BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam suatu penelitian, kajian teori sangatlah penting sebab kajian teori ini
akan sangat membantu dalam penelitian. Teori akan menjadi patokan atau dasar
dalam penelitian agar tidak menyimpang dari teori yang sudah ada.
2.1.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Soekamto, dkk dalam Trianto (2010:22)
menyatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola ynag digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembe;ajaran termasuk di dalamnya
buku– buku, film, komputer dan lain lain.Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran
yang dirancang secara sistematis demi tercapainya tujuan pembelajaran dan
berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan suatu pembelajaran.
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang berarti
mengerjakan sesuatu bersama sama dan saling membantu antara satu dengan yang
lain dalam satu kelompok. Pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan
teori kognitif konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan temanya.
Pengertian tentang pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Suprijono
(2010:54) bahwa model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk bentuk yang dipimpin oleh
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil
yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat namun heterogen
dan antara anggota satu dengananggota yang lain saling membantu.
Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa agar berani
mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat dari teman, dan saling
memberikan pendapat(sharing ideas).Selain itu, di dalam pembelajaran biasanya
iswa akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau soal latihan. Maka dari itu
pembelajaran kooperatif sangat baik untuk diterapkan sebab siswa akan belajar
untuk bekerjasama saling bahu membahu memecahkan masalah yang dihadapi.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa atau tugas tugas akademis lainya. Beberapa ahli juga berpendapat
bahwa pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang sulit. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan
baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama
menyelesaikan tugas akademik.
2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tujuan dalam pembelajaran kooperatif . Menurut Ibrahim dalam
Trianto (2007:44) tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan yang
penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan ketrampilan social.
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan nilai siswa
pada pelajaran akademik dan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Selanjutnya, pembelajaran kooperatif bertujuan agar tercipta
penerimaan secara luas terhadap orang orang yang berbeda berdasarkan
Pembelajaran kooperatif ini akan memberikan peluang untuk siswa dari
semua kalangan yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
sama dengan saling bergantung pada tugas akademik. Selain itu
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling
menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan penting pembelajaran kooperatif yang ketiga adalah
mengajarkan kepada siswa tentang ketretampilan dalam bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan keterampilan social sangat penting dimiliki oleh
siswa karena banyak siswa pada masa ini yang masih kurang dalam
keterampilan sosial.
2.1.2.2 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Karli dan Yuliartiningsih (2002:72) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif mempunyai manfaat ataupun kelebihan yang besar serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya dalam suatu
kegiatan pembelajaran.Kelebihan elebihan dari pembelajaran kooperatif antara
lain :
a. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap serta ketrampilan yang telah dimiliki dalam suasana belajar mengajar
yang bersifat terbuka dan demokratis.
b. Dapat mengembangkan aktualisasi mengenai berbagai potensi diri yang
telah dimiliki siswa.
c. Dapat mengembangkan serta melatih berbagai sikap nilai dan
keterampilan keterampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan
sebagau subyek sebab siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainya.
e. Siswa akan terlatih untuk bekerjasama sebab bukan hanya materi saja yang
dipelajari namun juga tuntutan untuk mengembangkan potensi diri secara
f. Memberi kesempata kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga apa
yang dipelajarinya lebih bermakna
2.1.2.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Meskipun memiliki banyak kelebihan, pembelajaran kooperatif juga memiliki
kekurangan. Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif menutut Karli dan
Yuliartiningsih (2002:72) antara lain :
a. Dapat menjadi tempat ngobrol
Kelemahan yang sering terjadi dalam belajar secara berkelompok
adalag dapat menjadi tempat untuk mengobrol.
b. Sering terjadi depat sepele dalam kelompok
Debat sepele adalah hal yang tidak bisa dipungkiri akan terjadi
dalam belajar secara berkelompok. Depat sepele ini biasanya tidak akan
terjadi dalam waktu yang singkat sehingga waktu yang seharusnya
digunakan untuk berdiskusi akan terbuang percuma.
c. Bisa terjadi kesalahan kelompok
Biasanya kesalahan ini terjadi jika seorang siswa mengemukakan
pendapatnya namun ternyata konsep yang dikemukakan siswa tersebut
salah dan siswa lain sudah percaya sepenuhnya dengan siswa tersebut.
Maka dari itu peran setiap anggota kelompok dalam memberikan
tanggapan terhadap pendapat anggota yang lain sangat diperlukan.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif TipeTime Token Arends
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends
Model pembelajaran Time Token Arends adalah salah satu model
pembelajaran yang demokratis. Model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token Arendsini dipelopori oleh Arends pada tahun 1998.Timeberarti waktu
dedangkan Token berarti tanda. Jadi Time Token berarti informasi yang
disampaikan siswa dibatasi waktu dan diberikan tanda setelah siswa
memberikan informasi atau pendapatnya. Pada awalnya model pembelajaran
keterampilan social agar siswa aktif dalam pembelajaran. Selain itu
penerapan model pembelajaran ini dapat mencegah siswa mendominasi
pembelajaran dengan kata lain semua siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran. Selain aktivitas siswa dijadikan titik perhatian utama, guru
berperan untuk mengajak siswa untuk mencari solusi tentang masalah atau
topik pembelajaran.
Menurut Huda (2013:239) model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token Arends adalah pembelajaran yang demokratis yang dalam pelaksanaan
pembelajarannya menempatkan siswa sebagai subjek belajar, aktivitas siswa
menjadi titik utama pembelajaran dan selalu dilibatkan aktif sedangkan guru
berperan untuk mengajak siswa mencari solusi terhadap topik atau masalah
yang sedang dibahas.Menurut Saudagar dan Idrus (2011:181) model
pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends adalah pembelajaran yang
berstruktur dan dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial
sehingga dalam pembelajaran dapat menghindari siswa mendominasi
pembicaraan maupun diam atau tidak atif sama sekali. Model pembelajaran
kooperatif tipe Time Token Arends mengajarkan keterampilan sosial.
Keterampilan social yang diajarkan pada model pembelajaran Time Token
Arends antara lain keterampilan berpendapat, berkomunikasi, mentaati
peraturan dan menghargai pendapat orang lain.
b. Langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends
Adapun langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipeTime Token
Arendsmenurut Suprijono (2009:133) adalah sebagai berikut :
1. Mengkondisikan siswa untuk melakukan diskusi
Dalam tahap ini siswa dibagi menjadi kelompok yang heterogen
berkisar antara 4 sampai 6 kelompok. Dalam kelompok yang terbentuk
terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan rendah dalam belajar. Siswa
juga dibacakan aturan yang harus dipatuhi selama proses pembelajaran
2. Memberi siswa kupon berbicara
Setiap siswa dalam satu kelompok diberikan lebih dari satu kupon
berbicara yang nanti digunakan untuk menyampaikan pendapat.
3. Penggunaan kupon berbicara
Setelah selesai diskusi, siswa yang ingin mengemukakan
tanggapan atau pendapat deberikan waktu berbicara selama kurang lebih 1
menit. Jika ingin mengemukakan pendapatnya siswa harus menyerahkan
kupon berbicaranya.
4. Bagi siswa yang telah menggunakan kupon berbicaranya sampai habis
tidak dapat mengemukakan pendapatnya lagi.
c. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends
Menurut Kurniasih dan Sani (2016:107) Pembelajaran kooperatif tipe Time
Token Arendsmempunyai beberapa kelebihan diantaranya :
1. Mendorong siswa untuk meningkatkan partisipasi secara aktif dalam
pembelajaran juga meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
2. Mencegah beberapa siswa tertentu mendominasi dalam pembelajaran
maupun mencegah siswa tidak aktif sama sekali dalam proses
pembelajaran
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa
5. Melatih siswa untuk berani dan mau mengungkapkan pendapatnya dalam
pembelajaran
6. Menumbuhkan perasaan saling menghormati, mendengarkan, berbagi, dan
keterbukaan
7. Mengajarkan siswa untuk saling menghargai pendapat orang lain
8. Dalam pembelajaran guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari
solusi terhadap permasalahan atau topic yang sedang dipelajari
d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends
Meskipun banyak kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Time
Token Arends, model ini juga menpunyai kekurangan seperti yang dijabarkan
oleh Kurniasih dan Sani (2016:108) berikut ini :
1. Model pembelajaran ini hanya dapat digunakan dalam mata pelajaran
tertentu saja
2. Tidak dapat digunakan dalam kelas yang jumlah siswanya terlalu banyak
3. Memerlukan banyak persiapan dalam pembelajaran dengan model ini
4. Siswa yang aktif dibatasi dalam mengemukakan pendapat
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian belajar
Belajar merupakan aktivitas untuk memperoleh suatu kebiasaan, ilmu
pengetahuan, dan sikap. Dalam aktivitas tersebut terdapat cara cara yang baru
untuk menghadapi rintangan maupun untuk menyesuaikan diri terhadap situasi
yang baru. Slameto(2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Sementara itu Purwoto (2000:24) mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari
tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas
menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi sikap lebih baik, dari pasif menjadi
lebih aktif, dari tidak teliti menjadi lebih teliti dan seterusnya. Secara sederhana
Suprijono (2010:3) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu perilaku atau usaha seseorang untuk berubah dan menambah
pengetahuan yang dimilikinya.
2.2.2 Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari pembelajaran yang
pembelajaran. Tirtonegoro (1988:43) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil yang
dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf maupun yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu.
Sedangkan Arifin (1988:3) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang
dicapai anak yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai.
Penentuan ukuran yang dipakai hanya sekedar huruf atau angka.Berdasarkan
uraian tentang pengertian hasil belajar dari beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil maupun bukti keberhasilan yang telah dicapai
melalui suatu usaha.
Dalam proses pembelajaran terdapat tiga ranah yang harus dikuasai siswa.
Ketiga ranah tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Walaupun
terdapat tiga ranah dalam proses belajar, penelitian ini menekankan pada hasiil
belajar kognitif.
2.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar
a. Pengetian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menerangkan bahwa pendidikan
adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mewujudkan suasana
pembelajaran dimana siswa terlibat secara aktif dalam mengembangkan
potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual keagamaam, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan baik dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Pendidikan secara
umum bertujuan untuk membentuk kemampuan diri dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya sehingga berguna bagi diri sendiri, masyarakat
dan negara.
Menurut Depdiknas (2006:49) Pendidikan kewarganegaraan adalah
adalah suatu mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan warga
Negara yang memahami serta mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
kewarganegaraan adalah usaha membekali peserta didik baik dengan
pengetahuan maupun kemampuan dasar dalam hubungan warga negara
dengan Negara serta pendahuluan bela negara agar dapat menjadi warga
negara yang dapat diandalkan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran dengan materi yang berfokus
pada pembentukan individu atau warga Negara yang berguna bagi bangsa
dan Negara.
Pendidikan kewarganegaraan tersebut sangat penting diberikan
sejak dini mulai dari jenjang sekolah dasar. Pada hakikatnya pendidikan
keawrganegaraan (PKn) di sekolah dasar sebagai program pendidikan
berdasarkan nilai pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai
luhur serta moral yang berakar pada budaya bangsa diharapkan menjadi
jati diri yang dapat diwujudkan dalam berperilaku sehari hari. Pelajaran
pendidikan kewarganegaraan berfokus pada pembentukan diri sebagai
warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak serta
kewajiban untuk menjadi warga negara yang berkarakter seperti yang
diamanatkan pancasila dan UUD 1945.
b. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Ada beberapa fungsi penerapan pendidikan kewarganegaraan
(PKn) diantaranya :
a) Sebagai wahana kurikuler dalam pengembangan karakter sebagai
warga Negara indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab
b) Dapat membantu memperoleh pemahaman baik cita cita nasional atau
tujuan Negara
c) Dapat membantu dalam mengambil keputusan yang yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah pribadi, bermasyarakat maupun
bergegara
d) Dapat mengapresiasikan cita cita nasional serta membuat keputusan
yang cerdas
c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Selain memiliki fungsi tertentu, pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKn) juga memiliki tujuan seperti yang dikemukakan
oleh Depdiknas (2006 : 49) yaitu memberikan kompetensi sebagai berikut
:
a) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b) Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab juga bertindak
secara sadar baik dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c) Berkembang secara positif serta demokratis dalam membentuk diri
yang berkarakter masyarakat Indonesia supaya dapat hidup bersama
dengan bangsa lain
d) Berinteraksi dengan bangsa lain dengan mengacu pada peraturan dunia
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Adrian Siragema dengan judul “Upaya
Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token pada Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II
Tahun Ajaran 2012/2013” . Menyimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Time Token Atrends benar benar meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu 100 %. Dalam penelitian tersebut terdapat kekurangan yaitu jumlah siswa
terlalu banyak (38 Siswa) mengakibatkan waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran kurang efektif dan tidak ada penjelasan tentang kondisi
awal. Meskipun memiliki kekurangan penelitian ini juga mempunyai kelebihan
yaitu tingkat antusiasme siswa sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Rochmawati dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatifdengan Tipe Time Tokendalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas 3SD
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token Arends hasil
belajar meningkat hingga 100%. Dalam penelitian tersebut mempunyai
kekurangan yaitu siswa tidak diberikan reward sehingga antusias siswa dalam
pembelajaran kurang. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah jumlah siswa yang
sedikit yaitu 22 siswa sehingga waktu yang digunakan dalam pembelajaran sangat
efektif dan efisien.
Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuni dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeTime Token ArendsUntuk
Meningkatkan Pemahaman Tentang Globalisasi Pada Siswa Kelas IV SD
Angkasa Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Time Token Arends meningkat sebanyak 85%. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa kekurangan diantaranya siswa yang aktif tidak diberikan reward
sehingga antusias siswa kurang, pembelajaran kurang efektif karena pada siklus
II hasil belajar siswa belum mencapai indikator kerja dan harus dilanjutkan
dengan siklus III, ketiga siklus tersebut masing masing terdiri dari tiga
pertemuan. Kelebihan dari penelitian ini adalah jumlah siswa yang sedikit yaitu
20 siswa sehingga waktu dalam pembelajaran tergolong efisien.
Jika dibandingkan dengan ketiga penelitian yang relevan, penelitian ini
mempunyai kelebihan diantaranya pembahasan lebih terperinci mulai dari kondisi
awal, siklus I dan siklus II. Selain itu dalam penelitian ini siswa yang aktif
diberikan reward sehingga dapat memberikan motivasi dan membangkitkan
antusias siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan tindakan cukup efisien karena
dilakukan dengan dua siklus dan pada siklus kedua jumlah siswa yang mencapai
KKM melebihi indikator kerja.
2.5 Kerangka Berpikir
Berhasil maupun tidaknya suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari
peran guru sebagai sumber belajar. Dalam hal ini guru haruslah lebih menguasai
materi pembelajaran atau bahan ajar. Berbagai referensi juga dibutuhkan guru
Proses pembelajaran yang efektif adalah hal utama dan sangat penting
dalam pencapaian hasil belajar. Guru harus bisa menggunakan berbagai cara agar
tujuan pembelajaran dapan tercapai. Pemilihan model pembelajaran yang variatif
dan tepat menjadi salah satu alternative bagi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian KKM yang telah ditetapkan akan tercapai secara
optimal. Salah satu model pembelajaran yang efektif yang dapat digunakan adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends.Dalam penelitian ini
peneliti memilih model pembelajaran Time Token Arends dalam melakukan
penelitian. Dengan menggunakan model pembelajaran Time Token Arends siswa
akan berlatih berpikir kritis karena semua siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran.
Dengan memanfaatkan model pembelajaran Time Token Arends siswa
dalam kelas akan lebih mudah dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn), siswa akan aktif berpikir, motivasi belajar meningkat, dapat berlatih
bekerjasama tentunya pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membosankan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menggambarkan kerangka pikir dengan
skema sebagai berikut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Proses
pembelajaran
Menggunakan model
pembelajaran guru seperti
biasanya/belum inovatif
Hasil belajar
PKn rendah
Penerapan model
pembelajaran kooperatif
tipeTime Token Arends Hasil belajar
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari kerangka pikir, peneliti mengungkapkan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Time Token
Arends dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
siswa kelas V SD Negeri 02 Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali