• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM INTERNASIONAL MENURUT LIBERALISME Dosen Pengampu:

Fajriyah Nurkhasanah Taufik, M.A

Disusun Oleh: Conie Alifmay Prasetyo Choirinnisa Navisatus Salecha

Lisni Lilianti

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR KAMPUS MANTINGAN

(2)

ESSAI

HUKUM INTERNASIONAL MENURUT

LIBERALISME

Disusun Oleh: Conie Alifmay Prasetyo, Choirinnisa Navisatus Salecha dan Lisni Lilianti.

Liberalisme merupakan salah satu perspektif dari perspektif- perspektif yang ada dalam hubungan internasional. Perspektif liberalisme termasuk dalam perspektif yang paling terkenal diantara yang lainnya, karena perspektif ini adalah cara pandang yang saat ini paling banyak diadopsi oleh berbagai aktor dalam hubungan internasional. Dan ketika seseorang membahas sebuah hubungan internasional, maka ia tak terlepas dari membahas sebuah hukum internasional. Karena hukum internasional selalu tersirat dalam hubungan internasional itu sendiri, meskipun tidak selalu hadir dalam setiap hubungan internasional. Maka dari itu esai ini akan menjawab, apakah asumsi dasar liberal? Apakah itu hukum internasional? Dan bagaimana hukum internasional menurut liberalisme?

Asumsi Dasar Liberal

Liberalisme merupakan sebuah asumsi dasar dalam hubungan internasional yang bersifat optimis. Kaum liberalis selalu mengandalkan kebebasan dan kerjasama dalam hubungan internasional demi tercapainya kemajuan. Hal itu tak lepas dari pernyataan John Locke seorang filsuf liberal abad ke-17 yang menyatakan bahwa negara yang menjamin kebebasan individu, mempunyai potensi yang besar bagi kemajuan manusia dalam civil society dan perekonomian kapitalis modern. Hal itu juga sesuai dengan tiga asumsi dasar liberalisme yaitu 1) pandangan positif tentang sifat manusia; 2) keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif daripada konfliktual; 3) percaya terhadap kemajuan[ CITATION Jac14 \l 1057 ].

(3)

kebutuhannya sendiri. Maka dari itu manusia harus terlibat dalam aksi sosial untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Bahkan mereka juga berpendapat bahwa bekerjasama akan memberikan yang keuntungan lebih besar daripada bekerja sendiri[ CITATION Jac14 \l 1057 ]. Sehingga akal fikiran mereka ini dapat mengalahkan ketakutan mereka kemudian mengganti peperangan dengan sebuah sistem kerjasama. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum liberalis untuk mencapai tujuannya dilakukan dengan cara damai, diantaranya adalah perjanjian, diplomasi, negoisasi, perundingan, kesepakatan dan lain sebagainya.

Kaum liberalis memandang bahwa siapapun dapat menjadi aktor dalam hubungan internasional, seperti negara, individu, organisasi internasional, organisasi non pemerintah, perusahaan multinasional dan lain sebagainya. Hal itu didukung dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang semakin pesat sehingga mendorong kemajuan yang baik bagi kehidupan manusia dan ditandai dengan adanya modernisasi. Kemajuan tersebut mencangkup perdamaian dunia dan pencapaian kepentingan oleh setiap aktor yang terlibat. Sehingga perspektif liberalisme inilah yang saat ini paling banyak diadopsi oleh berbagai negara di dunia. Karena setiap aktor dalam liberalisme yang terlibat dalam sebuah kerjasama akan mendapatkan keuntungan atau kerugian bersama yang disebut (variable-sum). Mereka juga menekankan pemenuhan aktor akan keuntungan absolut (absolute gains), yaitu kondisi dimana semua aktor akan mendapatkan keuntungan dalam hubungan internasional. Hal itu menyebabkan seluruh aktor saling bergantung satu sama lain [CITATION Man08 \l 1057 ].

Hukum Internasional

(4)

Hukum ini mengatur kepentingan serta persoalan orang perseorangan yang melintasi batas negara. Sedangkan hukum antarnegara yang juga disebut hukum antarbangsa adalah hukum yang hanya mengatur hubungan antara suatu negara/bangsa dengan negara/lain. Sehingga hanya satu aktor dalam hukum antarnegara yaitu, negara itu sendiri. Dan hukum dunia adalah hukum yang berlaku di negara dunia. Negara dunia adalah semacam negara yang meliputi semua negara di dunia ini, sehingga kekuasaannya berada diatas negara nasional. Namun, pada saat ini hukum dunia hanyalah suatu istilah, karena kemungkinan untuk terbentuknya sebuah negara dunia sangat jauh kenyataan yang ada. Meski demikian, beberapa fenomena telah menunjukkan cikal bakal terbentuknya negara dunia. Salah satunya adalah dengan terbentukmya WTO (World Trade Organization). Organisasi ini hampir diikuti oleh seluruh negara di dunia yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk menyerahkan seluruh kedaulatan ekonominya mengenai perdagangan internasional sebagaimana yang telah diatur oleh WTO sendiri[ CITATION Kus15 \l 2057 ].

Oleh karena itu, hukum internasional tidak hanya mengatur urusan orang-perorangan sebagaimana hukum perdata internasional, juga tidak hanya mengatur urusan antar negara sebagaimana hukum antarnegara dan berbeda dengan hukum dunia yang mengatur negara dunia. Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hukum Internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: (1) negara dengan negara; (2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara; (3) subjek hukum bukan negara satu sama lain[ CITATION Kus15 \l 1033 ].

(5)

organisasi internasional serta hukum antarnegara tradisional yang mulai dianggap radikal[ CITATION Kus15 \l 2057 ].

Setelah itu, hukum internasional dibagi menjadi beberapa macam hukum, diantaranya adalah hukum internasional regional dan hukum internasional khusus. Hukum internasional regional hanya berlaku di ruang lingkup suatu daerah, misalnya hukum MEE, ASEAN dan lain sebagainya. Sedangkan hukum internasional khusus adalah hukum yang hanya berlaku bagi beberapa aktor tertentu dalam hubungan internasional, meskipun tidak berada dalam wilayah yang sama. Contohnya adalah Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Maka baik hukum internasional regional, hukum internasional khusus atau hukum internasional lainnya, memiliki sumbangan berharga terhadap terciptanya hukum internasional yang benar-benar bersifat universal. Dan setiap kali terbentuknya hukum internasional pasti merupakan sebuah pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf berkembangan dan tingkat integrasi yang berbeda-beda dari setiap aktor sehingga saling membutuhkan bantuan antara satu dengan yang lainnya [ CITATION Kus15 \l 2057 ].

Hukum Negara Menurut Liberalisme

Hubungan internasional dapat didefinisikan sebagai studi hubungan dan interaksi antara negara-negara, termasuk aktivitas dan kebijakan pemerintah, organisasi internasional, organisasi non pemerintah dan perusahaan multinasional. Hubungan internasional dapat berupa subjek teoretis dan subjek praktis atau subjek kebijakan, dan pendekatan akademis terhadapnya dapat bersifat empiris atau normatif atau keduanya [ CITATION Jac14 \l 1057 ]. Maka, hukum internasional adalah suatu hukum yang mengatur hubungan internasional dan perspektif liberalisme merupakan salah satu cara pandang dalam hubungan internasional itu sendiri, sehingga keadaannya akan mempengarui terhadap terciptanya sebuah hukum internasional.

(6)

negara saja, melainkan terdiri dari berbagai aktor. Maka, para liberalis menganggap bahwa hukum internasional merupakan suatu sarana yang tepat untuk mengatur hubungan internasional itu sendiri. Keterlibatan berbagai aktor dalam hubungan internasional menimbulkan interaksi yang beraneka ragam dan berujung pada ketergantungan antara aktor yang terlibat. Hal itu disebabkan setiap subjek dalam hubungan internasional dapat berinteraksi dengan bebas antara satu sama lain dalam isu yang beragam pula. Bila interaksi dan ketergantungan itu tidak diatur dalam suatu kesepakatan yang telah disepakati bersama, maka akan terjadi kerancuan dalam hubungan antara aktor tersebut. Dimana kerancuan tersebut dapat merugikan berbagai pihak yang terlibat karena mereka saling berdampak satu sama lain. Sedangkan para liberalis percaya kebebasan kerjasama yang mereka lakukan dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat yang besar serta keuntungan yang berlipat ganda. Jadi jika kerugian itu terjadi, hal itu tidak sesuai dengan asumsi dasar liberalisme. Oleh karena itu, para liberalis pada umumnya menggunakan hukum internasional sebagai sarana untuk mengatur hubungan internasional yang mereka lakukan. Sehingga sebebas apapun kerjasama yang mereka lakukan dan sebanyak apapun hubungan multilateral yang terjadi tidak akan menimbulkan sebuah kerugian dan akan menghadirkan manfaat serta keuntungan yang berlipat ganda. Karena kerjasama dan hubungan multilateral yang mereka lakukan berjalan teratur di atas hukum internasional yang telah mereka sepakati bersama.

(7)

adalah merupakan sebuah teori dalam perspektif liberalisme yang menjelaskan bahwa jika suatu negara hendak memenuhi kebutuhan, mencapai kepentingan dan mempertahankan keamanannya maka dia harus terlibat dalam institusi internasional. Kemudian dalam institusi internasional itu setiap anggota yang terlibat harus mentaati, menjalankan kewajiban serta segala sesuatu yang telah menjadi kesepakatan bersama. Agar setiap pihak yang terlibat mendapatkan apa yang dibutuhkan dan mencapai kepentingannya masing-masing sehingga sebuah keuntungan yang dihasilkan tidak hanya dinikmati oleh sebagian pihak saja, melainkan dinikmati oleh semua aktor yang terlibat didalamnya. Kewajiban serta kesepakatan bersama tersebutlah yang kemudian disebut sebagai hukum internasional regional atau hukum internasional khusus. Dimana keduanya merupakan bagian dari hukum internasional itu sendiri[ CITATION Kus15 \l 1057 ].

Dengan rangkaian tujuan ini, maka masing-masing subjek yang terlibat harus mempertahankan kelangsungan berjalannya institusi internasional yang menaungi mereka dan agar hal ini tercapai maka masing-masing aktor harus saling melindungi aktor-aktor yang lain yang terlibat dalam organisasi internasional tersebut serta tidak saling menyerang untuk meyelesaikan permasalahahan yang ada. Sehingga lahirlah kepercayaan bahwa dimana ada institusi internasional baik formal maupun nonformal maka disana pulalah terdapat hukum internasional. Jadi, meskipun ketaatan terhadap hukum internasional juga berarti pembatasan kebebasan dalam beberapa hal tertentu, tetapi menurut kaum liberalis, hukum internasional memiliki andil yang sangat besar bagi setiap kerjasama dalam suatu institusi yang dilakukan oleh berbagai aktor dalam hubungan internasional demi tercapainya pemenuhan kebutuhan, pencapaian kepentingan dan pertahanan keamanannya, serta untuk mencegah kerugian dari kerjasama yang mereka lakukan.

(8)

menyelesaikan berbagai persoalan yang ada dengan cara yang damai, bukan dengan cara kekerasan. Karena bagi kaum liberalis menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan hanya akan merugikan semua pihak yang terlibat [ CITATION Jac14 \l 1057 ]. Sehingga agar perdamaian tersebut terjadi para liberalis biasanya mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam sebuah kesepakatan, perjanjian atau cara-cara perdamaian lainnya untuk mencegah konflik tersebut. Kemudian kesepakatan, perjanjian atau cara-cara perdamaian lainnya itulah yang kemudian menjadi bagian dari hukum internasional. Jadi kaum liberal memandang hukum internasional sebagai salah satu sarana yang mereka gunakan untuk mencegah dan menyelesaikan berbagai konflik dalam hubungan internasional.

Kaum liberal melihat negara sebagai entitas konstitusional, Rechtsstaat, yang membentuk dan menjalankan aturan hukum yang menghormati hak warga negara untuk hidup, bebas dan sejahtera. Negara konstitusional semacam itu juga akan menghargai satu sama lain dan akan berhadapan satu sama lain sesuai dengan norma-norma saling percaya. Argumen tersebut diperluas oleh Jeremi Bentham, seorang filsuf Inggris abad ke-18 yang memunculkan istilah ‘hukum internasional’. Ia yakin bahwa hukum internasional berada di bawah kepentingan rasional negara-negara konstitusional untuk meyakini hukum internasional dalam kebijakan luar negerinya[CITATION Ros78 \l 1057 ]. Jadi kaum liberal percaya hukum internasional sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.

KESIMPULAN

(9)

hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: (1) negara dengan negara; (2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara; (3) subjek hukum bukan negara satu sama lain (Kusumaatmadja & Agoes, 2015). Maka hukum internasional merupakan sebuah hukum yang mengatur hubungan internasional sedangkan liberalisme merupakan cara pandang terhadap hubungan internasional tersebut. Sehingga terciptanya hukum internasional sangat berkaitan erat terhadap perspektif yang digunakan oleh setiap aktor yang terlibat dalam hubungan internasional. Kaum liberalis memandang hukum internasional dalam hubungan internasional untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, pemenuhan kebutuhan, pencapaian kepentingan, pertahanan keamanan serta mencegah kerugian dari hubungan internasional yang mereka lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ikbar, Y. (2014). Metodologi dan Teori Hubungan Internasional. Bandung: PT Refika Aditama.

(10)

& P. Suyatiman, Penerj.) Yogyakarta, Celeban Timur UH III/548: Pustaka Pelajar.

Kusumaatmadja, M., & Agoes, E. R. (2015). Pengantar Hukum Internasional (5 ed.). Bandung, Jawa Barat, Indonesia: P. T. Alumni.

Mansbach, R. W., & Rafferty. (2008). Introduction to Global Politics. New York, Routledge: Kristen L.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap karya yang masuk ke sistem aplikasi Eprints Institutional Repository UIN Sunan Kalijaga , terlebih dahulu diulas ( review ) oleh petugas Bagian Pre servasi dan

Puskesmas Nanjungan, Kabupaten Lahat saat ini berstatus tidak terakreditasi, sementara Peraturan Menteri Kesehatan No 46 tahun 2015mewajibkan seluruh Puskesmas

bahwa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Pangandaran, Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran sehingga masyarakat tidak

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalahnprasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya

Hijab adalah selembar kain yang menutupi aurat rambut wanita dari pandangan yang bukan mukhrimnya, dan pemakaian hijab merupakan salah satu ketentuan yang berlaku dalam

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi optimum parameter-parameter yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin jahe

mempengaruhi lawan tuturnya. Berkaitan dengan penelitian ini di dalam Stand Up Comedy menyajikan tindak tutur tidak bersifat menginformasikan saja. Namun, ada sebuah