BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Bimbingan dan Konseling
dalam
Manajemen
Pendidikan
di
Sekolah.
Pendidikan di sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahan positif dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju kedewasaan secara utuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam sistem pendidikan di sekolah telah dikembangkan tiga sub sistem, yang meliputi sub sistem administrasi, sub sistem pengajaran (instruction), sub sistem pemberian bantuan atau pembinaan siswa (pupil/student personal service). Bidang Bimbingan dan Konseling termasuk pada pemberian bantuan/pembinaan siswa Mortensen dan Schumuller (1967 : 7).
Ketiga sub sistem ini bekerja sama menurut fungsinya masing-masing dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya meliputi beberapa atau aspek yang secara bersama-sama merupakan suatu kebulatan.
informasi. Dengan demikian maka kemampuan seorang manajer memadukan sumberdaya tersebut merupakan hal yang sangat penting. Dalam definisi ini tentu saja meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian sebagaimana fungsi-fungsi manajemen.
Manajeman dalam bimbingan dan konseling tidak lepas dari manajeman sekolah. Tery, GR & Rue, LW, (1982) : menjelaskan fungsi-fungsi manajemen adalah (a). Planning, (b). Organizing, (c). Staffing, (d).
Motivating, (e) Controlling. Dalam Bimbingan dan Konseling menerapkan juga fungsi-fungsi manajemen. Penerapan tersebut digambarkan sebagai berikut : (a).
Planning. Menyusun program kegiatan bimbingan dan Konseling, dari program tahunan hingga program harian dalam bentuk rencana pelaksanaan layanan dan satuan layanan pendukung yang harus dilakukan guru pembimbing, (b). Organizing. Agar program yang telah disusun dapat terlaksanan secara efektif dan efisien, tentu saja perlu melibatkan berbagai pihak yang ada di sekolah yakni kepala sekolah, guru dengan peranan dan tanggung jawab masing-masing phak tersebut perlu dianalisis dengan seksama sehingga terjalin kerjasama yang harmonis. (c). Staffing. Untuk meningkatkan profesionalisme guru pembimbing, perlu diupayakan keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan seminar, loka karya, ataupun pelatihan tentang Bimbingan dan Konseling, (d).
insentif, dan sebagainya, (e). Controlling. Melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling, melakukan analisis terhadap hasil evaluasi serta melakukan tindak lanjut terhadap analisis hasil evaluasi.
Melalui manajemen yang baik, pelayanan Bimbingan dan Konseling diharapkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dengan demikian peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan disekolah dapat terlaksana mewujudkan tujuan yang hendak dicapai sekolah.
2.2 Bimbingan karier dalam Bimbingan
Konseling
menjadi cita-cita kariernya masa depan, (5) memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan kerja. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan yaitu merancang kehidupan secara rasional, untuk memperoleh peran- peran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kondisi kehidupan social ekonomi, membentuk pola karier, mengenal ketrampilan kemampuan dan minat, memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
Ruang lingkup bimbingan konseling karier tertuang dalam program bimbingan konseling karier terdiri atas pengembangan sikap positip terhadap pekerjaan, pengembangan ketrampilan menempuh masa transisi secara positif dari masa bersekolah ke masa bekerja, pengembangan kesadaran terhadap berbagai pilihan karir, informasi pekerjaan, ketentuan sekolah dan pelatihan kerja, kesadaran akan hubungan beragam tujuan hidup dengan nilai, bakat, minat kecakapan, dan kepribadian, dituangkan dalam berbagai layanan karier yang komprehensif dan berkesinambungan setiap jenjang pendidikan dasar sampai menengah.
dicapai serta permasalahan karier yang ada. Mempertimbangkan kesesuaian objek kajian materi dengan pengembangan bakat, minat dan kreativitas siswa. Memberikan layanan bimbingan karier yang berfungsi dalam hal pemahaman, pencegahan, pengentasan pemeliharaan dan pengembangan karier yang termuat dalam program bimbingan karier yang komprehensif yang disusun berdasarkan need assesmen karier yang sesuai.
2.3 Teori kematangan Karier
2.3.1
Definisi Kematangan Karier
Kematangan karier adalah tahapan dari perkembangan karier individu (Super dalam Sharf, 2006 :228).
Super mendefinsikan kematangan karier sebagai
congruence between an individual s vocational behavior and the expected vocational at the age . (Sharf, 2006) yang berarti bahwa individu dapat dikatakan memiliki kematangan karier adalah individu yang mempunyai kesesuaian antara perilaku karirnya dengan tugas perkembangan pada rentang usianya. Perkembangan karier dalam setiap tahap merupakan hasil interaksi antara kematangan karier seseorang dengan tuntutan realita dari situasi yang dihadapinya.
pada setiap tahapan merupakan indikasi kematangan karir (career maturity).
Kematangan karier merupakan konsep utama dari teori perkembangan karir dari super (life span Theory), dinyatakan dalam keberhasilannya menyempurnakan antara usia dan tahap-tahap dalam tugas perkembangan melewati rentang kehidupan. Kematangan karier sebagai bagian dari perkembangan adalah proses yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Kematangan karier dapat dilihat sebagai proses dan hasil, kematangan karier sebagai proses mengacu kepada bagaimana individu menentukan, membuat pilihan atau keputusan dan bagaimana individu mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan. Sedangkan kematangan karier sebagai hasil mengacu kepada apa yang telah dicapai individu, apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau keputusan yang telah dipilihnya.
2.3.2 Tahap Perkembangan Kematangan
Karier
Super (1995) menggambarkan perkembangan karier manusia menjadi lima fase yang berlangsung sepanjang hayat yaitu :
pengetahuan kerja yang pada akhirnya digunakan dalam pilihan sementara dan pilihan akhir. Dalam fase ini anak-anak mengembangkan bakat, minat, kebutuhan dan potensi yang akhirnya akan dipadukan dalam konsep diri.
2. Tahap Penjelajahan (Exploration), berlangsung usia 14-24 tahun. Remaja mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan mengikat, mulai mencari peluang yang terbuka bagi individu di samping meningkatkan kepedulian atau problematika karier. Sebagian individu meneliti jabatan tertentu, memutuskan karier yang hendak diikuti serta melakukan proses peralihan ke dalam karier yang dikendaki. Pilihan yang diungkapkan seringkali tidak nyata atau realistik. Pilihan sementara biasanya mempunyai sedikit signifikansinya jangka panjang
(maintenance), yaitu antara usia 35-64 tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai dewasa untuk menyesuaikan diri dan menghayati terhadap jabatannya, individu telah menetapkan pilihan pada satu bidang karier, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan baru
4. Tahap pengunduran (decline), yaitu tahun 65 tahun keatas. Pada tahap ini individu mulai memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan masa jabatannya, mulai mempertimbangkan masa pra pensiun, hasil kerja, akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan mental, fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja.
Pada Siswa SMK dengan rentang usia usia 15 sampai dengan 18 tahun, berada dalam tahap Tahap Penjelajahan (Exploration), memikirkan berbagai macam alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
2.3.3 Tugas Perkembangan Kematangan
Karier
menurut Super dalam Herring, 1998 menjabarkan tugas perkembangan kematangan karier sebagai berikut :
1. Kristalisasi (Crsystallization), berlangsung di sekitar usia 14 -18 tahun. Tugas perkembangan meliputi: a) kesadaran diri (self Awareness) yaitu mengenali kecakapan, minat, ketrampilan, tata nilai anutan dan pilihan gaya hidup, b) tersedia peluang kesadaran diri memiliki pengetahuan tentang wawasan luas atas dunia kerja beserta persyaratan pendidikan yang terkait dengan mengenali kecenderungan pilihannya untuk memikirkan peran jabatannya. Hal ini disebabkan peran karier saling mempengaruhi dengan keluarga dan masyarakat. Di samping itu, perencanaan karir bersangkut paut dengan rencana hidup keseluruhan sepanjang hayat.
2. Spesifikasi (specification) berlangsung antara usia 18-24 tahun, sebagai hasil dari mengeksplorasi berbagai jabatan yang secarapotensial dipandang menjanjikan beserta jalur pendidikan yang sesuai, remaja dan dewasa muda mampu menspesifikasi kecenderungan pilihan karir dan pilihan pendidikan lanjutan serta mengambil langkah-langkah menerapkan keputusan karir yang telah diambil. 3. Implementasi (implementasi) berlangsung antara
pekerjaan selaras dengan karir yang terspesifikasi, mengeksplorasi jabatan yang dipandang tepat sebelum masuk jalur jabatan yang lebih khusus, membuat jejaring informasi dan relasi serta menulis riwayat hidup dan wawancara seleksi karyawan berlangsung pada tahap ini.
4. Stabilitasi (Stabilitation) berlangsung antara usia 35-45 tahun. Periode mengkonfirmasi karier yang disukai dengan pengalaman kerja yang sesungguhnya dan penggunaan bakat untuk menunjukkan bahwa pilihan karirnya sudah tepat. 5. Konsilidasi (Consilidation) berlangsung pada usia 45
tahun keatas periode pembinaan kemapanan karier dengan meraih kemajuan, status dan senioritas.
Berdasarkan tugas perkembangan karier Pada usia Sekolah menengah, Tugas Pengembangan perencanaan dan pengambilan keputusan karier dalam taraf perkembangan eksplorasi siswa yang mengelola proses ini dengan baik memiliki kematangan karier sehingga siap membuat pilihan karir yang realistik dan sebaliknya siswa yang kurang mampu mengelola proses ini sebaik teman sebayanya dikatakan kurang matang karirnya dan kurang siap membuat pilihan karier.
1. Menyadari ada sifat dan tempo pengambilan keputusan dan pilihan yang berpengaruh pada pilihan karir bdimasa depan, serta mengakui ada kebutuhan merencanakan karir beserta studi lanjutan dalam rentang waktu agak panjang. Secara ideal dimulai ditahun-tahun pertama usia remaja awal sekitar kelas 6 SD
2. Makin memperjelas minat, kecakapan, talenta, kecenderungan kepribadian, tata nilai anutan dan pilihan gaya hidup serta keterhubungan segi-segi kesadaran diri tersebut dengan dunia kerja
3. Mengadakan pentelaahan mendalam atas berbagai pilihan luas karir beserta persyaratan pendidikan dan latihan yang sesuai
4. Mengupayakan agar dipahami dan pengetahuan luas atas peluang-peluang jabatan yang menjanjikan berikut persyaratan pendidikan yang sesuai.
5. Mengembangkan pengetahuan atas faktor-faktor penting yang perlu diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan karir dan keputusan kependidikan serta mengembangkan kecakapan menerapkan model pengambilan keputusan kedalam pemilihan karir dan jurusan studi.
2.3.4. Faktor Kematangan Karier
Super (1995), Faktor kematangan karir terdiri dari 5 komponen yaitu perencanaan karier (career planning), eksplorasi karier (career exploration),
pembuatan keputusan karier (Career decision making),
1. Perencanaan karier/Career planning
Perencanaan karier mengukur seberapa besar pemikiran yang individu telah ditunjukkan pada ragam aktifitas mencari informasi dan seberapa besar mereka merasakan tentang aspek kerja yang beraneka ragam. Jumlah perencanaan yang individu telah lakukan sangatlah penting pada konsep ini. Beberapa aktifitas yang terlibat adalah belajar mengenai wawasan dan persiapan informasi karier, perencanaan mengambil program yang sesuai karier, merencanakan karier dengan antisipasi karier yang akan datang.
Ketika berbicara dengan siswa tentang kegiatan perencanaan karier, hal ini berguna untuk mengetahui tidak hanya apa yang siswa lakukan, tetapi juga apa yang siswa duga atau kira bahwa dia telah lakukan. Langkah ini untuk memberikan lebih banyak berfungsi sbagai dasar perencanaan.
2. Eksplorasi karier /Career Exploration
Keinginan mengeksplorasi atas mencari informasi adalah konsep yang menjadi dasar pada skala eksplorasi karier. Keinginan siswa menggunakan sumber-sumber informasi seperti orang tua, kerabat lainnya, teman-teman, guru-guru, konselor, buku, film, sedang diteliti.
Penggunaan sarana informasi yang tersedia juga memberikan pengaruh dalam kegiatan ekplorasi karier individu. internet, kegiatan-kegiatan yang tersedia sumber tertulis seperti Koran, majalah.
eksplorasi karier individu lebih berfokus pada sikap yang dilakukan individu.
3. Pengambilan keputusan /Decision Making
Pendapat bahwa siswa harus mengetahui bagaimana membuat keputusan karier sangatlah penting, menurut konsep super tentang kematangan karier, kemampuan ini melibatkan kemampuan menggunakan kemampuan menggunakan pengetahuan dan pikiran guna membuat rencana karier.
Pembuatan keputusan, siswa diberi situasi di mana siswa harus membuat keputusan karier dan diminta untuk memutuskan keputusan yang terbaik dengan langkah keputusan karier dengan memper-timbangkan hal-hal yang mempengaruhi.
Perencanaan dalam keputusan, kemandirian dalam membuat keputusan, Pertimbangan dalam membuat keputusan.
4. Informasi /Information
Informasi kemampuan diri informasi Ketrampilan yang dikuasai, cita-cita, bakat, minat kecerdasan, nilai hidup,pilihan gaya hidup, sifat kepribadian, Informasi tentang Dunia kerja : Informasi Pengetahuan kelompok kerja, Gambaran tentang jenis pekerjaan, Informasi tentang pilihan peluang kerja, Persyaratan dalam dunia kerja, Bidang pekerjaan yang dibutuhkan didaerah tertentu, kewajiban kerja dalam bekerja, hak dalam bekerja, cara memasuki suatu pekerjaan, resiko pekerjaan.
5. Orientasi Nyata /Realism Orientation
karier yang diinginkan, Mampu mengambil manfaat membuat keputusan yang realistik.
Dari lima faktor yang menentukan kematangan karier siswa ini , yang dijadikan dasar teori dalam menyusun konstruk pengembangan inventori daalam penelitian ini.
2.4 Inventori Kematangan Karir
2.4.1 Definisi Inventori Kematangan karier
Inventori dalam bimbingan dan konseling merupakan alat pendukung dalam pemahaman individu. Di tinjau dari segi diungkapkannya data, maka sifat dari tehnik ini adalah approach self report, sebab individu dengan inventori itu dapat menyatakan segala aspek-aspek kepribadian penyesuaiannya secara bebas. Inventori umum yang digunakan dalam bimbingan konseling seperti minat, nilai, kepribadian (Aiken:2006).
Adapun bentuk dari inventori itu dapat berupa
questionaire(angket), chek-listatau rating scale. Dengan alat-alat ini di harapkan individu dapat menunjukkan bagaimana merasa, bagaimana bersikap, berbuat dan mengerjakan sesuatu. Berdasarkan tujuan-tujuan itu maka kita mengenal adanya berbagai jenis inventori seperti: personality inventories, interest inventories, dan
attitude inventories (Aiken :2009 : 15 )
konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang siswa, keterangan tentang lingkungan siswa, melalui instrument tes (tes intelegensi, bakat, minat, kepribadian, hasil belajar, diagnostic) dan non tes (catatan anekdot, angket/kuisioner, daftar cek, sosiometri, inventori) berfungsi sebagai fungsi pemahaman, yang mendasari berbagai layanan bimbingan lanjutan yang dibutuhkan siswa, yang berfungsi sebagai pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan.
Zunker, VG (2006) menyebutkan bahwa inventori kematangan karier adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kematanganan karier individu dalam proses pembuatan keputusan, inventori kematangan karier merupakan alat diagnosis untuk mengembangkan prosedur individual atau kelompok, bisa juga menghasilkan pengukuran orientasi perencanaan, kesiapan untuk eksplorasi, informasi dan pembuatan keputusan secara realistik.
2.4.2 Manfaat Inventori Kematangan karier
Menurut Super (1995) ada 3 kegunaan inventori kematangan karier dalam layanan bimbingan dan konseling karier yaitu : konseling perorangan, perencanaan program bimbingan dan evaluasi dan penelitian
1. Konseling perorangan
atau pilihan yang baik. Karena keputusan dan pilihan yang orang buat dapat mempengaruhi kehidupan mereka.
Para siswa sangat berbeda dalam kesiapan mereka untuk membuat pilihan pekerjaan dan pendidikan yang baik.konselor memiliki tiga tugas, pertama untuk menentukan di mana siswa dalam perkembangan pekerjaannya, kedua, untuk mengidentifikasi seberapa siap siswa untuk memilih diantara pilihan pekerjaan dan kurikulum yang tersedia, dan ketiga , untuk memutuskan bagaimana siswa yang tidak dipersiapkan sebelumnya dapat dibantu.
Dalam konseling perorangan inventori kematangan karier berguna untuk diagnosis. Intervensi atau strategi konseling paling mungkin untuk berhasil ketika didasarkan pada penilaian cermat terhadap individu. Penilaian semacam itu membantu konselor untuk memutuskan apakah kerja dengan klien seharusnya bersifat perbaikan, preventif atau pengembangan. Jika bersifat perbaikan, konselor akan memikirkan strategi-strategi untuk meralat kekuranagan yang didiagnosis dalam perkembangan pekerjaan dank lien. Intervensi preventif tepat untuk klien yang didiagnosis mungkin untuk mengembangkan masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan.
siswa, kearah tujuan-tujuan yang dianggap lebih. Inventori kematangan karir berguna untuk membantu konselor untuk mengarahkan perhatian jauh dari tujuan-tujuan siswa dan kearah kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan-pilihan yang baik.Inventori kematangan karier konselor dan konseling bisa membantu menginterpretasikan profil kematangan karier siswa. Setelah menilai kekuatan dan kekurangan siswa, konselor perlu untuk memutuskan tindakan apa, jika ada, yang dibutuhkan.
atau pilihan yang orang buat dapat mempengaruhi kehidupan mereka (Super, 1985)
2. Perencanaan program bimbingan
Hasil Inventori kematangan karier dirancang sebagai sebuah instrumen survey untuk menilai kebutuhan-kebituhan program layanan bimbingan. Dengan melihat profil inventori kematangan karier, yang mengungkap career planning, career exploration,
decision making, information, orientasi realism dapat dijadikan dasar pembuatan program layanan bimbingan. Para siswa setidaknya mulai menggunakan pengalaman sekolah mereka untuk membantu mereka memikirkan tentang rencana-rencana karier, bagaiman aktivitas di luar sekolah mereka dapat digunakan dalam eksplorasi karier. Mereka melaporkan bahwa mereka lebih mengetahui tentng tugas-tugas pekerjaan dan ketentuan dan syarat pendidikan untuk memasuki dunia kerja
Dari data kelompok ini, konselor mendapatkan sebuah profil dari kebutuhan perencanaan karier dari kelompok dan kemudian dapat merumuskan tujuan-tujuan dan komponen-komponen yang sesuai untuk program bimbingan.
data (aplikasi instrumentasi) yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi siswa.
3. Evaluasi dan penelitian
Inventori kematangan karier dirancang untuk mengukur komponen-komponen yang bermanfaat dari perkembangan karir, skala-skala dapat mengukur hasil atau perubahan dalam penelitian dan evaluasi program.
Komponen inventori kematangan karier dapat mengukur hasil dari program-program bimbingan karier seperti kesadaran karier, pembuatan keputusan, pengetahuan dunia kerja, dan eksplorasi karier termasuk dalam tujuan bimbingan karier. Hasil dari inventori kematangan karier juga berguna untuk penelitian untuk menguji hipotesis atau mengukur hasil kematangan karier
2.4.3 Pengembangan Inventori Kematangan
Karier
Pengembangan inventori kematangan karier sebagai skala psikologi perlu memenuhi standar pengembangan alat ukur. Prosedur standarisasi pengembangan alat ukur skala psikologis adalah usaha untuk menyeragamkan prosedur tes. Prosedur tes yang meliputi administrasi tes, petunjuk tes, materi tes, penilaian tes. (Kaplan dan saccuzzo, 2012)
validitas yang baik. Selain itu inventori tersebut harus memiliki kemudahan-kemudahan dalam hal petunjuk pengerjaan, pemberian skor, dan interpretasi hasil.
Untuk menghasilkan Inventori yang baik ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Menurut Anastasi & Urbina, 1997,(Kaplan & Saccuzzo,2012) konstruksi tes dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut (1). Pendefinisian tes, (2). Pemilihan metode penskalaan, (3). Pengkonstruksian butir soal, (4). Pengujian butir, (5). Revisi tes, (6). Publikasi tes.
Pengembangan Inventori kematangan Karier harus juga memenuhi kriteria alat ukur yang baimdan standar. Kaplan & Saccuzzo, 2012 menyebutkan bahwa kriteria yang baik dalam menyusun tes harus (1)valid,apabila tes mengukur apa yang seharusnya diukur (2) reliabel,apabila tes memiliki ketetapan hasil atau konsistensi artinya jika tes diberikan kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda maka hasilnya akan tetap sama atau hampri sama (3) obyektif, apabila suatu faktor yang penting mempengaruhi validitas dari reliabilitas (4) diskriminatif, apabila tes mempunyai nilai beda dengan tes yang lain dan (5) prediktif, apabila tes memiliki daya prediksi di masa yang akan datang.
Pengembangan Inventori kematangan karier, yang dikembangkan dalam penelitian ini, mengikuti panduan dari APA (American psychological Assosiation) tahun 1985 (1) Berkaitan dengan validitas isi/ content validity (2) Berkaitan dengan Kriteria/
berkaitan dengan isi/ contruct validity : validitas Konvergen dan validitas diskriminan/ convergent validity & discrimant validity , (4). Internal konsistensi & Reliabilitas (5). Hubungan Nomologis (Kaplan & Saccuzzo, 2012, hal:106-114) ). Pengertian validitas dan reliabilitas diatas adalah :
1. Validitas isi (Content Validity)
Validitas isi adalah validitas yang menunjuk-kan sejauh mana isi item-item suatu alat tes telah dapat mengukur atau mewakili keseluruhan kawasan konsep yang hendak diukur oleh tes itu.
Validitas isi memastikan bahwa pengukuran memasukkan item yang yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep, semakin item skala mencerminkan kawasan atau keseluruh konsep yang diukur, semakin besar validitas isi.
Cara untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur mempunyai validitas isi ditentukan berdasar-kan analisis rasional terhadap isi atau item dari alat tes tersebut. Pengujian validitas isi dilakukan oleh seorang ahli atau pakar yang memahami teori yang hendak diukur dan pengembangan alat ukur.
Hasil penilaian dari pakar atau ahli, yang memberikan pemikiran rasional dan analisis logisnya pada item yang disusun dengan konsep teori yang dibuat dasar dalam menyusunnya melalui uji kelayakan atau Expert judgment .
2. Validitas Kriteria (Criteria validity)
Validitas kriteria adalah validitas empirik, ketepatan mengukur yang didasrakan pada analisis yang bersifat empirik. Validitas kriteria digunakan untuk pengujian efektifitas suatu tes dalam memprediksi kinerja individu dalam aktivitas atau kriteria tertentu.
Ada dua macam validitas kriteria yaitu: (1). Validitas konkuren( Concurrent validity ) adalah validitas yang digunakan untuk menunjukkan hubungan antara skor tes yang sedang diuji validitasnya dengan hasil pengukuran lain yang alat pengukurannya dianggap sudah valid. Hasil validitas konkuren lebih banyak digunakan untuk keperluan diagnostic. Validitas konkuren adalah validitas bandingan, apabila tes dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya. (2). Validitas prediktif ( Predictive validity ) adalah validitas untuk menguji daya prediksi suatu alat tes terhadap performasi individu di masa yang akan datang., menunjukkan sejauhmana sebuah tes dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalakna apa yang akan terjadi pada masa mendatang.
3. Validitas konstruk ( Contruct validity )
Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana tes dapat mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukur.
konsep yang diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai konsep yang dipakai.
Prosedur validitas konstruk dilakukan dengan berbagai cara (1) analisis faktor,(2) analisis item(3)korelasi item dengan skor total.
Ada dua macam validitas konstruk yaitu (1). Validitas konvergen/ convergent validity yaitu ketika pengukuran validitas berkolerasi baik dengan tes lain yang sudah valid untuk mengukur konstruk yang sama. Ditunjukkan dengan korelasi anta item dengan konstruk nilainya lebih tinggi disbanding dengan korelasi antar item dengan konstruk yang lain. Validitas konvergen diperoleh melalui dua cara (a). bahwa pengukuran tes sama dengan tes lain untuk tujuan yang sama (b). Adanya hubungan atau korelasi spesifik yang dapat kita harapkan apabila tes tersebut benar-benar bekerja. (2). Validitas diskriminan/ discriminant Validity untuk meng-gambarkan hubungan alat ukur yang mengukur atribut yang berbeda dari konstruk yang berbeda. Nilai Korelasi antar alat ukur yang diharapkan rendah atau mempunyai skor kecil.
4. Internal konsistensi dan reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauhmana tes mem-punyai derajad stabilitas, konsistensi, daya prediksi. Skor yang diperoleh seseorang dalam suatu tes akan sama atau menjadi sama apabila diukur ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda.
2.5 Penelitian yang Relevan
2.5.1 Penelitian Vieenata Sirohi, Ph.D
Penelitian Vineeta Sirohi, Ph.D, Assosiate Professor, Vocational Guidance and Career Maturity Among Secondary School Student: An indian Experience National University of Educational Planning and Administration, New delhi, India .
Penelitian ini difokuskan pada siswa sekolah menengah dalam menerima layanan bimbingan karier. Layanan bimbingan karier pada populasi ini sangat penting karena pada tahap ini siswa mengalami periode kritis dalam perkembangan kariernya sehingga dibutuhkan suatu alat ukur dalam mengukur tingkat kematangan karier pada siswa.
Hasil penelitian ini memiliki implikasi yang kuat bagi para pembuat kebijakan serta guru untuk memprogramkan layanan bimbingan karier dan konseling karier. Diharapkan dengan program layanan yang diberikan secara sistematis dapat meningkatkan kematangan karier siswa sekolah menengah.
2.5.2 Penelitian Manuel Alvares Gonzales.
Penelitian Manuel Alvarez Gonzales, Career Maturity: a priority for secondary education , Departement of educational Research Methode and diagnostics University Of Barselona.
yang digunakan melalui teori kematangan karier dari super maupun dari crites. Serta bagaimana untuk meningkatkan intervensi dalam layanan karier berdasarkan instrumen ini.
2.5.3 Penelitian Setyorini
Penelitian Setyorini, tahun 2012, yang berjudul Pengembangan Inventori kematangan Karier bagi siswa SMA Negeri di Kota Malang Karya Ilmiah UM, tahun 2014.
Hasil penelitian Setyowati (2011) menunjukkan bahwa pengembangan inventori kematangan karier untuk siswa SMA Negeri di kota Malang menunjukkan reliabilitas = 0,951 ini berarti memiliki tingkat reliabilitas tinggi tapi norma persentil yang disusun merupakan norma local yang hanya dapat digunakan bagi Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Malang.norma yang didapatkan adalah norma lokal yang hanya dapat digunakan bagi Sekolah Menengah Atas Negeri diKota Malang .
Konstruk kematangan karir yang dikembangkan dari super (1981). Yang terdiri dari 4 aspek yaitu perencanaan karier (career planning), eksplarasi karier (career exploration), pembuatan keputusan (decition making), informasi dunia kerja (world of work information).
karier untuk siswa tingkat SLTP, atau tingkat SD maupun untuk mahasiswa diperguruan Tinggi.
Penelitian-penelitian tersebut menjadi dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut,Pada hasil penelitian yang dilakukan Vineeta Sirohi, Ph.D, bahwa layanan bimbingan karier mempunyai implikasi dalam membuat kebijakan program karier dan konseling karier dapat meningkatkanzales kematangan karier pada siswa sekolah menengah, lebih lanjut Hasil penelitian Manuel Alvares Gonzales bahwa dalam layanan bimbingan karier dibutuhkan instrumen alat ukur dalam mendiagnosis kematangan karier siswa,, Instrumen sebagai alat ukur kematangan karier, salah satunya berbentuk inventori, seperti yang dikembangkan dalam penelitian Setyorini,
Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada diatas, maka penelitian ini bertujuan mengembangkan alat ukur inventori untuk siswa smk dengan konstruk teori dari super, hasil pengukuran dengan inventori kematangan karier dapat digunakan untuk merencanakan dalam memnyusun program laytanan karier yang sesuai dengan kebutuhan dan tugas perkembangan karier siswa SMK.
2.6 Kerangka Berpikir
merencanakan dan memutuskan dengan baik. Hal ini mengharapkan adanya program dari bimbingan konseling khususnya pada layanan karir dapat berjalan secara maksimal. Oleh karena itu dalam memberikan layanan karir hendaknya didukung dengan suatu alat ukur yang dapat membaca kesiapan siswa dalam merencanakan masa depannya. Bimbingan karier merupakan bagian integral dari program bimbingan konseling secara keseluruhan.
Agar layanan bimbingan karier berjalan efektif maka perlu adanya penyusunan program, pelaksanaan program, sistem manajemen dan sistem evaluasi dan analisis dan tindak lanjut.
Adapun struktur program yang dikembangkan terdiri rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, pengembangan tema/topik, media dan alat pendukung serta tahapan atau langkah implementasi program sebagai upaya mengembangkan layanan lanjutan dan jenis layanan yang tepat diberikan pada siswa.
Pengembangan inventori kematangan karir dalam bimbingan konseling karir diharapkan sebagai need assesment untuk menentukan layanan atau bantuan yang akan diberikan kepada siswa, Data atau hasil yang diperoleh melalui alat pengukuran kematangan karier dalam bentuk inventori dijadikan dasar untuk memahami diri lewat layanan bimbingan dan konseling, penyusunan program.
Bagan kerangka Berpikir
Pengembangan Inventori Kematangan Karier untuk siswa SMK Negeri 1 Sayung Di Kabupaten Demak
KONDISI DI LAPANGAN
Layanan Bimbingan karier hanya diberikan dalam bentuk layanan alat ukur yang teruji secara valid an reliabel.
KONDISI IDIAL (TEORITIS)
Layanan karier dalam Bimbingan Konseling berfungsi secara
Bimbingan konseling karir secara komprehensif di perlukan untuk untuk mencapai keberhasilan Untuk Siswa SMK Negeri 1 Sayung
di Kabupaten Demak
KESENJANGAN
Program layanan Bimbingan dan konseling karir secara komprehensif di