• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATAAN REGULASI DALAM MENDUKUNG PEMBAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENATAAN REGULASI DALAM MENDUKUNG PEMBAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENATAAN REGULASI

DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

Regulatory Refor to Support Naio al E o o i De elop e t

Arfan Faiz Muhlizi

Pusat A alisis da E aluasi Huku Nasio al Bada Pe i aa Huku Nasio al Jl. Mayje Sutoyo No. Cililita Jakarta

E ail: arfa _f @yahoo. o

Naskah diteri a: 5 Agustus 7; re isi: 5 No e er 7; disetujui: 5 No e er 7

Abstrak

I do esia ya g seda g e a gu siste pereko o ia asio al e ghadapi ta ta ga persai ga glo al. Pada situasi i ilah aka ter ipta ya ikli ke udaha erusaha e jadi pe i g. Tulisa i i e ahas pe dekata teoriis ya g dapat digu aka u tuk elakuka pe ataa huku agar idak e gga ggu ke udaha erusaha dala pe a gu a eko o i asio al, serta la gkah-la gkah ya g dilakuka agar idak terjadi tu pa g i dih a tara peratura ya g satu de ga peratura ya g lai . De ga e ggu aka pe dekata yuridis or aif disi pulka ah a pe a gu a eko o i asio al de ga pe dekata teori huku i tegraif perlu dilakuka agar ke ijaka ya g dikeluarka u tuk e udahka usaha dapat dii a gi de ga pe guata pera huku ya g uka sekedar se agai pe eri fasilitas ke udaha erusaha, tetapi juga e erika perli du ga agi persai ga usaha ya g idak sehat. Pe eri tah perlu elakuka la gkah e aluasi seluruh peratura peru da u da ga , pe guata pe e tuka peratura peru da g-u da ga , da pe g-uata data ase ya g teri tegrasi. E aluasi peratura peru da g-u da ga dilakuka e gi gat kualitas regulasi saat i i asih re dah de ga asih ada ya dishar o i a tar peratura peru da g-u da ga , aik ya g ersifat erikal aupu horizo tal, serta idak se ua ya erdaya gu a da erhasil gu a. Pe guata pe e tuka peratura peru da g-u da ga harus a pu e go trol isu-isu pri ordial, sektaria , kepe i ga asi g, da ego sektoral. Pe uata data ase ya g teri tegrasi perlu dilakuka agar tersedia i for asi ya g akurat, e ge ai status peratura peru da g-u da ga , aik i gkat pusat aupu daerah da erupaka sara a pe duku g ya g sa gat ital

agi a alisis da e aluasi regulasi, har o isasi, serta si kro isasi peratura peru da g-u da ga .

Kata Kunci: huku eko o i, teori huku i tegraif, Pa asila, ke udaha erusaha, pe ataa regulasi

Abstract

(2)

A. Pendahuluan

Era persai ga glo al e aksa se ua egara

u tuk erlo a e a gu da e perkuat

siste pereko o ia asi g- asi g. I do esia

sebagai salah satu negara yang sedang berjuang

e arik i estasi se esar- esar ya u tuk

e a gu siste pereko o ia asio al

menghadapi tantangan yang sama di tengah

persaingan tersebut.

Keika du ia i i e jadi

satu pasar berakibat pada semakin kuatnya

interpedensi atau saling keter gantungan antara

satu negara dengan negara lainnya yang

sama-sa a e pu yai kedaulata asio al. Jadi

yang sebenarnya terjadi bukanlah satu negara

terga tu g pada egara lai ya, elai ka

suatu situasi da ko disi di a a se ua ya

saling memerlukan untuk mempertahankan

kesei a ga poliis, eko o is da te tu pula

dala ra gka pe e uha kepe i ga asi g

-masing negara . Pada situasi inilah maka

ter ipta ya ikli ke udaha erusaha

ease of

doing business

di iap egara e jadi pe i g.

Dala ra gka

erespo ta ta ga

terse ut pe eri tah I do esia se ara

terus-menerus berupaya untuk menaikkan peringkat

kemudahan berusaha.

Upaya i i perlu dii a gi

dengan penguatan peran hukum yang bukan

sekedar se agai pe eri fasilitas ke udaha

erusaha, tetapi juga e erika perli du ga

agi persai ga usaha ya g idak sehat di te gah

ikli eko o i du ia ya g e deru g li eral

agar idak larut dala pusara pasar e as.

Oleh kare a itu, Pe eri tah harus e erika

proporsi ya g ajar elalui siste seleksi da

pengarahan yang

adequate

dengan kedaulatan

tunggal yang dimiliki . Regulasi yang dibangun

harus mampu menyeimbangankan berbagai

kepe i ga agar asi g- asi g egara sali g

e ghor ai kedaulata u tuk e etapka

ke ijaka huku i estasi ya, a u asi

g-masing negara harus pula saling melindungi dan

e perlakuka kegiata i estasi di egara ya

ta pa ada diskri i asi a tara i estor asi g

de ga i estor do esik, de ikia juga a tar

sesa a i estor asi g. Pri sip i i e eka ka

pada dasar pikiran prinsip perlindungan

kesei a ga kepe i ga a tar

asi

g-1 Kondisi ini dengan tepat digambarkan Daniel Davidson: ”We are so economicially interdependent on one another that We so live in global village”. Lebih jauh lihat CFG Sunaryati (artono, Globalisasi dan Perdagangan Bebas,

Jakarta: BP(N Departemen Kehakiman, 99 , hlm.

2 Rusdin. Bisnis lnternasional dalam Pendekatan Praktik. Jilid . Bandung: Alfabeta, , hlm. .

3 Meningkatnya perekonomian di banyak negara ini menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi di dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus peningkatan barang tapi juga pada arus jasa serta arus uang dan modal. Pada gilirannya arus investasi di dunia semakin mengikuti perkembangan ini, sehingga dewasa ini peningkatan arus investasi itulah yang memacu arus perdagangan di dunia. Lebih jauh lihat Yanto Bashri (ed). ”Mau Ke Mana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma Pemikiran Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. (Jakarta: Predna Media, 2003), hlm. 12-13.

4 Bank Dunia World Bank mengumumkan lewat laporan tahunan terbarunya bahwa )ndonesia berhasil masuk menjadi 10 negara dunia yang mencapai peningkatan kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB). Laporan yang bertajuk “Doing Business 2017: Equal Opportunity” yang diluncurkan di Washington DC / mengungkapkan bahwa Indonesia naik 15 peringkat, dari posisi ke-106 menjadi posisi ke-91, di tahun 2016. Lihat http://www.bkpm.go.id/id/artikel/readmore/usaha-pemerintah-indonesia-dalam-meningkatkan-kemudahan-berusaha, (diakses 8 Agustus 2017).

(3)

asi g pihak de ga sali g e ghor ai da

memberikan perlakuan tanpa diskriminasi .

Meskipu pe iptaa ikli ke udaha

berusaha ini selalu dikaitkan dengan upaya

u tuk e a gu eko o i asio al, a u

harus tetap dijaga agar pembangunan yang

dilakuka idak terjeru us pada pe a gu a

se agai sekedar ko sep

develop e talis e

yang

sempit.

Pe a gu a eko o i

erupaka proses ya g disele ggaraka se ara

berkelanjutan untuk mencapai kemakmuran

da ke ajua a gsa. Se agai agia i tegral

dari pe a gu a asio al, perwujuda tujua

di atas tercermin di dalam peningkatan kegiatan

eko o i ya g disertai de ga per aika

kualitas hidup seiap pe duduk ya se agai a a

dia a atka Pasal UUD NRI 1

.

Hal i i

e syaratka ada ya kegiata pereko o ia

yang secara berkelanjutan meningkat kualitas

da kua itas ya, sta ilitas eko o i ya g

terjaga, da hasil dari pe a gu a eko o i

ya g di ik ai se ara yata oleh seluruh

masyarakat.

Age da pe a gu a ida g eko o i

pada dasar ya erupaka releksi dari

ita-ita ke erdekaa da Pa asila. Dala

ko teks i i, Pa asila harus di ak ai se ara

utuh di a a sila-sila ya idaklah terlepas

satu dengan yang lain. Kelima sila Pancasila

ersifat sali g e ak ai da erupaka satu

kesatuan yang utuh . Pemaknaan yang utuh ini

dapat di ulai dari sila ke- ya g e u jukka

to ggak kesadara a gsa I do esia u tuk

bersepakat

mendapatkan

kemerdekaannya

da ke udia ewujudka kei gi a ersa a

setelah merebut kemerdekaan itu sebagai satu

a gsa. Satu-satu ya ara u tuk ewujudka

keinginan bersama itu adalah dengan adanya

persatua . Persatua di si i uka erari

menghilangkan keberagaman tetapi justru

dibangun dalam prinsip bhinneka tunggal ika di

a a per edaa -per edaa ya g ada dikelola

6 Prinsip-prinsip penanaman modal asing yang meliputi non discriminatory principle, yang berintikan The Most

Favoured Nation (MFN) Treatment Principle dan National Treatment Principle, juga tentang Perkecualian terhadap MFN dan National Treatment serta Transparency Principle. Lebih jauh lihat Muchammad Zaidun, Prinsip-prinsip Hukum Internasional Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Ringkasan Disertasi), Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 2005, hlm.17-20.

7 Mansour Fakih mengungkapkan bahwa pembangunan merupakan konsep yang lahir dari pertentangan yang

panjang antara ideologi Kapitalisme dan Sosialisme. Konsep development tidak lebih merupakan refleksi paradigma Barat tentang perubahan sosial, yakni langkah-langkah menuju higher modernity”. Modernitas diterjemahkan dalam bentuk teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengikuti jejak negara-negara industri yang mengacu pada revolusi industri. Pembangunan selanjutnya lebih dimaksud demi peningkatan standar hidup , dan itu hanya bisa ditempuh melalui industrialisasi. Pemerintah dalam perspektif ini adalah sebagai subyek yang tugasnya mentransformasikan rakyat menjadi objects, recipients, clients atau participant. Modernisasi selanjutnya menjadi dasar developmentalisme. Kata modernisasi juga berkonotasi sekularisasi, industrialisasi, persatuan nasional serta partisipasi massa. Asumsi dasar modernisasi adalah bahwa tradisi adalah masalah yang harus diselesaikan dan harus ditransformasi, seperti apa yang dialami Eropa dulu. Dalam kenyataannya modernisasi dan developmentalisme tidak berbeda dengan kapitalisme. Konsep developmentalisme semacam ini tentu tidak bisa begitu saja secara mentah-mentah diadopsi untuk diterapkan di Indonesia yang mempunyai sejarah dan struktur budaya yang berbeda dengan masyarakat Barat. Lebih jauh lihat Mansour Fakih, Tinjauan Kritis Terhadap Revolusi Hijau, dalam (atta Sunanto et.all, Menggeser Pembangunan Memperkuat Rakyat, Emansipasi dan Demokrasi Mulai dari Desa, (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2000), hlm. 4

8 Pocut Eliza dkk, Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016, Jakarta: BP(N, 6 , hlm. 4410

(4)

sedemikian rupa sehingga menjadi kekuatan

untuk bergerak bersama mencapai tujuan yang

di ita- itaka . Tujua ersa a i i e ga u

pada sila ke- yaitu keadila sosial agi seluruh

rakyat I do esia. Tujua a gsa I do esia

bersatu adalah untuk mencapai keadilan dan

kesejahteraa asyarakat. Ke udia , u tuk

mencapai cita-cita itu harus ada sebuah

eka is e pe eri taha . Meka is e di

sini bukan hanya untuk memilih atau mengisi

jabatan-jabatan pemerintahan itu tetapi juga

eka is e u tuk e jala ka ya. Meka is e

ya g dipilih a gsa I do esia i i di yataka

oleh sila ke- yaitu de okrasi. Proses kerja

pe eri taha ya g de okrais serta kehidupa

er a gsa da er egara i i harus se a iasa

berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam

sila ke- da sila ke- Pa asila. Nilai- ilai

ketuha a da ke a usiaa harus se a iasa

e jiwai pelaksa aa de okrasi dala ra gka

mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Ha ya saja pada tatara i ple e tasi,

banyak permasalahan yang perlu ditemukan

solusi ya

aik dari perspekif eko o i

aupu dala perspekif huku . Dala

Huku Eko o i

9

permasalahan utama yang

dihadapi adalah mudah sekali terjadi tumpang

i dih atau ahka perte ta ga ko tradiksi

antara peraturan yang satu dengan peraturan

yang lain. Padahal hal ini merupakan

pelanggaran yang besar dalam kegiatan

penyusunan peraturan perundang-undangan

legislaion

. Perte ta ga atau i ko siste si

dalam

perundang-undangan

itu

merusak

seluruh siste huku , kare a e gaki atka

keidakpasia huku da hila g ya e a g

erah poliik huku ya g telah dite tuka

se elu ya. Selai itu asalah ya g dihadapi

9 )stilah (ukum Ekonomi yang digunakan di sini dipengaruhi dari istilah yang sering digunakan dalam beberapa literatur negara-negara Barat, seperti Economic Law E.C.A.M. Boot, Introduction to Dutch Law for Lawyers, Kluwer, Deventer, 1978), Economisch Recht M.R. Mok, Economic Recht Droit , dalam W.F. de Gaay Fortman, Problemen van Wetgeving, Kluwer Deventer, , dan istilah yang digunakan oleh badan Pembinaan (ukum Nasional. Di Amerika Serikat istilah yang digunakan bukan (ukum Ekonomi tapi Economic and Law (A. Mitchell Polinsky, an Introduction to Law and Economic, Boston and Toronto, Little Brown and Company, atau Business Law (Mark E. Roszkowski, Business Law, New York, Mc.Graw-(ill Publishing Company, . )stilah

dari Amerika tersebut juga digunakan oleh beberapa pakar hukum Indonesia, seperti T. Mulya Lubis dalam bukunya Hukum dan Ekonomi, Jakarta, Pustaka Sinar (arapan, . (ukum ekonomi diartikan keseluruhan

peraturan-perundangan, hukum kebiasaan, putusan pengadilan yang berkaitan dengan kegiataan ekonomi, baik itu menyangkut badan hukum pelaku ekonomi, transaksi pelaku ekonomi, tempat transaksi pelaku ekonomi, sampai dengan intervensi pemerintah untuk menunjang kegiatan ekonomi, dan mekanisme penyelesaian

sengketa pelaku ekonomi. Sedangkan menurut C.F.G. Sunaryati (artono, hukum ekonomi dalam arti luas adalah keseluruhan kebijaksanaan dan peraturan hukum yang tidak hanya terbatas pada (ukum Administrasi Negara, tetapi juga mengatur hal-hal yang termasuk substansi (ukum Pidana, (ukum Perdata, (ukum Dagang, (ukum Perdata )nternasiona, bahkan hukum acara perdata dan pidana. Sunaryati (artono, Upaya Menyusun (ukum

Ekonomi Indonesia Pasca tahun 2003”, Makalah dalam Seminar Pembangunan Nasional VIII, Tema Penegakkan Hukum Dalam rangka Pembangunan Berkelanjutan, Diselenggarakan Badan Pembinaan (ukum Nasional Departemen Kehakiman dan (ak Asasi Manusia, Denpasar, - Juli . Lebih jauh lihat juga Adi Sulistyono, Pembangunan (ukum Ekonomi Untuk Mendukung Pencapaian Visi )ndonesia , Makalah disampaikan pada Pidato Pengukuhan Guru Besar (ukum Ekonomi dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 17 Nopember 2007.

10 Ahm/YK/WP, Tumpang-Tindih Regulasi (ambat Kemudahan Usaha, http://www.koran-jakarta.com/tumpang-tindih-regulasi-hambat-kemudahan-usaha/ diakses Agustus ; Lihat juga )bnu (ariyanto. Menkum (AM

(5)

adalah

pembatasan hukum dan pembebanan

se ara erle iha er agai izi ya g disyaratka

se elu elakuka kegiata -kegiata eko o i

deregulasi .

Per asalaha terse ut dapat diklasiikasika

sebagai permasalahan legislasi dan terkait

la gsu g de ga pe ataa su sta si huku ,

di samping masih terdapat permasalahan

i ple e tasi ya g idak dapat dilepaska dari

struktrur da udaya huku . Tulisa i i aka

lebih banyak membahas aspek legislasi dan

hal-hal ya g terkait de ga su sta si huku ,

sehi gga per asalaha uta a ya g aka dijawa

dalam tulisan ini adalah bagaimana pendekatan

teoriis ya g dapat digu aka u tuk elakuka

penataan hukum dalam rangka penataan

regulasi

yang

mendukung

pembangunan

eko o i asio al? Serta agai a a la

gkah-langkah yang dilakukan dalam rangka penataan

regulasi agar idak terjadi tu pa g i dih atau

ahka perte ta ga ko tradiksi a tara

peraturan yang satu dengan peraturan yang

lai ?

B. Metode Pe eliia

Berdasarkan

permasalahan

dan

latar

elaka g di atas, pe eliia i i dilakuka

dengan menggunakan pendekatan yuridis

or aif.

Se agai suatu pe eliia yuridis

diperoleh dari doku e lai ya g terkait seperi

hasil pe eliia se elu ya, se i ar da /atau

Untuk Mengeliminir Regulasi yang

Menghambat Pembangunan Ekonomi.

Dasar pe ge a ga huku eko o i

adalah Pasal UUD NRI 9 hasil A a de e

Kee pat e gataka :

Pereko o ia disusu se agai usaha

ersa a erdasar atas asas kekeluargaa ;

Ca a g- a a g produksi ya g pe i g agi

negara dan yang menguasai hajat hidup

ora g a yak dikuasai oleh egara;

Bu i da air da kekayaa ala ya g

terka du g di dala ya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk

sebesar-esar ke ak ura rakyat;

11 Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka. Pemikiran normatif didasarkan pada penelitian yang mencakup asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal, perbandingan hukum, sejarah hukum. Lebih jauh

tentang ini lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peranan dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumentasi (ukum Fakultas (ukum Universitas )ndonesia, 979 hlm. .

(6)

keseimbangan kemajuan dan kesatuan

undang atau peraturan perundang-undangan

lainnya serta untuk dapat memutus perkara

pengadilan atau arbitrase juga mengadakan

egosiasi ya g aka

e ghasilka suatu

sekaligus pembaharuan masyarakat sehingga

harus dikembangkan sedemikian rupa agar

dapat memberi ruang gerak bagi perubahan

te po a uta tu , os et uta u i Illis)

,

1

da uka se alik ya, e gha at

usaha-usaha pembaruan karena semata-mata ingin

e pertaha ka ilai- ilai ortodoks.

1

Sejala de ga hal terse ut aka egara

perlu membentuk suatu iklim usaha yang

dapat memudahkan usaha dan meminimalkan

risiko erusaha. Dari sekia a yak risiko ya g

i ul dala upaya terse ut, terdapat dua

risiko uta a ya g aka e jadi patoka a al,

yaitu risiko poliis da risiko pe gatura . Risiko

poliis i ul ila a a idak ada kejelasa

fu gsi/pera dari pe eri tah, se e tara

risiko pe gatura i ul kare a ada ya

pe yalahgu aa fu gsi/pera dari pe gatura

itu sendiri.

1

Pada dasar ya kedua resiko

ini dapat dieliminasi dengan menggunakan

pe dekata huku i tegraif.

Teori huku i tegraif

e erika

pe eraha e ge ai rele a si Pa asila da

ari pe i g huku dala kehidupa a usia

I do esia, da e er i ka ah a huku

13 Daniel S.Lev., Pemulihan Negara Hukum”, Tempo, 6 Januari 2002.

14 Tempora mutantur, nos et mutamur in Illis merupakan ungkapan Latin yang memiliki makna ”zaman berubah dan kita juga berubah bersamanya . Lebih jauh tentang ini lihat Barita Saragih, Tantangan Hukum atas Aktivitas Internet, Kompas, Minggu, 9 Juli 2000, hlm. 8.

15 Lebih jauh tentang ini lihat Pidato Kepala Negara RI pada pelantikan Menteri Kehakiman pada tanggal 19 Januari

1974 dalam Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung: Alumni, 2002) hlm.74 .

(7)

. Huku uka ha ya diakui se agai

a tool of

social engineering

semata-mata tetapi juga

harus diakui sebagai

a tool of social control

and eureu rai engineering;

. Kegu aa atau ke a faata huku idak

lagi ha ya dilihat dari ka a ata kepe i ga

pemegang kekuasaan melainkan harus

juga dikaji dari prospekif da perspekif

memerlukan pendekatan

restoraif

, da

reha ilitaif;

. Agar fu gsi da pera a huku dapat

dilaksa aka se ara opi al aka huku

idak se ata- ata dipa da g se agai ujud

dari ko it e poliik, elai ka harus

dipandang sebagai sarana untuk merubah

sikap

aitude

da perilaku

ehavior

.

17 Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2012) hlm. 97-98.

18 Ibid.

19 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.20-21

20 Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum mempunyai fungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi karena adanya pelanggaran hukum. Dan, hukum yang terlanggar tersebut tentunya harus ditegakkan. (anya melalui penegakkan hukum inilah tujuan hukum bisa menjadi kenyataan. Dan, untuk menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu: kepastian hukum (rechtssicherheit , kemanfaatan zweck-massigkeit) dan keadilan (gerechtigkeit). Lebih jauh lihat Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Yogyakarta: Citra Adtya Bakti, 1993 , hlm 1

sebagai sistem yang mengatur kehidupan

asyarakat idak dapat dipisahka dari kultur

dan karakter masyarakatnya serta letak

geograis li gku ga ya serta pa da ga hidup

masyarakat.

Keyaki a teori huku i tegraif

adalah fu gsi da pera a huku se agai

sara a pe ersatu da e perkuat solidaritas

asyarakat da irokrasi dala e ghadapi

dan melaksanakan keteladanan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan diharapkan

asyarakat e atuhi da e gikui la

gkah-melainkan juga harus dipandang sebagai

(8)

21 Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: F( Univ Al Azhar )ndonesia, cetakan pertama, ,

hlm. 27-31.

22 (adi Subhan, mengutip Latif Adam, Prioritas Pengembangan Hukum Di Bidang Investasi, makalah pada harmonosasi dan sinkronisasi BP(N, Oktober .

23 Peran pengikat ini penting karena secara teoritik sistem hukum adalah suatu kesatuan yang utuh yang terdiri

dari unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan kait mengait secara erat. Dengan demikian untuk mencapai suatu tujuan hukum dalam satu kesatuan diperlukan kesatuan sinergi antara unsur-unsur yang terdapat dalam sistem tersebut. Lebih jauh lihat Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Edisi ke empat, Yogyakarta: Penerbit Liberty, hlm, - . Bandingkan juga dengan L M Gandhi dan Lily Mulyati, Sejarah Tata Hukum Indonesia dan Sistem Hukum Indonesia, dalam E Fernando M Manullang (editor), Selayang Pandang Sistem Hukum di Indonesia, Cetakan ke , Jakarta: Penerbit Kencana, 2016) hlm. 45.

24 EODB dimaknai sebagai kemudahan berusaha dilihat dari kriteria yaitu: Getting Credit, Resolving )nsolvency, Getting Electricity, Paying Tax, Enforcing Contract, Protecting Minority )nvestors, Registering property, Trading Across Borders, Dealing with Construction Permit, Starting Business. Lebih jauh lihat http://eodb.ekon.go.id/ dikases pada 17 Juni 2017.

stability

di a tara ya adalah pote si huku

e yei a gka

da

e gako odasi

kepe i ga -kepe i ga ya g sali g ersai g.

Ke utuha fu gsi huku u tuk dapat

era alka

predictability

aki at dari suatu

la gkah-la gkah ya g dia il. Aspek keadila

fair ess

, seperi, perlakua ya g sa a da

sta dar pola i gkah laku Pe eri tah adalah

perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan

e egah irokrasi ya g erle iha . Sehi gga

melalui sistem hukum dan peraturan hukum

ya g dapat e erika perli du ga , aka

ter ipta kepasia

predictability

, keadila

fair ess

da eisie si

ei ie y

bagi para

i estor u tuk e a a ka odal ya.

Pe eri tah se agai regulator da fasilitator

pe a gu a eko o i erta ggu g ja a

terhadap e arik atau idak ya ikli erusaha

di I do esia. I i erari ah a kura g

menariknya iklim berusaha mengindikasikan

lemahnya

kapasitas

pemerintah

dalam

e doro g daya sai g egeri i i. Dala ko teks

i i, kele aha terse ut, dii dikasika oleh:

perta a, keidak a pua pe eri tah u tuk

e e du g i por produk illegal.

Kedua,

kura g ya koordi asi a tar i sta si pe eri tah

aik di le el pusat, daerah da a tar daerah.

Ko disi i i kia diperu it oleh le ah ya

kepe i pi a ataupu profesio alis e kerja

irokrat serta

asih ke tal ya i ter e si

kepe i ga kelo pok dala pe ga ila

ke ijaka eko o i.

Keiga, kura g ya i isiaif

pe eri tah u tuk

eli atka parisipasi

kelo pok asosiasi ataupu profesio al se ara

yata dala peru usa ke ijaka eko o i

serta dala e o itor i ple e tasi ke ijaka ,

da juga dala e i dakla jui/ e e ahka

penyimpangan kebijakan.

Kee pat, ko it e

yang rendah dalam mengimplementasikan

gra d desig /

strategi

dan

road

ap

pe a gu a eko o i asio al

.

Pe ggu aa teori huku i tegraif dapat

dijadika se agai desai soluif atas er agai

permasalahan di atas serta mengikat tujuan

pe a gu a huku eko o i, teruta a

untuk menciptakan iklim kemudahan berusaha

(9)

Gambar 1.

Pe ge a ga Teori Huku I tegraif Dala Me duku g EODB

Su er: Adopsi dari Ro li At asas ita, Teori Huku I tegraif: Reko struksi Terhadap Teori Huku Pe a gu a da Teori Huku Progresif, I Yogyakarta: Ge ta Pu lishi g, , hl . .

Pada ga ar di atas terlihat ahwa teori

huku i tegraif

e e patka Pa asila

sebagai bintang pemandu agenda penataan

regulasi untuk menciptakan

ease of doing

business

agar idak e a rak ilai- ilai dasar

kehidupa er a gsa da er egara, da

e jaga agar idak tu uh e jadi siste

eko o i li eral . Upaya u tuk e jaga agar

pe iptaa EODB tetap pada rel ko situif i i

dapat dilakuka de ga selalu e perhaika

tujuh iri ko situsio al pe a gu a eko o i

se agai erikut:

Pertama,

pereko o ia

bertujuan

untuk

mencapai

kemakmuran

ersa a seluruh rakyat, hal i i se ara eksplisit

dijelaska dala pe jelasa Pasal UUD 9 .

Kedua,

keikutsertaa rakyat dala pe ilika ,

proses produksi da e ik ai hasil ya. Hal i i

sesuai dengan rumusan yang terdapat dalam

Pasal ayat da ayat UUD 9 .

Keiga,

sesuai de ga pri sip Pasal ayat

UUD

9 yaitu eisie si erkeadila , pereko o ia

perlu

dijalankan

dengan

menggunakan

mekanisme pasar yang berkeadilan yang

didasarkan pada persaingan yang sehat dan

25 Sistem ekonomi liberal cenderung melihat dunia sebagai satu kesatuan pemikiran, sikap, dan nilai (one world). Sedangkan Pancasila memegang paham berbeda-beda dalam satu kesatuan. Pandangan globalisasi sebagai sistem dunia di segala bidang tidak realistik dan rentan terhadap konflik sosial dan budaya, bahkan dapat mempengaruhi pembentukan dan penegakan hukum. Hal ini menuntut revitalisasi Pancasila sebagai langkah yang tidak terelakkan sebagai sistem nilai tertinggi di dalam piramida sistem hukum di Indonesia. Lebih jauh lihat Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hlm. 100-101. 26 Subiakto Tjakrawerdaja, Menunggu UU Induk Mengenai Perekonomian Nasional, Reform Review (Jurnal untuk

(10)

pera a serta ke e a ga egara u tuk

i ter e si jika terjadi kegagala pasar.

Kee pat,

pera Negara harus dija i , se agai a a

dia a atka Pasal ayat

da ayat

UUD

teruta a dala hal pere a aa

eko o i asio al, dala

e e tuk da

e egakka pelaksa aa U da g-u da g, da

dala hal elaksa aka progra pelaya a

da pe erdayaa asyarakat, pe e asa

pajak, pe eria su sidi da lai ya.

Keli a,

BUMN se agai salah satu

soko guru

kegiatan

eko o i e guasai a a g- a a g produksi

ya g pe i g da ya g e guasai hajat hidup

ora g a yak. Hal i i jelas tertua g dala

Pasal ayat UUD

.

Kee a ,

koperasi

sebagai

soko guru

pereko o ia rakyat harus

di ujudka dala se a gat ke ersa aa

de ga BUMN da s asta, serta se agai ada

usaha eko o i rakyat.

Ketujuh,

pereko o ia

asio al haruslah erupaka per ujuda dari

ke itraa ya g sejajar a tara koperasi, BUMN

da s asta. Pri sip i i ter uat dala Pasal

ayat UUD

. Ciri- iri ko situsio al i ilah

ya g se esi ya diterje ahka dala seluruh

rangkaian penataan regulasi dalam rangka

e duku g pe a gu a eko o i asio al.

2. Langkah Penataan Regulasi Dalam

Mewujudkan Agenda Pembangunan

Ekonomi.

Salah satu alasa pe i g ya dilakuka

pe ataa regulasi di I do esia adalah:

Terlalu a yak ya regulasi

Hyper-regulaio

;

Sali g erte ta ga

Co lici g)

30

; 3)

Tu pa g i dih

Overlappi g

;

Muli

tafsir

Muli I terpretaio

; Tidak taat

27 Ibid. hlm.41

28 DAPP-BAPPENAS, Pemetaan Hasil Identifikasi terhadap undang-undang Sektor yang Berpotensi Bermasalah , disampaikan pada workshop koordinasi strategis analisa peraturan perundang-undangan Jakarta, 5 Desember . Pemataan dilakukan oleh direktorat dan lingkungan bappenas serta undang –undang yang dilakukan secara self-assessment. Bandingkan dengan Ida Bagus Rahmadi Supancana, Sebuah Gagasan Tentang Grand Design Reformasi Regulasi Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2017) hlm. 2-4. 29 Meskipun tidak diketahui secara pasti tentang total jumlah regulasi di Indonesia, baik pada tingkat Pusat,

Provinsi, maupun Kabupaten dan Kota, setidak-tidaknya sampai dengan level peraturan daerah dan peraturan Menteri/Lembaga, terdapat sejumlah kurang lebih 60.000 peraturan. Jumlah tersebut belum termasuk peraturan pelaksanaan setingkat Direktur Jenderal atau yang setingkat. Banyaknya regulasi tersebut telah menimbulkan gurauan (joke) yang menyatakan bahwa jika dulu di Indonesia terkenal dengan hukum rimba , maka kondisi yang kita hadapi sekarang adalah rimba hukum . Betapa menyedihkan karena regulasi sudah tidak lagi menjadi solusi, tetapi malahan menjadi beban.

30 Yang kurang menggembirakan,data menunjukan bahwa masih banyak peraturan perundang-undangan yang mempunyai materi muatan yang bertentangan, baik yang sifatnya vertikal, maupun horizontal. Akibatnya menimbulkan kegamangan ketidakpastian dalam pelaksanaannya

31 Masih banyak juga peraturan yang bersifat tumpang tindih, artinya untuk isu yang sama diatur oleh banyak peraturan perundang-undangan. Bahkan dalam satu Kementrian/Lembaga terdapat beberapa peraturan untuk mengatur isu yang sama.

(11)

asas

I co siste cy

33

; 6

Tidak efekif ;

Me iptaka e a ya g idak perlu

U ecesarry Burde

;

Me iptaka

Eko o i Biaya Ti ggi

High-Cost Eco o y

.

U tuk

e gatasi per asalaha ya g

seda g dihadapai saat i i, Preside Joko i

pada Rapat ter atas di Ka tor Preside ta ggal

Ja uari

e egaska agar refor asi

huku idak ha ya e ye tuh sektor hilir ya g

terkait pelaya a pu lik, tetapi juga e ye tuh

sektor hulu ya g terkait de ga pe e aha

regulasi, prosedur, da pe ataa regulasi ya g

harus e jadi prioritas refor asi huku saat

ini

. Regulasi harus si kro satu sa a lai

da sejala de ga Pa asila, UUD NRI Tahu

, serta kepe i ga asio al. Regulasi

ya g idak si kro , tu pa g i dih, da

e uat segala sesuatu ya e jadi er elit,

itu harus die aluasi. Regulasi harus sederha a,

tetapi memiliki kekuatan yang mengikat .

Pe e tuka regulasi aru idak oleh lagi

dilihat se agai proyek tahu a , tetapi e

ar-e ar harus dipar-erhaika atura itu ar-e iliki

la dasa ya g kuat se ara ko situsio al da

pe e aha regulasi i i dapat e a faatka

tek ologi ya g ada

dalam mendukung

pe a gu a asio al.

Hal i i perlu dilakuka u tuk e e tuk

sebuah

pemerintahan

yang

baik

Good

gover a ce

. Pemerintahan yang baik

seidak-idak ya harus diduku g iga faktor ya g esi

33 Ketidaktaatan asas dalam regulasi di Indonesia juga menonjol, terutama terkait dengan hubungan antara

kebijakan dengan regulasi. Dalam banyak regulasi ditemukan bahwa regulasi tersebut tidak konsisten dengan kebijakan yang membesarinya. Padahal sebagaimana dipahami bahwa regulasi merupakan instrumen kebijakan. Ketidak taatan asas juga nampak pada berbagai terminologi yang digunakan, termasuk pengertiannya. Hal ini akan membingungkan berbagai pihak yang mendasarkan tindakannya pada peraturan-peraturan tersebut. 34 Pada banyak regulasi ditemukan bahwa implementasinya tidak efektif. Terdapat beberapa kemungkinan

yang menjadi penyebabnya. Kemungkinan penyebab pertama, adalah tidak memadainya persiapan dalam implementasi suatu peraturan perundang-undangan, baik dari aspek sosialisasi, penyiapan struktur organisasi, kesiapan sumber daya manusia dari sisi kompetensinya, maupun dukungan pendanaanya. Kemungkinan kedua, karena adanya kelemahan dalam proses konsultasi publik, sehingga pihak-pihak yang seharusnya diminta pandangan dan aspirasinya (misalnya: pihak yang terkena dampak, serta pemangku kepentingan lainnya, termasuk interested parties) tidak mengetahui atau tidak dapat menerima ketentuan termaksud, akibatnya timbul pihak-pihak yang menentang pemberlakuannya, yang berakibat rendahnya kepatuhan dan akhirnya menjadikan peraturan perundang-undangan termaksud menjadi tidak efektif.

35 Banyak regulasi yang juga menciptakan beban yang tidak perlu, baik terhadap kelompok sasaran (targeted group)

maupun non-kelompok sasaran (non-targeted group). Keadaan ini menunjukan bahwa pada saat pembentukan peraturan perundangan tidak cukup dilakukan identifikasi terhadap pihak-pihak yang potensial terkena dampak, serta tidak cukup dilakukan upaya-upaya untuk memitigasi dampaknya, sehingga ketika diberlakukan akan menimbulkan beban yang tidak perlu.

36 Banyaknya jumlah regulasi yang tidak proporsional (berlebihan) telah menciptakan ekonomi biaya tinggi.

Ekonomi biaya tinggi jelas akan menambah biaya produksi, sehingga pada akhirnya produk atau jasa yang dihasilkan menjadi tidak kompetitif.

37 Disampaikan oleh Pesiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas yang dilaksanakan pada Selasa, Januari di Kantor Presiden, Jakarta. Lihat: Fabian Januarius Kuwado, Ini Fokus Jokowi dalam Reformasi Hukum Jilid II, http://nasional.kompas.com/read/ / / / / ini.fokus.jokowi. dalam. reformasi. hukum.jilid.ii. (diakses 17 Januari 2017)

(12)

40 Sjahrir, Good Governance di Indonesia Masih Utopia: Tinjauan Kritis Good Governance, Dalam Media Transparansi,

edisi 14, November 1999, diakses dari www.transparansi.or.id/majalah/edisi14/14berita, (diakses 16 Mei . Dalam tulisannya Sjahrir mengatakan bahwa faktor ketiga adalah kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijaksanaan-kebijaksanaan khususnya di bidang ekonomi. Menurut penulis, bukan hanya kapasitas membuat, menerapkan serta mengevaluasi kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang ekonomi yang menjadi faktor pendukung good governance, tetapi kebijaksanaan-kebijaksanaan di semua bidang, baik ekonomi, politik, sosial, pertahanan dan keamanan, serta kultural.

41 Dalam literatur hukum administrasi, istilah peraturan kebijaksanaan di )ndonesia biasa diartikan sebagai

beleidsregels atau policy rules, atau disebut juga pseudo-wetgeving. Produk ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan fries ermessen, yaitu badan atau pejabat tata usaha yang bersangkutan merumuskan kebijaksanaannya itu dalam berbagai bentuk, seperti halnya peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran. Peraturan kebijaksanaan bukan peraturan perundang-undangan karena badan yang mengeluarkan peraturan kebijaksanaan tidak memiliki kewenangan pembuatan peraturan. Lebih jauh tentang ini lihat Philipus M (adjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993) hlm.148. Namun demikian, penulis melihat bahwa apa yang dimaksud oleh Syahrir dalam tulisannya tersebut bisa diartikan sebagai kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam arti luas yang mencakup tidak hanya beleidsregels, tetapi mencakup pula beschikking dan regeling.

42 Dna/Es, Tahun Pemerintahan Jokowi–JK, Wiranto: )ndeks Demokrasi Naik Jadi , , http://setkab.go.id/2-tahun-pemerintahan-jokowi-jk-wiranto-indeks-demokrasi-naik-jadi-7312/ (diakses 9 Agustus 2017).

43 Lihat Putusan MK dengan nomor perkara 137/PUU-XIII/2015 tekait uji materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah.

44 Upaya penataan regulasi melalui: evaluasi seluruh peraturan perundang-undangan, penguatan pembentukan

peraturan perundang-undangan, dan pembuatan database yang terintegrasi. Ketiga hal ini merupakan bagian dari program penataan regulasi agenda Revitalisasi (ukum Jilid )). Disampaikan oleh Pesiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas yang dilaksanakan pada Selasa, 12 Januari 2017 di Kantor Presiden, Jakarta. Lihat: Fabian Januarius Kuwado, )ni Fokus Jokowi dalam Reformasi (ukum Jilid )), http://nasional.kompas.com/read/

/ / / / ini.fokus.jokowi. dalam. reformasi. hukum.jilid.ii. diakses Januari

dita ga i se ara aik, yaitu; faktor duku ga

poliik, kualitas ad i istrasi pe eri taha ,

da kapasitas e uat, e erapka , serta

e ge aluasi ke ijaksa aa -ke ijaksa aa .

Salah satu hasil e aluasi ke ijaksa aa

pemerintah yang telah dilakukan adalah

deregulasi perda elalui har o isasi peratura

terhadap .

Perda gu a pe i gkata daya

sai g i dustri, ikli i estasi, ekspor, isata

da pertu uha eko o i ya g i ggi da

berkelanjutan

. Meskipu dala perke a ga

terakhir, Putusa Mahka ah Ko situsi

MK telah e yataka ah a ke e a ga

pemerintah untuk membatalkan Perda adalah

erte ta ga de ga ko situsi sehi gga perlu

disikapi agar idak terjadi kekoso ga huku ,

da tetap dapat e jala ka age da refor asi

hukum.

Pemerintah

perlu

melanjutkan

pe ataa regulasi elalui:

a. E aluasi Seluruh Peratura Peru da

g-U da ga

E aluasi seluruh peratura peru da

g-undangan perlu dilakukan mengingat kualitas

regulasi saat ini masih rendah yang ditandai

de ga asih ada ya tu pa g i dih da

dishar o i a tar peratura peru da

g-u da ga , aik ya g ersifat erikal ag-upg-u

horizo tal, ju lah regulasi juga asih dirasaka

erle iha serta idak se ua ya erdaya gu a

dan berhasil guna.

E aluasi seluruh peratura peru da

g-undangan dilakukan melalui analisis dan

e aluasi huku u tuk e ilai or a huku

ya g ersifat pe gatura

regeling

, ya g

telah tertuang dalam peraturan

perundang-u da ga de ga tperundang-ujperundang-ua e doro g terjadi ya

proses refor asi regulasi sehi gga peratura

(13)

le ih opi al dala e gatasi per asalaha

penyelenggaraan kehidupan bernegara dan

er asyarakat sehi gga dapat

e doro g

pelaksa aa pe a gu a ya g le ih efekif

da eisie .

A alisis da evaluasi terhadap peratura

peru da g-u da ga dilakuka idak ha ya

untuk memperbaiki materi hukum yang

ada

exising

, tetapi juga u tuk per aika

terhadap sistem hukum yang mencakup

ateri huku , kele agaa da pe egaka

huku , pelaya a huku serta kesadara

huku

asyarakat. Hasil A alisis Evaluasi

adalah reko e dasi terhadap status peratura

peru da g-u da ga ya g ada, apakah perlu

peru aha revisi , pe gga ia di a ut ,

atau dipertaha ka . A alisis da evaluasi

peraturan perundang-undangan dilaksanakan

melalui pembaruan hukum dengan tetap

e erhaika ke aje uka tata a huku

ya g erlaku da pe garuh glo alisasi se agai

upaya u tuk

e i gkatka kepasia da

perli du ga huku , pe egaka huku da

HAM. Oleh kare a itu a alisis da evaluasi ya g

dilakukan haruslah berpijak pada nilai-nilai yang

erasal dari udaya I do esia se diri. La dasa

terpe i g ya g dipergu aka u tuk elakuka

evaluasi huku Nasio al idak lai adalah

Pancasila yang mengandung lima sila atau nilai

dasar. Li a ilai dasar i i dia ggap se agai

er i a sejai dari udaya a gsa I do esia

ya g plural. Ari ya, li a ilai dasar itu e jadi

su er asas-asas huku asio al, sekaligus

asis ideal spiritual u tuk e e tuka suatu

or a huku .

A alisis da evaluasi dala ra gka pe ataa

regulasi se ara asio al dapat dilakuka de ga

e e tuk satua tugas satgas khusus

aik di level asio al, ke e teria /le aga,

da di pe eri tah daerah, dala koordi asi

Ke e teria Huku da HAM. Satgas i i perlu

melibatkan berbagai pihak yang terkait dan

ko pete seperi para a alis, peja at pu lik

terkait, akade isi, pe elii, aupu prakisi

huku lai ya. Hal i i dapat diga arka

se agai erikut:

45 Disampaikan oleh Enny Nurbaningsih, selaku Kepala Badan Pembinaan (ukum Nasional dalam Pembukaan Focus Group Discussion Evaluasi (ukum dan Proyeksi Pembangunan (ukum Nasional yang dilaksanakan di Badan Pembinaan (ukum Nasional tanggal 9 November 6. Lebih jauh lihat Pocut Eliza dkk, Dokumen Pembangunan Hukum Nasional Tahun 2016, Jakarta: BP(N, 6 , hlm. . Bandingkan dengan Munir Fuady, Teori-Teori Besar Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 141. Bandingkan juga dengan Jimly Asshiddiqie yang mengatakan bahwa dasar justifikasi terhadap suatu norma hukum adalah norma dasar. Lebih jauh lihat Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-undang, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hlm. 1.

(14)

Dala elaksa aka a alisis da e aluasi i i

perlu ada sta dar ya g aku agar reko e dasi

yang dihasilkan memiliki kualitas yang seragam.

Oleh kare a itu perlu

e ge a gka

i stru e pe ilaia ya g e akup:

Pertama,

kesesuaia a tara je is, hierarki, da ateri

uata ;

Kedua,

Kejelasa Ru usa ;

Keiga,

ateri uata ;

Kee pat,

pote si dishar o i

pe gatura ;

Keli a,

efeki itas i ple e tasi

peraturan

perundang-undangan.

Penilaian

li a di e si i i ertujua le ih ko prehe sif,

idak ha ya se ara or aif tetapi juga se ara

prakis. Sta dar i ilah ya g e jadi pa dua

dan arahan bagi para pelaksana teknis analisis

da e aluasi, aik ya g erada di li gku ga

Pe eri tah Pusat da Pe eri tah Daerah.

Selai itu, perlu juga dike a gka pe ilaia

iaya da a faat

ost a d e eit a alysis/

CBA agar persoala -persoala eisie si dapat

terjari g da diru uska solusi ya.

b. Penguatan

Pembentukan

Peraturan

Peru da g-U da ga

Penguatan

pembentukan

peraturan

perundang-undangan harus dilakukan karena

masih

terdapat

penyelundupan

isu-isu

pri ordial, sektaria , kepe i ga asi g, da

ego sektoral dala pe e tuka peratura

perundang-undangan

, serta

asih elu

har o is ya U da g-U da g No or

Tahu

te ta g Pe e tuka Peratura

Peru da g-u da ga de ga U da g-U da g

No or

Tahu

te ta g Pe eri tah

Daerah. Pada dasar ya pe ataa regulasi

yang dilakukan saat ini merupakan sarana

untuk menyeimbangkan

tre d glo alisasi

dan

se a gat kedaeraha dala era oto o i

daerah. Se agai a a dikataka oleh Joh

Nais it, ah a kei gi a aka kesei a ga

a tara kesukua da u i ersal selalu ada

bersama kita.

Proses legislasi harus a pu

menangkap aspirasi dari masyarakat sekaligus

e go trol ya. Ber agai ke ijaka serta su er

46 )nstrumen penilaian ini digunakan dan dikembangkan oleh BP(N sejak tahun , dan disebut sebagai metode

5 Dimensi (5D). Lebih jauh lihat http://bphn.go.id/news/2016041104071626/

ALUR-KERJA-ANALISIS-DAN-EVALUAS)-(UKUM-NAS)ONAL diakses Agustus dan http://bphn.go.id/data/documents/lkip_ bphn_ _full_-_new.pdf diakses Agustus

47 CBA adalah suatu metode analisis yang mengukur dan membandingkan seluruh manfaat/keuntungan yang

akan diperoleh, serta biaya/beban/kerugian/konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua penerima dampak

dari suatu kebijakan/atau regulasi tertentu, beserta alternatif yang ada untuk digunakan membantu proses

pengambilan keputusan. Lebih jauh lihat Ida Bagus Rahmadi Supancana, Sebuah Gagasan Tentang Grand Design Reformasi Regulasi Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2017) hlm. 73.

48 Pada dasarnya hukum nasional adalah suatu sistem. Sistem ini terdiri dari sejumlah unsur atau komponen atau fungsi/variabel yang selalu pengaruh-mempengaruhi, terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas dan berinteraksi. Semua unsur/komponen/fungsi/variabel itu terpaut dan terorganisasi menurut suatu struktur

atau pola yang tertentu, sehingga senantiasa saling pengaruh mempengaruhi dan berinteraksi. Asas utama yang mengaitkan semua unsur atau komponen hukum nasional itu ialah Pancasila dan UUD 1945, di samping sejumlah asas-asas hukum yang lain seperti asas kenusantaraan, kebangsaan, dan kebhinekaan. Sistem hukum nasional tidak hanya terdiri dari kaidah-kaidah atau norma-norma hukum belaka, tetapi juga mencakup seluruh

lembaga aparatur dan organisasi, mekanisme dan prosedur hukum, falsafah dan budaya hukum, termasuk juga perilaku hukum pemerintah dan masyarakat. Lebih jauh lihat BP(N, Pola Pikir dan Kerangka Sistem Hukum Nasional Serta Rencana Pembangunan Hukum Jangka Panjang, Jakarta: BP(N, 99 / 99 hlm. 9.

49 Naisbitt, John, Global Paradox: Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil, Terjemahan

(15)

i put ya aka sa gat er a faat ila dapat

dikelola de ga aik dala suatu a aje e

legislasi ya g idak ha ya sekedar de okrais,

tetapi juga harus ko situsio al. Poliik huku

pembentukan peraturan perundang-undangan

daerah maka perlu pengaturan mengenai

pe ghar o isasia ,

pe ulata ,

da

pe a tapa ko sepsi peratura peru da

g-undangan dalam skala yang lebih luas termasuk

di dala ya har o isasi terhadap Peratura

pemerintah

untuk

menempatkannya

di

le ara egara. Kedua, data ase peratura

sangat diperlukan agar publik dapat dengan

mudah mengetahui peraturan

perundang-u da ga . Se a , de ga teori

i ie huku

,

seiap arga egara di aji ka u tuk tahu da

memahami peraturan perundang-undangan.

Na u le ih jauh dari kedua hal itu,

pembuatan

data ase

yang terintegrasi perlu dilakukan

u tuk e gatasi keidakseraga a data ase

peraturan perundang-undangan yang dimiliki

oleh le aga-le aga pe eri tah. Hal i i

yang terintegrasi.

Penataan database hukum

yang terintegrasi ini perlu dilakukan dengan

e a faatka tek ologi i for asi.

Data ase peratura peru da g-u da ga

erupaka sara a pe duku g ya g sa gat ital

50 Lihat hasil rumusan Seminar (ukum Nasional dengan tema: Konstelasi Politik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang dilaksanakan oleh BP(N di Jakarta 6 Oktober 2016.

51 Ibid

(16)

agi a alisis da e aluasi regulasi, har o isasi,

serta si kro isasi peratura peru da

g-u da ga . De ga ada ya data ase peratg-ura

ya g akurat da teri tegrasi aka proses

a alisis da e aluasi regulasi ya g er asalah

akan menjadi lebih mudah dan cepat.

Begitu juga de ga proses har o isasi da

si kro isasi peratura peru da g-u da ga

untuk penguatan legislasi menjadi lebih cepat

dan akurat.

Pada skala ya g le ih luas, de ga

tersedianya database yang baik maka

i for asi

publik

terbuka

semakin

lebar

sehingga

asyarakat dapat e go trol seiap la gkah

da ke ijaka pe eri tah, teruta a dala

proses legislasi. Pe a faata tek ologi

i for asi

e jadi piliha strategis u tuk

e guatka fu gsi pe ga asa pu lik agar

idak terjadi pe yi pa ga . K

eterbukaan

i for asi

erupaka salah satu ele e

pe i g dala e ujudka pe yele ggaraa

Negara ya g ter uka da tra para u tuk

e erika i for asi kepada pu lik sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

De ga de ikia aka asyarakat dapat ikut

serta dala elakuka pe ga asa dala

proses legislasi. Pe ga asa da pe ilaia ya g

di erika oleh asyarakat terse ut erupaka

per ujuda dari ke e asa

e yataka

pendapat sebagai salah satu ciri negara hukum

Pancasila.

Pe a faata tek ologi i for asi dapat

dilakukan mulai dari tahap pra legislasi hingga

pas a legislasi se agai a a ga ar erikut:

53

53

Bandingkan dengan Arfan Faiz Muhlizi, Membangun E-Legislasi di )ndonesia, http:// www. rechtsvinding. bphn. go.id / view/ view_online.php?id= 44 diakses Agustus 7 .

(17)

De ga pola di atas

aka “ela a

i i, kesulita ter esar dala

elakuka

pe ga asa oleh asyarakat terhadap ki erja

pe eri tah adalah

e gu pulka i for asi

pe eri taha , teruta a dala proses legislasi

e jadi faktor deter i a ke erhasila

dikeluarkan untuk memudahkan usaha dan

e i i alka risiko erusaha dapat dii a gi

menempatkan

Pancasila

sebagai

bintang

pemandu agenda penataan regulasi untuk

menciptakan

ease of doi g busi ess

agar

mencapai

kemakmuran

bersama

seluruh

rakyat, keikutsertaa rakyat dala pe ilika

da proses proses produksi

pereko o ia

dijalankan dengan menggunakan mekanisme

pasar yang berkeadilan dengan memberikan

pera serta ke e a ga

egara u tuk

sejajar a tara koperasi, BUMN da s asta.

(18)

pe u da g-u da ga ,

aik ya g

e sifat

e ikal aupu ho izo tal, ju lah egulasi

juga asih di asaka e le iha se ta idak

semuanya berdaya guna dan berhasil guna.

Penguatan pembentukan peraturan

perundang-undangan harus dilakukan karena masih

te dapat pe yelu dupa isu-isu p i o dial,

data ase

yang terintegrasi perlu dilakukan

(19)

“oeka to, “oerjo o da “ri Ma udji. Peranan dan

Me perkuat Rakyat, E a sipasi da De okrasi Mulai dari Desa, Yogyakarta: Lapera Pustaka orkshop koordi asi strategis a alisa peratura peru da g-u da ga Jakarta, Dese er go.id/ -tahu -pe eri taha -joko i-jk- ira

to-i deks-de okrasto-i- ato-ik-jadto-i- / diakses

ph .go.id/data/do u e ts/lkip_ ph _ _

(20)

Gambar

Gambar 1. Pe�ge��a�ga� Teori Huku� I�tegraif Dala� Me�duku�g EODB
Gambar 2. Meka�is�e Kerja Evaluasi Peratura� Peru�da�g-U�da�ga�
Gambar 3. Penataan Database Peratura� Peru�da�g-U�da�ga� Me�uju E-Legislasi

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Conover, prosedur untuk regresi monotonik berdasarkan realitas bahwa jika dua variabel mempunyai sebuah hubungan monotonik, maka variabel peringkat kedua variabel itu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan berkaitan dengan strategi rotasi kerja dan pemberian kompensasi dalam meningkatkan kinerja karyawan di BPRS

Menurut Wibisono, dkk (2011) diketahui bahwa kadar alfa selulosa yang semakin tinggi mengakibatkan daya tarik kertas semakin kuat dan daya hapus juga semakin baik sehingga

There is a saying that for every problem there is an answer that’s simple, clear, and wrong.That is the case with the example used here for the cw command.The c motion command

Hanya dengan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya penulis dapat Menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Formulasi Pembuatan Tahu Kaya Serat (Tepung Koro

Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dengan adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja berupa penerapan SMK3 di lingkungan kerja termasuk mendaftarkan pekerjanya

Membangun net working atau kerjasama bersama lembaga dalam dan luar negri (FAO, lembaga riset apel daerah sub-tropis, dll).. Perluasan Kebun Percontohan Apel dengan

Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan karakteristik kehilangan fungsi otak fokal akut yang mengarah ke kematian, dimungkingkan karena perdarahan spontan pada substansi