• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Insentif dan Disinsentif Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Insentif dan Disinsentif Pe"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

OSWAR MUNGKASA

DEPUTI GUBERNUR DKI JAKARTA BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMBAHASAN DAN PENYEMPURNAAN DRAFT PEDOMAN BENTUK DAN TATA CARA

PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG JAKARTA 30 MEI 2017

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

(2)

KERANGKA PRESENTASI

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG DI DKI JAKARTA

Dasar hukum

Implementasi

Insentif dan

Disinsentif

Peraturan Pelaksanaan

UU no.

28/2002

tentang Bangunan

Gedung

PP No. 15/2010

tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang

Kaitan Insentif

dan Disinsentif

terhadap

Kerjasama

Pembangunan

Permen PU No. 20/2011

tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan

PERDA NO.1/2012

tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah

PERDA NO.1/2014

tentang

Rencana Detail Tata Ruang dan

Peraturan Zonasi

PERGUB No. 210 Tahun 2016

tentang Pengenaan Kompensasi

terhadap Pelampauan Nilai KLB

Perpres No. 38 Tahun 2015

tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur

Mekanism

e

Pelaksana

(3)

DASAR HUKUM

UU No. 26/2007

tentang Penataan Ruang

Pasal 35

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan

peraturan

zonasi

,

perizinan

,

pemberian

insentif

dan

disinsentif,

serta

pengenaan sanksi

.

Pasal 38

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang diberikan

Insentif dan/atau

disinsentif

oleh

:

a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan

(4)

PP No. 15/2010

tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang

Pasal 4

ketentuan tentang penetapan bentuk dan besaran insentif dan

disinsentif, ditetapkan dengan

peraturan

gubernur

.

Pasal 148

Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui:

a.

pengaturan zonasi;

b.

perizinan;

c.

pemberian

insentif dan disinsentif

; dan

d.

pengenaan sanksi.

Pasal 153

Peraturan zonasi

merupakan dasar dalam

pemberian insentif

dan

disinsentif

, pemberian izin, dan pengenaan sanksi.

(5)

DASAR HUKUM

(2) Prioritas pemberian insentif diarahkan pada

penyediaan

dan

penambahan

RTH,

penanggulangan banjir

,

upaya mengatasi masalah

kemacetan lalu lintas

,

peremajaan kota

melalui

konsolidasi lahan berbasis masyarakat serta upaya

pelestarian bangunan cagar budaya

.

PERDA No.1/2014

tentang

Rencana Detail Tata Ruang & Peraturan

Zonasi

PERDA

NO.1/2

012

Pasal 207

INSENTIF

DAN

DISINSENTIF

TEKNIK PENGATURAN

ZONASI

(TPZ)

PERGUB No. 210 Tahun 2016

tentang

(6)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

P

b.Intensitas Pemanfaatan Ruang

c.Tata Bangunan

d.Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ)

INSENTIF DAN

DISINSENTIF

(Pasal 640)

PENGENAAN

SANKSI

(Pasal 658)

TEKNIK PENGATURAN ZONASI (Pasal 620)

a.Bonus (kode a) b.Pengalihan Hak

Membangun/TDR (kode b) c.Pertampalan Aturan atau

overlay (kode c)

d.Permufakatan Pembangunan (kode b)

e.Khusus (kode e)

f.Pengendalian Pertumbuhan (kode f)

g.Pelestarian Kawasan Cagar Budara (kode g)INSENTIF

Perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. KERINGANAN PAJAK, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

b. PEMBANGUNAN serta

PENGADAAN INFRASTRUKTUR; c. kemudahan PROSEDUR

PERIZINAN; dan/atau

d. PEMBERIAN PENGHARGAAN

kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

DISINSENTIF

Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a.pengenaan PAJAK YANG TINGGI yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

b. PEMBATASAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR, pengenaan kompensasi, dan penalti.

BONUS (kode a) (Pasal 621)

diberikan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk

peningkatan luas lantai atau KLB

Perda No. 1Tahun 2014 tentang RDTR dan PZ

(7)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

DEFINISI TEORITIS

 TPZ Insentif / Bonus Zoning : Mekanisme kerjasama antara Pemerintah Kota dengan Pengembang (swasta) dalam mengembangkan kawasan / daerah yang berhubungan dengan kepentingan umum

 Insentif : Pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang.

 Disinsentif : pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

Kompensasi Koefisien Lantai Bangunan adalah FASILITAS PUBLIK YANG DISERAHKAN OLEH MASYARAKAT baik perorangan, badan usaha maupun lembaga kepada Pemerintah Daerah atas pemanfaatan ruang yang melampaui nilai Koefisien Lantai

TPZ Insentif / Bonus Zoning

(8)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

TEKNIK PENGATURAN ZONASI

Diberikan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk peningkatan luas lantai atau KLB

Diarahkan pada lokasi sebagai berikut:

a.pusat kegiatan primer, pusat

kegiatan sekunder, dan

kawasan strategis kepentingan ekonomi;

b.kawasan terpadu kompak dengan pengembangan konsep

TOD;

c.kawasan yang memiliki fungsi sebagai fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride); dan

d.lokasi pertemuan angkutan umum massal.

Diberikan sebagai kompensasi menyediakan fasilitas publik Dapat dilakukan di dalam lahan perencanaan dan/atau di luar lahan perencanaan

ZONA BONUS

PERDA No.1/2014

tentang

(9)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

BENTUK KOMPENSASI

Kompensasi terhadap pelampauan KLB ditetapkan dalam

bentuk penyediaan fasilitas publik antara lain (Pergub

210/2016):

a.

menyediaan

lahan

dan/atau

membangun RTH

publik

;

b.

menyediakan

lahan

dan/atau

membangun rumah

susun umum

;

c.

menyediakan

lahan

dan/atau

membangun waduk

atau

situ

;

d.

menyediakan

infrastruktur

;

e.

menyediakan

jalur

dan

meningkatkan kualitas

fasilitas pejalan kaki

yang terintegrasi dengan

angkutan umum; dan

(10)

Bentuk penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud huruf d

antara lain:

a.

infrastruktur transportasi;

b.

infrastruktur jalan;

c.

infrastruktur sumber daya air, irigasi dan pengendalian banjir;

d.

infrastruktur air minum;

e.

infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat;

f.

infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat;

g.

infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;

h.

infrastruktur telekomunikasi dan informatika;

i.

infrastruktur ketenagalistrikan;

j.

infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi terbarukan;

k.

infrastruktur konservasi energi;

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

(11)

l.

infrastruktur fasilitas perkotaan;

m.

infrastruktur fasilitas pendidikan;

n.

infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta

kesenian;

o.

infrastruktur kawasan;

p.

infrastruktur pariwisata;

q.

infrastruktur kesehatan;

r.

infrastruktur lembaga pemasyarakatan;

s.

infrastruktur perumahan rakyat;

t.

infrastruktur pertamanan;

u.

infrastruktur pemerintahan;

v.

Infrastruktur lingkungan hidup; dan

w.

Infrastruktur perekonomian.

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

(12)

Penyediaan Fasilitas Publik

diutamakan

pada lahan/aset milik Pemerintah

Daerah

atau pada lahan yang wajib

diserahkan kepada Pemerintah Daerah

sesuai dengan prioritas kebutuhan

Pemerintahan Daerah

berdasarkan

usulan kebutuhan SKPD/UKPD

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

(13)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

(14)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

TEKNIK PENGATURAN ZONASI (TPZ) BONUS

Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 210 Tahun 2016

Penyediaan fasilitas publik harus memenuhi ketentuan

, antara lain:

a.

Memenuhi kemampuan

daya dukung

tanah dan/atau lahan perencanaan;

b.

Tidak melanggar peraturan zonasi

yang ditetapkan dalam

pemanfaatan ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang;

c.

Mempertimbangkan

ketersediaan dan kapasitas infrastruktur

dan

utilitas umum yang mendukung;

d.

mempertimbangkan

standar kebutuhan prasarana dan sarana

kepentingan umum.

e.

bukan merupakan kewajiban

yang ditetapkan atau direkomendasikan

atas dasar permohonan perizinan pemanfaatan ruang lainnya dari

pemohon KLB;

f.

bukan merupakan komponen kegiatan yang dibiayai

oleh Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (

APBD

); dan

(15)

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

FISKAL DAN NON FISKAL

Tujuan Realisasi bonus KLB dalam bentuk infrastruktur fasos dan fasum adalah sebagai berikut :

a.Sebagai perwujudan bentuk PERAN SERTA MASYARAKAT dalam penataan ruang (sesuai PP 68

Tahun 2010) dalam pelaksanaan pembangunan kota;

b.Bentuk KERJASAMA ANTARA SWASTA DAN PEMERINTAH dalam pengembangan pembangunan

kota;

c.MEMPERCEPAT PROSES PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR di DKI Jakarta dalam rangka mengatasi permasalahan kota;

- Fiskal menggunakan prosedur yang lebih panjang dan lama. Menunggu ke dalam anggaran / APBD hingga proses pelelangan

- Non Fiskal dapat langsung dikerjakan oleh Konsultan tanpa harus menunggu APBD dan proses lelang

d.Perda 3 Tahun 2012 sebagai perubahan atas Perda 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, bahwa

peningkatan KLB tidak lagi merupakan pemasukan daerah DKI Jakarta dalam bentuk retribusi daerah.

e.Dalam peraturan keuangan daerah dan perpajakan, bahwa pemerintah daerah hanya dapat

(16)

MEKANISME PELAKSANAAN

RUMUS PERHITUNGAN BESAR KOMPENSASI PELAMPAUAN KLB

=

L

KLB

DASAR

x NJOP

K

Rumus menghitung besarnya kompensasi yang diperoleh, dihitung berdasarkan rumus :

Keterangan :

K

= Nilai Kompensasi (Rp)

I

= Indeks

L

= Besaran luas lantai bangunan yang dilampaui (m2)

KLB

dasar

= Nilai Koefisien Lantai Bangunan sesuai dengan Rencana Kota yang ditetapkan

NJOP

= Nilai Jual Objek Pajak lahan yang dibangun (Rp)

(17)

MEKANISME PELAKSANAAN

KETENTUAN KHUSUS

Pemberian pelampauan KLB pada kawasan TOD angkutan umum massal berbasis rel lainnya,

yang belum memiliki nilai indeks, maka nilai indeksnya ditetapkan Gubernur setelah mendapatkan pertimbangan dalam Rapat Pimpinan BKPRD dan/ atau forum Rapat Pimpinan Gubernur dengan memperhatikan fungsi dan karakteristik kawasan sekitarnya, berdasarkan kajian dari Dinas Penataan Kota (DPK).

Permohonan pemanfaatan ruang untuk pembangunan rumah susun sewa baik dilakukan oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diberikan pelampauan KLB tanpa dikenakan Kompensasi.

Pembangunan kantor pemerintahan pada lahan - lahan milik Pemerintah Pusat dan/ atau

Pemerintah Daerah yang tidak dikerjasamakan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), swasta dan/ atau perorangan tidak dikenakan kompensasi pelampauan nilai KLB.

Pelampauan KLB pada Sub Zona Prasarana Pendidikan (S. I) yang lokasinya berada pada Zona Teknik

Pengaturan Zonasi (TPZ) Bonus dengan kode a, tidak dikenakan kompensasi dengan ketentuan penggunaan sekolah harus menerima 60% (enam puluh persen) pelajar dari masyarakat berpenghasilan rendah dan harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

Pelampauan KLB pada Sub Zona Prasarana Kesehatan (S.2) yang berada pada lokasi Zona Teknik

(18)

MEKANISME PELAKSANAAN

SANKSI ADMINISTRATIF

Pemegang Persetujuan Prinsip Pelampauan KLB

yang tidak melaksanakan

kewajiban bentuk kompensasi akan dikenakan sanksi administratif

, berupa:

Surat peringatan pertama

 diberikan terhadap pemegang persetujuan prinsip

pelampauan KLB yang tidak melaksanakan bentuk kompensasi sesuai dengan batasan

dan ruang lingkup yang tercantum dalam Perjanjian Pemenuhan Kewajiban.

Surat peringatan kedua

 Apabila dalam 7 (tujuh) hari kerja sejak surat peringatan

pertama diterima, bentuk kompensasi belum dipenuhi.

Pembekuan izin

Apabila dalam 3 (tiga) hari kerja sejak surat peringatan kedua

diterima, bentuk kompensasi belum dipenuhi.

Pencabutan izin

 Apabila dalam 1 (satu) hari kerja sejak pembekuan perizinan

(meliputi: Persetujuan Prinsip Pelampauan KLB, IMB, SLF, dan izin operasional lainnya),

bentuk kompensasi belum dipenuhi.

(19)

Simpang Susun

Semanggi

Kompensasi KLB dari

PT. Mitra Panca Persada

Rp 345 miliar

Status: Pembangunan

belum selesai, butuh

appraisal

kembali

setelah terbangun

(20)
(21)
(22)

Kawasan Pusat Kegiatan Primer: Kawasan Perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala

NASIONAL

atau

BEBERAPA PROVINSI

dan

INTERNASIONAL

Kawasan Pusat Kegiatan Sekunder: Kawasan Perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala

PROVINSI

atau

BEBERAPA KOTA/KABUPATEN ADMINISTRASI

Kawasan Pusat Kegiatan Tersier: Kawasan Perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala

KOTA/KABUPATEN

ADMINISTRASI

atau

BEBERAPA KECAMATAN

LAMPIRAN

(23)

PP No. 36/2005

tentang Peraturan Pelaksanaan UU no.

28/2002 tentang Bangunan Gedung

Penjelasan Pasal 20 Ayat (4)

Dalam hal

pemilik tanah memberikan sebagian area tanahnya

untuk

kepentingan

umum

,

misalnya

untuk

taman

atau

prasarana/sarana publik

lainnya, maka pemilik bangunan

dapat

diberikan kompensasi/insentif

oleh

pemerintah daerah

.

Kompensasi

dapat berupa

kelonggaran KLB (bukan KDB),

sedangkan

insentif

dapat berupa

keringanan pajak atau retribusi

.

LAMPIRAN

(24)

Permen PU No. 6/2007

tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan, terdiri atas:

(a) Insentif Luas Bangunan

, yaitu

insentif yang terkait dengan

KLB

dan diberikan apabila bangunan gedung terbangun memenuhi

persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas lantai bangunan

yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak

diperhitungkan dalam KLB.

(b) Insentif Langsung

, yaitu

insentif

yang memungkinkan

penambahan luas lantai maksimum

bagi bangunan gedung yang

menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan positif bagi lingkungan

permukiman terpadu; termasuk di antaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka

umum, dan fasilitas umum.

LAMPIRAN

(25)

Permen PU No. 20/2011

tentang Pedoman Penyusunan

RDTR dan Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi

merupakan ketentuan sebagai

bagian yang tidak

terpisahkan dari RDTR

.

Peraturan Zonasi berfungsi sebagai :

a)

Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang

b)

Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya

air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah

c)

Acuan dalam

pemberian insentif

dan

disinsentif

d)

Acuan dalam pengenaan sanksi

e)

Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan

penetapan lokasi investasi

LAMPIRAN

(26)

PERSYARATAN ADMINISTRASI

Fotocopi KTP pemohon yang masih berlaku;Fotocopi NPWP;

Fotocopi akta pendirian badan hukum bagi pemohon yang berbadan hukum;Fotocopi surat bukti kepemilikan lahan yang dilegalisir notaris;

Surat pernyataan dari instansi pemerintah untuk lahan milik pemerintah;

Fotocopi tanda bukti lunas PBB lahan yang dimohon tahun berjalan atau 1 (satu) tahun sebelumnya; • Gambar arsitek bangunan;

Fotocopi dokumen perizinan yang pernah diterbitkan (apabila diperlukan); dan

Pernyataan kesanggupan menyerahkan kompensasi yang dinyatakan secara notarial akta.

PERSYARATAN TEKNIS

KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN

 Pemenuhan air bersih, pemenuhan daya listrik, pengelolaan limbah dan drainase, pengendalian kebersihan lingkungan, pengendalian penghijauan dan pengendalian penurunan muka tanah.

KAJIAN DAMPAK LALU LINTAS

 Kondisi jaringan jalan, lalu lintas dan angkutan jalan ; bangkitan /tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat pembangunan / pelampauan KLB; distribusi perjalanan; pemilihan moda; pembebanan perjalanan; simulasi kinerja lalu lintas akibat pembangunan / pelampauan; dan prasyarat sarana dan prasarana penanganan dampak lalu lintas akibat pembangunan / pelampauan KLB.

PROPOSAL RENCANA PEMBANGUNAN

 Kepemilihan tanah / lahan, Kesesuaian Rencana Kota (intensitas), Kondisi eksisting bangunan; dan Usulan rencana kegiatan / penggunaan lahan

KAJIAN TEKNIS LAINNYA YANG DIPERLUKAN

LAMPIRAN

(27)

KLB Dasar (sesuai Perda 1 Tahun 2014)

KLB Tambahan

Angka persentase perbandingan antara

luas seluruh lantai bangunan gedung dan

luas lahan perpetakan atau lahan

perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana

Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata

Ruang, dan Peraturan Zonasi.

Koefisien

Lantai

Banguna

n

LAMPIRAN

IMPLEMENTASI INSENTIF DAN DISINSENTIF

(28)

CONTOH IMPLEMENTASI INSENTIF

TEKNIK PENGATURAN ZONASI (TPZ) BONUS

Kompensasi ditetapkan dalam bentuk menyediakan fasilitas publik, antara lain:

a. menyediaan lahan dan/atau membangun RTH PUBLIK;

b. menyediakan lahan dan/atau membangun RUMAH SUSUN UMUM;

c. menyediakan lahan dan/atau membangun WADUK atau SITU;

d. menyediakan INFRASTRUKTUR;

• Infrastruktur transportasi

• Infrastruktur jalan

• Infrastruktur sumber daya air, irigasi dan pengendalian banjir

• Infrastruktur air minum

• Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat dan/atau setempat

• Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan

• Infrastruktur telekomunikasi dan informatika

• Infrastruktur ketenagalistrikan

• Infrastruktur minyak, gas bumi dan energi terbarukan

• Infrastruktur konservasi energi

• Infrastruktur fasilitas perkotaan

• Infrastruktur fasilitas pendidikan

• Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga serta kesenian

• Infrastruktur kawasan

• Infrastruktur pariwisata

• Infrastruktur kesehatan

• Infrastruktur lembaga pemasyarakatan

• Infrastruktur perumahan rakyat

• Infrastruktur pertamanan

• Infrastruktur pemerintahan

• Infrastruktur lingkungan hidup

• Infrastruktur perekonomian

e. menyediakan jalur dan meningkatkan kualitas FASILITAS PEJALAN KAKI yang terintegrasi dengan angkutan umum; dan

f. menyediakan JALUR SEPEDA yang terintegrasi dengan angkutan umum.

Maka dapat diberikan bonus atau insentif berupa penambahan KLB

(29)

PEMOHON Gubernur melalui DPMPTSP

Kelengkapan Persyaratan Administrasi

dan Teknis Dikaji terlebih dahululu

DPMPTSP berkoordinasi dengan: BPLHD, Dinas

Perhubungan dan Transportasi, DCKTRP,

SKPD/UKPD terkait

RAPIM

BKPRD DPMPTSP

Memproses dan menerbitkan Persetujuan Prinsip Pelampauan KLB dan Persetujuan Prinsip Penetapan dan Pelaksanaan Bentuk Kompensasi

Nilai Kompensasi dicatat sebagai piutang daerah

disetujui

Perhitungan nilai dan bentuk kompensasi ditindaklanjuti dengan Perjanjian Pemenuhan Kewajiban (PPK) secara notarial akta dibawah koordinasi ASBANG

Asisten Pembanguna

n dan LH

DPMPTSP SKPD pengusul

bentuk kompensasi

Nota Dinas

Bertanggung jawab atas:

Pengendalian teknis pelaksanaan pembangunan termasuk proses perizinannya Kesesuaian hasil pelaksanaan

pembangunan dengan nilai kesetaraan kompensasi KLB

Biro PKLH

Monitoring dan penagihan bentuk kompensasi

Jangka waktu pelaksanaan bentuk kompensasi mulai berlaku terhitung sejak ditandatanganinya PPK antara Pemerintah Daerah dan Pemohon

LAMPIRAN

(30)

Biro PKLH

Penagihan bentuk kompensasi

SKPD pengusul bentuk kompensasi

Pemeriksaan fisik yang dituangkan dalam: Berita Acara

Pelaksanaan Teknis dan Berita Acara

Pemeriksaan Fisik

Kantor Jasa Penilai Publik

(KJPP) SKPD Pengguna

Barang Milik

Daerah Memproses penerbitan kode

registrasi inventaris barang dan

menyiapkan

Keputusan Gubernur mengenai

penggunaan barang

DPMPTSP BAST

Berita Acara Serah Terima Berkas

Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Prov

DKI Jakarta Dokumen disimpan dan

diarsipkan

PENGAWASAN

PENGENDALIAN

SKPD/UKPD sesuai tugas pokok dan

fungsinya Dibawah koordinasi Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup SKPD/UKPD sesuai

tugas pokok dan fungsinya

Gubernur melalui Sekretaris Daerah setiap 3 bulan sekali

atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan

Berita Acara Serah

Terima

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

memilih parpol atau kandidat yang berkuasa di pemerintahan dalam pemilu apabila merasa keadaan ekonomi rumah tangga pemilih tersebut atau ekonomi nasional pada saat itu lebih baik

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah jika dalam proses pembelajaran diterapkan model

Objek penelitian yang dilakukan yaitu return on asset dan besaran dividen bank BUMN (PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk., dan

Triangulasi dengan sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam

Rencana anggaran biaya (Begrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya – biaya lain yang berhubungan

PPID yang melakukan pengujian konsekuensi berdasarkan alasan pada Pasal 17 huruf j Undang-Undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik wajib menyebutkan ketentuan

Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith (da- lam Amir, 2009), Problem Based Learning meru- pakan suatu metode yang dalam proses pembela- jarannya bermanfaat untuk meningkatkan

- Dari kajian dan studi perancangan tokoh karakter sejarah yang menarik dan heroik didapat bahwa aspek dan elemen dalam merancang karakter animasi berupa gaya gambar,