• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Chikungunya - Hubungan Pengetahuan, Sikap, Sarana Dan Prasarana Serta Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pencegahan Penyakit Chikungunya Menggunakan Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Oleh Kepala Keluarga Di Wilay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Chikungunya - Hubungan Pengetahuan, Sikap, Sarana Dan Prasarana Serta Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pencegahan Penyakit Chikungunya Menggunakan Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Oleh Kepala Keluarga Di Wilay"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Chikungunya

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), menyebutkan bahwa Chikungunya berasal dari suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Biasanya menyerang sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu.

2.1.1. Penyebab

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV). CHIKV termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (Depkes RI, 2007).

2.1.2. Gejala

(2)

a. Demam. Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Panas tinggi selama 2-4 hari kemudian kembali normal.

b. Sakit persendian. Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, nyeri, sehingga kadang penderita ” merasa lumpuh ” sebelum berobat . Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.

c. Nyeri otot. Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata kaki.

d. Bercak kemerahan ( ruam ) pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi. e. Sakit Kepala: sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui.

f. Kejang dan Penurunan Kesadaran. Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya.

g. Gejala lain. Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher.

(3)

2.1.3. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk memastikan penyakit ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan teknik ELISA, maupun pemeriksaan virusnya (Depkes RI, 2007).

2.1.4. Tempat Nyamuk Berkembang Biak

Nyamuk Aedes berkembang biak di tempat penampungan air bersih didalam rumah maupun di sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, ban bekas, drum, kaleng, pecahan botol, potongan bambu dan lain-lain. Pada musim hujan lebih banyak lagi tempat-tempat yang menampung air (Depkes RI, 2007).

2.1.5. Diagnosa

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA. Tetapi pemeriksaan serologis ini hanya bermanfaant digunakan untuk kepentingan epidemiologis dan penelitian, tidak bermanfaat untuk kepentingan praktis klinis sehari-hari (Depkes RI, 2007).

2.1.6. Pengobatan

(4)

memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.

Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.

2.1.7. Pencegahan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), cara menghindari penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih.

Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.

(5)

dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung. Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.

Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

2.1.8. Penanganan Kasus

Bila menemukan kasus chikungunya lakukan (Depkes RI, 2005) : a. Segera laporkan ke Puskesmas/Dinas Kesehatan setempat.

b. Hindari penderita dari digigit nyamuk (tidur memakai kelambu) agar tidak menyebarkan ke orang lain.

c. Anjurkan penderita untuk beristirahat selama fase akut.

(6)

e. Lakukan Pemeriksaan Jentik di rumah dan sekitar rumah. 2.1.9. Karakteristik Penyakit Chikungunya

2.1.9.1. Cara Penularan

Penyakit chikungunya boleh dikatakan ‘bersaudara’ dengan penyakit demam denggi dan demam denggi berdarah karena dibawa oleh pembawa yang sama yaitu nyamuk Aedes Aegypti maupun albopictus. Masa inkubasi virus ini ialah dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh hari. Bedanya, jika virus denggi menyerang pembuluhdarah, virus chikungunya menyerang sendi dan tulang. Nyamuk aedes lazimnya akan menggigit seseorang yang telah dijangkiti oleh virus chikungunya dan memindahkan darah berkenaan kepada seorang mangsa lain yang sehat (Dwitagama, 2008).

Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berperan sebagai vektor/pembawa, seperti Aedes Aegypti (merupakan vektor utama CHIKV), Aedes Albopticus yang mungkin juga berperan dalam penyebaran penyakit di kawasan Asia. Kera dan beberapa binatang buas lainnya juga diduga dapat sebagai perantara penyakit ini karena hewan-hewan inilah yang sebenarnya menjadi target awal penyakit ini.

2.1.9.2. Faktor Penyebab Chikungunya

(7)

tidak mematikan. Penyakit Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (Dwitagama, 2008).

2.1.9.3. Pencegahan dan Pengendalian Chikungunya

Satu-satunya cara menghindari gigitan nyamuk Chikungunya adalah dengan mencegah digigit nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu bisa dilakukan pemberantasan vektor nyamuk dewasa maupun membunuh jentik nyamuk. Pemberantasan vektor nyamuk dewasa bisa dilakukan dengan racun serangga atau pengasapan/fogging dengan malathion sedangkan abatisasi digunakan untuk memberantas jentik pada TPA (tempat penampungan air). Sarang nyamuk diberantas dengan cara PSN (Dwitagama, 2008).

a. Abatisasi

Tujuan abatisasi agar kalau sampai telur nyamuk menetas, jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa. Semua TPA yang ditemukan jentik Aedes Aegypti ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok makanan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air. Bubuk abate juga dituang di bak mandi.

b. Pemberantasan Sarang Nyamuk

PSN adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk Aedes dengan cara 3M, yaitu sebagai berikut :

(8)

2. Menutup rapat-rapat TPA

3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang-barang lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

4. Khusus di tempat pasca-kebakaran harus segera dibersihkan dari wadah-wadah yang bisa menampung air.

2.1.9.4. Proteksi diri dengan salep atau gunakan kawat nyamuk

Tidak seperti nyamuk-nyamuk yang lain, nyamuk itu menggigit pada siang hari. Untuk mencegahnya kita bisa menggunakan salep atau minyak yang dioles di bagian tubuh yang terbuka. Selain menggunakan salep untuk mencegah gigitan nyamuk, bisa juga menggunakan minyak sereh. Cara lain adalah dengan menggunakan kawat nyamuk di pintu-pintu dan jendela rumah (Dwitagama, 2008).

Dengan melakukan hal-hal di atas, sebenarnya sudah dilakukan perlindungan tidak hanya pada demam Chikungunya tetapi juga demam berdarah yang lebih fatal dan mematikan. Tidak mustahil penyakit Demam Chikungunya datang bersama-sama dengan penyakit demam berdarah.

2.1.10. Mata Rantai Infeksi Chikungunya

(9)

a. Agen

Agen dalam penyakit chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti betina (dominan) dan Aedes Albopictus. Arbovirus famili Togaviridae genus Alpha virus, dengan perantaraan nyamuk Aedes.

b. Reservoir

Habitat berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng atau botol bekas yang menampung air bersih. Kedua, Serangga bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu kamar. Ketiga, nyamuk ini sangat menyukai tempat yang gelap dan pengap. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes Aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

c. Portal of exit

(10)

d. Portal of entry

Lingkungan harus dibersihkan terutama pada barang-barang yang dapat digenangi air. Hindari gigitan nyamuk pada pagi sampai dengan sore hari karena nyamuk penyebab chikungunya aktif pada saat itu.

e. Kerentanan penjamu

Daya tahan tubuh yang lemah dan kekebalan tubuh yang lemah saat terkena gigitan nyamuk.

2.1.11. Peran Keluarga dalam Pencegahan Chikungunya

Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran. Keluarga memiliki peran yang sangat pentingdalam upaya pencegahan penyakit chikungunya. Keluarga berperan dalam hal menjaga pola hidup agar tetap bersih dan sehat. Selain itu, makanan yang dimakan pun harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna agar tubuh tetap sehat dan tidak mudah terkena penyakit. Lingkungan rumah pun harus bersih. Lakukan gerakan 3 M secara teratur yaitu menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas agar tidak digenangi air dan menguras bak secara teratur agar terhindar dari nyamuk penyebab chikungunya ini (Dwitagama, 2008).

2.1.12. Penanggulangan KLB Chikungunya

(11)

Sehingga untuk menanganinya dilakukan berdasarkan metode berikut (Depkes RI, 2005).

Gambar 2.1. Skema Penyelenggaraan SKD-KLB Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Sumber : Depkes RI, 2005. Ditjen PPM & PL. Jakarta. Jejaring SE KLB Cepat & Tepat

(12)

2.2. Pemberantasan Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Pemberantasan nyamuk demam Chikungunya seperti penyakit menular lainnya, didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Beberapa cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit demam Chikungunya yaitu (Depkes RI, 2002):

a. Melenyapkan virus dengan cara mengobati semua penderita dengan obat anti virus.

b. Solusi penderita agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain c. Mencegah gigitan nyamuk/vektor.

d. Immunisasi terhadap orang sehat.

e. Membasmi/ memberantas sarang nyamuk.

Cara yang biasa dipakai adalah memberantas sumber nyamuk, penyehatan lingkungan ataupun chemical control. Penyehatan lingkungan merupakan cara terbaik. Untuk mencapai tujuan ini di perlukan usaha yang terus - menerus secara berkesinambungan. Hasil yang diharapkan memang tidak tampak dengan segera. a. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

(13)

Insektisida yang digunakan adalah insektisida golongan organophospat misalnya malathion dan feritrothion, pyrectic syntetic misalnya lamda sihalotrin dan parmietrin, dan karbamat. Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin ultra low volume (ULV), karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan, maka tidak mempunyai efek residu (Suroso, 2003).

Penyemprotan insektisida dilakukan interval 1 minggu untuk membatasi penularan virus Chikungunya. Penyemprotan siklus pertama semua nyamuk mengandung virus Chikungunya (nyamuk inaktif) dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentik agar populasi nyamuk dapat ditekan serendah-rendahnya (Suroso, 2003).

b. Pemberantasan Larva (Jentik)

Pemberantasan terhadap jentik A. Aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan tiga cara yaitu kimia, biologi dan fisik.

a). Cara kimia

(14)

b). Cara Biologi

Pemberantasan cara biologi dengan memanfaatkan predator alami seperti memelihara ikan pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan gufi, ikan nila merah dan ikan lega. Selain itu dapat pula dengan golongan serangga yang dapat mengendalikan pertumbuhan larva (Depkes RI, 2004).

c). Cara Fisik

Pemberantasan cara fisik melalui kegiatan 3 M + 1 T yaitu mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat terisinya air hujan, menguras tempat penampungan air minimal 1 kali seminggu, menutup tempat penampungan air, dan menelungkupkan barang – barang yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti (Depkes RI, 2004).

Keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk hanya dapat diperoleh dengan peran serta masyarakat untuk melaksanakannya. Oleh karena itu dilakukan usaha penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara kontinu dalam waktu lama, sebab keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (Depkes RI, 1992).

2.2.1. Jenis Kegiatan Pemberantasan Nyamuk

Jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penular demam Chikungunya meliputi: a. Penyemprotan massal

(15)

desa/kelurahan ini, pada tahun-tahun berikutnya akan terjadi kasus demam Chikungunya. Oleh karena itu penularan penyakit di wilayah ini diperlukan segera diatasi dengan penyemprotan insektisida dan diikuti PSN oleh masyarakat untuk membasmi jentik-jentik penular demam Chikungunya. Penyemprotan ini dilaksanakan sebelum musim penularan penyakit demam Chikungunya di desa rawan agar sebelum terjadi puncak penularan virus Chikungunya, populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga KLB dapat dicegah (Depkes RI, 2004). b. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

Pemantauan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk yang dilakukan di rumah dan di tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam Chikungunya.

c. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pencegahan yang dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan di tempat tempat umum dengan melaksanakan PSN meliputi:

a) Menguras tempat penampungan air sekurang kurangnya seminggu sekali atau menutupnya rapat-rapat.

b) Mengubur barang bekas yang dapat menampung air. c) Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi).

(16)

2.3. Perilaku

2.3.1. Pengertian Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Mulai dari binatang sampai manusia mempunyai aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).

Secara singkat aktivitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misal: berjalan, bernyanyi,

tertawa, dan sebagainya.

b. Aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (tidak langsung) (Notoatmodjo, 2003).

(17)

masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup (covert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam tindakan yang nyata atau terbuka. Respon ini sudah jelas dalam tindakan atau praktek (practice), yang dapat diamati oleh orang lain dengan jelas.

2.3.2. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui (Tim Penyusun, 2005). Pengertian lain menjelaskan bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu (Suriasumantri, 2007).

(18)

ini sejalan dengan pernyataan Soekanto (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia.

Menurut Bakhtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

(19)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Menurut Notoatmodjo (2005), dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

(20)

a) Cara coba-coba (Trial and Error)

Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

(21)

semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

Menurut Syah (2003) ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, pengetahuan terdiri dari dua macam, yakni : declarative knowledge dan procedural knowledge. Declarative knowledge lazim juga disebut propositional knowledge. Pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prososisional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secara lisani atau verbal. Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

(22)

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

(23)

menggabungkannya dengan cara berpikir yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah komponen lain dari proses adaptasi. Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga arah fungsi kognitif yang berbeda, ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam kehidupan individu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri individu dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan sosial.

2.3.3. Sikap atau Attitude

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pencetus (predisposisi) tindakan atau perilaku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bagian lain, menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

(24)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah.

b. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengejakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

(25)

suatu objek, secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoadmodjo, 2003).

2.3.4. Praktek atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior.) Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain: fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Nototmodjo, 2003).

Menurut Notoadmodjo (2003) tingkat- tingkat praktek sebagai berikut: a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

c. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

(26)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.4. Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama , yaitu :

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun nonfisik dalam bentuk sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

a) Sosial

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Setiap kelompok memiliki aturan dan norma sosial tertentu, sehingga perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung dalam suatu jaringan normatif.

b) Ekonomi

(27)

untuk berobat sehingga tidak ada suatu penanganan yang baik dalam menghadapi suatu penyakit.

c) Budaya

Setiap daerah pasti memiliki budaya yang berbeda-beda. Misalnya dalam suatu komunitas yang masyarakatnya menganut agama islam, tidak akan mau memakan daging babi karena bagi mereka daging babi adalah haram, dan tidak baik bagi kesehatan. Maka dari itu mereka tidak akan mau memakan daging babi tersebut demi menjaga kesehatan mereka.

b. Faktor internal

Faktor internal yang menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar yaitu:

a. Perhatian

Ada dua batasan tentang perhatian, yaitu energi psikis yang tertuju pada suatu obyek dan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan.

b. Pengamatan

Pengamatan adalah pengenalan obyek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap. Sedangkan mendengar, meraba, membau, dan mengecap itu sendiri disebut sebagai modalitas pengamatan.

c. Persepsi

(28)

d. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut.

e. Fantasi

Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah ada. Tanggapan baru ini tidak harus sama dengan tanggapan yang telah ada.

Menurut Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

a). Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Merupakan faktor-faktor yang mempermudah dan mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. Misalnya perilaku warga untuk mencegah penularan Chikungunya akan lebih mudah apabila warga tersebut tahu apa manfaat dari pencegahan tersebut. Disamping itu, kepercayaan, tradisi, system nilai di masyarakat setempat juga sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku.

b). Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

(29)

masyarakat. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.

c). Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya. Dalam hal ini dukungan atau dorongan dari orang lain sangat dibutuhkan untuk pencegahan suatu penyakit. Selain itu sikap dan perilaku petugas kesehatan juga menjadi panutan bagi seseorang atau masyarakat.

2.5. Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999).

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999).

(30)

meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono, 1999).

Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni:

a. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

b. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri.

c. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri.

(31)

2.6. Sarana dan Prasarana

Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu :

a) Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin.

b) Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

(32)

2.7. Landasan Teori

Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non perilaku, selanjutnya perilaku ditentukan atau terbentuk oleh 3 faktor yaitu Predisposing, Reinforcing and Enabling. Teori model Lawrence Green ini dapat tercantum pada gambar berikut.

(33)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kesehatan dipengaruhi oleh perilaku. Untuk membangun perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai kehidupan, dan keyakinan. Faktor enabling meliputi ketersediaan sarana, kemudahan sarana, perundang-undangan. prioritas kesehatan, dan keterampilan petugas. Sedangkan untuk faktor reinforcing meliputi dukungan petugas, dukungan keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat, pelayanan kesehatan dan pengambil kebijakan.

(34)

2.8. Kerangka Konsep Penetian

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Reinforcing (pendorong)

− Dukungan petugas

kesehatan

Faktor Predisposing (predisposisi)

− Pengetahuan

− Sikap

Faktor Enabling (pendukung)

− Sarana & prasarana

Pemberantasan Sarang Nyamuk Chikungunya oleh

Gambar

Gambar 2.2. Teori perilaku model Green
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

• Apapun juga yang menjadi tujuan dari pekerjaan para ilmuwan adalah menggunakan yang sama mendasari langkah-langkah untuk mengorganisir riset mereka: ( 1) mereka membuat

Oleh karena itu Jadikanlah lingkungan tempat tinggal menjadi lingkungan yang sehat, nyaman, dan asri dengan membuang sampah pada tempatnya... ILMU

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning melalui langkah – langkah yaitu memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa,

Tidak sedikit daerah kabupaten/kota bahkan dari negara-negara asing yang melakukan kunjungan kerja untuk studi banding di Kota Pontianak.. Berbagai prestasi dan penghargaan

Walikota Jakarta Barat, HM anas effendi, setuju bila nantinya pengolahan sampah yang akan dibangun di Kembangan dan tegal alur meniru atau menerapkan teknologi

In light of the broiler market conditions in Indonesia experiencing excessive supplies, the aggressive growth accomplished by the broiler segment likely

The Bogasari segment equipped with shipping and packaging business units has main business activity is to produce wheat flour and pasta.. The agribusiness segment

Menurut Tambunan (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi iklim investasi adalah: (1) Stabilitas politik, sosial dan ekonomi; (2) Kondisi infrastruktur