : a. Dermaga Simanindo

b. Dermaga Siallagan c. Dermaga Wisata Tomok d. Dermaga ferry Tomok e. Dermaga Lopo Parindo

f. Dermaga Pardomuan Lontung g. Dermaga Ferry Simanindo

Dermaga – dermaga tersebut dipakai untuk penyeberangan Danau Toba dengan berbagai jenis kapal yang menyeberang dan frekuensi penyeberangan yang ditunjukkan oleh tabel 2.8 di bawah ini :

Tabel 2. 8 Daftar Transportasi Penyeberangan Danau

Daftar Transportasi Penyeberangan Danau

Jenis Kapal Trayek Frekuensi pelayaran/hari

Penumpang

(32)

2.3.2.2 Non Fisik

Berdasarkan Rencana dan Arah Pemanfaatan Sistem Pusat Pelayanan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba (Gambar 2.8), lokasi merupakan kawasan pengembangan dan peningkatan fungsi pusat pelayanan tersier yaitu berupa pengembangan dan peningkatan pusat kegiatan lesehatan serta tingkat pelayanan jasa medis.

Gambar 2.8 Sebaran Pusat Pelayanan Tersier Kawas an Danau Toba

Sumber : Rencana Tat a Ruang Kawasan Strat egis Nasional Danau Toba 2032

2.3.2.3 Deskripsi Tapak Perancangan

Tapak perancangan berada di pinggiran Danau Toba. Kondisi eksisiting tapak berupa lahan kosong yang berfungsi sebagai lahan tanam. Lokasi tapak merupakan kawasan permukiman penduduk dengan kepadatan rendah dan telah dizonakan sebagai zona permukiman penduduk kepadatan rendah hingga sedang pada Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba 2032.

(33)

Adapun lokasi tapak ditunjukkan oleh Gambar 2.9 di bawah ini :

Gambar 2.9 Lokasi tapak Perancangan Sumber : Hasil olah data pribadi

Berikut ini adalah peta Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba mengenai rencana arah pemanfaatan kawasan pola ruang budidaya (Gambar 2.10) yang ditandai oleh area berwarna oranye.

Gambar 2.10 Rencana dan arah pemanfaatan kawasan pola ruang budidaya

Sumber : Rencana Tat a Ruang Kawasan Strat egis Nasional Danau Toba 2032 Kecamatan Simanindo yang telah dizonakan

sebagai zona permukiman

penduduk kepadatan rendah

(34)

Adapun batas-batas tapak perancangan dapat dilihat pada Gambar 2.11 berikut :

Gambar 2.11 Batas tapak perancangan Sumber : Hasil olah data pribadi Batas barat :

Rumah warga

Batas barat : Bukit Beta

Batas utara : Rumah warga

Batas utara : Sawah penduduk

Batas timur : Danau Toba Batas selatan :

Hutan lindung

(35)

2.4 Tinjauan Fungsi 2.4.1 Pengguna

Pengguna di dalam proyek ini dibagi ke dalam 6 kelompok yaitu : 1. Pasien

2. Tenaga ahli 3. Pengelola

4. Tenaga pelayanan/teknis 5. Keluarga

6. Pengunjung

2.4.2 Karakteristik Pengguna

1. Pasien

Aktivitas pasien yaitu menggunakan fasilitas rehabilitasi sesuai program yang diikuti

2. Tenaga ahli

Karakteristik aktivitas tenaga ahli antara lain :

A. Tenaga ahli terdiri atas konselor, staff, instruktur, dokter, psikolog perawat, dan tenaga medis lainnya

B. Konselor dan staff bekerja di fasilitas rehabilitasi mendampingi dan menjalankan program bersama pasien yang direhabilitasi

C. Dokter, perawat, psikolog, dan tenaga medis lainnya berkerja di fasilitas rehabilitasi berupa unit-unit medis

D. Sebagian tenaga ahli tinggal menginap di pusat rehabilitasi sebagai tenaga siap sedia

3. Pengelola

(36)

4. Tenaga pelayanan/teknis

Karakteristik aktivitas tenaga pelayanan antara lain :

A. Tenaga pelayanan/teknis berupa pegawai yang mengerjakan layanan servis dan membantu tenaga ahli, seperti koki dapur, tenaga laundry, juru taman, pegawai klinik, pengatur laboratorium, pengawas keamanan

B. Tenaga pelayanan/teknis sebagian tinggal menginap sebagai tenaga siap sedia

5. Keluarga

Karakteristik aktivitas keluarga antara lain :

A. Keluarga mengantar calon pasien dan mengurus administrasi pelayanan B. Keluarga mengunjungi pasien pada periode waktu tertentu

6. Pengunjung

Karakteristik aktivitas pengunjung antara lain :

A. Pengunjung memperoleh informasi pada bagian pengelolaan terkait informasi umum

(37)

2.4.3 Alur kegiatan Pengguna 1. Pasien

Alur kegiatan pasien dapat dilihat dalam diagram 2.1 berikut.

(38)
(39)

2. Dokter Umum

Alur kegiatan dokter umum dapat dilihat dalam diagram 2.2 berikut.

3. Dokter Spesialis

Alur kegiatan dokter spesialis dapat dilihat dalam diagram 2.3 berikut.

4. Psikiater dan Psikolog

Alur kegiatan psikiater dan psikolog dapat dilihat dalam diagram 2.4 berikut.

5. Konselor dan Staff

Alur kegiatan konselor dan staff dapat dilihat dalam diagram 2.5 berikut.

Datang Entrance Pulang

Ke Klinik, IGD Diagram 2.2 Alur kegiat an dokter umum

Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.3 Alur kegiat an dokter spesialis Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.4 Alur kegiat an psikiater dan psikolog Sumber : Hasil olah data primer

(40)

6. Perawat

Alur kegiatan perawat dapat dilihat dalam diagram 2.6 berikut.

7. Pengelola

Alur kegiatan pengelola dapat dilihat dalam diagram 2.7 berikut.

8. Pengunjung

Alur kegiatan pengunjung dapat dilihat dalam diagram 2.8 berikut.

9. Keluarga

Alur kegiatan keluarga dapat dilihat dalam diagram 2.9 berikut. Datang Entrance

Klinik dan IGD Istirahat

Makan dan minum Tinggal/jaga Pulang Diagram 2.6 Alur kegiat an perawat

Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.7 Alur kegiat an pengelola Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.9 Alur kegiatan keluarga Sumber : Hasil olah data primer

(41)

10. Tenaga pelayanan

Alur kegiatan tenaga pelayanan dapat dilihat dalam diagram 2.10 berikut.

11. Instruktur dan Guru

Alur kegiatan instruktur dan guru dapat dilihat dalam diagram 2.11 berikut.

12. Pengatur Laboratorium

Alur kegiatan pengatur laboratorium dapat dilihat dalam diagram 2.12 berikut Datang Entrance Diagram 2.10 Alur kegiatan tenaga pelayanan

Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.11 Alur kegiatan instruktur dan guru Sumber : Hasil olah data primer

(42)

13. Pengatur EKG dan EEG

Alur kegiatan pengatur EKG dan EEG dapat dilihat dalam diagram 2.13 berikut.

2.4.4 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi yang terdapat pada perancangan ini dapat dilihat dalam diagram 2.14 di bawah ini.

Direktur

Wakil Direktur Sekretariat

Kabag Umum

Diagram 2.13 Alur kegiatan pengat ur EKG dan EEG Sumber : Hasil olah data primer

Diagram 2.14 Struktur Organisasi

(43)

2.5 Studi Banding Proyek dengan Fungsi Sejenis

2.5.1 The Cabin Chiang Mai

Pusat rehabilitasi untuk ketergantungan alkohol dan obat-obatan ini terletak di sepanjang sisi Sungai Ping, Chiang Mai, Thailand. Dikelil ingi oleh rerimbunan pohon besar dan kebun-kebun tropis yang terawat dengan baik, pusat rehabilitasi ini mampu memberikan atmosfir baru bagi para pasien. Dengan berkapasitaskan 50 kamar, pusat rehabilitasi ini dirancang dengan kenyamanan dan kemewahan sebuah ressort. Fasilitas yang terdapat pada pusat rehabilitasi ini terdiri dari lounge penerima

(

Gambar 2.12), ruang-ruang terapi, ruang-ruang makan, kolam renang, area fitness, kebun-kebun tropis, dan lapangan olahraga.

Gambar 2.12 Lounge penerima

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

The Cabin Chiang Mai melayani baik pasien pria maupun wanita di atas 18 tahun dengan ketergantungan alkohol dan narkoba serta dual diagnosis dengan dilengkapi pelayanan detoksifikasi sebagai awal penting dalam menjalani terapi rehabilitasi. Metode yang diterapkan untuk menangani ketergantungan ini yaitu metode Three Circles yang terdiri dari :

Cognitive Behavioural Therapy (CBT) 12 steps method

Mindfullness meditation and Physical Exercise

(44)

Living House ini merupakan tahapan di mana pasien dilatih untuk hidup pada lingkungan terapeutik dengan sebuah program yang memberikan mereka kebebebasan dan pilihan untuk mengatur jadwal mereka dari hari ke hari dalam sebuah komunitas yang saling mendukung satu sama lain.

Setelah mereka menyelesaikan tahapan primary, pasien akan dibimbing menuju recovery yang membantu mereka mengembangkan visi mereka yang baru. Cabin Ciang Mai membebaskan pasien untuk menggunakan telepon dan perangkat pribadi lainnya. Tidak ada pembatasan penggunaan televisi dan jaringan internet.

Jadwal mingguan pasien pada pusat rehabiltasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.13 berikut :

Gambar 2.13 Jadwal harian pasien The Cabin Chiang Mai

(45)

Pusat rehabilitasi ini dirancang dengan sistem bangunan multimassa, di mana setiap bangunan memiliki fungsi spesifik tersendiri yang dapat menciptakan suasana kawasan yang bervariasi seperti suasana entrance yang ditunjukkan oleh Gambar 2.14. Fungsi tersebut antara lain :

1. Lobby penerima 2. Lounge

3. Kabin-kabin perorangan 4. Terapi

5. Ruang makan 6. Gym

7. Ruang konseling 8. Klinik

Gambar 2.14 Suasana entrance pusat rehabilitasi

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

Setiap perancangan ruang baik ruang dalam maupun ruang luar (Gambar 2.15) pada pusat rehabilitasi ini mengoptimalkan kekayaan alam yang ada pada lokasinya. Didominasi oleh arsitektur kayu, pusat rehabilitasi ini mampu menciptakan suasana alam pada setiap bangunannya. Bentukan atap tradisional dan bahan penutupnya diselaraskan dengan sekitarnya yang merupakan hutan tropis.

Gambar 2.15 Suasana ruang luar di sekitar kabin-kabin

(46)

Kabin-kabin (Gambar 2.16) terletak tidak dalam satu zona, melainkan tersebar di beberapa tempat dalam lokasi. Ukuran dan model kabin pun tidak sama tergantung tipe dan hal ini menjadi salah satu penawaran dari pusat rehabilitasi ini.

Gambar 2.16 Kabin tunggal (kiri) dan kabin yang berhubungan dalam satu zona (kanan)

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

Dengan bukaan yang sangat banyak dan keleluasan yang tidak dibatasi oleh dinding-dinding solid, ruang makan ini (Gambar 2.17) dapat memberikan pencahayaan alami yang baik dan suasana outdoor meskipun para penggunanya berada dalam bangunan. Penggunaan beton pada kolom-kolomnya tidak begitu terasa karena bangunan ini memiliki unsur kayu yang cukup dominan dan terletak di tengah alam pula.

Gambar 2.17 Dining Hall (gedung makan)

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

(47)

Pemandangan dari sisi sungai dimanfaatkan sebagai elemen yang mampu memberikan ketenangan untuk kegiatan diskusi/ sharing dan relaksasi di sore hari (Gambar 2.20). Pemandangan alam ini menjadi bagian dari upaya pemulihan bagi pasien yang ada secara alamiah (Ulrich, RS : 1984). Semua material yang ada pada gazebo (Gambar 2.21) terbuat dari kayu, mulai dari penutup lantai, konstruksi gazebo, kursi, hingga meja. Pusat rehabilitasi ini mampu menempatkan suasana alam sebagai nilai tambah yang mampu mendukung tercapainya tujuan setiap kegiatan yang dilakukan.

Semua fitur-fitur yang ada pada pusat rehabilitasi ini diusahakan terbuat senatural mungkin, seperti area duduk (Gambar 2.22) yang terletak di halaman (ruang terbuka) dan titi/ jembatan penghubung (Gambar 2.23) yang terbuat dari kayu. Titi penghubung yang dirancang dengan konstruksi kayu menghubungkan kabin – kabin (kamar residen) dan memberikan pengalaman alam yang beragam. Kabin yang dibangun di atas kolam buatan yang airnya bersumber dari Sungai Ping

Gambar 2.18 Gedung terapi Gambar 2.19 Gedung konseling

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

Gambar 2.20 Area duduk pinggir sungai

Gambar 2.21 Gazebo relaksasi pinggir sungai

(48)

berdiri secara terpisah dan ini memberikan kesempatan penjelajahan ruang bagi residen. Variasi ruang dan sensori dalam sebuah bangunan penting untuk fungsi emosional dan kognitif dan dapat berpengaruh terhadap fungsi sistem imun (Parsons,R : 1991).

Tidak hanya bagi residen, perancangan pusat rehabilitasi ini juga mampu mengakomodasi kinerja para staff dan kesenangan keluarga residen. Perancangan bangunan dengan karakteristik alam ini dapat meningkatkan kinerja para staff dalam melakukan kegiatannya sehingga upaya pemulihan bagi residen dapat berlangsung secara optimal (Orians, GH et.al : 1992). Menyediakan akses terhadap alam bagi pasien, staff, maupun keluarga dapat menghilangkan stress (Wilson LM :1972)

Area fitness (Gambar 2.24) dan kolam renang (Gambar 2.25) sebagai bagian dari latihan fisik ditempatkan pada ruang terbuka. Meskipun area fitness berada pada bangunan dengan konstruksi metal, namun ia tidak terpisah dengan Gambar 2.22 Area Duduk di Halaman Gambar 2.23 Titi Penghubung Antar Kabin

Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

(49)

alam dengan tidak dibatasi oleh dinding. Distraksi positif ini tentu dapat meningkatkan mood dan menghilangkan stress (Ulrich, RS : 1991).

Ruang makan (Gambar 2.26) dan ruang santai (Gambar 2.27) sebagai ruang komunal untuk beristirahat berada dalam suasana indoor, namun tetap menyediakan visual terhadapa alam dengan adanya bukaan yang banyak. Bukaan-bukaan ini tentu mampu memberikan stimulasi positif bagi pasien untuk pemulihannya (Ulrich, RS : 1991).

Setiap residen memiliki kabin (Gambar 2.28) dengan kamar mandi tersendiri. Di kabin juga dilengkapi dengan matras rileksasi yang dapat digunakan untuk residen dan temannya sesama residen. Konstruksi kabin yang terbuat dari kayu tetap memberikan suasana hangat bagi residen dan mendekatkannya dengan suasana alam. Kamar mandi (Gamabr 2.29) dirancang agar mendapat sinar matahari langsung. Hal ini tentu dapat membantu dalam penanganan masalah konsumsi energi.

Gambar 2.26 Ruang Makan Gambar 2.27 Ruang Santai Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

(50)

Setelah menjalani proses primary treatment, residen akan mengalami perpindahan suasana dari kabin ke Sober House (Gambar 2.32) yang terletak di lokasi terpisah dari lokasi The Cabin Chiang Mai. Di tahap ini, residen sudah dapat berhubungan dengan lingkungan luar dan melakukan berbagai kegiatan terjadwal yang dapat membantu mengembangkan kemampuan dirinya, untuk menjalankan fungsi sosial, dan mencegah dirinya kembali pada ketergantungannya.

Fasilitas di dalamnya seperti halnya fasilitas di rumah hunian, seperti ruang tidur (Gambar 2.33 dan 2.34), ruang makan (Gambar 2.30), ruang santai (Gambar 2.31), dapur (Gambar 2.35), dan ruang luar.

Perancangan bangunannya cukup sederhana. Meskipun demikian, bangunan ini tetap memiliki bukaan-bukaan yang mampu menyediakan pencahayaan dan pengudaraan alami yang cukup. Setiap bukaan sebisa mungkin dihadapkan ke pemandangan alam untuk tetap mengoptimalkan upaya pemulihan bagi residen.

Penggunaan artwork pada dinding ruangnya mengingatkan kembali pada Gambar 2.30 Ruang Makan Sober House

(51)

vegetasi sebagai buffer memberikan kenyamanan bagi residen untuk beraktivitas di dalamnya dan tentu menciptakan pegalaman ruang tersendiri ketika memasuki maupun keluar dari Sober House.

Setiap residen di Sober House memiliki kamar tersendiri dengan kamar mandi pribadi di dalamnya. Setiap kamar mandi mendapatkan ventilasi dan pencahayaan alami. Kamar residen juga dilengkapi dengan artwork berupa lukisan tanaman. Artwork tentang alam dapat membuat pasien lebih tenang (Ulrich, RS : 1993). Kegiatan komunal yang rekreatif difasilitasi di Sober House ini, seperti kegiatan barbeque, Sober House menyediakan ruang outdoor (Gambar 2.36) untuk pengadaan kegiatan bersama dan dirancang selaras dengan ruang dalam.

Semua perancangan ruang luar maupun ruang dalam pada pusat rehabilitasi ini memanfaatkan potensi alam yang ada untuk membantu proses pemulihan dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan medis yang ada.

Gambar 2.33 Kamar Tidur Tipe A Gambar 2.34 Kamar Tidur Tipe B Sumber : http://www.thecabinchiangmai.com/

Gambar 2.35 Dapur Sober House Gambar 2.36 Barbeque Corner Sober Hous e

(52)

2.5.2 Alina Lodge

Alina Lodge terletak di Blairstown, New Jersey, Amerika Serikat dan berada pada lahan seluas yang dikelilingi hutan seluas 32 ha (Gambar 2.37) dan melayani hanya kaum pria dengan kapasitas sebanyak 70 orang. Dengan konsep bangunan multimassa, pusat rehabilitasi ini menyediakan berbagai fasilitas seperti asrama (Gambar 2.43), ruang makan (Curry Hall, Gambar 2.42), kapel Gambar (2.40), ruang keluarga (Family Hall, Gambar 2.38), pusat meditasi (Meditation Hall), ruang kegiatan grup (Gratitude Hall, Gambar 2.41), gedung workshop, dan ruang olahraga.

Masa rehabilitasi diprogramkan minimum 90 hari dan menyediakan layanan keluarga di tempat (On Site Family Treatment). Pusat rehabilitasi ini menyediakan layanan untuk keluarga yang ikut serta dalam proses pemulihan anggota keluarganya. Pelataran halaman yang luas sesekali diprogramkan untuk dipakai pada acara keluarga para pasien (Gambar 2.39)

Gambar 2.37 Bird view Alina Lodge Gambar 2.38 Family Hall

Sumber : http://www.alinalodge.org/

(53)

Kesemua fasilitas Alina Lodge tidak berada dalam masing-masing satu bangunan tunggal, tetapi tergabung dalam beberapa massa bangunan. Bentuk bangunan pada pusat rehabilitasi ini layaknya sebuah rumah tinggal. Setiap bangunan beratapkan sederhana dengan bentuk pelana dan dicat dengan warna-warna yang kontras sehingga suasana terasa tidak monoton.

Pasien di Alina Lodge berada pada rentang umur 18-55 tahun dan mendapat sebutan sebagai student. Setiap orang harus berbagi kamar dengan pasien lainnya, dimana setiap kamar (Gambar 2.41) ditempati oleh dua orang dan memiliki sistem tukar teman sekamar agar setiap pasien mendapat kesempatan untuk mengena pasien lainnya, tidak hanya teman sekamarnya. Setiap komunikasi antarpasien diawasi dengan ketat untuk mencegah tindakan menyimpang yang dapat terjadi di antara pasien. Alina Lodge tidak membolehkan adanya penggunaan rokok, minuman mengandung kafein, dan penggunaan perangkat elektronik pribadi saat proses rehabilitasi berlangsung. Pasien difasilitasi dengan ruang-ruang komunal seperti lounge (Gambar 2.45) dan ruang televisi (Gambar 2.48)

Gambar 2.42 Curry hall

Gambar 2.41 Gratitude Hall Gambar 2.40 Kapel

(54)

Semua pasien berada dalam satu bangunan asrama tunggal, baik pasien yang baru masuk maupun yang sudah hampir dinyatakan sembuh. Semua kegiatan dilakukan bersama-sama dengan spesifikasi program yang unik untuk setiap individu, misalnya frekuensi konseling dan terapi yang berbeda sesuai keadaan pasien. Alina Lodge tidak menyediakan layanan detoksifikasi. Setiap pasien yang akan menjalani proses rehabilitasi harus terlebih dahulu menjalani terapi detoksifikasi di layanan detoksifikasi dan bebas dari zat-zat adiktif.

Setiap bangunan memiliki ruangan dengan bukaan-bukaan yang cukup untuk penghawaan, namun tampaknya tidak cukup untuk pencahayaan karena terlihat ruangan kerap memerlukan lampu untuk penerangan di siang hari.

Interior ruangan pada pusat rehabilitasi ini menggunakan warna-warna lembut seperti paduan putih dan coklat serta gradasinya (Gambar 2.46). Interior ruangan juga dilengkapi dengan tanaman indoor yang dianggap mampu membantu pemulihan dan juga meningkatkan kinerja staff yang bekerja di dalamnya (Lohr, VI :1996). Tidak hanya metode pengobatan, Alina Lodge juga menyediakan fasilitas olahraga seperti fitness room/gym (Gambar 2.47) untuk melatih fisik para pasien.

Gambar 2.44 Kamar tidur Gambar 2.45 Lounge Gambar 2.46 Ruang makan Sumber : http://www.alinalodge.org/

Gambar

Tabel 2.1 Simtom putus zat opioid dengan kerangka waktu
Gambar 2.7 Proses Terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba
Tabel 2.4 Tahapan Aftercare
Tabel 2.6 Transportasi Darat dalam Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Pembanguna n dan ++ (namun dapat bernilai Menurunnya kualitas air dan tanah, Terpicunya pembangunan, pengembangan Teratasinya permasalahan kawasan kumuh,

1.Murid mencipta dan menyanyikan corak irama atau melodi mudah dengan ton suara dan ekspresi yang sesuai serta pic, sebutan dan artikulasi yang betul mengikut tempo.

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan

Menurut hasibuan (dalam Eko dkk, 2016) Motivasi yang dimiliki seseorang dapat menunjang keberhasilan kinerja seseorang. Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang

Pengujian ekstrak daun mint dan buah lada hitam pada 72 jsa konsentrasi 40.000 ppm memiliki indeks antifidan paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih

Fiberendoskopi mulai masuk Indonesia (Jakarta) sekitar 1970. Di Surabaya usaha untuk merintis endoskopi dimulai sejak 1974 dan kemudian dikem- bangkan di RS. Kita boleh

Apabila ada penolakan dari advokat, maka pemohon dapat mengajukan keberatan kepada organisasi advokat atau lembaga bantuan hukum tempat di mana advokat bernaung

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Limbah Padat Industri Kertas