• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends pada Siswa Kelas V Semester I SD N 02 Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends pada Siswa Kelas V Semester I SD N 02 Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali T"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam suatu penelitian, kajian teori sangatlah penting sebab kajian teori ini

akan sangat membantu dalam penelitian. Teori akan menjadi patokan atau dasar

dalam penelitian agar tidak menyimpang dari teori yang sudah ada.

2.1.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Soekamto, dkk dalam Trianto (2010:22)

menyatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar.

Menurut Joyce dalam Trianto (2007:5) model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola ynag digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembe;ajaran termasuk di dalamnya

buku– buku, film, komputer dan lain lain.Berdasarkan beberapa pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran

yang dirancang secara sistematis demi tercapainya tujuan pembelajaran dan

berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan suatu pembelajaran.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang berarti

mengerjakan sesuatu bersama sama dan saling membantu antara satu dengan yang

lain dalam satu kelompok. Pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan

teori kognitif konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temanya.

Pengertian tentang pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Suprijono

(2010:54) bahwa model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk bentuk yang dipimpin oleh

(2)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi

pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Dalam

pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil

yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat namun heterogen

dan antara anggota satu dengananggota yang lain saling membantu.

Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa agar berani

mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat dari teman, dan saling

memberikan pendapat(sharing ideas).Selain itu, di dalam pembelajaran biasanya

iswa akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau soal latihan. Maka dari itu

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk diterapkan sebab siswa akan belajar

untuk bekerjasama saling bahu membahu memecahkan masalah yang dihadapi.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memperbaiki hasil

belajar siswa atau tugas tugas akademis lainya. Beberapa ahli juga berpendapat

bahwa pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep

yang sulit. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan

baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama

menyelesaikan tugas akademik.

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tujuan dalam pembelajaran kooperatif . Menurut Ibrahim dalam

Trianto (2007:44) tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan yang

penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan ketrampilan social.

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan nilai siswa

pada pelajaran akademik dan norma yang berhubungan dengan hasil

belajar.

b. Penerimaan terhadap keragaman

Selanjutnya, pembelajaran kooperatif bertujuan agar tercipta

penerimaan secara luas terhadap orang orang yang berbeda berdasarkan

(3)

Pembelajaran kooperatif ini akan memberikan peluang untuk siswa dari

semua kalangan yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja

sama dengan saling bergantung pada tugas akademik. Selain itu

pembelajaran kooperatif bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling

menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif yang ketiga adalah

mengajarkan kepada siswa tentang ketretampilan dalam bekerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan keterampilan social sangat penting dimiliki oleh

siswa karena banyak siswa pada masa ini yang masih kurang dalam

keterampilan sosial.

2.1.2.2 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Karli dan Yuliartiningsih (2002:72) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif mempunyai manfaat ataupun kelebihan yang besar serta memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya dalam suatu

kegiatan pembelajaran.Kelebihan elebihan dari pembelajaran kooperatif antara

lain :

a. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,

sikap serta ketrampilan yang telah dimiliki dalam suasana belajar mengajar

yang bersifat terbuka dan demokratis.

b. Dapat mengembangkan aktualisasi mengenai berbagai potensi diri yang

telah dimiliki siswa.

c. Dapat mengembangkan serta melatih berbagai sikap nilai dan

keterampilan keterampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat.

d. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan

sebagau subyek sebab siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainya.

e. Siswa akan terlatih untuk bekerjasama sebab bukan hanya materi saja yang

dipelajari namun juga tuntutan untuk mengembangkan potensi diri secara

(4)

f. Memberi kesempata kepada siswa untuk belajar memperoleh dan

memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga apa

yang dipelajarinya lebih bermakna

2.1.2.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Meskipun memiliki banyak kelebihan, pembelajaran kooperatif juga memiliki

kekurangan. Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif menutut Karli dan

Yuliartiningsih (2002:72) antara lain :

a. Dapat menjadi tempat ngobrol

Kelemahan yang sering terjadi dalam belajar secara berkelompok

adalag dapat menjadi tempat untuk mengobrol.

b. Sering terjadi depat sepele dalam kelompok

Debat sepele adalah hal yang tidak bisa dipungkiri akan terjadi

dalam belajar secara berkelompok. Depat sepele ini biasanya tidak akan

terjadi dalam waktu yang singkat sehingga waktu yang seharusnya

digunakan untuk berdiskusi akan terbuang percuma.

c. Bisa terjadi kesalahan kelompok

Biasanya kesalahan ini terjadi jika seorang siswa mengemukakan

pendapatnya namun ternyata konsep yang dikemukakan siswa tersebut

salah dan siswa lain sudah percaya sepenuhnya dengan siswa tersebut.

Maka dari itu peran setiap anggota kelompok dalam memberikan

tanggapan terhadap pendapat anggota yang lain sangat diperlukan.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif TipeTime Token Arends

a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends

Model pembelajaran Time Token Arends adalah salah satu model

pembelajaran yang demokratis. Model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token Arendsini dipelopori oleh Arends pada tahun 1998.Timeberarti waktu

dedangkan Token berarti tanda. Jadi Time Token berarti informasi yang

disampaikan siswa dibatasi waktu dan diberikan tanda setelah siswa

memberikan informasi atau pendapatnya. Pada awalnya model pembelajaran

(5)

keterampilan social agar siswa aktif dalam pembelajaran. Selain itu

penerapan model pembelajaran ini dapat mencegah siswa mendominasi

pembelajaran dengan kata lain semua siswa dituntut aktif dalam

pembelajaran. Selain aktivitas siswa dijadikan titik perhatian utama, guru

berperan untuk mengajak siswa untuk mencari solusi tentang masalah atau

topik pembelajaran.

Menurut Huda (2013:239) model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token Arends adalah pembelajaran yang demokratis yang dalam pelaksanaan

pembelajarannya menempatkan siswa sebagai subjek belajar, aktivitas siswa

menjadi titik utama pembelajaran dan selalu dilibatkan aktif sedangkan guru

berperan untuk mengajak siswa mencari solusi terhadap topik atau masalah

yang sedang dibahas.Menurut Saudagar dan Idrus (2011:181) model

pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends adalah pembelajaran yang

berstruktur dan dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial

sehingga dalam pembelajaran dapat menghindari siswa mendominasi

pembicaraan maupun diam atau tidak atif sama sekali. Model pembelajaran

kooperatif tipe Time Token Arends mengajarkan keterampilan sosial.

Keterampilan social yang diajarkan pada model pembelajaran Time Token

Arends antara lain keterampilan berpendapat, berkomunikasi, mentaati

peraturan dan menghargai pendapat orang lain.

b. Langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends

Adapun langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipeTime Token

Arendsmenurut Suprijono (2009:133) adalah sebagai berikut :

1. Mengkondisikan siswa untuk melakukan diskusi

Dalam tahap ini siswa dibagi menjadi kelompok yang heterogen

berkisar antara 4 sampai 6 kelompok. Dalam kelompok yang terbentuk

terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan rendah dalam belajar. Siswa

juga dibacakan aturan yang harus dipatuhi selama proses pembelajaran

(6)

2. Memberi siswa kupon berbicara

Setiap siswa dalam satu kelompok diberikan lebih dari satu kupon

berbicara yang nanti digunakan untuk menyampaikan pendapat.

3. Penggunaan kupon berbicara

Setelah selesai diskusi, siswa yang ingin mengemukakan

tanggapan atau pendapat deberikan waktu berbicara selama kurang lebih 1

menit. Jika ingin mengemukakan pendapatnya siswa harus menyerahkan

kupon berbicaranya.

4. Bagi siswa yang telah menggunakan kupon berbicaranya sampai habis

tidak dapat mengemukakan pendapatnya lagi.

c. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends

Menurut Kurniasih dan Sani (2016:107) Pembelajaran kooperatif tipe Time

Token Arendsmempunyai beberapa kelebihan diantaranya :

1. Mendorong siswa untuk meningkatkan partisipasi secara aktif dalam

pembelajaran juga meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

2. Mencegah beberapa siswa tertentu mendominasi dalam pembelajaran

maupun mencegah siswa tidak aktif sama sekali dalam proses

pembelajaran

3. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran

4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa

5. Melatih siswa untuk berani dan mau mengungkapkan pendapatnya dalam

pembelajaran

6. Menumbuhkan perasaan saling menghormati, mendengarkan, berbagi, dan

keterbukaan

7. Mengajarkan siswa untuk saling menghargai pendapat orang lain

8. Dalam pembelajaran guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari

solusi terhadap permasalahan atau topic yang sedang dipelajari

(7)

d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends

Meskipun banyak kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Time

Token Arends, model ini juga menpunyai kekurangan seperti yang dijabarkan

oleh Kurniasih dan Sani (2016:108) berikut ini :

1. Model pembelajaran ini hanya dapat digunakan dalam mata pelajaran

tertentu saja

2. Tidak dapat digunakan dalam kelas yang jumlah siswanya terlalu banyak

3. Memerlukan banyak persiapan dalam pembelajaran dengan model ini

4. Siswa yang aktif dibatasi dalam mengemukakan pendapat

2.2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian belajar

Belajar merupakan aktivitas untuk memperoleh suatu kebiasaan, ilmu

pengetahuan, dan sikap. Dalam aktivitas tersebut terdapat cara cara yang baru

untuk menghadapi rintangan maupun untuk menyesuaikan diri terhadap situasi

yang baru. Slameto(2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.

Sementara itu Purwoto (2000:24) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari

tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas

menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi sikap lebih baik, dari pasif menjadi

lebih aktif, dari tidak teliti menjadi lebih teliti dan seterusnya. Secara sederhana

Suprijono (2010:3) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan

pengetahuan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar adalah suatu perilaku atau usaha seseorang untuk berubah dan menambah

pengetahuan yang dimilikinya.

2.2.2 Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari pembelajaran yang

(8)

pembelajaran. Tirtonegoro (1988:43) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil yang

dinyatakan dalam bentuk angka, simbol, huruf maupun yang sudah dicapai oleh

setiap anak dalam periode tertentu.

Sedangkan Arifin (1988:3) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang

dicapai anak yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang dicapai.

Penentuan ukuran yang dipakai hanya sekedar huruf atau angka.Berdasarkan

uraian tentang pengertian hasil belajar dari beberapa ahli dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah hasil maupun bukti keberhasilan yang telah dicapai

melalui suatu usaha.

Dalam proses pembelajaran terdapat tiga ranah yang harus dikuasai siswa.

Ketiga ranah tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Walaupun

terdapat tiga ranah dalam proses belajar, penelitian ini menekankan pada hasiil

belajar kognitif.

2.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar

a. Pengetian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 menerangkan bahwa pendidikan

adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mewujudkan suasana

pembelajaran dimana siswa terlibat secara aktif dalam mengembangkan

potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual keagamaam, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan baik dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Pendidikan secara

umum bertujuan untuk membentuk kemampuan diri dan mengembangkan

potensi yang dimilikinya sehingga berguna bagi diri sendiri, masyarakat

dan negara.

Menurut Depdiknas (2006:49) Pendidikan kewarganegaraan adalah

adalah suatu mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan warga

Negara yang memahami serta mampu melaksanakan hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,

terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(9)

kewarganegaraan adalah usaha membekali peserta didik baik dengan

pengetahuan maupun kemampuan dasar dalam hubungan warga negara

dengan Negara serta pendahuluan bela negara agar dapat menjadi warga

negara yang dapat diandalkan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan adalah mata pelajaran dengan materi yang berfokus

pada pembentukan individu atau warga Negara yang berguna bagi bangsa

dan Negara.

Pendidikan kewarganegaraan tersebut sangat penting diberikan

sejak dini mulai dari jenjang sekolah dasar. Pada hakikatnya pendidikan

keawrganegaraan (PKn) di sekolah dasar sebagai program pendidikan

berdasarkan nilai pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur serta moral yang berakar pada budaya bangsa diharapkan menjadi

jati diri yang dapat diwujudkan dalam berperilaku sehari hari. Pelajaran

pendidikan kewarganegaraan berfokus pada pembentukan diri sebagai

warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak serta

kewajiban untuk menjadi warga negara yang berkarakter seperti yang

diamanatkan pancasila dan UUD 1945.

b. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Ada beberapa fungsi penerapan pendidikan kewarganegaraan

(PKn) diantaranya :

a) Sebagai wahana kurikuler dalam pengembangan karakter sebagai

warga Negara indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab

b) Dapat membantu memperoleh pemahaman baik cita cita nasional atau

tujuan Negara

c) Dapat membantu dalam mengambil keputusan yang yang bertanggung

jawab untuk menyelesaikan masalah pribadi, bermasyarakat maupun

bergegara

d) Dapat mengapresiasikan cita cita nasional serta membuat keputusan

yang cerdas

(10)

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Selain memiliki fungsi tertentu, pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan (PKn) juga memiliki tujuan seperti yang dikemukakan

oleh Depdiknas (2006 : 49) yaitu memberikan kompetensi sebagai berikut

:

a) Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b) Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab juga bertindak

secara sadar baik dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

c) Berkembang secara positif serta demokratis dalam membentuk diri

yang berkarakter masyarakat Indonesia supaya dapat hidup bersama

dengan bangsa lain

d) Berinteraksi dengan bangsa lain dengan mengacu pada peraturan dunia

secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Adrian Siragema dengan judul “Upaya

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Time Token pada Siswa Kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II

Tahun Ajaran 2012/2013” . Menyimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Time Token Atrends benar benar meningkatkan hasil belajar siswa

yaitu 100 %. Dalam penelitian tersebut terdapat kekurangan yaitu jumlah siswa

terlalu banyak (38 Siswa) mengakibatkan waktu yang digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran kurang efektif dan tidak ada penjelasan tentang kondisi

awal. Meskipun memiliki kekurangan penelitian ini juga mempunyai kelebihan

yaitu tingkat antusiasme siswa sangat tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Rochmawati dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatifdengan Tipe Time Tokendalam

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas 3SD

(11)

bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token Arends hasil

belajar meningkat hingga 100%. Dalam penelitian tersebut mempunyai

kekurangan yaitu siswa tidak diberikan reward sehingga antusias siswa dalam

pembelajaran kurang. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah jumlah siswa yang

sedikit yaitu 22 siswa sehingga waktu yang digunakan dalam pembelajaran sangat

efektif dan efisien.

Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuni dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeTime Token ArendsUntuk

Meningkatkan Pemahaman Tentang Globalisasi Pada Siswa Kelas IV SD

Angkasa Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Time Token Arends meningkat sebanyak 85%. Dalam penelitian ini terdapat

beberapa kekurangan diantaranya siswa yang aktif tidak diberikan reward

sehingga antusias siswa kurang, pembelajaran kurang efektif karena pada siklus

II hasil belajar siswa belum mencapai indikator kerja dan harus dilanjutkan

dengan siklus III, ketiga siklus tersebut masing masing terdiri dari tiga

pertemuan. Kelebihan dari penelitian ini adalah jumlah siswa yang sedikit yaitu

20 siswa sehingga waktu dalam pembelajaran tergolong efisien.

Jika dibandingkan dengan ketiga penelitian yang relevan, penelitian ini

mempunyai kelebihan diantaranya pembahasan lebih terperinci mulai dari kondisi

awal, siklus I dan siklus II. Selain itu dalam penelitian ini siswa yang aktif

diberikan reward sehingga dapat memberikan motivasi dan membangkitkan

antusias siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan tindakan cukup efisien karena

dilakukan dengan dua siklus dan pada siklus kedua jumlah siswa yang mencapai

KKM melebihi indikator kerja.

2.5 Kerangka Berpikir

Berhasil maupun tidaknya suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari

peran guru sebagai sumber belajar. Dalam hal ini guru haruslah lebih menguasai

materi pembelajaran atau bahan ajar. Berbagai referensi juga dibutuhkan guru

(12)

Proses pembelajaran yang efektif adalah hal utama dan sangat penting

dalam pencapaian hasil belajar. Guru harus bisa menggunakan berbagai cara agar

tujuan pembelajaran dapan tercapai. Pemilihan model pembelajaran yang variatif

dan tepat menjadi salah satu alternative bagi siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Dengan demikian KKM yang telah ditetapkan akan tercapai secara

optimal. Salah satu model pembelajaran yang efektif yang dapat digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends.Dalam penelitian ini

peneliti memilih model pembelajaran Time Token Arends dalam melakukan

penelitian. Dengan menggunakan model pembelajaran Time Token Arends siswa

akan berlatih berpikir kritis karena semua siswa dituntut aktif dalam

pembelajaran.

Dengan memanfaatkan model pembelajaran Time Token Arends siswa

dalam kelas akan lebih mudah dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn), siswa akan aktif berpikir, motivasi belajar meningkat, dapat berlatih

bekerjasama tentunya pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membosankan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menggambarkan kerangka pikir dengan

skema sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Proses

pembelajaran

Menggunakan model

pembelajaran guru seperti

biasanya/belum inovatif

Hasil belajar

PKn rendah

Penerapan model

pembelajaran kooperatif

tipeTime Token Arends Hasil belajar

(13)

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dari kerangka pikir, peneliti mengungkapkan hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Time Token

Arends dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

siswa kelas V SD Negeri 02 Ngadirojo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Topik : Reading Comprehension Dalam kalimat pertama paragraph terakhir disebutkan bahwa Tindakan Pemerintah Cina yang cepat untuk mendukung ekonominya

[r]

Penentuan profil farmakokinetika simetidin dilakukan menggunakan 3 hewan uji, dimana diambil cuplikan darah melalui vena lateralis pada ekor tikus kemudian cuplikan darah

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004 Tanggal 6 Oktober 2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantu Dalam

Sebagaimana doping dalam perlombaan olah raga harus dianggap kurang etis karena merusak kompetisi yang fair, demikian juga praktek seperti

[r]

Peserta Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Penerimaaan CPNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 yang memenuhi nilai ambang batas dan peringkat

[r]