• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN CARA MEMANDANG DUNIA FISIKA DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERUBAHAN CARA MEMANDANG DUNIA FISIKA DA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ABAD XVI – ABAD XVIII

OLEH:

YUANITA WAHYU PRATIWI

13/347932/SA/16946

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Eropa tahun akademik 2014-2015

(2)

PENGANTAR

Dalam sejarah Eropa, terdapat transisi besar yang bisa dilihat bahkan hanya dari terminologi yang digunakan untuk menyebut masa tersebut, yakni dari Dark Ages menuju Enlightment. Meski studi kekinian telah banyak melayangkan ketidak-setujuan terhadap penyebutan yang terlalu normatif ini, orang Eropa sendiri, bahkan para intelektual terdahulu merekalah yang pertama kali menggunakan istilah ini, oleh karena itu, ia tidak hadir hanya karena alasan yang normatif. Dark Ages mengacu pada 500-1500 M yang saat ini lebih banyak disebut Abad Pertengahan, sementara

Enlightment adalah masa setelahnya yang berpuncak kira-kira pada abad 18. Penamaan “Pencerahan” tentu muncul karena terlebih dahulu ada penamaan “Era Kegelapan”. Pada masa Pencerahan, Eropa merasa mendapatkan dirinya kembali, berada di puncak, dan mencapai apa yang selama ini tertahankan untuk tercapai akibat segala keterbatasan mereka pada Era Kegelapan.

Era Kegelapan yang mengacu pada masa dominasi gereja dalam kekuasaan negara telah berpengaruh banyak terhadap pembentukan Eropa. Regional ini pernah mencapai banyak kejayaan sebelumnya, paling tidak pada masa Yunani dan Romawi. Kekuasaan puncak Yunani pada masa Aleksander Agung bahkan mencapai bagian paling barat dari Asia Selatan. Selain dari segi politik, kejayaan-kejayaan tersebut juga meliputi banyak hal lain: kekuatan militer, perdagangan, penguasaan sumber daya, taraf hidup, dan kehidupan intelektual. Namun pada Abad Pertengahan, yang dimulai paling tidak ketika Romawi Barat dan Timur pecah, Eropa Barat segera terseret dalam kemerosotan yang drastis. Meski pada awalnya, kemerosotan ini disebabkan oleh berbagai hal, termasuk faktor serangan bangsa lain dan ketidak stabilan politik internal, stagnansi keadaan tanpa pencapaian spektakuler seperti pada masa sebelumnya kerap kali diasosiasikan dengan pengaruh gereja yang pada masa itu bukan hanya berurusan dengan rohaniah umat, tapi juga kehidupan lahiriah mereka secara konkrit. Pengaruh ini yang dalam kurun ratusan tahun membentuk pola pikir masyarakat Eropa abad pertengahan yang khas dari abad-abad sebelum atau sesudahnya. Penginstitusian gereja sebagai lembaga yang juga memiliki wewenang dengan urusan duniawi telah membentuk pemikiran mayoritas orang Eropa ketika itu menjadi begitu linier, berorientasi teologis, dan cenderung konservatif.

(3)

pandangan Kristen Abad Pertengahan yang demikian konservatif bertahan lebih lama. Terlebih lagi, pandangan konservatif Kristen sering kali bukan hanya karena hidup mereka berpegang teguh pada Injil, namun juga akibat dari permainan dalam institusi gereja itu sendiri. Semakin kesini, gereja bukan hanya berorientasi religius, tapi juga politik, bahkan material. Oleh karena kekuasaannya yang cukup besar, orang-orang dalam hirarki gereja mulai merasa menikmati apa yang mereka punya dan berusaha melanggengkannya. Akibatnya, pada akhir-akhir Abad Pertengahan, derajat mereka di mata publik memang tak lagi setinggi sebelumnya.

Hal ini cukup berkebalikan dengan apa yang kemudian dialami Eropa pada Masa Pencerahan. Ketika itu masyarakat Eropa secara berbondong-bondong berlari melepaskan diri dari segala kukungan dalam bentuk apapun di masa lalunya. Hasil pemikiran kaum intelektual dan perkembangan teknologi telah membuka pikiran orang sedemikian rupa sehingga mereka dapat langsung dengan percaya diri berdiri diatas tatanan kehidupan yang serta merta baru. Ide Pencerahan terdiri dari beberapa premis yakni: 1) alam semesta digerakan lebih oleh hukum alam daripada kekuatan supranatural, 2) pengaplikasian metode saintifik dapat menjawab pertanyaan mendasar bagi disiplin apapun, dan 3) kepercayaan terhadap progress, yakni kemajuan dapat diusahakan.1 Premis-premis ini mengindikasikan jurang pemisah yang sangat luas diantara kedua

periode ini, tapi jurang ini dapat disebrangi hanya dalam waktu kurang dari 2 abad.

Banyak sekali aspek dalam kehidupan yang berubah seiring dengan perubahan ini. Masa Pencerahan sendiri, dengan segala ide-idenya, memberi kepercayaan diri yang luar biasa terhadap Eropa sehingga dapat mencatatkan pencapaian-pencapaian besar di kemudian hari. Pencapaian seperti revolusi industri, overseas expansion, hingga dominasi atas bangsa lain mungkin tak akan tercapai jika keadaan mereka masih seperti pada Abad Pertengahan. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kontak dengan bangsa lain yang semakin massif, keadaan sulit pasca kehilangan jalur dagang Asia Barat yang memaksa mereka untuk bekerja dan berpikir lebih, dan etos untuk bergerak dari stagnansi keadaan yang bertahan berabad-abad. Namun yang tak lagi bisa dilepaskan sebagai penyebab dari perubahan ini jugalah cara mereka memandang dunia, yang dalam masa transisi ini berubah 180 derajat.

Pandangan teologis yang linier, yang menempatkan diri sebagai objek, dan serba pasif berubah perlahan dengan adanya kontak dengan dunia luar. Kontak ini membuat mereka membuka diri dan menyadari ada banyak kekurangan yang menahan diri mereka untuk maju pada pemikiran mereka. Semakin kontak terbuka luas, semakin juga mereka merubah orientasi pemikirannya. Dunia tak sesempit yang mereka kira, dan kehidupan bisa dijalani bukan hanya dengan cara yang vertikal dan berpusat pada Tuhan, melainkan keduanya, vertikal dan horizontal.

Berkenaan dengan pandangan terhadap dunia, Aristoteles pernah berpendapat bahwa hal ini merupakan salah satu dari abstraksi yang lahir sebagai pola-pola pemecahan masalah yang dilakukan manusia. Pola abstraksi yang secara khusus mendalami mengenai hal-hal yang diamati

(4)

dengan panca indera ini disebut Fisika, berasal dari bahasa Yunani ‘physos’ yang artinya alam. Didalamnya terdapat banyak cabang yang diantaranya adalah ilmu bumi, mekanika, dan astronomi.2 Terlepas dari posisinya sebagai disiplin ilmu yang mengandung banyak perhitungan

rumit, secara sederhana Fisika dalam bentuk paling awal merupakan cara manusia mendefinisikan alam. Perhitungan adalah langkah lanjutan, yakni pembahasaan definisi yang mereka tangkap dengan matematika. Oleh karena posisinya, fisika sering kali menjadi bidang keilmuan yang mengilhami bidang-bidang keilmuan lain karena ialah adalah seorang perumus prinsip kerja.3

Transisi cara pandang orang terhadap dunia yang tadinya hanya vertikal menjadi juga horizontal, tak lain berada pula dalam ranah fisika. Oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana fisika bekerja pada perubahan besar ini. Dalam uraiannya, makalah ini akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apa hubungannya fisika dan teologi, situasi seperti apa yang menyebabkan perhatian orang terhadap sains meningkat, bagaimana fisika modern pertama dirumuskan dan apa pengaruhnya, dan gagasan seperti apa yang mengantarkan dunia intelektual Eropa kepada pencerahan.

(5)

Meninggalkan Masa Lalu

Copernicus dapat dikatakan sebagai salah satu peletak dasar dalam perkembangan fisika modern. Meskipun tulisannya ditulis bukan sebagai tulisan yang murni ditujukan untuk maksud akademis, melainkan justru sebagai pengisi waktu luang diantara kesibukannya sebagai seorang agamawan seperti yang diceritakan Bertrand Russel dalam Sejarah Filsafat Barat, tulisan ini muncul sebagai publikasi yang berdasar atas pengamatan, dan kontradiktif dengan apa yang selama ini dipercayai dengan tanpa keraguan dalam ajaran Kristen4. Karena termasuk yang paling

awal, jelas ia mendapat banyak penolakan. Iklim pemikiran kala itu masih sangat tidak terbuka. Meskipun kekuasaan gereja yang absolut —dalam artian selain sebagai lembaga agama, ia juga berotoritas duniawi— ketika itu sudah tumbang, hasil gerakan reformasi masih berada jauh dari sekularisasi. Kaum reformis mencukupkan diri berorientasi pada pemisahan gereja dari lembaga negara yang mengurus hukum duniawi, karena menganggap cara yang lama melahirkan banyak kerugian, menghambat banyak kemajuan, dan menjadikan gereja yang sedianya merupakan lembaga agama yang suci berubah kedudukan menjadi lembaga korup. Selain dari maksud-maksud tersebut, para penganut Kristen reformis masih merupakan Kristiani yang taat dan dalam hal ini bisa dikatakan konservatif, karena masih kesulitan untuk menerima ide-ide baru dan menganggap kepercayaan atas temuan manusia yang tidak sesuai dengan apa yang ada dalam Injil sebagai sebuah penodaan ajaran agama.

Dalam teori Heliosentrisnya, Copernicus mengemukakan bahwa bumi bulat dan bukan sebagai pusat alam semesta. Sementara dalam ajaran Kristen, selama ini teori yang lebih dikenal sahih mengenai bumi dan alam semesta adalah teori Geosentris oleh Ptolemaus yang dicetuskan lebih dari seribu tahun sebelumnya. Dalam teori Geosentris, bumi digambarkan datar dan berada sebagai pusat alam semesta. Selain itu, mengadopsi teori Aristoteles, ajaran gereja selama ini percaya bahwa bumi diam, sehingga yang bergerak untuk menciptakan siang dan malam adalah Matahari dan Bulan, serta benda-benda langit di atas Matahari dan Bulan tidak akan berubah. Ketika para pemimpin Kristen Reformis seperti Luther dan Calvin mendengar mengenai gagasan ini, mereka secara gamblang menyatakan tidak percaya karena di kitab suci sekalipun, Joshua menyuruh matahari untuk diam, bukannya bumi.5

(6)

Lebih jauh lagi, dalam World History oleh William J Duiker dan Jason J Spielvogel, dijelaskan mengenai konsep kosmologis dalam kedua teori ini. Teori Geosentris, meski berasal dari kebudayaan pra-Kristen, cocok dengan konsep bahwa alam semesta berada dalam satu urutan yang hirarkis. Dunia yang merupakan tempat manusia diuji dan mengharap keselamatan dari Tuhan adalah titik terbawah, dari bumi, semakin keluar terdapat beberapa bulan yang juga berarti beberapa lapis orbit transparan. Lapisan orbit tersebut terdiri dari Bulan yang kita kenal sekarang, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, Saturnus, dan bintang-bintang tetap yang kesemuanya mengelilingi bumi. Diatas lapisan terataslah Tuhan berada di surga bersama orang-orang yang terselamatkan. Manusia ditempatkan di bumi, tetapi apabila berhasil melalui segala ujian akan terselamatkan dan naik ke lapisan teratas bersama Tuhan. Sehingga memutar balikkan pemahaman atas alam semesta sebagaimana yang dilakukan teori Heliosentris berarti pula merusak tatanan yang selama ini dipercaya sebagai media keimanan.

Kecocokan antara teori Geosentris dan ajaran Kristen tak terjadi begitu saja, melainkan lebih merupakan gerakan saintifikasi hukum-hukum agama jauh sebelum tahun-tahun reformasi. Sebagaimana yang kita ketahui, Eropa abad pertengahan mengalami stagnansi kemajuan ilmu pengetahuan yang cukup parah, sementara di Timur, peradaban Islam sedang berada dalam puncak kejayaan, termasuk dalam hal ilmu pengetahuannya. Namun jauh sebelumnya, ketika masa kejayaan kerajaan Frank dibawah kepemimpinan Charlemangne, pendidikan untuk para imam mulai ditingkatkan. Inilah awal kelahiran universitas-universitas generasi pertama di Eropa.6 Semenjak itu, dan kiranya mencapai puncaknya ketika dunia Barat dan Timur kembali

bertemu dalam medan Perang Salib, meski terhitung minor, keilmuan tak bisa disembunyikan bahkan dalam masa kegelapan sekalipun. Kebutuhan untuk menjadi kritis kemudian menjadi lebih penting dari sebelumnya terutama pada abad pertengahan akhir.

Tokoh yang tak bisa dilepaskan dari masa-masa itu diantaranya Anselmus, Abelard, dan Thomas Aquinas. Dalam periodisasi filsafat barat, orang-orang ini biasa dikenal berasal dari era Skolastik yang berpandangan khas bahwa pengetahuan merupakan objek iman.7 Ia disebut objek

iman karena kedudukannya pasif terhadap iman, sehingga iman tetap menjadi otoritas tertinggi. Ilmu pengetahuan ada untuk melayani iman, bukan untuk mengemukakan pemahaman yang menyalahi iman, sekalipun secara rasional hal tersebut terbukti. Kekhasan ini dapat ditemukan

(7)

pada pemikiran para tokohnya, misalnya Abelard yang beranggapan bahwa menerapkan akal budi dan bersikap kritis terhadap iman akan membawa kebijaksanaan. Anselmus yang merupakan seorang kepala biara juga menggunakan argumen rasional untuk melayani kepentingan-kepentingan iman. Anggapan-anggapan semacam ini kemudian disintesis Aquinas yang hidup sekitar seratus tahun kemudian (1225-1274) dalam karyanya Summa Theologica. Dalam Summa Theologica, Aquinas berambisi untuk menyelaraskan Aristotelianisme yang merupakan gagasan keilmuan yang banyak dipelajari saat itu dengan pemikiran Kristen. Hal ini diterangkannya dalam sebuah pernyataan sebagai berikut.

“Iman maupun akal berasal dari Tuhan, mereka tidak saling bersaing satu dengan yang lain, tetapi bila dimengerti dengan tepat, justru akan saling mendukung satu sama lain dan membentuk satu kesatuan organis.”8

Gagasan awal mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dalam masa Kristen ini berlanjut dan berkembang terutama setelah abad ketiga belas. Roger Bacon mengagumi Aristoteles juga Avecina, dan sering mengutip pendapat ilmuwan Muslim lainnya. Ia menyatakan bahwa tidak ada larangan untuk memperoleh pengetahuan dari orang-orang kafir. Meski mereka menurutnya kafir, mereka telah berhasil meyakinkan Bacon soal matematika sebagai sumber kepastian non-wahyu yang penting bagi astronomi dan astrologi. Dengan langkah-langkah ini, kaum konservatif gereja serta tentu otoritas kepausan mulai melemah, sedangkan dasar-dasar keilmuan untuk dikaji ulang atau bahkan dilampaui di abad-abad selanjutnya justru terlahir. Ketika Eropa menjadi kian kritis dan terbuka terhadap dunia luar, ide-ide untuk menentang kepausan semakin kencang disuarakan. Dimulai dengan suara para bid’ah abad 14 seperti John Wycliffe dan Jan Rus, yang menuntut pengembalian otoritas keagamaan kepada Injil, nantinya reformasi gereja dapat terwujud. Ketika kekuatan absolut gereja runtuh, alam yang lebih bebas bagi tumbuhnya keilmuan terwujud, dan bersama dasar-dasar yang telah diletakkan oleh para pemikir di waktu-waktu sebelumnya, ia menciptakan atmosfer dan ladang baik bagi perkembangan keilmuan di abad-abad selanjutnya.

Selain daripada segala hal yang berkenaan dengan otoritas gereja dan kebebasan saintifik masyarakat Eropa ketika itu, kontak dengan dunia luar yang mulai marak pada generasi Skolastik ini juga membuka banyak kemungkinan lain. Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Turki

(8)

Usmani dan perdagangan Eropa ke timur lewat jalur tengah terputus, dimulailah sebuah era baru penjelajahan samudera untuk mendapatkan komoditi-komoditi timur langsung dari sumbernya. Era pelayaran ini juga bermakna banyak bagi pengembangan saintifik. Ketika kapal-kapal Portugis mencapai ujung selatan Afrika dan India, Colombus justru menemukan Amerika, sang dunia baru. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, tak begitu banyak kemajuan mutakhir dalam dunia sains abad pertengahan, sehingga kebanyakan dari teori-teori saintifik yang dikaji dan digunakan selama abad pertengahan adalah teori yang berasal dari para intelektual Yunani, lebih dari seribu tahun sebelumnya. Ketika para penjelajah ini menemukan dunia baru yang belum pernah ada sebelumnya dalam kajian-kajian Yunani yang mereka pelajari, mereka sadar bahwa ada banyak yang harus diperbaiki dari produk pemikiran zaman ini. Penemuan perangkat navigasi dan optik pendukung pelayaran juga nantinya menjadi instrumen yang berharga bagi pengamatan saintifik. Dengan ini dapat disimpulkan, bahwa sejak minimal abad ke 11 sampai abad ke 16, masyarakat Eropa telah berada dalam puncak kejenuhan terhadap otoritas super gereja dan berada dalam kecenderungan untuk hidup lebih bebas. Hal ini terjadi utamanya setelah Eropa lebih banyak berkontak dengan dunia luar.

Terwujudnya Dunia Mekanis abad 17

Pada abad pertengahan, ajaran hidup dari gereja yang linier jelas mempengaruhi pemikiran orang Eropa untuk berjalan serupa. Dalam ajaran Kristen, manusia adalah objek pasif yang tersesat, penuh dosa, dan hanya dapat menunggu keselamatan dari Tuhan. Pandangan semacam ini membuat orang Eropa ketika itu berpikiran demikian pasrah atas kedudukan mereka terhadap alam semesta. Alam semesta adalah hal yang penuh misteri dan membahayakan, posisi mereka tak pernah aman, dan yang dapat menyelamatkan mereka hanya Tuhan.9 Hal ini berbalik 180

derajat ketika Newton mengemukakan gagasannya tentang dunia yang mekanis, yang memungkinkan manusia untuk mengerti cara kerjanya sehingga ia tak lagi semisterius sebelumnya.

Sejak ketertarikan dan perkembangan terhadap dunia intelektual Eropa dirintis hingga Newton mengemukakan gagasannya, waktu telah bergulir abad demi abad. Dalam kurun waktu yang tak

(9)

sedikit tersebut, gagasan yang ditemukan dan dikembangkan juga tidak sedikit. Masa-masa ini adalah fase penting yang memulai untaian panjang sejarah intelektual Eropa yang gemilang hingga abad 20. Pada masa transisi menuju Eropa dengan iklim intelektual yang baik ini banyak verifikasi terhadap produk intelektual Yunani dilakukan, banyak dasar-dasar keilmuan baru ditemukan, dan banyak capaian-capaian baru dalam hal ini yang tercatat. Catatan progresif ini yang memungkinkan Newton untuk memperoleh banyak bahan mentah yang kemudian ia ramu dalam karyanya, Principia, yang pada akhirnya berhasil membawa Newton berada di puncak periodenya.

Iklim Eropa abad 16 masihlah konservatif sebagaimana sebelumnya. Ini dapat dibuktikan dengan karir sulit para ilmuwan pada abad ini. Namun mereka yang berkarya pada abad ini adalah orang-orang berani yang mendirikan pondasi atas bangunan keilmuan yang kokoh hingga berabad-abad setelahnya. Copernicus misalnya, memang tak secara khusus mengarahkan maksud pada kerja intelektual, dan setelah karyanya terbit, ada beberapa kalimat didalamnya yang berisikan bahwa ia mempersembahkan karyanya untuk Paus dan tak memiliki maksud untuk menentang ajaran Kristen. Setelahnya, Tycho Brahe, malah memilih untuk menjadi tak seekstrim Copernicus dalam bereksperimen dan mempublikasikannya, atau katakanlah, memilih untuk main aman. Ia mengambil jalan tengah, mengingat kerasnya kecaman yang diserukan kebanyakan orang pada karya Copernicus. Banyak orang-orang, termasuk mereka yang berasal dari golongan reformis, yang ketika itu beranggapan bahwa siapapun yang ingin terlihat pintar, tentu akan menghayalkan suatu sistem baru yang membuat sistem lama seolah salah.10

Mengapa Brahe dapat dikatakan mengambil jalan tengah? Karena kurang lebihnya, gagasan Brahe memang merupakan jalan damai antara pemikiran Kristen selama ini yang beranggapan kalau Bumi adalah pusat alam semesta dan cakrawala mengitarinya, dengan teori Copernicus yang mengatakan sebaliknya. Menurut Brahe, Matahari dan Bulan mengitari Bumi, tetapi planet-planet lainnya mengitari Matahari. Karenanya, banyak orang yang beranggapan bahwa teori Brahe soal ini, dalam banyak hal kurang orisinal.

Temuan Brahe yang lebih penting sebetulnya adalah bintang baru di dekat konstelasi Cassiopea pada 1572.11 Publikasi yang satu ini memaksa orang-orang untuk berpikir ulang terhadap produk

10 Bertrand Russel. Opcit. hlm.695

(10)

intelektual Hellenis yang telah diadopsi ajaran Kristen yang selama ini mereka percayai. Sebelumnya, menurut Aristoteles, segala sesuatu diatas Bulan dan Matahari tidaklah bergerak. Benda-benda langit seperti komet dan meteor yang bergerak terletak lebih dekat ke Bumi daripada ke angkasa karenanya angkasa tak pernah berubah. Namun pada 1527 bintang baru muncul di angkasa, dan hal ini mematahkan teori tersebut. Bintang tersebut bukanlah komet ataupun meteor karena tak menunjukan sedikitpun pergerakan sejak kemunculannya.

Tycho Brahe yang seorang pengamat, memproduksi sangat banyak data pengamatan selama karirnya. Ketika ia meninggal, ia mewariskan catatan-catatannya kepada asistennya, Kepler. Dengan warisan berharga tersebut, Kepler berhasil menemukan Tiga Hukum Gerakan Planet yang terdiri dari: a) setiap planet memiliki orbit yang bentuknya elips12 dan sumbunya berpusat

ke Matahari, b) melewati tempat sama di waktu yang sama, c) pangkat dua periode revolusi sebuah planet sama dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari. Hal ini merupakan raihan yang luar biasa karena bukan hanya berhasil membuktikan bahwa jangkauan pandangan manusia terhadap alam semesta akhirnya semakin jauh, Kepler juga memulai perumusan gerak alam dengan matematika.

Sebelum sampai kepada Newton, gagasan yang tak bisa dianulir juga datang dari Galileo Galilei. Ia berperan banyak dalam memperinci teori-teori sebelumnya dengan melengkapi mereka dengan gagasan-gagasan yang lebih mendetil. Misalnya pada teori Copernicus, disebutkan bahwa dunia berputar, tapi tidak dengan cakrawala, namun ia tak menerangkan mengenai Inersia, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan besar mengenai kesahihan teori yang belum lengkap tersebut. Gagasan tentang momen Inersia ini yang kemudian dikemukakan Galileo sebagai jawaban. Menurutnya Bumi berputar, tapi cakrawala tidak, sehingga ketika suatu benda dijatuhkan dari ketinggian, ia akan sampai di titik yang sedikit bergeser dari titik jatuhnya.13 Namun kemelesetan

ini nilainya sangat kecil, terutama pada ketinggian yang tak seberapa. Jadi wajar jika dengan peralatan yang ada pada zamannya, Copernicus belum mampu mendefinisikan hal ini.

Galileo juga mengemukakan embrio gagasan mengenai gaya (f) yang nantinya akan menjadi kunci bagi dunia mekanis Newton. Menurut Galileo, benda jika dibiarkan akan bergerak, dan hanya akan diam ketika dipengaruhi suatu ‘kekuatan’. ‘Kekuatan’ ini yang nantinya didefinisikan

12 Mematahkan Teori Copernicus yang berpemahaman bahwa orbit planet berbentuk lingkaran.

(11)

Newton sebagai gaya. Yang juga penting, Galileo mengemukakan teori tentang ilmu dinamika yang berbunyi: ketika beberapa kekuatan bekerja serempak, efeknya sama dengan ketika setiap kekuatan bekerja bergiliran.14 Namun, meskipun karir Galileo terdengar cemerlang lewat

pengamatannya, ia mengalami banyak masalah karena berbeda dengan Kepler yang seorang Protestan, Galileo seorang Katolik.

Di tengah karirnya Galileo memang harus banyak berusaha dalam memperjuangkan hasil pengamatannya yang disangsikan banyak gereja. Tetapi dengan ini ia telah semakin memperluas pandangan orang terhadap teori fisika soal alam semesta yang terbukti dan membuat mereka semakin mempertanyakan ilmu-ilmu para imam. Terlebih lagi, kedudukannya sebagai orang Katolik membuat pandangan ini juga meluas ke orang-orang dari golongannya, sehingga perlahan, keilmuan tak hanya berkembang di kota-kota Protestan. Selain itu, agak beranjak dari kajian-kajian fisika awal yang lebih mengarah pada astronomi yang erat kaitannya dengan teologi, Galileo mulai menginternalisasikan bumi dan hal-hal didalamnya sebagai objek kajiannya.

Sedikit keluar dari fisika, kajian saintifik secara umum yang sedang mulai tumbuh waktu itu dipertanyakan oleh seorang kritis bernama Francis Bacon. Ia memperkenalkan ‘metode saintifik’ yang dapat digunakan pada setiap pengamatan sebagai penuntun demi hasil yang lebih baik. Menurut Bacon, sebuah penelitian dimulai dari obervasi, dilanjutkan dengan menarik hipotesis, lalu dieksekusi dengan eksperimen, barulah hasil yang didapat bisa maksimal. Berikutnya, Blaise Pascal juga menemukan mesin hitung, meski sayangnya hidupnya berakhir dalam peperangan psikologis antara antusiasmenya terhadap sains dan kepercayaannya. Sedang dari ranah filosofi, Rene Descartes menyumbang pemikiran luar biasa yang menggiring Eropa lebih jauh ke arah sekularisasi. Ia menggagas pemisahan antara mind dan matter. Menurutnya, mind tak dapat diragukan, tetapi tubuh dan dunia material bisa saja diragukan.15 Dengan menggunakan

pikirannya dan instrumen seperti matematika, manusia dapat mengerti dunia material karena ia sebetulnya mekanis.

Selain berperan dalam pertumbuhan alam saintifik Eropa, gagasan Bacon dan Descartes memiliki kisah lain dibelakangnya. Kedua gagasan ini memiliki basis masanya masing-masing. Gagasan

14 Ibid. hlm. 699

(12)

Bacon yang lebih memfokuskan diri pada eksperimen-eksperimen fisika berkembang pesat di Inggris sementara sebaliknya, para Cartesian─penganut paham Descartes─ di Prancis berfokus kepada matematika dan filosofi. Perbedaan ini membentuk tradisi keilmuan yang berbeda pula bagi Prancis dan Inggris, namun perbedaan ini kemudian melebur bersama dalam demam Newton.16

Semua gagasan-gagasan paruh awal abad 17 ini mewujudkan momen dan atmosfer yang tepat bagi Newton. Ia mulai mengenal karya-karya pendahulunya dan menyadari kemampuan lebihnya di bidang matematika ketika belajar di Universitas Cambridge. Namun pada 1665, universitas ini ditutup dan Newton harus kembali ke peternakannya. Mengagetkannya, justru pada masa inilah Legenda Apel-nya lahir. Keluar dari benar atau tidaknya legenda tersebut, sejak itu hingga 20 tahun kemudian pada 1687, Newton melakukan penelitiannya dan pada akhirnya berhasil mempublikasikan produk sains yang paling berpengaruh pada masanya. Principia milik Newton tak hanya membahas mengenai gravitasi, tapi lebih seperti judul aslinya: Mathematical Principles of Natural Philosophy, ia menjelaskan mengenai cara kerja dunia yang berpegang pada perhitungan pasti. Newton juga mengembangkan kalkulus, yakni sistem dalam matematika yang memungkinkan perhitungan perubahan gaya atau kuantitas.17 Principia segera menjadi kitab

suci baru setelah informasi yang ada didalamnya benar-benar terbukti. Segala usaha yang dirintis mulai dari Copernicus sampai pendahulu-pendahulunya yang terbaru, disintesiskannya dalam karya ini, sehingga ia menjadi begitu komperhensif. Demam Newton kemudian menyebar dari Inggris ke Eropa Kontinen. Di Inggris, segera setelah kehadiran Newton, sains menjadi amat digandrungi masyarakat. Sedang di Eropa Kontinen, meskipun awalnya ada beberapa anggapan skeptis terhadap Principia, ini tak bisa bertahan begitu lama.18 Skeptisme ini terutama berakar di

Prancis yang memegang teguh tradisi Cartesian dan membedakan diri dalam banyak hal dengan tradisi Inggris, sementara Newton sendiri adalah seorang Inggris. Namun ketika ide Newton terbukti dan telah semakin banyak diakui, demam sains segera menguasai sebagian besar Eropa.

Publikasi gagasan dunia mekanis Newton tak berjarak jauh dengan Revolusi Damai di Inggris tahun 1688 yang telah berhasil mengusir James yang ingin mengembalikan absolutisme kembali setelah tumbang pada Revolusi 1640. Poin penting dari kedua revolusi ini adalah runtuhnya

16 Robert E. Lerner, Standish Meacam, dkk.. Opcit.hlm. 647

(13)

absolutisme di Inggris. Bill of Rights yang menjadi hasil dari Revolusi 1688 memuat berbagai wewenang parlemen untuk membatasi kekuasaan raja. Ketiadaan absolutisme oleh peran parlemen membuat atmosfer di Inggris lebih bebas, dan wewenang keagamaan tak begitu jadi soal. Hal ini terbukti dengan terjaminnya hak-hak para Protestan di Inggris yang Anglican pasca revolusi. Atmosfer bebas yang berlaku bagi banyak aspek kehidupan memungkinkan pengembangan saintifik yang lebih bebas pula, terlebih lagi, Principia telah menyediakan sebuah pijakan pasti bagi siapa saja untuk memulai penelitian saintifiknya sendiri.

Semakin meninggalkan tahun-tahun Reformasi di belakang, banyak negara-negara di Eropa yang perlahan mulai membentuk budaya yang tak begitu mempersoalkan religiusitas. Sekularisasi perlahan tapi pasti semakin menjadi arah yang dituju oleh mereka. Alasannya karena tentu, selama abad 15 hingga 17, banyak perang-perang yang terjadi atas nama agama yang menimbulkan banyak kerugian, sedangkan kemajuan saintifik justru semakin membuktikan kalau tak setiap ajaran dari gereja bisa dipertanggungjawabkan dengan alasan yang kuat.

Bagi Newton sendiri, setelah ia menemukan mengenai cara kerja alam semesta, Tuhan tetap ada dan bertindak sebagai pencipta serta penggerak segala sesuatu di alam semesta, tapi Tuhan menggerakannya sebagaimana hukum-hukum yang telah Newton tafsirkan.19 Gagasan tentang

Tuhan dan alam semesta yang baru ini mau tidak mau betul-betul telah mengecilkan peran Tuhan, termasuk juga kontribusi agama dalam kehidupan. Ketika Newton berhasil membaca prinsip-prinsip cara gerak alam semesta yang bukan hanya berlaku bagi Bumi, melainkan juga objek-objek lainnya diluar Bumi, kemisteriusan alam yang selama ini dinaungi oleh mitos-mitos mati. Karena menjadi karya puncak masa itu dan belum ada yang bisa menandinginya, Newton telah merubah cara pandang zamannya. Kepercayaan akan Tuhan yang pasif, yang menciptakan lalu meninggalkan alam semesta untuk bekerja sebagaimana mestinya, membuat alam dilihat sebagai sebuah mesin raksasa. Ide ini menjadi akar Deisme, yang menjadi mayoritas kepercayaan orang Eropa pada Masa Pencerahan. Kepercayaan ini masih membuat orang-orang percaya diri sampai setidaknya ketika Einstein menemukan poin baru mengenai relativitas dan keterlibatan waktu, atau sebelumnya, mulai goncang ketika banyak temuan saintifik dan gagasan filosofis baru yang tak bersuara senada pada akhir abad 19.

(14)

Demam Sains Masa Pencerahan

Dengan gagasannya, Newton telah benar-benar membukakan pintu bagi Eropa untuk beranjak ke era yang baru. Temuan-temuan yang banyak mengoreksi produk pemikiran Yunani yang selama ini dijadikan panutan pada awal abad 17, serta gagasan-gagasan mutakhir di bagian akhirnya yang menghancurkan kepercayaan penuh terhadap institusi gereja telah membuat Eropa kini berorientasi kedepan dan memulai untuk bergerak maju meninggalkan masa lalu. Gagasan baru hasil perjalanan saintifik panjang dan penting abad 17 telah menghapus kepercayaan akan kebijaksanaan masa lalu, dan mempersiapkan tatanan yang lengkap kokoh bagi dunia dengan konsep baru.

Revolusi Ilmiah yang dimahkotai oleh temuan Newton pada akhir abad ke-17 telah menyiapkan tempat bagi Pencerahan sebagai fenomena abad ke-18. Pencerahan sebenarnya bukan sebuah gerakan yang pasti. Ia kerap kali didefinisikan berbeda-beda. Tak semua ilmuwan abad ke-18 juga merupakan seorang pendukung penuh ide-ide Pencerahan. Dan sering kali, ide-ide ini tumbuh dalam waktu dan bentuk adopsi yang berbeda-beda di masing-masing wilayah. Tapi lepas dari semua itu, abad 18 telah menjadi era baru dimana para pemikir bisa berbagi antusiasme hidup bersama dalam iklim intelektual yang baru.

Metode saintifik juga menjadi warisan berharga bagi Eropa pada masa Pencerahan selain dari intisari-intisari Principia Newton. Karena keberhasilan metode ini dalam menuntun Newton menemukan temuan spektakulernya, orang lantas berpikir bahwa metode ini pun bisa menuntun mereka menuju temuan spektakuler lainnya, bahkan pada disiplin yang berbeda dari yang ditekuni Newton. Pada abad ini pula, metode saintifik mencoba menyentuh bidang-bidang yang berkonsentrasi pada manusia seperti ilmu sosial, politik, dan pemerintahan selain tentu terlebih dahulu menyentuh sesama cabang sains seperti biologi dan kimia. Dalam ranah biologi, masa ini mencatatkan nama seorang Carolus Linneaus yang mengklasifikasikan hewan dan tumbuhan. Gagasan mengelompokkan makhluk hidup ini merupakan cara pandang baru yang berprinsip sebagaimana mayoritas kerja ilmiah lainnya pada abad 18: memetakan dunia dalam pola-pola pasti. Akan tetapi dalam kurun yang sama, catatan mengenai pencapaian dalam ilmu sosial belumlah sespektakuler kawan-kawannya di rumpun sains. Sebagaimana yang disebutkan dalam

(15)

menyederhanakan hubungan antar manusia yang tak bisa dikatakan sederhana hanya kedalam beberapa hukum saja.20

Pada akhir abad 17, banyak universitas di Eropa yang mulai membuka kelas-kelas untuk sains.21

Selain kelas di universitas, terdapat pula institusi dan organisasi yang berkonsentrasi terhadap sains. Di Inggris misalnya terdapat Royal Society yang merupakan lembaga sains kerajaan. Pada 1703 sampai 1727 Newton mengepalai lembaga ini, dan dalam kurun ini pula Principia Newton secara berkala diterbitkan dalam bentuk jurnal. Di Prancis terdapat Salon, yang kaitannya dengan golongan aristokrat, baik pria maupun wanita. Dalam Salon yang identik dengan kehidupan kelas atas, sains dan teknologi menjadi pembicaraan yang tiada habisnya.22

Sekilas, dari institusi-institusi yang ada, perputaran ide saintifik memang seperti hanya berkembang di kalangan bangsawan saja, namun sebenarnya institusi-institusi ini telah memperluas pemasyarakatan sains ke kalangan lain. Keberhasilan Fisika Newtonian, membuat metode saintifik bukan hanya digunakan di lintas disiplin, tetapi juga lintas skala penelitian. Dengan keterkenalannya, orang-orang semakin bersemangat untuk menerapkan prinsip-prinsip fisika dan metode sains ke berbagai pekerjaan.23 Hal ini membuat semakin banyak produk kerja

saintifik lahir dan semakin mudah pula bagi mereka untuk dimengerti oleh para amatir.

Mekarnya sains untuk pertama kali di golongan aristokrat membuat selain sebagai produk intelektual, ia juga bekerja sebagai gengsi. Demam sains tanpa ampun menguasai berbagai jenis orang dari golongan ini, dari mereka yang betul-betul tertarik, sampai para amatir yang hanya termakan gengsi. Aristokrat yang betul-betul tertarik mengadakan penelitian bersama seorang ahli, atau sekedar mensponsori. Tetapi pada Western Civilization disebutkan, begitu banyak orang pada masa ini selain mereka, yang berbondong-bondong membeli teleskop, membangun laboratorium pribadi di rumah, dan berburu kupu-kupu sebagai bentuk partisipasi seorang awam terhadap demam sains yang sedang melanda.24

Sayangnya, dalam perkembangannya, kegiatan mensponsori kerja saintifik oleh kaum berada bukan hanya dilakukan atas dasar antusiasme dan trend, tapi juga dengan digerakan oleh motif

20 Robert E. Lerner, Standish Meacam, dkk.. Opcit. hlm. 661 21 William J. Duiker, Jasson J. Spielvogel.. Opcit. hlm. 696 22 Ibid. hlm. 698

(16)

lain yang dapat dikatakan negatif. Dalam The Earth and It’s People misalnya disebutkan bahwa para pemimpin monarki-monarki Eropa abad 18 seperti Charless III dari Spanyol, Catherine the Great dari Rusia, Joseph II dari Prussia, dan Fredrick The Great dari Prussia juga sangat aktif dalam menyeponsori kegiatan ilmiah. Namun yang melatar belakangi mereka bukan hanya antusiasme belaka, melainkan juga motif untuk riset demi ekspansi politik mereka, dengan mengorbankan institusi religius, bangsawan, dan otonomi regional.25 Motif ini dapat dikatakan

membelokkan misi Pencerahan sendiri yang lebih banyak bercita-cita soal terjaminnya hak individu, ketiadaan monarki yang semena-mena, dan demokrasi.

Kapitalisme yang mulai muncul pada 1500-an melahirkan sebuah golongan baru, borjuis, kelas menengah yang pada masa ini telah berkembang menjadi banyak dan memiliki kedudukan yang cukup mapan di masyarakat.26 Golongan ini muncul sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang

banyak mengalami perkembangan setelah tahun 1500an. Perdagangan lintas benua yang banyak dilakukan oleh negara-negara Eropa barat laut memunculkan lapangan usaha seperti bank, dan asuransi. Para usahawan di bidang ini, bersama dengan pedagang-pedagang kelas besar, menjadi orang-orang yang berpengaruh tanpa gelar kebangsawanan. Kelas ini juga menjadi bagian penting dalam penyebaran ide-ide saintifik abad 18.

Hasil kerja saintifik, utamanya yang skala besar, yang juga diproduksi massif oleh banyak lembaga pada saat itu, dipublikasikan oleh koran-koran dan buku-buku yang pada abad 18 ini sangat mudah didapatkan dan harganya murah.27 Nasibnya tidak lagi seperti pada sebelum

Revolusi Ilmiah dimana benda-benda semacam ini harus berurusan dengan pencekalan-pencekalan gereja. Yang paling banyak mengonsumsinya adalah mereka yang berasal dari kelas menengah. Mereka membuat tempat-tempat yang tak sarat gengsi seperti kafe dan toko menjadi wahana pertukaran dan penyebaran ide-ide saintifik. Dari mereka, kemudian ide-ide ini menyebar ke lingkup yang lebih luas lagi hingga menyentuh segala kalangan.

Selain itu, demam sains dibawa lebih merakyat oleh sastra. Salah satunya adalah karya dari Frontenelle. Dalam karyanya Plurality of Worlds, ia menggambarkan secara detil dari gagasan baru tentang dunia yang mekanis dalam percakapan antara seorang perempuan aristokrat dan

25 Richard W. Bulliet, dkk.. The Earth and It’s People. (Boston: Houghton Mifflin, 2001) hlm.575

(17)

kekasihnya.28 Ketika sains semakin merakyat, para tukang dan pengerajin kelas bawah pun

terpantik untuk berinovasi dengan barang-barang yang mereka hasilkan, mengawin-mawinkan demam sains dan kreativitas mereka. Meskipun hanya merupakan teknologi-teknologi praktis yang sederhana, gelombang yang massif membuat periode ini berperan banyak, terutama dalam merintis kemutakhiran teknologi yang nantinya dapat mewujudkan Revolusi Industri.

Kesimpulan

Masa dominasi gereja yang berlangsung hampir 10 abad mulai mendekati akhirnya pada abad kesebelas. Setelah Perang Salib membuat beberapa neksus utama hubungan dengan dunia luar terbuka kembali, kukungan atmosfer kehidupan a la abad pertengahan yang tertutup semakin sulit dipertahankan. Semenjak ini, hingga mencapai puncaknya pada kemunculan gerakan-gerakan reformasi, orang-orang semakin gelisah terhadap apa yang mereka percayai. Peradaban mereka mengalami stagnansi selama berabad-abad, tetap bergantung pada produk intelektual belasan abad lalu, sementara peradaban Timur sedang berada dalam kegemilangan. Untuk meredam kegelisahan ini, para intelektual generasi Skolastik membangun sebuah tradisi keilmuan baru yang lebih merupakan saintifikasi ajaran agama, meskipun mereka beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan jalan damai yang secara tersendiri memang ada antara ilmu pengetahuan dan agama.

Kerja para intelektual Skolastik pada abad ke 12-13 ini bagaimanapun membuat sebuah budaya intelektual yang berpengaruh bagi masyarakat Eropa hingga 2-3 abad kedepan. Kegiatan melogiskan ajaran agama dengan teori-teori sains telah membuat orang Eropa percaya bahwa teori agama dapat dibuktikan dengan sains, dan tidak ada ketumpang tindihan diantara keduanya. Sehingga ketika kajian sains yang lebih komperhensif banyak dilakukan pada abad ke-16, dan hasilnya banyak bertentangan dengan hasil saintifikasi ajaran agama, para pelopor gerakan intelektual baru inilah yang dianggap sesat.

Kegiatan intelektual seperti observasi astronomi dan perumusan hukum fisika menjadi begitu riskan apabila berurusan dengan konsep teologi dan ajaran agama karena memang terdapat hubungan diantara keduanya. Misalnya konsep bahwa bumi datar dan Tuhan berada di lapis

(18)

teratas yang paling jauh dari bumi. Konsep ini merupakan konsep fisika, tapi juga diartikan tersendiri dalam ajaran agama, yakni sebagai tatanan hirarkis antara manusia dan Tuhan. Sederhananya, tradisi keilmuan Skolastik membuat ilmu pengetahuan sebagai penjawab ketika seseorang membutuhkan penjelasan, bukan penjelas yang murni berkeinginan membuka cakrawala pengetahuan.

Tumbuhnya rasa keingintahuan yang semakin tinggi akan ide-ide rasionalitas dan kepercayaan yang menurun karena berbagai tingkah petinggi gereja yang telah banyak berpolitik dan memungut pajak yang cukup memberatkan sebagaimana negara, dibarengi dengan kontak dengan dunia luar yang semakin terbuka lebar. Kota-kota di barat laut Eropa, atau bagian dari negara-negara yang lebih baru dari negara-negara Eropa lainnya, dalam artian misal Inggris yang telah lebih dulu mengalami revolusi untuk keruntuhan monarki absolut pada abad 17 atau Belanda yang setelah merdeka dari Spanyol merupakan negara yang terdiri dari kota-kota mandiri yang ramai untuk perdagangan dan beriklim bebas, menjadi pintu yang terbuka semakin lebar. Dari sini kapitalisme muncul, orientasi orang-orang mulai bergerak ke arah material daripada sekedar keselamatan akhirat, dan segala macam gagasan bertukar dengan cepat. Alhasil, gerakan reformasi yang menuntut purifikasi ajaran agama kembali kepada Injil dan menyatakan bahwa otoritas kepausan telah bertindak terlalu banyak daripada yang semestinya muncul di tempat-tempat ini.

Reformasi membawa pengaruh bagi semakin terbukanya pikiran orang-orang Eropa. Selain sekedar gerakan purifikasi, gerakan ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan selain institusi kepausan soal agama juga benar. Marthin Luther dan Calvin yang terkenal dengan pencetusan ini toh juga seorang pendeta yang mengerti Injil. Akibatnya, kepercayaan terhadap institusi kepausan semakin menurun, menjalar dari kota-kota Protestan ke daerah-daerah lain. Suasana ini memberi sedikit kebebasan kepada dunia saintifik Eropa untuk tumbuh. Tetapi pemikiran para reformis ternyata juga tak serta merta mendukung perkembangan penemuan pemahaman atas alam yang seringkali berbenturan dengan ajaran agama. Reformasi hanya menyumbang atmosfer yang sedikit lebih bebas daripada sebelumnya, tidak lebih.

(19)

modern pertama ini merintis jalan bagi penerus-penerusnya. Kajian yang nantinya banyak dikoreksi karena masih mengandung banyak kekeliruan, bukanlah masalah karena paling tidak, produk intelektual baru telah tercipta.

Rintisan kajian saintifik, terutama astronomi dan fisika yang erat kaitannya dengan konsep teologi, telah saling menambal dan menyulam hingga mencapai keutuhan pada paruh kedua abad 17, ketika karya Newton dipublikasikan. Ketika ini, institusi gereja telah lama tak lagi seaktif dulu, dan iklim Eropa telah jauh lebih bebas sehingga orang-orang betul-betul antusias untuk menjajaki pola pikir baru yang samasekali berbeda dari yang lama. Saat definisi dunia yang baru telah terbaca lengkap, hukum-hukum sains ini menjadi trend dan dalam satu abad saja mencatatkan perkembangan yang luar biasa. Prinsip dasar fisika yang diungkapkan Newton dan metode saintifik yang dicetuskan Bacon menjadi pembimbing bagi kerja ilmiah di banyak bidang ilmu lain dan oleh segala kalangan. Lewat koran, jurnal dan buku-buku yang mudah didapatkan ide-ide ilmiah bertahan, berkembang, dan terdistribusikan dengan luas.

Meski terlihat berada pada ranah yang samasekali berbeda, yakni antara ilmu pengetahuan dan agama, sains pada abad ke-18 adalah keyakinan baru yang mengubur dalam-dalam keyakinan masa lalu. Fisika, atau secara umum sains, bukan sekedar teknologi yang mereka kembangkan atau gagasan baru yang memperluas pengetahuan, tetapi lebih dari itu, mereka adalah kacamata baru yang digunakan untuk melihat segala hal dan memberikan banyak kepercayadirian. Daripada sekedar temuan, rasionalitas lebih bertindak sebagai way of life bagi mereka.

Daftar Pustaka

(20)

Bulliet, Richard W., dkk., The Earth and It’s People, Boston: Houghton Mifflin, 2001.

Goldstone, Jack, Why Europe?: The Rise of the West in World History 1500-1850, New York: McGraw-Hill Companies,2009.

Lerner, Robert E., Standish Meacam, dkk., Western Civilization, New York: Norton, 1988.

Lockard, Craig A., Societies, Network, and Transitions, Boston: Wadsworth, 2011.

Perry, Marvin, Peradaban Barat, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012.

Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya deflasi di Sulawesi Selatan pada Oktober 2017 disebabkan oleh turunnya harga pada tiga kelompok pengeluaran yang ditunjukkan oleh turunnya indeks harga

Pedoman Observasi dalam penelitian ini adalah sejumlah indikator yang disusun untuk mengkonfirmasi kemunculan ciri-ciri individu sesuai kajian pustaka serta catatan terbuka

Dari ke empat literatur penelitian yang di review peneliti didapkan gambaran bahwa gaya kepemimpinan transformasional dari pimpinan atau kepala ruang menjadi pengaruh yang

Dalam teori S-O-R, bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan yang dalam penelitian ini adalah terpaan media dari akun instagram @Exploresiak akan merangsang orang

Urut Nama Murid L / P Nama orang Tua.

(Yesus melihatnya. Dia disana dalam perjalanan menuju bait suci—sama seperti hari-hari yang lain. Dia berada di gereja setiap sabat. Empat temannya memutuskan untuk

Dengan karakteritik khusus dari bahan baku agroindustri, seperti: jumlah yang besar, cepat busuk, sistem informasi inventory dapat di- custumize sesuai dengan

Jumlah saham yang ditawarkan 2.300.178.500 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) setiap saham. Penjamin Pelaksana