488
Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan
MODEL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI
KABUPATEN BANYUMAS
Oleh
Agnes Fitria Widiyanto
1, Oktafiani Catur Pratiwi
2, Saudin Yuniarno
3 1&3Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
2Jurusan Politik Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto 53123.
afitriawidiyanto@yahoo.com
ABSTRAK
Kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas memiliki kendala yang kompleks. Kegiatan pengelolaan sampah pada masyarakat akan lebih mudah dilakukan di tingkat terkecil yakni di tingkat rumah tangga. Masyarakat sebagai penghasil sampah memiliki permasalahan yang berbeda dalam suatu wilayah.Kegiatan pengelolaan sampah di kabupaten Banyumas mengalami permasalahan yang kompleks.Hasil wawancara terhadap 8 narasumber menunjukkan di masing-masing wilayah memiliki permasalahan yang berbeda. Di satu wilayah ada yang sama sekali belum mengolah sampahnya. Di tempat lain, terutama di pedesaan masih banyak masyarakat yang melakukan pembuangan sampah di tempat terbuka. Disisi lain masih banyak tempat yang belum memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan tahap akhir. Permasalahan sampah akan terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kegiatan pengelolaan sampah mengalami kendala dari sisi pembuangan yang tidak pada tempatnya, serta terkendala terkait dengan sarana dan prasarana.
Kata kunci : pengelolaan, sampah, masyarakat.
PENDAHULUAN
Kabupaten Banyumas dengan jumlah penduduk sekitar 1.620.918 jiwa pada tahun 2014, produksi sampah di Kabupaten Banyumas terbilang besar dan meningkat dari tahun ke tahun.Pada
tahun 2005 produksi sampah di kabupaten tersebut mencapai 700 m3 per hari, lima tahun kemudian yaitu tahun 2010 meningkat menjadi 1.100 m3 per hari (Volume Sampah Rata-Rata Per Hari
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Badan Pusat Statistik Propinsi jawa Tengah).Tahun 2011 Jumlah perkiraan total timbulan sampah jenis rumah tangga di Kabupaten Banyumas mencapai 3.374. M3/hari, dengan asumsi produksi sampah kurang lebih 2,064 liter/hari/orang dikalikan
jumlah penduduk 1.553.902. Sehingga dalam setahun mencapai 1.214.640 M3. Padahal tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang disedikan oleh pemerintah daerah di daerah di TPA
Gunung Tugel sudah melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Berdasarkan data tersebut hanya 10,85 % yang terangkut ke TPA. Sekitar 89,15 % masih belum ada penanganan yang semestinya
dan berpotensi mengakibatkan pencemaran.Penanggulangan yang serius sangat dibutuhkan untuk
489
salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan lingkungan, pencemaran dan menimbulkan masalah kesehatan kesehatan masyarakat (BPS Kabupaten Banyumas, 2014).Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas
dari segi manajerial di tingkat kabupaten adalah pertama potensi masyarakat secara umum cukup besar, hanya saja belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi untuk meningkatkan
efektifitas program persampahan.Kedua adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.Ketiga masih kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memelihara kebersihan lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.Keempatkurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan persampahan.Kelimaketerbatasan lokasi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan tanah untuk teknis
pengolahan misalnya untuk penutup lahan TPA.Keenam kurangnya jumlah armada atau prasarana pengangkutan mengakibatkan sampah yang terlambat diangkut, sehingga menimbulkan bau dan
lindi di TPS dan transfer depo.KetujuhPemanfaatan lahan TPA yang hampir habis dari 20 tahun yang direncanakan, telah dimanfaatkan selama 18 tahun, sehingga tersisa 2 tahun lagi, menjadikan
efektifitas pengolahan menjadi tidak maksimal.Kedelapan belum adanya Perda tentang persampahan khususnya tentang pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga.
Hasil survey dan wawancara tim dengan mitra baik kepada masyarakat maupun dengan
kelompok rumah tangga menjumpai permasalahan yang dihadapi antara lain yaitupertama, volume sampah yang menumpuk kadang berserakan di penampungan pada permukiman, tidak sedap
baunya dan tidak enak dipandang mata serta mendatangkan vector penyakit seperti lalat, tikus dan kecoa; kedua, pengangkutan sampah yang mengganggu kelancaran transportasi; ketiga, tempat
penampungan sampah sudah tidak sesuai lagi volumenya dengan sampah yang dikumpulkan warga
sehingga jika pengangkutan tidak dilaksanakan tepat sesuai jadwal lingkungan menjadi kumuh; keempat sampah yang telah dipisahkan warga saat pengangkutan dicampur kembali sehingga pemilahan sampah yang dilakukan warga tidak memberikan manfaat,kelima adanya kebiasaan
warga membuang sampah di sungai yang melintasi warga, keenamtidak memiliki informasi tentang teknologi pengolahan sampah, ketujuh tidak semua masyarakat bertanggung jawab dalam
mengelola sampah dengan baik, kedelapan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki masyarakat untuk mengelola sampah, kesembilan ada kelompok masyarakat yang belum
mengetahui tentang pemanfaatan sampah dengan model memanfaatkan kembali sampah menjadi produk bernilai ekonomi, kesepuluh ada anggota masyarakat yang ingin menerapkan pengelolaan model komunal secara mandiri agar bisa menghasilkan pendapatan keluarga, kesebelas partisipasi
masyarakat belum terlaksana secara optimal, keduabelas norma personal perlu ditingkatkan untuk
490
memerlukan peran dan dukungan stakeholder. Stakeholder dalam kegiatan pengelolaan sampah merupakan suatu masyarakat, kelompok, pemerintah, komunitas ataupun individu manusia serta perusahaan.Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas telah menyelenggarakan upaya kegiatan
pengelolaan sampah dengan masyarakat melalui berbagai metode mulai dari penyediaan sarana dan prasarana, pemberlakuan sistem retribusi sampai dengan sosialisasi pengendalian dan pengelolaan
lingkungan hidup. Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah,kabupaten Banyumas memberdayakan berbagai pihakmulai dari sekolah yang ada diwilayah Purwokerto, dari kelurahan
dan kecamatan penyangga kota Purwokerto, kader lingkungan, KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan pengelola Bank sampah, pihak swasta maupun perusahaan.
Salah strategi yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dalam kegiatan
pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kegiatan ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.Program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup juga di peruntukkan untuk perusahaan yang berupa kegiatan pengawasan dan
pemberian insentif dan / atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan. Pemberian penghargaan PROPER bertujuan mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan
lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, penerapan
system manajemen lingkungan, kegiatan pengelolaan sampah, efisiensi energi, konservasi sumber
daya dan pelaksanaan bisnis yang ber-etika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat.
Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan akan lebih optimal jika Pemerintah,
masyarakat dan perusahaan bersinergi agar pengelolaan sampah dapat dilakukan secara optimal. Melalui pendekatanpengelolaan sampah rumah tangga dengan melibatkan peran pemerintah,
perusahaan dan masyarakat, diharapkan diperoleh salah satu solusi inovatif untuk membiasakan masyarakat dalam mengelola sampah, yang sebelumnya sampah menyebabkan musibah berubah
menjadi sampah menjadi berkah dengan melibatkan sistem terkait.
Secara umum penelitian ini berusaha untuk mengkaji, merancang, menemukan dan mengaplikasikan model pengelolaan sampah rumah tangga berbasis sinergi stakeholder. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :Mengevaluasi potensi
491
kegiatan pengurangan sampah dari sumbernya dalam kaitannya dengan penanganan sampah rumah tangga.Mengevaluasi kelemahan, kekuatan, kesempatan dan tantangan dari program kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang, dan pembuangan sampah dari sumbernyadalam kaitannya dengan penanganan sampah rumah tangga.Mengevaluasi kesadaran masyarakat
dalam memelihara kebersihan lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan mengurangi sampah dari sumbernya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif yang bersifat terbuka yaitu dengan menggunakan proses berpikir induktif dengan menggunakan model analisis interaktif. Analisis
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan yang diamati dari subyek penelitian itu sendiri (Notoatmodjo, 2002).
Analisis kualitatif deskriptif ini menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analysis).Model ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles dan Huberman 1992 dalam Sugiyono, 2010).
Validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara melakukan pengambilan data, dengan memanfaatkan sumber pada pengumpulan data
sebelumnya. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif salah satunya adalah teknik triangulasi sumber, yakni membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
492
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengelolaan sampah di kabupaten Banyumas mengalami permasalahan yang kompleks.Hasil wawancara terhadap 8 narasumber menunjukkan di masing-masing wilayah
memiliki permasalahan yang berbeda.Di satu wilayah ada yang sama sekali belum mengolah sampahnya. Di tempat lain, terutama di pedesaan masih banyak masyarakat yang melakukan
pembuangan sampah di tempat terbuka. Disisi lain masih banyak tempat yang belum memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
tahap akhir.
1. Dalam pengolahan sampah sudah ada yang melakukan daur ulang (Ketenger)
2. Pemanfaatan kembali berupa tempat kemasan untuk polyback (Sokaraja)
3. Tempat Minum, di Bancarkembar
4. Pengolahan sampah dilakukan dengan di bakar (Pekaja, Ketenger, Bobosan, Patikraja)
5. Narasumber hanya melakukan kegiatan pembuangan (Sokaraja,
Bancarkembar)
6. Sudah ada narasumber yang memanfaatkan sampah menjadi pakan ternak
(Bancarkembar), perikanan (Bobosan), kompos (Sokaraja)
7. Masih melakukan pembuangan sampah di tempat terbuka (open dumping)
(Desa Babakan)
Sarana dan Prasarana :
1. Tempat sampah khusus organik dan an organik tidak ada (di semua informan)
2. Pemilahan hanya dilakukan untuk jenis sampah yang masih memiliki nilai jual
3. TPS (Bobosan dan Sumampir)
4. Kegiatan pengelolaan di utamakan yang di wilayah kota,
5. Kendala lebih banyak terjadi di wilayah Ketenger, Patikraja dan pekaja, babakan
6. Babakan sama sekali belum tersentuh sarana dan prasarana
7. Fasilitas alat angkut kurang madai (air lindi bocor)
8. Peran serta masyarakat lebih besar dibandingkan dengan pemerintah : misalnya
terkait penyediaan fasilitas gerobag atau alat angkut, kegiatan
promotif&preventive terkait sampah tidak ada (motivasi)
9. Peraturan khusus, dan kegiatan khusus pengelolaan sampah yang dilakukan bersama tidak rutin dilakukan
10.Sarpras seperti alat berat berupa escavator memiliki 4, 2 rusak, jembatan timbang belum terealisasi
Peningkatan Kegiatan Pengelolaan Sampah :
1. Ada pelatihan berkelanjutan
2. Pembiayaan khusus dari pemerintah untuk kegiatan pengelolaan sampah dan Kelengkapan sarana prasarana
3. Waktu pengangkutan sebaiknya lebih sering (2/3 seminggu). Pengengkutan sumampir, sokaraja, patikraja.
4. Ketenger tanpa proses sama sekali
5. Pekaja dilakukan secara mandiri Dipisahkan,
493
Permasalahan lain yang dapat terjadi, sampah dapat menyebabkan resiko kerja pada pekerja pengumpul sampah. Resiko yang dapat terjadi antara lain cidera, jatuh dan tergelincir serta kerusakan postur tubuh (Byung Yong Jeong, Sangbok Lee, Jae Deuk Lee, 2016).Permasalahan yang terjadi akibat sampah akan meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah sampah meningkat. Jumlah penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan jumlah sampah semakin bertambah (Fadlilah dan Gogh, 2013).
Besarnya timbulan sampah yang ada sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk, karena semakin besar jumlah penduduk, akan semakin besar pula sampah yang dihasilkan (Ikhsandri,
2014). Permasalahan sampah di lokasi penelitian menunjukkan masih minimnya fasilitas.Sehingga masih banyak masyarakat yang tidak membuang sampah pada tempatnya. Ada masyarakat yang membuang sampah pada lahan terbuka. Sampah akan mengancam kondisi kesehatanpenduduk,
khususnya bahankimia dari pembuangan sampah sembarangan(Meulen, G. 2011). Limbah padat, yang setelah degradasi menghasilkan bau busuk dan menghasilkan bakteri patogen, jika tidak
dikelola dengan baik (K. Kumaresan, R. Balan, A. Sridhar, J. Aravind, P. Kanmani, 2016).
Minimnya fasilitas pengelolaan sampah yang tersedia menyebabkan perilaku
penyimpangan dalam membuang maupun mengelola sampah.Peran pemerintah yang belum memadai terutama pada masyarakat yang letaknya di pedesaan.
Pemanfaatan sampah yang dilakukan masyarakatantara lain berupa kompos dan kerajinan
tangan. Pemanfaatan sampah ini terjadi karena sampah yang dihasilkan bervariasi antara sampah basah dan sampah kering.Melonjaknya volume sampah ini, didominasi dari kertas dan plastik sisa
pembungkus makanan dan minuman seperti pembungkus nasi, atau styrofoam pembungkus makanan cepat saji, Aqua botol, dan berbagai bekas produk makanan kemasan lainnya (Muhtarom,
2010). Sampah pedesaan didominasi oleh sampah organik (Pohan dan Rima, 2013). Berdasarkan
494
sampah dari % volume yang paling banyak adalah sampah kertas (38,46%), botol plastik (15,88%), residu (14,64%), dan sampah organik (10,93%) (Muhtarom, 2010).Kondisi operasional kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah, saat ini belum berjalan optimal karenakurangnya sarana pewadahan dan jumlah armada pengangkut sampah (Wiraatmaja, I Wayan,
dan Ida, 2012). Jumlah armada pengangkut sampah yang tidak sebanding dengan volume sampah yang dihasilkan (Wiraatmaja, I Wayan, dan Ida, 2012). Dari total sampah yang dihasilkan
sebanyak 47,51% berpotensi untuk didaur ulang dimana sampah tersebut terdiri dari sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos, sisa makanan, serta sampah kering yang dapat didaur
ulang seperti kertas, botol plastik, logam, botol kaca,kantong plastik, dan lainnya (Wardiha, Pradwi, Setyawati, Muhajirin. 2014). Pengelolaan sampah juga membutuhkan gerobak sampah (Nawangpalupi & Pambudi, 2015). Alat yang digunakan untuk mengolah sampah yang
mengandung mikroorganisme dan bahan beracun dapat menggunakan incinerator( Wulandari dan Haryoto, 2015).
Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan yang terjadi di masyarakat dimulai dari pengumpulan, pengolahan, pembuangan dan pengolahan tahap akhir. Peran serta masyarakat dan
peran pemerintah yang bersinergi akan memperkuat pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah dalam skala kecil terutama oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan pembakaran; sedangkan dalam skala besar dilakukan dengan menetapkan berbagai tempat
pembuangan sampah; baik sementara (TPS) maupun terpadu/akhir (TPA) (Nawangpalupi dan Noorhan, 2015). Kelangkaan lahan untuk dijadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), memicu
berkembangnya pemanfaatan dan pengadaan TPA bersama (TPA Regional) oleh beberapa kota/kabupaten yang letaknya berdekatan (Anggraini, 2011). Kandungan logam berat seperti
merkuri (Hg) dalam sampah dapat meracuni manusia dan merusak sistem saraf otak, serta
menyebabkan cacat bawaan. Selain itu, berpengaruh terhadap ginjal dan dapat dengan mudah beredar melalui rantai makanan yang bersifat presisten, bioakumulasi dan toksik yang terpapar karena pembakaran dan preses landfill (Hanafi,J,Helena,K, 2011). Manajemen pengelolaan sampah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan sampah saat ini (Sodikin, 2015).
Kegiatan pengolahan sampah akan lebih efektif jika dimulai dari sumbernya. Peran individu dalam kegiatan pengolahan sampah sangat bervariasi mulai dari memilah, membuang
sampai memanfaatkan.
495
dalam komunitas PAPESA dari PKK di lingkungan mereka masing-masing (Shentika, PA. 2016). Anggota PKK berperan dalam mengawasi,memeliharan dan memberikan pendidikan mengenai lingkungan. Peran perempuan paling banyak berpersepsi bahwa masalah lingkungan yangterjadi di tempat tinggal adalah masalah sampah (Yulanda dan Nurmala, 2013). Peran serta
stakeholder juga dapat dilibatkan kegiatan pengelolaan sampah seperti peran orang tua, guru, Dinas Pendidikan, dan Pemerintah Kota/Kabupaten (Muhdar, 2012).Metode pemantauan pengelolaan
sampah menggunakan teknik metamodeling dapat dilakukan dengan komposting, daur ulang plastic, fasilitas keluarga, jejaring pengepul, bank sampah, pemilahan sampah, kegiatan 3 R (reuse, recycle, recovery), gotong royong, pembinaan masyarakat, pelatihan, penyediaan sarana prasarana, pembinaan, jejaring pengelola sampah mandiri, swakelola sampah serta peran serta masyarakat (Surahma, Adi dan Noeng, 2014).
Kegiatan pengelolaan sampah, terdiri daribeberapa faktormulai dari sumber produsen sampah hingga ke tempat pembuangan akhir. Faktor tersebut terdiri dari : Sumber sampah, Waktu
pengumpulan, Pemilik Peralatan, Petunjuk rute pengangkutan, Perkiraan jumlah sampah, Waktu pengangkutan, Kebutuhan tenaga kerja dan peralatan. Sisi teknis pengumpulan merupakan
kegiatan awal dari semua kegiatan. Tempat Pembuangan Akhir dan desain tata kerja pengelolaan sampah yang baik perlu mengakomodasi pengaruh di lapangan untuk memperkecil hambatan yang akan terjadi nantinya (Kodoatie, 2005). Optimalisasi pengelolaan sampah akan berhasil jika
di awali dengan tingkat pemilahan (Suwarno, 2013). Pengelolaan sampah rumah tangga merupakan peluang usaha yang mendapatkan keuntungan selain itu juga meningkatkan kebersihan lingkungan
(Sidarto, 2010).
Menurunnya kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak
lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era reformasi, otonomi
daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah di Indonesia (Kementerian PU, 2006).Kegiatan pengelolaan sampah memerlukan partisipasi dari masyarakat sekitar dan pengelola dari system manajemen untuk mengambil suatu keputusan (Zarrabi, J. Mohammadi, Sh. Ahangari. 2013).Kendala dalam pengelolaan sampah, diantaranya : Tidak ada perangkat khusus untuk mengontrol sampah, dan biaya untuk pengelolaan sampah mahal (Yuniarti, 2013). Pengelolaan
sampah yang tepat selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan dukungan kebijakan, pendanaan, SDM, dan partisipasi aktif dari semua pihak (Wulansari dan
Rukmini, 2016).Upaya lainyang bisa dilakukan dalam hal pengelolaan sampah dengan cara perbaikan sarana dan prasarana (Nyoman, Mardiani, dan Wardi, 2011).
Hasil penelitian lain menyebutkan Arimieari, L.W.1*, Sangodoyin, A. Y.2 and Joe, T,
2014 bahwa pola pengelolaan sampah khususnya pada proses frekuensi pengumpulan sampah dari
496
padat. (Zulkifli Ahmad, Wong Mee San, Alia Damayanti, Ridzuan Mohd Baharudin and Zawawi Daud.2013).Air lindi dariTPA merupakan potensi ancaman bagi kerusakan lingkungan. (S. De, S.K. Maiti, T. Hazra*, A. Debsarkar, A. Dutta, 2016).Kondisi air minum juga bisa tercemar Airminum di negara berkembang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dikarenakan masyarakat
dapat mengalami penyakit yang ditularkan melalui air (Kimongu J. Kioko, John F. Obiri, 2012).Hasil penelitian lain menunjukkan bukan hanya sekedar permasalahan sarana dan prasarana namun norma personal yang di aktifkan oleh struktur keyakinan kognitif termasuk merasakan tanggungjawab moral local turut serta berpengaruh (Rahab dan Agnes, 2015).
Masalah kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat dan penyakit infeksi yang buruk akibat sampah dapat terjadi jika kondisi lingkungan tercemar. Pencemaran ini akan menyebabkan keberadaan bakteri fecal coliform (Arisoa M. Rajaona , Nele, and Folkard. 2012, Rigo, Pedro,
Paulo, 2015 dan Anagaw,, Yitayal, Berhanu, Yeshambel, Erku, Biadgelegn, Beyene, Agersew, Feleke and Andargachew. 2015).Limbah padat yang di hasilkan oleh masyarakat 92% di buang ke
TPA.Pemilihan lahan TPA perlu mempertimbangkan daerah sekitar (S. M. Issa * and B. AL S hehhi. 2012).
Untuk mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di kabupeten Banyumas bisa dilakukan melalui pemanfaatan limbah dapat memiliki nilai ekonomi. Pemanfaatan ini dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pada lingkungan di unit pengolahan dan sekitarnya (RA
Hangesti Emi Widyasari , Clara, , Budy,, Eko,, dan Sugeng. 2013). Pemanfaatan limbah plastik bisa dilakukan berbasis bio dan biodegradable dapat menjadi dasar alternatif ramah lingkungan dan
berkelanjutan untuk bahan saat ini yang berbasis khusus pada persediaan minyak bumi (Subramani, Rajadurai, K. Prasath. 2014).
Kegiatan pengelolaan limbah dapat dilakukan melaui proses evaluasi untuk mencegah
terjadinya perubahan iklim. Kerangka tata kelola iklim dilakukan untuk melakukan kegiatan adaptasi manajemen, komunikasi, dan praktik reflektif (Nursey-Bray 2010). Kegiatan evaluasi dilakukan untuk memperkirakan dampak yang akan timbul di lingkungan (Zeppel, H. 2012).
Limbah atau sampah dan bahan buangan memiliki masalah yang penting karena potensi risiko.Untuk penduduk terdekat dan lingkungan. Penghasil sampah idealnya memiliki model untuk
daur ulang dan lokasi pembuangan, menyediakan teknologi pengolahan limbah .Selain itu, instrumen kebijakannyaUntuk mempromosikan daur ulang limbah dipertimbangkan, dan
pengaruhnya terhadap biaya dan risiko bahaya yang muncul (Hao and Wei, 2016).
Upaya mempromosikan keterlibatan masyarakat dalam mengelola sampah membutuhkan kampanye tentang pembuangan limbah dan perilaku daur ulang agar tidak memberikan dampak
497
campuran panas ramah lingkungan (HMA) untuk paving (A.I. Essawy, A.M.M. Saleh , Magdy T. Zaky, Reem K. Farag A.A. Ragab. 2013).Pengelolaan limbah padat kota (MSWM) telah menjadi isu penting bagi negara-negara di seluruh dunia. Tantangan ini terutama menonjol di negara-negaraberkembang dan transisi yang sebagian besar direfleksikan dalam pengelolaan yang tidak tepat,
teknologi terbelakang, situasi ekonomi yang tidak menguntungkan dan kurangnya kesadaran lingkungan, yang menyebabkan dampak lingkungan yang luar biasa. Saat ini, berbagai model
diterapkan untuk menganalisis sistem pengelolaan limbah padat dari tingkat regional sampai daerah.Hasil analisis yang dilakukan dan penerapan model yang dikembangkan dapat digunakan
lebih jauh sebagai dasar untuk usulan perubahan strategi, politik dan manajerial lebih lanjut dan mendukung pengambil keputusan dan pemangku kepentingan untuk menangani limbah dengan cara yang hemat biaya dan ramah lingkungan (Milan Topić, Hubert Biedermann, 2015).
KESIMPULAN
Permasalahan sampah akan terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Kegiatan pengelolaan sampah mengalami kendala dari sisi pembuangan yang tidak pada tempatnya, serta terkendala terkait dengan sarana dan prasarana.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih atas dukungan pendanaan penelitian ini melalui skim penelitian produk
terapan DPRM Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Tahun 2017.
DAFTAR PUSTAKA
A.I. Essawy, A.M.M. Saleh , Magdy T. Zaky, Reem K. Farag A.A. Ragab. 2013. Environmentally friendly road construction. Egyptian Journal of Petroleum. 2013;22(1):189-198.
Anagaw,, Yitayal, Berhanu, Yeshambel, Erku, Biadgelegn, Beyene, Agersew, Feleke and Andargachew. 2015. Seroprevalence of hepatitis B and C viruses among medical waste handlers at Gondar town Health institutions, Northwest Ethiopia. Nagawetal BMC Research Notes 2012, 5:55.http://www.biomedcentral.com/1756-0500/5/55.
Arimieari, L.W.1*, Sangodoyin, A. Y.2 and Joe, T. 2014.On the Assessment of Solid and Hazardous Waste Management in Port Harcourt, Nigeria.International Journal Of Engineering Sciences & Research 3(8): August, 2014.
Arisoa M. Rajaona , Nele, and Folkard. 2012. Potential of Waste Water Use for Jatropha Cultivation in Arid Environments. griculture 2012, 2, 376-392; doi:10.3390/agriculture2040376.
498
Byung Yong Jeong, Sangbok Lee, Jae Deuk Lee, 2016. Workplace Accidents and Work-relatedIllnesses of Household Waste Collectors. Saf Health Work 2016;7:138-142.
Hao and Wei, 2016.An Improved Multi-Objective Programming with Augmented ε-Constraint Method for Hazardous Waste Location-Routing Problems.nt. J. Environ. Res. Public Health2016, 13(6).
Kimongu J. Kioko, John F. Obiri.2012. Household Attitudes And Knowledge On Drinking Water Enhance Water Hazards In Peri-Urban Communities In Western Kenya.Jàmbá: Journal Of Disaster Risk Studies; Vol 4, No 1 (2012), 5 Pages. Doi: 10.4102/Jamba.V4i1.49. Http://Www.Jamba.Org.Za/Index.Php/Jamba/Article/View/49.
Milan Topić, Hubert Biedermann, 2015.Planning Of Integrated/Sustainable Solid Waste Management (Iswm) – Model Of Integrated Solid Waste Management In Republika Srpska/B&H. Serbian Journal Of Management 10 (2) (2015) 255 – 267.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rusdakarya.Bandung.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursey-Bray, M. (2010) ‘Local governance for local governments: A framework for addressing
climate change’ Commonwealth Journal of Local Governance, 7, pp. 168-186.
Nyoman, Mardiani, Dan Wardi, 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Ecotropic Vol 6 No 1 2011.
Piyapong Janmaimool, 2017. Application of Protection Motivation Theory to Investigate Sustainable Waste Management Behaviors.Sustainability. 2017;9(7):1079.
RA Hangesti Emi Widyasari , Clara, , Budy,, Eko,, dan Sugeng. 2013. Pemanfaatan Limbah Ikan Sidat Indonesia (Anguilla Bicolor) Sebagai Tepung Pada Industri Pengolahan Ikan Di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3): 215—220.
Rahab dan Agnes, 2015.Pengujian Pengaktivasian Norma Personal dalam Perspektif Pemasaran Sosial. Mimbar Vol 31 No 1 (Juni, 2015) : 177-190.
Rigo, Pedro, Paulo, 2015. A Construção Do Conhecimento Socioambiental Na Gestão Do Espaço Rural: O Caso De Derrubadas – Rs.Redes (St. Cruz Sul, Online), v. 20, nº 2, p. 283 - 307, maio/ago. 2015.
S. M. Issa * and B. AL S hehhi. 2012. A GIS -BASED MULTI -CRITERIA EVALUATION SYSTEM FOR SELECTION OF LANDFILL SITES: a case study from Abu Dhabi, United Arab Emirates. International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B2, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August
– 01 September 2012, Melbourne, Australia.
Sidarto, 2010. Analisis Usaha Proses Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Pendekatan Cost And Benefit Ratio Guna Menunjang Kebersihan Lingkungan. Jurnal Teknologi, Vol 3 No. 2 Desember 2010.
499
Sugiyono, S. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.Bandung.
Suwarno, A. 2013. .Analisis Pengelolaan Sampah Terkait Pembangunan Polder Kali Bangerdi Wilayah Kecamatan Semarang Timur. Wahana Teknik Sipil Vol.18 No.2 Desember 2013 66-75.
Wulansari Dan Rukmini, 2016. Ketersediaan Dan Kelayakan Penanganan Limbah Puskesmas Berdasarkan Topografi Dan Geografi Di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 33–39.
Yuniarti. 2013. Analisis SWOT Sampah Antariksa Indonesia SWOT Analysis Of Indonesian Space Debris. Buletin Pos Dan Telekomunikasi, Vol.11 No.1 Maret 2013 : 13-28.
Zarrabi, J. Mohammadi, Sh. Ahangari. 2013. An analysis of municipal solid waste management emphasizing on the recovering of waste (Case study: Boukan). 3. 2013; 23 (4) :91-108 URL http://uijs.ui.ac.ir/gep/article-1-811-en.html
Zarrabi, J. Mohammadi, Sh. Ahangari. 2013. An Analysis Of Municipal Solid Waste Management Emphasizing On The Recovering Of Waste (Case Study: Boukan). Geography And Environmental Planning. 2013;23(4):91-108.
Zeppel, H. 2012. Governing carbon mitigation and climate change within local councils: A Case Study of Adelaide, South Australia. Commonwealth Journal of Local Governance Issue 10: December 2011- June 2012.http://epress.lib.uts.edu.au/ojs/index.php/cjlg.