• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PERAN KADE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PERAN KADE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN PERAN KADER DALAM DETEKSI DINI RISIKO

KEHAM ILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESM AS NANGGALO PADANG

Oleh:

Widya Lestari, Erda M utiara Halida*

1,2

Prodi D3 Kebidanan STIKes M ERCUBAKTIJAYA Padang

ABSTRAK

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi masih menjadi masalah kesehatan utama, maka

masyarakat diharapkan dapat berperan dalam upaya penurunan angka tersebut. Kader kesehatan

merupakan anggota masyarakat yang dipilih dan dilatih untuk membantu tenaga kesehatan dalam

upaya kesehatan termasuk dalam deteksi dini komplikasi. Puskesmas Nanggalo merupakan

Puskesmas yang memiliki ibu hamil paling banyak yang terdeteksi mengalami resiko tinggi dan

komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 2012, dari 503 orang ibu hamil, terdapat

101 orang ibu hamil yang mengalami risiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan karakteristik kader dengan peran sertanya dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah

Kerja Puskemas Nanggalo Padang.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain

cross sectional

. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu kader di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang dengan perkiraan jumlah kader

sebanyak 50 orang. Sampel yang dipergunakan sebanyak 32 orang dan diambil dengan

menggunakan teknik

simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner, dan teknik

pengolahan data dengan langkah editing, coding, entry dan cleaning. Analisis data yang dipergunakan

adalah analisis univariabel dan bivariabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, 65,6% responden berusia usia

dewasa lanjut (> 41 tahun), 84,4% responden berpendidikan tinggi, 75% responden memiliki

pengetahuan yang baik tentang deteksi dini risiko kehamilan, 78,1% responden memiliki pengalaman

dan 90,6% responden tidak mendapatkan penghargaan. Dari hasil bivariat diperoleh nilai p= 0,071

untuk hubungan usia dengan peran serta kader, p= 0,228 untuk hubungan pendidikan dengan peran

serta kader, p= 0,142 untuk hubungan pengetahuan tentang deteksi dini risiko kehamilan dengan

peran serta kader, p= 0,296 untuk hubungan pengalaman dengan peran serta kader, dan p= 0,476

untuk hubungan penghargaan dengan peran serta kader.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan karakteristik dengan

peran serta kader dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

Diharapkan pimpinan Puskesmas Nanggalo untuk dapat melakukan pelatihan dan pembinaan kader

dalam kegiatan deteksi dini risiko kehamilan, membuat kebijakan yang jelas tentang tugas pokok dan

jasa yang diberikan kepada kader dalam kegiatan kesehatan.

Kata kunci : Deteksi dini risiko kehamilan, Karakteristik kader, Peran kader

Alamat Korespondensi

Widya Lestari, S.SiT.,M .Keb

Staf PengajarProdi DIII Kebidanan

STIKes M ERCUBAKTIJAYA Padang

(2)

2

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk menurunkan

angka kematian ibu (AKI) dan janin adalah

dengan cara peningkatan pemanfaatan fasilitas

kesehatan oleh masyarakat, yang dimulai dari

pelayanan

antenatal

dengan

pengenalan

adanya risiko tinggi ibu hamil yang dilakukan

melalui skrining atau deteksi dini. Adanya

faktor risiko secara pro aktif pada semua ibu

hamil, hal ini dilakukan sedini mungkin pada

awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau

non kesehatan yang terlatih di masyarakat,

misalnya kader kesehatan, ibu-ibu PKK, Karang

Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.

Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan

rumah

merupakan

langkah

awal

dari

pemeliharaan kesehatan ibu hamil. (Dian,

2007).

Kader kesehatan adalah seseorang baik

laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani

berbagai masalah kesehatan perseorangan

maupun kesehatan masyarakat, serta untuk

bekerja

sama

dengan

tempat-tempat

pemberian pelayanan kesehatan (Syafrudin,

2009).

Hal yang dianggap paling sulit oleh

kader adalah mendeteksi adanya faktor risiko

sedini mugkin pada awal kehamilan dan

memberikan

penyuluhan

tentang

tanda

bahaya pada ibu hamil (Sugeng, 2008). Teori

harapan mengatakan bahwa kekuatan dari

kecederungan untuk bertindak dengan cara

tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu

harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti

dengan hasil tertentu dan penghargaan yang

diterima oleh individu tersebut (Robbins,

2002).

Peran kader kesehatan dalam deteksi

dini faktor risiko pada ibu hamil meliputi yang

pertama

sebagai

motivator

(melakukan

kunjungan rumah bila mendapatkan ibu hamil

baru atau yang dua bulan berturut-turut tidak

datang untuk memeriksakan kehamilannya),

kedua

sebagai

fasilitator

(melakukan

pencatatan jumlah PUS, ibu hamil dan

imunisasi TT), dan ketiga sebagai edukator

(penyuluhan pada ibu hamil, memberikan

nasehat pada ibu hamil salah satunya adalah

tentang gizi, jadwal pemeriksaan ANC dan cara

menjaga kesehatan selama hamil (Dinkes

Jatim, 2006).

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

peran serta kader kesehatan dalam deteksi dini

risiko kehamilan adalah yang pertama faktor

intern

yang

meliputi

usia,

pendidikan,

pengetahuan, pengalaman dan penghargaan,

dan yang kedua faktor ekstern yang meliputi

lingkungan, penyuluhan, media massa dan

sosial budaya. (Siswanto, 2002)

Nilawati (2008) dalam penelitiannya

tentang keaktifan kader di Aceh Selatan

menemukan

bahwa

usia

40-50

tahun

merupakan usia kader yang paling aktif

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan

pendidikan tamat SLTP sederajat, faktor lain

yang berkontribusi adalah pengetahuan dan

pengalaman kader dalam melakukan tugasnya.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota

Padang tahun 2012, dari total jumlah ibu hamil

yang ada di kota Padang ditemukan ibu hamil

yang mengalami risiko tinggi untuk menderita

komplikasi sebanyak 788 orang dari 18.726

total

ibu

hamil.

Puskesmas

Nanggalo

merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah

ibu hamil paling banyak yang terdeteksi

mengalami resiko tinggi dan komplikasi pada

masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dari 503

orang ibu hamil, terdapat 101 orang ibu hamil

yang mengalami risiko tinggi (Dinas Kesehatan

Kota Padang, 2012)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

pada 5 orang kader ibu hamil di Puskesmas

Nanggalo Padang, ditemukan bahwa hanya 1

orang dari 5 orang kader tersebut melakukan

skrining atau deteksi dini resiko tinggi pada

ibu hamil. Kader tersebut mengatakan bahwa

kegiatan deteksi dini yang dilakukannya

bersama dengan bidan pembina wilayah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka

masalah

penelitiannya

adalah

masih

rendahnya peran serta kader dalam deteksi

dini risiko kehamilan, oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian untuk mencari hubungan

karakteristik kader dengan peran serta kader

dalam deteksi dini risiko kehamilan di Wilayah

Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.

M ETODE PENELITIAN

(3)

3

risiko kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang. Jenis penelitian ini adalah

analitik dengan desain cross sectional. Populasi

dalam penelitian ini adalah ibu kader di

wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang

dengan perkiraan jumlah kader sebanyak 50

orang. Sampel yang dipergunakan sebanyak

32 orang dan diambil dengan menggunakan

teknik

simple

random

sampling.

Data

dikumpulkan melalui kuesioner, dan teknik

pengolahan data dengan langkah

editing,

coding, entry dan

cleaning. Analisis data yang

dipergunakan adalah analisis univariabel dan

bivariabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN

1.

Karakteristik responden

Karakteristik

subjek

penelitian

selengkapnya

disajikan

dalam

tabel

berikut.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan

karakteristik di wilayah kerja

Puskesmas

Nanggalo

Padang

Tahun 2014

separuh responden berusia usia dewasa lanjut

(> 41 tahun), sebagian besar responden

berpendidikan

tinggi,

sebagian

besar

responden memiliki pengetahuan yang baik

tentang deteksi dini risiko kehamilan, sebagian

besar responden memiliki pengalaman dan

hampir semua responden tidak mendapatkan

penghargaan.

Dari

segi

usia,

sebagian

besar

responden memiliki usia lebih dari 41 tahun.

Hal ini disebabkan karena hampir dari semua

responden berprofesi sebagai ibu rumah

tangga dan hanya 2 orang responden yang

bekerja. Selain dari hal tersebut, wanita yang

masih produktif (< 50 tahun) lebih banyak

memilih bekerja untuk membantu suaminya

mencari nafkah di luar rumah. Sebagian

responden juga mengatakan bahwa bekerja

sebagai kader dijalani sekedar untuk mengisi

waktu luangnya di rumah.

Dari hasil penelitian juga ditemukan

bahwa

sebagian

besar

responden

berpendidikan tinggi (84,4%). M enurut Istiana

(1998)

dalam

Bintanah,

Sufiati

(2010)

mengatakan bahwa pendidikan formal yang

lebih tinggi akan menunjukkan kualitas yang

baik pula, sehingga dengan pendidikan kader

yang tinggi cenderung berpengaruh pada

kualitas kerja kader dalam pelaksanaan

posyandu

sehingga

kader

mampu

menyampaikan programnya dengan baik.

Hasil penelitian juga memperlihatkan

bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang baik tentang deteksi dini

risiko kehamilan (75%). Hal ini disebabkan

karena telah dilakukan pembinaan kader yang

baik oleh pihak puskesmas dalam menyiapkan

kader sebagai perpanjangan tangan tenaga

kesehatan di masyarakat. Hal ini di dukung lagi

dengan tingginya tingkat pendidikan yang

telah diselesaikan oleh kader.

Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain

yang

sangat

penting

untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Karena itu

dari pengalaman dan penelitian ternyata

berlaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik dari pada tindakan yang tidak

didasari pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

(4)

4

mereka telah mendapat pembinaan dari

tenaga kesehatan mau pun dari Puskesmas

dan pengalaman-pengalaman yang nyata di

lapangan.

Pengalaman merupakan salah satu

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

pengetahuan yang berkaitan dengan umur

dan pendidikan individu. Hal ini mengandung

maksud bahwa semakin bertambahnya umur

dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman

seseorang

akan

lebih

jauh

lebih

luas

(Notoatmojo, 2003).

Pada hasil juga ditemukan bahwa

hampir semua responden tidak mendapatkan

penghargaan

(90,6%).

Hal

ini

mungkin

disebabkan masih terbatasnya

reward atau

perlombaan yang diadakan oleh pemerintah

terkait dengan

lingkup

kerja kader

di

masyarakat. M eskipun demikian terdapat 3

orang kader di Puskesmas Nanggalo ini

memiliki sertifikat sebagai kader terbaik dan

penyuluh kesehatan.

Penghargaan sangat penting diberikan

kepada seseorang yag secara sukarela mau

memberikan waktu, tenaga dan fikirannya

untuk membantu meningkatkan kesehatan

masyarakat yang salah satunya kesehatan ibu

hamil, dengan adanya penghargaan sebagai

tanda jasa maka akan memotivasi orang

tersebut untuk berperan serta secara aktif

didalam

melakukan

deteksi

dini

risiko

kehamilan.

2.

Peran Serta Kader dalam Deteksi Dini

Risiko Kehamilan

Peran serta kader dalam deteksi

dini risiko kehamilan dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi peran serta kader dalam

deteksi dini risiko kehamilan di

wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo

Padang Tahun 2014

No

Variabel

Jumlah

%

1.

Tidak aktif

26

81,3

2.

Aktif

6

18,8

Jumlah

32

100

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 32

orang responden, sebagian besar responden

tidak aktif dalam deteksi dini risiko kehamilan

(81,3%).

Hal ini disebabkan karena mungkin

masih kurangnya sosialiasi tentang batasan

tugas kader oleh Puskesmas maupun tenaga

kesehatan dalam kegiatan deteksi dini risiko

kehamilan.

Sebagian

besar

kader

hanya

melakukan upaya edukator yakni dengan

memberikan penyuluhan dan nasehat terkait

dengan kehamilan yaitu sebesar 87,5%.

Selebihnya

hanya

sebagian

kecil

(34%)

responden yang melakukan kunjungan ke

rumah ibu hamil baru (fasilitator), 28%

mengunjungi ibu hamil yang 2 bulan

berturut-turut bagi yang tidak datang ke tenaga

kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya

(motivator),

37,5%

responden

yang

mengidentifikasi ibu hamil yang mengalami

risiko kehamilan (fasilitator).

Sedikitnya peran dari kader dalam

deteksi risiko kehamilan dikarenakan sebagian

besar kegiatan deteksi dini risiko kehamilan

dilakukan oleh bidan di Puskesmas pada saat

pemeriksaan

kehamilan.

Pada

saat

pemeriksaan

kehamilan,

wanita

hamil

diberikan

beberapa

pertanyaan

untuk

menjaring atau mendeteksi risiko kehamilan

yang mungkin muncul, selain itu ibu hamil

juga diberikan buku KIA yang didalamnya

terdapat Stiker P4K yang berisi

informasi-informasi mengenai ibu hamil (persiapan

tenaga, tempat, dana, donor darah dan

pengambil keputusan untuk menghadapi

persalinan maupun komplikasi yang akan

timbul)

(5)

5

Imbalan atas pekerjaan yang telah

dilakukan kader turut mempengaruhi peran

sertanya. Berdasarkan ungkapan dari beberapa

orang kader, mereka mengatakan bahwa

imbalan atau jasa yang mereka terima sedikit

bahkan kadang tidak ada sehingga hal ini

membuat mereka untuk malas dan enggan

utnuk menjalankan perannya dalam deteksi

dini risiko kehamilan.

3.

Hubungan karakteristik responden

dengan peran serta kader dalam deteksi

dini risiko kehamilan

Hubungan

karakteristik

responden

dengan peran serta kader dalam deteksi dini

risiko kehamilan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3. Hubungan karakteristik responden

dengan peran serta kader dalam

deteksi dini risiko kehamilan di

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Nanggalo Padang Tahun 2014

Variabel

Peran serta Kader

Nilai

p

Tidak aktif

Aktif

Jumla

Hasil analisis diatas menunjukkan

bahwa semua variabel karakteristik responden

(usia, pendidikan, pengetahuan, pengalaman

dan penghargaan) tidak memiliki hubungan

yang bermakna dengan peran serta kader

dalam deteksi dini risiko kehamilan (p> 0.05).

Dari hasil analisa data untuk hubungan

usia dengan peran serta kader dalam deteksi

dini risiko kehamilan diperoleh nilai p= 0,071,

hal ini berarti baik responden dalam kelompok

dewasa

lanjut

maupun

dini

tidak

mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi

dini risiko kehamilan. Hal ini mungkin

disebabkan karena sebagian besar responden

adalah ibu rumah tangga dan pekerjaan

sampingan lainnya, sehingga mereka memiliki

keterbatasan waktu dalam membagi waktu

dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan

sebagai seorang kader.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian

bahwa terdapat 11 orang (34,4%) berada pada

usia produktif (18 – 40 tahun) sehingga kader

masih disibukkan dengan kegitan rumah

tangga dan melakukan usaha sampingan

untuk menambah income keluarga.

Kader yang terlalu muda / tua

kestabilan emosi belum terbentuk atau pada

usia lanjut adanya degenerasi berdampak pada

ingatan

maupun

pemahaman

sehingga

mempengaruhi keaktifannya untuk berperan

serta dalam deteksi dini faktor risiko pada ibu

hamil. Berkaitan dengan peran serta kader

maka dengan umur yang semakin dewasa,

produktivitas dan peran serta kader dalam

deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil akan

cenderung meningkat. Dengan asumsi bahwa

tingkat kedewasaan teknis dan psikologis

seseorang dapat dilihat bahwa semakin

dewasa

umur

seseorang

akan

semakin

terampil dalam melaksanakan tugas, semakin

kecil

tingkat

kesalahannya

dalam

melaksanakan pekerjaannya (Effendi, 2009).

Dari hasil analisa data untuk hubungan

pendidikan dengan peran serta kader dalam

deteksi dini risiko kehamilan diperoleh nilai

p= 0,228, hal ini berarti kader yang telah

menyelesaikan pendidikan di tingkat rendah

dan tinggi tidak mempengaruhi peran sertanya

dalam deteksi dini risiko kehamilan.

(6)

6

yang berperan aktif dalam deteksi dini risiko

kehamilan.

Hal

ini

disebabkan

karena

responden

memiliki

pemahaman

dan

kesadaran yang lebih baik dalam melakukan

upaya peningkatan kesehatan masyarakat

terutama ibu hamil.

Jenjang

pendidikan

tinggi

sangat

mendukung keaktifan seseorang dalam berperan

serta dimasyarakat salah satunya ikut berperan

serta dalam deteksi dini risiko kehamilan, karena

dengan

pendidikan

yang

tinggi

maka

pengetahuan orang tersebut semakin baik.

Untuk bisa menerima suatu informasi

dibutuhkan keterampilan pendidikan dasar

seperti membaca dan menulis. M asyarakat

dengan pendidikan yang tinggi akan mampu

menganalisa

suatu

keadaan

disekitarnya

sehingga apa yang dilakukannya sesuai dan

tepat (Nursalam, 2003).

Dari

27

orang

responden

yang

berpendidikan tinggi, sebagian besar (85,2%)

tidak berperan dalam deteksi dini risiko

kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan karena

ketidakjelasan tugas pokok yang akan mereka

emban. Sebagian responden juga menyatakan

bahwa deteksi dini risiko kehamilan selama ini

dilakukan

oleh

bidan

sehingga

mereka

beranggapan bahwa dalam deteksi dini bukan

tugas mereka.

Dari

hasil

analisa

data

untuk

hubungan pengetahuan tentang deteksi dini

risiko kehamilan dengan peran serta kader

dalam deteksi dini risiko kehamilan diperoleh

nilai p= 0,148, hal ini berarti kader yang

berpengetahuan kurang dan baik, tidak

mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi

dini risiko kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 6 responden yang berperan aktif dalam

deteksi dini risiko kehamilan, hanya 3 orang

(50%) responden yang memiliki pengetahuan

baik. Ketiga responden tersebut mengetahui

faktor-faktor

risiko

yang

terjadi

pada

kehamilan.

Dengan adanya pengetahuan tentang

deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, maka

kader akan dapat mengingat kembali tentang

sesuatu yang dipelajari sebelumnya, sehingga

dapat memperbaiki tindakan yang akan

dilakukan. Kader dengan pengetahuan yang

tinggi merupakan dasar terwujudnya peran

serta yang diaplikasikan dalam tindakan yang

nyata dan salah satunya adalah ikut berperan

serta dalam deteksi dini faktor risiko apad ibu

hamil. Informasi yang cukup dan diterima oleh

sesorang

dapat

menyebabkan

seseorang

mempunyai

pengetahuan

yang

tinggi

sehingga

dapat

mengaplikasikan

pengetahuannya

tersebut

sesuai

peran

sertanya di masyarakat (Anita, 2008).

Tetapi dari 6 responden yang berperan

aktif,

3

orang

(50%)

juga

memiliki

pengetahuan kurang tentang deteksi dini

risiko kehamilan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Notoatmodjo tahun 2012 yang

menyatakan bahwa pengetahuan seseorang

tentang suatu objek akan menentukan sikap

dan perilaku seseorang, sehingga responden

yang kurang mengetahui deteksi dini risiko

juga

akan

bertindak

sesuai

dengan

ketidaktahuannya.

Kurangnya informasi yang didapat oleh

responden dapat disebabkan karena masih

kurangnya

pelatihan,

pemahaman

dan

kejelasan tugas yang diberikan kepada kader

baik dari Puskesmas sendiri maupun dari bidan

pembina

wilayah.

Berdasarkan

ungkapan

beberapa responden, selama ini mereka lebih

banyak dilibatkan dalam kegiatan posyandu

bayi dan balita saja.

Dari

hasil

analisa

data

untuk

hubungan pengalaman dengan peran serta

kader dalam deteksi dini risiko kehamilan

diperoleh nilai p= 0,296, hal ini berarti kader

yang memiliki dan yang tidak memiliki

pengalaman sebagai seorang kader tidak

mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi

dini risiko kehamilan.

Pengalaman merupakan salah satu

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

pengetahuan yang berkaitan dengan umur

dan pendidikan individu. Hal ini mengandung

maksud bahwa semakin bertambahnya umur

dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman

seseorang

akan

lebih

jauh

lebih

luas

(Notoatmojo, 2003).

(7)

7

dini risiko kehamilan yang telah dilakukan oleh

bidan selama ini.

Pengalaman berkaitan dengan peran

seseorang sesuai tugasnya di masyarakat salah

satunya

adalah

berperan

serta

dalam

melakukan pendeteksian adanya faktor risiko

pada awal kehamilan, artinya semakin lama

seseorang bekerja dalam organisasi semakin

tinggi pula peran sertanya dalam organisasi

tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin

berpengalaman

dan

meningkatkan

keterampilannya dalam melakukan deteksi dini

faktor risiko kehamilan (Effendi, 2009).

Seseorang yang memiliki pengalaman

lebih banyak tentang skrining antenatal maka

semakin baik dalam melakukan deteksi dini

risiko kehamilan, hal ini dapat dilihat dari

berapa lama orang tersebut berkarya didalam

pekerjaannya. Untuk meningkatkan pengalamn

kader dalam deteksi dini risiko kehamilan

adalah dengan cara selalu aktif dalam

melakukan deteksi dini risiko kehamilan.

Sedangkan dari 25 responden yang

berpengalaman, terdapat 19 orang (76%) yang

tidak berperan aktif dalam deteksi risiko

kehamilan. Hal ini mungkin disebabkan karena

kurangnya insentif atau imbalan yang mereka

dapatkan sehingga mereka tidak termotivasi

untuk melakukan kegiatan-kegiatan kesehatan.

Strategi

yang

berkaitan

dengan

partisipasi kader dalam penemuan faktor risiko

kehamilan antara lain adalah pemberian

insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji

atau upah yang memadai dan oleh rasa puas

atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik,

karena

rata-rata

pendapatan

masyarakat

sangat rendah dan penting memberikan arti

kehidupan baginya. Selain ganjaran-ganjaran

finansial,

perlu

juga

mencari

bentuk

penghargaan lain atas usaha dan prestasi

untuk memperkuat sikap-sikap dan perilaku

yang diberdayakan seperti pemberian piagam

penghargaan, sertifikat, dan piala penghargaan

(Winardi, 2004).

Teori

harapan

mengatakan

bahwa

kekuatan dari kecederungan untuk bertindak

dengan

cara

tertentu

tergantung

pada

kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan

tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu dan

penghargaan yang diterima oleh individu

tersebut (Robbins, 2002).

Dari hasil analisa data untuk hubungan

penghargaan dengan peran serta kader dalam

deteksi dini risiko kehamilan diperoleh nilai

p= 0,476, hal ini berarti kader yang memiliki

dan yang tidak memiliki penghargaan tidak

mempengaruhi peran sertanya dalam deteksi

dini risiko kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dari 3 responden yang pernah m bahwa setiap

orang ingin ikut berperan serta dalam kegiatan

di

masyarakat.

Pengakuan

terhadap

penghargaan merupakan alat motivasi yang

cukup ampuh, dalam kegiatan posyandu.

Sedangkan dari 29 responden yang

tidak pernah mendapatkan penghargaan,

terdapat 5 orang (17,2%) yang berperan aktif

dalam deteksi dini risiko kehamilan. Hal ini

disebabkan karena kelima orang tersebut

memiliki pengalaman yang lebih dari 10 tahun

sebagai seorang kader. Hal inilah yang

membuat mereka tetap menjalankan perannya

dalam deteksi dini risiko kehamilan.

Pengalaman berkaitan dengan peran

seseorang sesuai tugasnya di masyarakat salah

satunya

adalah

berperan

serta

dalam

melakukan pendeteksian adanya faktor risiko

pada awal kehamilan, artinya semakin lama

seseorang bekerja dalam organisasi semakin

tinggi pula peran sertanya dalam organisasi

tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin

berpengalaman

dan

meningkatkan

keterampilannya dalam melakukan deteksi dini

faktor risiko kehamilan (Effendi, 2009).

KESIM PULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

pembahasan, dapat dibuat suatu simpulan

penelitian sebagai berikut:

1.

Variabel karakteristik responden diperoleh

(8)

8

2.

Sebagian besar responden tidak aktif

dalam deteksi dini risiko kehamilan.

3.

Tidak ada hubungan karakteristik kader

dengan peran sertanya dalam deteksi dini

kehamilan

B.

Saran

1.

Puskesmas

a.

Diharapkan

pimpinan

Puskesmas

melakukan pelatihan dan pembinaan

kepada kader dalam kegiatan deteksi

dini risiko kehamilan.

b.

Diharapkan

pimpinan

Puskesmas

membuat tugas pokok dan fungsi

kader yang jelas dalam kegiatan

deteksi dini risiko kehamilan.

c.

Diharapkan

pimpinan

Puskesmas

membuat

kebijakan

yang

jelas

tentang jasa atau imbalan yang

diberikan kepada kader pada setiap

kegiatan kesehatan.

2.

Bidan Pembina Wilayah

Diharapkan kepada bidan pembina wilayah

bekerjasama dan melibatkan bidan secara

langsung dalam kegiatan deteksi dini

risiko kehamilan.

3.

Kader

a.

Diharapkan kader dapat meningkatkan

pengetahuan dan pemahamannya

tentang deteksi dini risiko kehamilan.

b.

Diharapkan kepada kader untuk dapat

mengikuti kegiatan pelatihan dan

pembinaan yang terkait dengan

kesehatan khususnya deteksi dini

risiko kehamilan.

4.

Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya

untuk menganalisis faktor lain yang dapat

M empengaruhi kegiatan deteksi dini

risiko kehamilan maupun menganalisis

efektifitas kegiatan deteksi dini risiko

kehamilan yang telah dilakukan oleh

bidan.

UCAPAN TERIM A KASIH

Ditujukan kepada:

1.

Tim redaksi Jurnal M NM yang telah

membantu termuatnya literatur ini.

2.

Kepada pihak lain yang berpartisipasi

dalam proses penyusunan literatur ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Anita,

lulu.

2008.

Hubungan

Tingkat

Pengetahuan

Masyarakat

Tentang

Peran Dan Fungsinya Dalam Bidang

Kesehatan

Terhadap

Peran

Serta

Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu.

(Online),

(http:/ / one.indoskripsi.com.

Diakses pada tanggal 6 Desember

2011.

Depkes Jatim. 2006.

Menuju Indonesia Sehat

2010http:/ /

.d-infokom-jatim.go.id.jatim. Diakses tanggal 25

Juli 2011.

Dian,

K.

2007.

Peran

Serta

Kader.

http:/ / www.skrining.com

. Diakses pada

tanggal 25 Juli 2011.

Effendi,

Ferry

dan

M akhfudli.

2009.

Keperawatan

Kesehatan

Komunitas

Teori dan Praktik dalam Keperawatan.

Jakarta : Salemba M edika.

pengalaman.html

.

Diakses

pada

tanggal 13 Agustus 2011.

Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugeng.

2008.

Faktor- faktor

Yang

Mempengaruhi Keaktifan Kader Dalam

Deteksi risiko Kehamilan

(Online),

(http:/ / one.indoskripsi.com.

Diakses

pada tanggal 6 Desember 20.

Robbin SP. 2002.

Organizational Behaviour:

Concept,

Controvercies,

Aplications.

Edisi Ke-8. New York : Prentice Hall Inc

(9)

9

Syafrudin & Hamidah. 2009.

Kebidanan

Komunitas. Jakarta: EGC

Gambar

tabel bahwa

Referensi

Dokumen terkait

Beri tanda silang (X) untuk penerapan fungsi-fungsi manajemen pada setiap aspek kegiatan perusahaan pada matriks berikut. Berikan uraian rinci mengenai

Majelis Hakim akan memberikan pertimbangan pada intinya Tergugat I telah menjual tanah obyek sengketa yang belum dibagi waris kepada Hartono (Tergugat II) dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten nomor 13 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pengendalian Pembangunan Menara

[r]

@n%ertilita ekunder yaitu ika itri /ernah hail, akan teta/i keudian tidak teradi kehailan lai alau/un 3erenaa dan dihada/kan ke/ada

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang diterima oleh Kebun Benih Hortikultura Tohudan, Colomadu, Karanganyar, mengetahui faktor- faktor

walaupun teori utama tentang gangguan adalah psikososial, kenyataan bahwa orang yang terkena adalah didalam keluarga yang sama pada lebih dari 95 persen kasus

Berbeda dengan penelitian lainnya yang menguji tingkat kesehatan dan pengaruh antara RGEC, CAMELS, dan kinerja keuangan perusahaan perbankan, penelitian yang dilakukan