• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SU"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SURYA TANI

DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG BRIA DI DESA

TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

Asisten Pembimbing Reinita Dwi Putri A.

Oleh

Golongan B / Kelompok 1

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

i

MANFAAT DAN KOTRIBUSI PETANI GAPOKTAN SURYA

TANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG BRIA DI

DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum Pemberdayaan Masyarakat pada Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing Reinita Dwi Putri A.

Oleh

Golongan B / Kelompok 1

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PE RT ANI AN UNIVERSITAS JEMBER

(3)

ii

DAFTAR KELOMPOK

(4)

iii Laporan Praktek Lapang

Dipertahankan pada : Hari :

Tanggal :

Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Mengesahkan :

Ketua Laboratorium Sosiologi Pertanian

Djoko Soejono, SP., MP. NIP. 197001151997021002

Koordinator Praktikum Pemberdayaan Masyarakat Laboratorium Sosiologi Pertanian

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir mata praktikum Pemberdayaan Masyarakat dengan judul ’Manfaat Dan Kotribusi Petani Gapoktan Surya Tani dalam Program Sekolah Lapang Bria Di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember”.

Penyusunan Laporan Praktik Lapang Pemberdayaan Masyarakat todak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Ir. Sigit Soepardjono, M.P., P.hD selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember,

2. Ir. Hari Purnomo, MP., P.hD., DIC. selaku ketua jurusan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember

3. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Pemberdayaan masyarakat di Fakultas Pertanian Universitas Jember,

4. Seluruh asisten pembimbing mata praktikum Pemberdayaan Masyarakat Laboratorium Sosiologi Pertanian

5. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penulisan laporan Praktik Lapang Pemberdayaan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, Mei 2017

(6)

v

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

HALAMAN DAFTAR ISI...v

HALAMAN DAFTAR TABEL...vii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR...viii

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang...1

1.2Rumusan Masalah...8

1.3Tujuan dan Manfaat...8

1.3.1 Tujuan...8

1.3.2 Manfaat...8

1.4 Sasaran...9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...10

2.1 Teori dan Konsep Pemberdayaan Masyarakat...10

2.2 Kelembagaan Pertanian...11

2.3 Teori Kelompok...12

2.4 Konsep Sekolah Lapang Petani...13

BAB 3. METODE PRAKTEK LAPANG...15

3.1 Metode Penentuan Daerah Praktek Lapang...15

3.2 Metode Praktek Lapang...15

3.3 Metode Pengumpulan Data...16

(7)

vi

BAB 4. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI...19

4.1 Sejarah Kelompok Tani...19

4.2 Struktur Organisasi...20

4.3 Perkembangan Kelompok Tani...22

BAB 5. PEMBAHASAN...24

5.1 Kondisi Pertanian Serta Permasalahan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember...24

5.2 Upaya yang Dilakukan untuk Menyelesaikan Permasalahan Pertanian yang Ada di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember...26

5.3 Manfaat dan Kontribusi Petani dalam Program SL BRIA yang Dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember...29

BAB 6 PENUTUP...35

6.1 Kesimpulan...35

6.2 Saran...35

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. DOKUMENTASI B. KARTU KONSULTASI

(8)

vii

Subsektor Hasil ST 2003 dan 2013 1

Tabel 3.1 Nilai Manfaat dan Konstribusi 18

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1 Rata-rata Luas Lahan Rumah Tangga Usaha

(10)

1

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya di bidang pertanian. Sekitar 70% penduduk Indonesia bergantung pada produk-produk pertanian lokal sebagai sumber utama untuk pangan dan pendapatan. Menurut Soetriono dan Anik (2016), pertanian adalah suatu kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pertanian memiliki arti sempit dan arti luas. Pertanian dalam arti sempit yaitu hanya diartikan suatu proses budidaya dalam tanaman pangan, hortikultura dan lain sebagainya, seperti pertanian biasanya, sedangkan pertanian dalam arti luas yaitu mencakup segala bidang pertanian seperti perikanan, dan peternakan. Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Hasil ST

SEKTOR PERTANIAN 31.232,18 26.135,47 -5.096,72 -16,32 SUBSEKTOR:

1 Tanaman Pangan Padi 18.708,05 17.728,16 -979,89 -5,24 Palawija 14.206,36 14.147,86 -58,49 -0,41 2 Hortikultura 16.937,62 10.602,14 -6.335,48 -37,40 3 Perkebunan 14.128,54 12.770,57 -1,357,97 -9,61 4 Peternakan 18.595,82 12.969,21 -5.626,62 -30,26 5 Perikanan 2.489,68 1.975,25 -514,43 -20,66 Budidaya Ikan 985,42 1.187,60 202,19 20,52 Penangkapan Ikan 1.569,05 864,51 -704,54 -44,90

6 Kehutanan 6.827,94 6.782,96 -44,98 -0,66

(11)

2

Berdasarkan tabel 1.1 mengenai jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor hasil sensus pertanian 2003 dan sensus pertanian 2013 dapat dilihat bahwa hal tersebut mengalami penurunan. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut dapat diidentifikasi bahwa minat masyarakat Indonesia dalam sektor pertanian semakin menurun. Selain itu penurunan juga dapat diakibatkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam kegiatan budidaya pertanian secara baik dan benar sehingga dapat memperoleh keuntungan optimal. Ironisnya lagi penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah luasan lahan pertanian yang dimiliki Indonesia.

Hal ini diperburuk dengan penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut berbanding terbalik dengan adanya peningkatan jumlah luasan lahan pertanian diIndonesia (Gambar 1.1). Berdasarkan (Gambar 1.1) dapat dilihat bahwa Indonesia pada tahun 2003 – 2013 mengalami peningkatan luasan lahan pertanian. Luasan ini tentunya perlu didukung oleh potensi masyarakatnya pula dalam berkarya dengan menghasilkan hasil pertanian yang optimal melalui berbagai kegiatan yang mampu meningkatkan pengetahuan budidaya yang baik dan benar hingga dapat dicapainya produktivitas pertanian di Indonesia.

Gambar 1.1 Rata-rata Luas Lahan Rumah Tangga Usaha Pertanian di Indonesia, Hasil ST 2003 dan ST 2013

(12)

Sebagian besar kegiatan pertanian dan tenaga kerjanya hidup di daerah pedesaan, dan mempunyai tingkat pendapatan yang rendah per jiwa, persediaan pangan, dan pendidikan rendah.Desa merupakan daerah dimana hubungan pergaulannya ditandai dengan derajat intensitas yang tinggi dengan ditandai jumlah penduduk yang kurang dari 2500 jiwa. Sedangkan masyarakat desa merupakan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan, wilayah, teritorial tertentu yang disebut desa. Umumnya desa identik dengan pertanian, oleh karena itu sebagian masyarakat desa bermatapencaharian dalam sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi pekerjaan utama bagi generasi muda di desa pada umumnya, namun juga tidak menutup kemungkinan sektor pertanian akan ditinggalkan. Hal ini dikarenakan banyaknya suatu permasalahan atau konflik yang banyak terjadi dalam bidang pertanian, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial politik. Hal tersebut akan berdampak terhadap kondisi masyarakat desa. Oleh karena itu desa dapat dikatakan tempat dimana suatu konflik antar masyarakat banyak terjadi.

(13)

4

Pada sektor pertanian banyak petani mengeluh karena terdapat banyak hal yang dapat berpotensi untuk merugikannya dalam budidaya tanaman. Sering kali keluhan-keluhan yang dihadapi petani tidak ada tindakan perbaikan untuk mengatasi permasalahan atau kurang tepat sehingga menjadi isu belaka. Oleh karena itu agar suatu permasalahan yang dihadapi oleh petani dapat dituntaskan dan juga dapat diberikan solusi yang tepat maka perlu dilakukannya suatu metode yang tepat untuk melakukan hal tersebut, salah satunya yaitu metode FGD (Forum Group Discussion).

Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial. Metode FGD salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang banyak digunakan, khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti, karena relatif cepat selesai dan lebih murah. Teknik FGD mempermudah pengambil keputusan atau peneliti dalam memahami sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang tidak terungkap dibalik respons peserta (Paramita dan Kristiana, 2013). Dengan FGD akan cepat diperoleh temuan-temuan baru dan sekaligus penjelasannya, yang mungkin tidak terdeteksi jika menggunakan teknik lain. Namun demikian, karena jumlah peserta FGD tidak banyak maka hasil FGD tidak dapat digeneralisasikan atau digunakan sebagai kesimpulan umum untuk populasi atau kelompok yang lebih luas dari peserta FGD, walaupun mempunyai ciri-ciri atau karakteristik peserta FGD.

(14)

Sekolah lapangan adalah proses pembelajaran non formal bagi petani untuk meningkat. Pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sekolah Lapangan dipandang sebagai salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang cukup efektif, karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa karena sifatnya yang tidak formal. Hasil dari sekolah lapangan juga lebih melekat pada pada orang dewasa karena sistemnya langsung praktek.

Sekolah lapang yang diadakan di desa Tugusari ini mempelajari tentang budidaya padi. Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi ini merupakan metode alih teknologi kepada petani mengenai PTT untuk mendukung program pemerintah tentang swasembada beras. Sekolah lapang mengajarkan kepada petani teknik dan cara-cara yang sesuai dengan GAP (Good Agricultural Practices) dalam menanam padi, diharapkan setelah mengikuti sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu ini petani mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi berasnya (Nurasa dan Herman, 2012).

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk tanaman padi merupakan upaya sistematis yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman petani terhadap masalah yang dihadapinya dalam usaha tani padi serta identifikasi peluang pengembangan yang mungkin dilakukan. Pada pendekatan ini dipersyaratkan adanya pemahaman petani terhadap komponen inovasi yang diintroduksi dengan memperhatikan local knowledge yang ada, dan proses pembelajaran pengambilan keputusan secara sistematis berdasarkan pengalaman kegiatan bersama di lahan terpilih. Penggunaan sekolah lapang dianggap sebagai pendekatan terbaik untuk percepatan pemahaman petani serta proses adopsi itu sendiri (Jamal, 2009).

(15)

6

padi serta meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani padi. Adapun sasaran utamanya adalah teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT padi oleh petani. SL-PTT merupakan salah satu metode penyuluhan, proses diseminasi atau proses tranformasi informasi dan teknologi PTT, sebagai tempat belajar non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menggali permasalahan, mengenali potensi/peluang, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan, menerapkan teknologi, mengevaluasi dan memperbaiki teknologi sesuai kondisi sumber daya setempat secara berkelanjutan. Falsafah didalam SL-PTT adalah “Mendengar Saya Lupa, Melihat Saya Ingat, Melakukan Saya Paham, Menemukan Sendiri Saya Kuasai” (Edeng, 2013).

Program sekolah lapang yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk membantu petani dalam meningkatkan kuantitas dan mutu hasil tanamanya merupakan tindakan yang benar dan harus didukung. Sekolah lapang sangat dibutuhkan karena petani secara umum tidak mengetahui teknik budidaya yang baik dan benar sesuai dengan peningkatan dan perkembangan teknologi. Kondisi bias antara input baik benih dan berbagai input lainya yang harus didukung dengan penerapan teknologi budidaya modern masih didukung dengan kearifan lokal yang tidak suportif. Hal ini menyebabkan peningkatan kualitas hasil yang diharapkan menjadi tidak terjadi dan peningkatan ekonomi petani juga tidak meningkat. Oleh sebab itu, kehadiran sekolah lapang diharapkan dapat membantu petani dalam memahami perkembangan pertanian yang ada. Secara spesifik, kehadiran sekolah lapang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan petani, keterampilan dan perubahan sikap terhadap pertanian dalam meningkatkan hasil padi yang sesuai tidak hanya peningkatan sementara namun juga kestabilan dan keberlanjutan dalam menghasilkan produk pertanian dengan hasil dan mutu yang lebih baik (Mulyani dan Jumiati, 2015).

(16)

yakni meningkatkan produktivitas tanaman padi. Awal mula terbentuknya gapoktan Surya Tani ini didasari oleh beberapa permasalahan di kelompok tani pada desa tersebut. Desa Tugusari awalnya memiliki 4 kelompok tani yang terdiri dari kelompok tani Krajan I, kelompok tani Krajan II, kelompok tani Krajan III dan kelompok tani Krajan IV. Banyaknya kelompok tani pada desa tersebut ternyata tidak mendukung dengan input pertanian mengenai sarana prasarana, subsidi input pertanian serta informasi, hal ini dikarenakan kelompok tani pada desa tersebut cenderung tidak aktif sehingga tidak memiliki kegiatan tertentu. Melalui hal tersebut maka beberapa perwakilan anggota dari kelompok tani tersebut sepakat untuk membuat gabungan kelompok tani bernama Surya Tani.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surya Tani yang merupakan hasil bentukan dari beberapa kelompok tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember ini merupakan gabungan kelompok tani yang beranggotakan petani dari beberapa kelompok tani tersebut sehingga pembentukannya masih terbilang baru. Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan pada gabungan kelompok tani ini adalah kurangnya pengetahuan dari anggota Gapoktan Surya Tani mengenai budidaya tanaman padi yang baik dan benar. Minimnya bantuan pemerintah seperti subsidi alsintan dimana Gapoktan Surya Tani hanya memiliki satu buah traktor yang digunakan secara bergantian dengan anggota yang lain serta minimnya informasi bidang pertanian seperti penggunaan benih, pemupukan dan informasi bantuan subsidi pemerintah. Anggota kelompok tani Suya Tani secara umum memiliki sifat yang sangat terbuka dalam menerima teknologi.

(17)

8

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi pertanian serta permasalahandi Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

3. Bagaimana manfaat dan kontribusi petani dalam program SL BRIA yang dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi dan permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

3. Untuk mengetahui manfaat dan kontribusi petani terhadap program SL BRIA yang dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

1.3.2 Manfaat

1. Bagi pemerintah, adanya program dapat meningkatkan sektor pertanian karena petani menjadi lebih memiliki kemampuan dalam kegiatan budidaya padi. 2. Bagi mahasiswa, adanya program dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan

mengenai penerapan kegiatan budidaya padi.

(18)

1.4 Sasaran Program

(19)

10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dan Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses menjadikan suatu masyarakat menjadi berdaya dengan mengenalipotensi diri mereka. Masyarakat yang disebut berdaya adalah yang memiliki kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan

intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip

pemberdayaan. Keberdayaan masyarakat disebut juga dengan kemandirian.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat

yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan

sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang

dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki (Widjajanti,

2011).

Konsep pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya

pemberian pengkuasaan terjadap suatu hal. Konsep ini dilakukan dengan

pemberian modal sosial kepada masyarakat agar lebih berdaya. Konsep

pemberdayaan dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa-sedarah dengan aliran

yang muncul pada paruh abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran

post-modernisme. Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang

berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan antideternimisme yang

diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Munculnya konsep pemberdayaan

merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan

tata-budaya sebelumnya yang berkembang di suatu Negara (Amaliyah dan Syawie,

2015).

Menurut Anwas dalam Astuti dkk. (2014) mengatakan bahwa

pemberdayan masyarakat merupakan suatu upaya atau langkah untuk

memberdayakan masyarakat sehingga suatu masyarakat mampu bersifat mandiri

terhadap dirinya sendiri. Pemberdayaan masyarakat berfokus kepada pengubahan

mayarakat menuju arah yang lebih baik sehingga mampu mensejahterakan

(20)

pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegatan yang bertujuan mengoptimalkan

keberdayaan atau kemampuan masyarakat kelompok lemah untuk mengatas

berbagai permasalahan termasuk kemiskinan.

2.2 Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani, yang dibentuk atas dasar sesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan social, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan petani lainnya. Pembentukan kelembagaan pertanian bertujuan untuk mewujudkan kemandirian yang mampu mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya yang ada dan memutuskan ketergantungan dari input serta keikutsertaan pihak dari luar lembaga. Pembentukan kelembagaan umumnya diawali dengan menggunakan konsep kelembagaan yang sederhana yang terdiri dari ketua, wakil, sekretaris dan bendahara. Sistem ini digunakan karena masih minimnya pengetahuan petani terhadap kelembagaan dan seluruh sistem ideal yang harus dipenuhi (Parma, 2014).

Kelembagaan pertanian yang sudah berjalan cukup baik menggunakan sistem awal yang sederhana, sedikit demi sedikit diarahkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik. Hal ini didasari adanya tuntutan merevitalisasi sistem dan pertumbuhan pertanian yang dilakukan salah satunya dengan pembinaan teknis dan sosial kepada petani. Selanjutnya, dengan peningkatan kompetensi masyarakat yang semakin tinggi, maka tiga pilar kelembagaan yang menghasilkan norma, regulasi, kultural-koqnitif sehingga menyediakan pedoman akan terwujudkan dimana hasil ini meruapakan salah satu parameter kelembagaan yang ideal (Nurani dkk., 2016).

(21)

12

meningkatkan kemampuan petani. Selain itu, idealnya pula dalam menyusun kegiatan, seluruhnya didukung oleh petani atau lembaga terutama dalam bidang pendanaan yang berasal dari sistem keuangan yang terus berjalan misalnya dengan kegiatan kooperasi dan simpan pinjam (Nashwari dkk., 2016).

2.3Teori Kelompok

Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling tergantug dalam rangka memenuhi tujuan bersama menyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi. Seseorang yang sama-sama berada disuatu tempat tetapi tidak berinteraksi dan memiliki tujuan sendiri-sendiri bukanlah kelompok melainkan agregat. Orang-orang yang tergabung dalam satu kelompok menurut pendapat ini memiliki tujuan bersama yang diperjuangkan. Kelompok-kelompok yang terbentuk biasanya berdasarkan provesi, keilmuan, politik dan lain-lain(Parma, 2014).

Menurut para ahli kelompok juga memiliki artian sekumpulan manusia yang merupakan kesatuan dan mimiliki identitas, dimana identitas itu bisa berupa adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi manusia dan hidup dalam masyarakat itu sendiri, serta memiliki tujuan bersama. Menurut Joseph De Vitro (1997),kelompok merupkan sekumpulan individu yang berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuna bersama dan adanya organisasi atau struktur diantara mereka. Kelompok satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda tergantung tujuan yang akan mereka capai (Astuti dkk., 2014).

Pemimpin dibutuhkan dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemimpin memiliki kewajiban untuk membimbing anggotanya supaya bisa bekerjasama untuk mencapai tujuan. Pemimpin kelompok ini memiliki andil yang cukup besar karena memiliki tanggung jawab mengarahkan anggotanya menuju tujuan yang telah ditetapkan bersama (Thamrin, 2006). Manfaat dari pendirian kelompok diantaranya :

1. Orang-orang lain menjadi sumber imformasi yang sangat penting.

(22)

3. Kelompok membantu menegakkan norma social, aturan yang implisit atau ekplisit mengenai perilaku yang dapat diterima.

2.4Konsep Sekolah Lapang Petani

Sekolah lapang bagi petani merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi, yang dilakukan dengan pendekatan mengenalkan petani pada sistem budidaya baru dan pengetahuan baru. Sekolah lapang petani untuk tanaman padi merupakan kegiatan penyuluhan dimana penyuluh dan petani peserta sekolah lapang tersebut saling bertukar pengalaman, berdiskusi serta melakukan praktek budidaya padi sesuai anjuran yang kemudian dilakukan pembinaan oleh penyuluh pendamping. Komponen dari adanya sekolah lapang dipilih sesuai dengan spesifik lokasi dan kearifan lokal yang sudah ada, dimana pemilihan tersebut tetap memperhitungkan komponen potensi serta kendala yang nantinya akan timbul selama pelaksanaan sekolah lapang (Mulyani dan Jumiati, 2015).

Respon merupakan reaksi yang timbul dari pengamatan terhadap objek tertentu yang mampu memberikan kesimpulan mengenai baik atau buruknya suatu kegiatan. Respon petani merupakan perubahan sikap petani yang diakibatkan oleh adanya rangsangan (stimulus) dari luar dan dari dalam diri petani dalam wujud melaksanakan program, memperluas areal tanam, pengorganisasian kelompok dan mengumpulkan serta menyebarluaskan informasi teknologi. Secara visual atau kualitatif, respon petani dapat diketahui dengan melihat sikap dan keaktifan petani dalam mengikuti suatu kegiatan seperti sekolah lapang yang diadakan oleh penyuluh. Sedangkan secara kuantitatif, untuk mengetahui tingkat respon petani dalam mengikuti sekolah lapang adanya dengan perhitungan skor atau metode skoring menggunakan variabel manfaat dan kontribusi (Novia, 2011).

(23)

14

(24)

15

BAB 3. METODE PRAKTEK LAPANG

3.1 Metode Penentuan Daerah Praktek Lapang

Praktek lapang dilakukan di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Penentuan daerah praktek lapang dilakukan secara sengaja (purposive) artinya penentuan daerah berdasarkan dengan beberapa pertimbangan (Jefri dan Supriana, 2014). Penentuan daerah juga dilakukan dengan adanya informasi dari pemateri dari program yang tengah berjalan di Gabungan Kelompok Tani Surya Tani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Program dan partisipasi petani dalam program tersebut menjadi pertimbangan kami dalam menentukan daerah praktek lapang. Program SL BRIA ini diikuti hampir seluruh petani di Desa Tugusari Kecamatan Kabupaten Jember dan sebagian besar penduduk di desa tersebut adaah para petani jadi program ini hampir menjangkau seluruh warga dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan warga di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Adanya program SL BRIA di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember dapat dikatakan sebagai program dalam pemberdayaan masyarakat karena adanya program memiliki berbagai manfaat dan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Oleh karena itu kelompok kami melaksanakan praktek lapang di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

3.2 Metode Praktek Lapang

(25)

16

Pak Totok. FGD dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017 di Rumah Pak Totok di Desa Tugusari KecamatanBangsalsari Kabupaten Jember pada pukul 15.30 WIB tepatnya setelah kegiatan program dilaksanakan. Kegiatan FGD dilakukan dengan diskusi langsung bersama para petani yang mengikuti program dan pelaksana pada hari tersebut. Antusiasme dari para peserta sangat tinggi sehingga pelaksanaan FGD berjalan dengan lancar.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Data yang kami kumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang kami lakukan ada tiga metode, metode tersebut yaitu :

1. Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara ditujukam kepaa suatu perorangan ataupun kelompok guna mendapatkan suatu data (Racmawati, 2012). Data yang kami peroleh dari wawancara ini berupa data primer (data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya). Wawancara pada Perkumpulan Kelompok Tani “Surya Tani” yang kami lakukan memperoleh informasi tentang ketua dari Kelompok Tani “Surya Tani” yaitu bapak Totok, tanggal pendirian Kelompok Tani “Surya Tani”, dan Latar belakang didirikannya Kelompok Tani “Surya Tani”.

2. Observasi

(26)

saat ini sedang berlangsung yaitu SL-PTT padi yang difasilitatori oleh BRIA. Data sekunder yang kami peroleh yaitu struktur organisasi Perkumpulan Kelompok Tani “Surya Tani”. Imformasi yang kami peroleh dari hasil observasi ini juga termasuk kedalam data kualitatif (data yang tidak bisa diangkakan). 3. FGD (Focus Group Discussion)

Focus Group Discusson (FGD) atau diskusi kelompok terarah merupakan suatu bentuk kegiatan pengumpulan data melalui wawancara kelompok dan pembahasan dalam kelompok dimana sebagai alat atau media paling umum digunakan metode PRA (kegiatan pengkajian keadaan pedesaan secara partisipatif) atau ZOPP (kegiatan perencanaan proyek berorientasi kepada tujuan). (Endrizal, 2014). Focus Group Discussion selain sebagai metode yang digunakan dalam proses pengambilan data juga dapat digunakan sebagai metode untuk penyampaian materi, merujuk pada penelitian yang dilakukan Rizki (2012). FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno S. dkk., 1999 dalam Paramita 2013). Data yang diperoleh dari FGD ini termasuk dalam data primer. Hasil yang kami peroleh dari FGD yaitu kami mendapatkan imformasi manfaat yang dirasakan oleh petani ketika mengikuti SL BRIA. Petani yang kami ajak berdiskusi dengan metode FGD ini juga mampu memberikan skoring terhadap nilai manfaat yang didapat. dan nilai kontribusi yang dikeluarkan.

3.4 Metode Analisis Data

(27)

18

No Manfaat yang di Rasakan Skor Manfaat (0-10)

Tabel 3.1 Nilai manfaat dan konstribusi

Tabel diatas merupakan tabel nilai manfaat dan kontribusi FGD (Focus Group Discussion), kolom manfaat pada tabel diisi dengan manfaat apa yang selama ini didapat oleh narasumber dalam mengikuti suatu program. Manfaat yang diperoleh narasumber kemudian di berikan skor dengan rentang nilai 0-10, skor tersebut di masukkan kedalam kolom skor manfaat. Narasumber ketika melakukan usaha mengikuti program yang memberikan manfaat tersebut pastinya mengeluarkan kontribusi seperti waktu, tenaga, pikiran, uang dan lain-lain, kontribusi yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat ini di berikan skor dengan rentang nilai 0-10 dimasukkan kedalam skor kontribusi. Skor manfaat dan kontribusi yang telah didapat dijumlahkan dan dimasukkan kedalam kolom total. Program yang diikuti oleh narasumber dikatan memberikan manfaat yang besar jika nilai skor aktual manfaat lebih besar dari skor aktual kontribusi, begitu juga sebaliknya jika nilai aktual skor kontribusi lebih besar berarti manfaat dari program sangat kurang bahkan tidak berfanfaat. Nilai skor aktual manfaat dan nilai skor aktual kontribusi diperoleh dengan rumus berikut:

(28)

19

BAB 4 GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI

4.1 Sejarah Kelompok Tani

Sehubungan dengan semakin komplek masalah yang timbul dalam bidang pertanian kususnya di daerah tugusari kecamatan bangsal sari kabupaten jember maka petani memutuskan untuk membentuk kelompok tani. Kelompok tani ini kedepannya diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi dan tukar pengalaman dari semua petani di desa Tugu sari. Pertimbangan utama terbentuknya Perkumpulan Kelompok Tani “Surya Tani” adalah modal sosial yang merupakan modal utama yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu bangsa. Menyongsong era globalisasi dan era lepas landas, setiap bangsa memerlukan sumber daya manusia (SDM) dalam perspektif modal sosial yang memiliki keunggulan prima dan memiliki kualitas tinggi yaitu di samping menguasai iptek juga harus memiliki sikap mental yang sesuai dengan kompetensinya. Modal sosial yang besar harus dapat diubah menjadi suatu aset yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Tindakan yang cermat dan bijaksana harus dapat diambil dalam membekali dan mempersiapkan modal sosial, sehingga benar-benar menjadi aset masyarakat bangsa yang produktif dan bermanfaat serta berkualitas untuk dijadikan acuan dan himbauan dalam proses pengembangan masyarakat.

(29)

20

Kelompok Tani “Surya Tani”didirikanpada tanggal 17 Desember 2007untuk memecahkan dan mengantisipasi masalah yang berkelanjutan, dengan anggota sebanyak 345 petani, kelompok tani ini dekatuai oleh bapak Totok suhandoyo kelompok tani ini memiliki Noreg 350919009-57825-397618. Kelompok tani ini mempunyai tujuan untuk mengayomi petani yang ada di desa Tugu Sari dan menjadi wadah aspirasi serta tempat bertukar pengalaman antara petani satu dengan yang lain. Kelompok tani ini juga menjadi sarana bagi pihak penyuluh untuk melakukan program penyuluhan agar petani di desaTugu Sari ini tidak tertinggal dalam hal teknologi dan teknik bertani yang baru.

4.2 Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani Kepala Desa Tugusari

PELINDUNG

Bpk. Totok KETUA

Bpk. Ach.Santoso SEKRETARIS

Bpk.Syaiful Bahri BENDAHARA Bpk. Buri Cahyono

WAKIL KETUA

(30)

Gapoktan Surya Tani memiliki struktur organisasi terdiri dari pelindung, ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris serta anggota. Gapoktan Surya Tani diketuai oleh BapakTotok. Ketua kelompok tani ini dibantu oleh bendahara dan sekretaris. Struktur organisasi Gapoktan ini dianggotai oleh KelompokTaniKrajan I, KelompokTaniKrajan II, KelompokTaniKrajan III, danKelompokTaniKrajan IV yang masing-masingberjumlah 25 orang. Gapoktan Surya Tani ini dilindungi oleh kepala desa Tugusari. Ketua Gapoktan bertugas memantau danmengkoordinir kegiatan petani serta memberikan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sehingga pada akhirnya kelompok tani ini menjadi aktif, meskipun beberapa anggota petani masih ada yang pasif. Gapoktan Surya Tani terdiri dari berbagai ketua kelompok tani yang terbagi menjadi 4 plot wilayah, yaitu ketua kelompok tani Krajan I, ketua kelompok tani Krajan II, ketua kelompok tani Krajan III, dan ketua kelompok tani Krajan IV. Ketua kelompok tani dari berbagai plot wilayah ini mewakili para anggotanya. Sehingga apabila nanti ada informasi dari Gapoktan maka ketua akan langsung menyampaikan pada anggotanya.

Pengurus Gapoktan dan pengelola unit/bidang usaha agribisnis/jasa Gapoktan berdedikasi untuk memajukan usahatani Gapoktan. Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani terdiri dari ketua Gapoktan yang mempunyai kedudukan tertinggi yaitu sebagai pemimpin. Di bawah Ketua ada sekretaris dan bendahara yang merupakan pengurus harian Gapoktan. Struktur organisasi Gapoktan terdiri dari beberapa unit yang mempunyai fungsi dan tujuan sesuai dengan unit/bidangnya.

(31)

22

hasil pertaniannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.82 tahun 2013 tentang pedoman pembinaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani, struktur organisasi terdiri dari lima unit/bidang yang terdiri dari unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran, dan unit usaha keuangan mikro. Terdapat sedikit perbedaan antara struktur organisasi yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pertanian No.82 tahun 2013 dengan struktur organisasi Gapoktan Surya Tani, yaitu pada struktur organisasi Gapoktan Surya Tani unit keuangan bergabung menjadi dengan unit saprodi.

4.3 Perkembangan Kelompok Tani

Perkembangan kelompok tani di Indonesia khususnya di Kabupaten Jember sudah banyak berubah menjadi kelompok tani dengan sistem organisasi yang jelas dan berkembang serta memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan. Ini merupakan hasil dari kegiatan pemberdayaan yang berhasil dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan komunitas. Pemberdayaan komunitas memiliki pengaruh besar dalam berbagai hal misalnya menciptakan dan menumbuhkan motivasi masyarakat serta memiliki peran besar dalam pembangunan yang aktif dan kreatif.

Perkembangan kelompok tani yang semakin baik diperoleh dari adanya program kelompok tani yang ingin meningkatakn keterampilan dan pengetahuan dalam bidang pertanian dengan mengkolaborasikan bersama berbagai pihak antara lain penyuluh pertanian dan formulator (akademisi). Penyuluhan pertanian memiliki peran penting dalam membantu petani untuk menyelesaikan dan meningkatkan hasil padi. Harapan adanya kegiatan ini adalah pengetahuan dan keterampilan petani yang meningkat dalam mengelola dan mempraktikan panca usaha tani (Triwidarti dkk., 2015).

(32)
(33)

24

BAB 5. PEMBAHASAN

5.4 Kondisi Pertanian Serta Permasalahan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

Desa Tugusari Kecamatan Bangsal Sari Kabupaten Jember sebagian masyarakatnya bekerja sebagai petani. Tingkat pendidikan dan pengetahuan akan bercocok tanam yang kurang menjadi masalah bagi petani di desa ini. Petani dalam bercocok tanam kususnya tanaman padi masih menggunakan cara turun-temurun dari orang-orang terdahulu. Kondisi seperti ini membuat produksi dari pertanian yang dihasilkan rendah. teknik bercocok tanam yang masih turun temurun ini juga menjadikan lahan yang digarap petani tidak berkelanjutan karena petani menggunakan masukan input dari luar yang terlalu intensif.

Sistem penanaman padi oleh petani di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember tergolong konvensional. Proses budidaya padi dilakukan dengan teknik lama yang minim inovasi teknologi. Masyarakat masih mengandalkan pemeliharaan yang konvensional sehingga untuk memacu produktivitas membutuhkan upaya yang sangat besar. Penggunaan sistem konvensional sendiri dilakukan karena petani telah mempercayai teknik tersebut dan telah dilakukan dari generasi ke generasi sehinggapetani enggan untuk menerapkan inovasi baru dalam proses budidaya. Hal yang demikian itu menyebabkan rendahnya produktivitas padi mengingat sistem konvensional yang kurang ramah lingkungan akan menurunkan kualitas lahan dan produktivitas lahan tersebut.

(34)

masyarakat desa menyebabkan pembagian air harus dilakukan secara adil dan bergantian. Hal tersebut dikarenakan sumber air satu-satunya yaitu pada embung atau bendungan buatan. Sumber air dari embung mengandalkan air hujan. Hal tersebut menyebabkan pengairan dilakukan secara periodik ke setiap daerah tidak sesuai dengan waktu dimana saat air dibutuhkan. Air tersedia yang hanya dalam periode tertentu menyebabkan penanaman yang dilakukan harus menyesuaikan jadwal pergiliran air sehingga ketepatan waktu sesuai SOP penanaman tidak dapat terpenuhi. Hal demikian juga menjadi penyebab kurang maksimalnya proses budidaya pada tanaman padi di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

Masalah lain yang terdapat di wilayah Desa Tugu Sari yaitu keterbatasan sarana produksi seperti traktor atau sejensnya. Hal tersebut menyebabkan sering kali tersendatnya proses produksi akibat sarana yang kurang seperti bajak. Keterbatasan sarana seperti traktor menyebabkan kemoloran proses budidaya tanaman padi. petani terpaksa menunggu antrian untuk dapat giliran sawahnya di olah. Hal tersebut menyebabkan penanaman bisa mengalami kemunduran dari rencana pindah tanam yang disusun diawal. Oleh karena itu penerapan sistem tanam modern seperti SRI yang mengharuskan pindah tanam maksimal bibit usia 14 hari setelah sulit untuk diterapkan. Penerapan teknologi lain seperti pengolahan tanah bertahap yang mengharuskan dilakukan pengolahan dengan tahapan interval waktu tertentu juga sulit diterapkan. Masayarakat hanya bisa menunggu giliran sawahnya agar bisa diolah untuk kemudian ditanami.

(35)

26

juga terjamin. Ketika suatu masyarakat telah memiliki tingkatan pendidikan yang cukup maka peningkatan produksi pertanian juga dapat berkelanjutan.

5.5 Upaya yang Dilakukan untuk Menyelesaikan Permasalahan Pertanian yangAda di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Permasalahan pertanian yang ada di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu produktivitas padi yang rendah. Rendahnya produktivitas padi disebakan oleh petani yang belum bisa memahami cara budidaya padi secara baik dan benar. Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikaan permasalahan pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember melalui program sekolah lapang. Sekolah Lapang adalah sebuah pendekatan pelatihan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan serta keahlian petani. Sekolah lapang yang dilaksanakan diGapoktan Surya TaniDesa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu Sekolah Lapang BRIA.

Sekolah Lapang BRIA (Better Rice Initiative Asia) merupakan program kemitraan antara sektor publik dan swasta atau dikenal dengan Public Private Partnership (PPP), antara Pemerintah Jerman melalui German International Cooperation (GIZ) dengan pihak swasta BASF di bawah payung kerjasama German Food Partnership (GFP) yang selanjutnya diimplementasikan secara bersama dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Program BRIA bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara peningkatan produksi padi secara berkelanjutan serta membangun akses pasar yang lebih baik. Sekolah Lapang BRIA dilakukan pertemuan rutin setiap hari Jumat jam 12.30 WIB oleh petugas penyuluh lapang. Penyampaian materi dilakukan di ruangan dan di lapang untuk melakukan praktik secara langsung. Sekolah Lapang BRIA mengajarkan petani cara budidaya padi dari proses pemilihan bibit sampai proses panen.

(36)

budidaya. Penerapan teknologi yang tepat guna akan mempengaruhi peningkatan hasil budidaya sehingga dapat meningkat dibandingkan dengan sebelumnya.

Pelatihan yang diberikan pada sekolah lapang meliputi dari awal proses budidaya tanaman padi hingga tahap pemanenan. Pertamakali yang dilakukan adalah pelatihan pemilihan bibit dan pengetahuan jenis label pada benih yang bertujuan untuk memperoleh bibit padi bernas sehingga benih tumbuh menjadi bibit yang sehat. Pelatihan ini dilakukan dengan cara perendaman benih kedalam larutan garam selama 1 malam. Benih yang tenggelam merupakan benih bernas sedangkan benih yang mengapung sebaiknya tidak ditanam. Pengetahuan tentang jenis label dan artinya sangat bermanfaat untuk petani sehingga petani dapat membeli benih ber label sesuai dengan kegunaannya.

Pelatihan yang kedua yaitu pencadraan sifat tanah dan pemupukan. Pe;atihan dilakukan dengan cara pengambilan sampel pada setiap plot petak sawah petani kemudian dilakukan analisa di laboraturium milik SL-BRIA. Hasil analisis tanah digunakan untuk menentukan dosis dan cara pemupukan serta cara pengairan sawah. Hal ini sangat berguna bagi petani dikarenakan dengan mengetahui cara pemupukan dan dosis pupuk yang benar akan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Teknik pengairan juga ditentukan berdasarkan analisa sifat tanah yang berbeda (jenis tanah pasiran, berlempung) sehingga tanaman tetap tersuplai kebutuhan airnya.

(37)

28

ini tidak sesuai diterapkan di lahan petani karena terdapat hama keong mas. Penanaman bibit umur dibawah 15 hari mengakibatkan bibit banyak yang mati akibat serangan hama keong mas. Oleh karena itu penanaman bibit dilakukan pada saat bibit berumur lebih dari 15 hari sehingga batang bibit sudah cukup kuat.

(38)

5.6 Manfaat dan Kontribusi Petani dalam Program SL BRIA yang Dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

Keadaan petani di gapoktan Surya Tani yang masih minim informasi mengenai kegaitan bertanam padi yang baik dan benar akhirnya menumbuhkan ide untuk membuat sekolah lapang yang disitu mengajarkan petani secara langsung tentang cara bercocok tanam dan teknologi bercocok tanam. Sekolah lapang yang dilakukan di Gapoktan Surya Tani Desa Tugusari ini difasilitasi oleh pihak BRIA. Sekolah lapang ini masih mengajarkan pada petani cara bertanam padi yang baik dan benar serta teknologi inovasi yang bisa digunakan. Petani yang dalam mengikuti sekolah lapang ini sangat antusias dan aktif, petani tidak sungkan-sungkan bertanya jika dirasa mereka belum paham dengan apa yang dijelaskan oleh fasilitator sekolah lapang tersebut, sehingga kegiatan sekolah lapang ini dilakukan secara dua arah baik dari fasilitator maupun peserta.

Sekolah lapang BRIA ini memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusinya menurut pehitungan FGD. Sekolah lapang BRIA yang diadakan di Desa Tugusari ini selain memberikan manfaat mengenai bercocok tanam yang baik juga memberikan mafaat silaturahmi antar anggota. Kontribusi yang besar terletak pada poin pemilihan benih menurut petani, karena dalam melakukan pemilihan benih petani harus meluangkan waktu lebih banyak dan biaya yang agak tinggi. Manfaat yang didapatkan petani dalam mengikui sekolah lapang BRIA diantaranya : mengetahui seleksi benih, pemupukan, cara penanaman, pengairan dan pengendalian hama terpadu terhadap tanaman padi.

Analisis manfaat dan kontribusi sebagai cara untuk mengetahui keadaan yang dilakukan oleh petani dilakukan pada Kelompok Tani Surya Tani dengan hasil

Mempererat hubungan silaturahmi 9 2

Mengetahui sifat tanah dan pemupukan 7 4

Mengetahui cara pemupukan yang benar 9 1

(39)

30

Mengetahui jenis label atau benih 6 6

Mengetahui umur bibit 6 7

Mengetahui cara tanam padi yang baik dan benar 8 2

TOTAL 53 25

% 17% 4%

Tabel 5.1 Hasil Skoring FGD Sumber : Data primer hasil FGD kelompok tani Surya Tani

% manfaat = 539 x 100% = 17%

% kontribusi =251 x 100% = 4%

Data pada Tabel 5.1 kegiatan FGD yang dilakukan di Desa Tugusari pada Gapoktan Surya Tani menghasilkan 7 manfaat yang didapatkan dari adanya program SL BRIA. Manfaat yang didapatkan merupakan pendapat dari peserta FGD yang terdiri dari para petani anggota gabungan kelompok tani. Manfaat-manfaat yang diperoleh kemudian dilakukan proses skoring untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh dengan rentang skor 1-10. Berdasarkan tabel 5.1 Diketahui dari 7 manfaat, terdapat 2 manfaat yang mendapatkan nilai paling tinggi yakni mempererat hubungan silaturahmi dan mengetahui cara pemupukan yang benar dengan skor 9. Pemberian skor 9 pada kedua manfaat tersebut dirasa paling sesuai karena keduanya memiliki manfaat yang paling terasa dan memiliki dampak yang sangat baik terhadap para peserta sehingga pemberian skor pada kedua manfaat paling tinggi.

(40)

sebelumnya. Manfaat dengan skor terendah yaitu mengetahui jenis label atau benih dan mengetahui umur bibit dengan skor 6. Pemberian skor yang cukup kecil dibandingkan dengan manfaat lainnya didasarkan pada manfaat yang dirasakan secara langsung oleh para peserta. Adanya program SL BRIA ini memberikan kedua manfaat tersebut tetapi penerapannya pada kegiatan pertanian para peserta kurang dapat diterima karena terdapat beberapa dampak lain yang akan diterima oleh peserta jika manfaat tersebut dilakukan.

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skoring atau nilai yang diberikan masyarakat pada kontribusi atau pengorbanan cenderung sedikit. Hal tersebut dikarenakan masyarakat petani Gapoktan Surya Tani berasumsi bahwa pengorbanan tersebar dari kegiatan SL-BRIA ini adalah kontribusi waktu luang yang umumnya jarang dimiliki oleh masing-masing petani karena kegiatan ini membutuhkan waktu luang untuk berkumpul. Selain hal tersebut kontribusi yang perlu dikeluarkan adalah penggunaan mesin pertanian dan teknik-teknik penanaman padi yang telah diajarkan dalam Sekolah Lapang BRIA.

Manfaat petani dalam mengetahui umur bibit ternyata memiliki nilai kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan nilai manfaat. Artinya pada manfaat yang diperoleh petani mengenai umur bibit dibutuhkan kontribusi yang cukup besar hingga melebihi nilai manfaatnya itu sendiri. Petani pada kelompok tani Surya Tani mengungkapkan perlunya nilai kontribusi tinggi pada manfaat umur bibit dikarenakan hal tersebut memerlukan tenaga kerja dan alsintan (alat mesin pertanian) yang ternyata sulit untuk diterapkan.

Manfaat lain dari program SL-BRIA berupa mengetahui jenis label atau benih yaitu baik tidaknya benih memiliki nilai skoring yang seimbang antara nilai manfaat dan kontribusi. Hal tersebut dikarenakan dalam mencapai manfaat tersebut diperlukan kontribusi yang rumit. Kontribusi tersebut seperti tahap penyeleksian benih dan biaya yang tinggi untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk dapat mencapai manfaat mengenai jenis label dan seleksi benih.

(41)

32

memerlukan analisis tanah terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan unsur hara tersedia didalam tanah. Sementara itu pada manfaat pengairan, menurut masyarakat petani Gapoktan Surya Tani diperlukan pembuatan saluran irigasi yang membutuhkan biaya besar.

Permasalahan yang muncul saat pelaksanaan FGD adalah pada pelaksanaan program sekolah lapang BRIA yang melibatkan Gapoktan “Surya Tani” di Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Program ini memiliki sejumlah manfaat yang dihasilkan, ditinjau pula melalui angka skoring yang didapatkan dengan menggunakan metode FGD. Berdasarkan sejumlah manfaat pelaksanaan yang disampaikan oleh petani dalam pelaksanaan FGD, terdapat salah satu poin manfaat yang memiliki nilai kontribusi lebih besar dibanding nilai manfaatnya sehingga dalam penerapannya kurang berjalan dengan baik, yaitu mengetahui umur bibit yang baik atau tepat serta benih berkualitas untuk kegiatan budidaya tanaman padi. Pengetahuan tentang benih yang baik ini susah diterapkan karena menurut petani membutuhkan beberapa alat dan bahan tambahan (seperti telur dan larutan garam) untuk melakukan proses seleksi benih yang sekaligus menambah biaya dan waktu (butuh minimal 1 malam untuk mendapatkan hasil seleksi benih) yang dibutuhkan. Kendala pada penerapan penggunaan bibit dengan umur yang tepat yakni pada keterbatasan tenaga kerja untuk memastikan benih siap digunakan pada umur yang tepat karena proses pindah tanam yang memakan waktu, dan belum tentu pekerja (buruh tani) tersedia pada waktu yang sesuai dengan umur optimum bibit. Petani juga telah terbiasa dengan perkiraan waktu optimum bibit yang telah mereka terapkan sebelumnya.

(42)

berikutnya bisa menghemat biaya untuk penyediaan bahan penguji. Penggunaan benih unggul yang telah memiliki label dari Dinas Pertanian juga dapat meminimalisir adanya benih yang tidak bernas, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian atau seleksi benih karena kualitas benih yang ada telah teruji.

Dampak negatif keberadaan program Sekolah lapang BRIA bagi petani adalah waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan yang produktif dan kegiatan lainya, dialokasikan untuk kegiatan sekolah lapang. Petani melaksanakan kegiatan sekolah lapang disepakati dilaksanakan setiap hari Jum’at jam 13,00 setelah melaksanakan ibadah Shalat Jum’at hingga selesai. Siang hari pukul 13,00 adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat orang selepas melakukan aktivitas sebelumnya.

Kegiatan sekolah lapang dilaksanakan umumnya mulai dari jam 13.00 hingga jam 16.00 atau lebih tergantung materi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian. Salah satu penyebab lamanya proses kegiatan disebabkan masyarakat petani yang tidak hadir tepat waktu jam 13.00 melainkan sering kali datang jam 14.00. Akibatnya, waktu selesai program menjadi lebih sore dari biasanya. Dampak negatif yang timbul adalah waktu bagi petani melakukan kegiatan dilahan menjadi berkurang. Umumnya, sore hari digunakan petani untuk melakukan pemupukan atau penyemprotan pestisida karena pemupukan dan penyemprotan pestisida lebih efektif dilaksanakan pada sore atau pagi hari.

(43)

34

(44)

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Kondisi pertanian di Gapoktan Surya Tani Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yaitu sebagian besar warga berprofesi sebagai petani, tingkat pendidikan petani yang masih rendah sehingga dalam berbudidaya menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang turun temurun dan Permasalahan pertaniannya yaitu penggunaan teknologi yang turun menurun tanpa adanya inovasi dari pengembangan ilmu pengetahuan mengakibatkan permasalahan rendahnya produktifitas tanaman padi.

2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan mengikuti sekolah lapang SL-BRIA yang di program oleh pemerintah untuk menambah pengetahuan sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian.

3. SL BRIA memberikan manfaat lebih besar kepada para petani yang tergabung dalam Gapoktan Surya Tani Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember dibandingkan dengan kontribusi yang dikeluarkan oleh apra petani.

6.2 Saran

1. Bagi pemerintah, perlu adanya perhatian serta dukungan berupa sarana dan prasarana untuk memperlancar kegiatan SL-BRIA sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi yang diterapkan petani di Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

2. Petani sebaiknya dapat menerima adanya teknologi baru dan dapat mempraktekannya sesuai dengan kondisi lahan petani di Desa Tugu Sari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, A.D. dan M. Syawie. 2015. Pembangunan Kemandirian Desa Melalui Konsep Pemberdayaan: Suatu Kajian dalam Perspektif Sosiologi. Sosio

Informa, 1(2): 175-188

Astuti, L.I., Hermawan, dan M. Rozikin. 2014. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Studi pada Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri). Administrasi Publik, 3(11): 1886-1892.

Djaelani, A.R. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Majalah Ilmiyah Pawiyatan, 1(20) : 82-92.

Indrizal, E. 2014. Diskusi Kelompok Terarah. Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 16(1) : 75-82.

Jefri, A dan T. Supriana. 2014. Strategi Pengembangan Pemasaran Usaha Ternak Kelinci di Kabupaten Karo. Social Economic of Agriculture and Agribusiness, 3(7): 1-8.

Jumingan. 2015. Pengembangan Model Credit Scoring Untuk Proses Analisis Kelayakan Usaha Para Anggota Koperasi Simpan Pinjam Di Kabupaten Sragen (Studi Kasus Ksp Dan Usp). Among Makarti, 8(15) : 16-24.

Mulyani, S. I. dan E. Jumiati. 2015. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Pendekatan Sekoah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Agrifor, 14(1): 113-122.

Nashwari, I. P., E. Rustiadi, H. Siregar dan B. Juanda. 2016. Analisis Spasial Kelembagaan Petani Dan Kemiskinan Petani Tanaman Pangan Menggunakangeographically Weighted Regression Di Provinsi Jambi. Majalah Ilmiah Globe, 16(2): 83-94.

Novia, R. A. 2011. Respon Petani Terhadap Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Mediagro, 7(2): 48-60.

Nuraini, C. D. H. Darwanto, Masyhuri, Jamhar. 2016. Model Kelembagaan pada Agribisnis Padi Organik Kabupaten Tasikmalaya. AGRARIS, 2(1): 9-16

(46)

Parma, P. G. 2014. Pengembangan Model Penguatan Lembaga Pertanian Sebagai Prime Mover Pembangunan Kawasan Daerah Penyangga Pembangunan (Dpp) Destinasi Wisata Kintamani – Bali. Ilmu Sosial dan Humaniora, 3(1): 380-394.

Permadi, B., R. Nurmalina dan Kirbrandoko. 2016. Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung. Aplikasi Manajemen, 14(1): 88-97.

Rachmawati, I.N. 2012. Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif: Wawancara. Keperawatan Indonesia, 11(1): 35-40.

Rizki, N. A. 2012. Metode Focus Group Discussion dan Simulation Game Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Kesehatan Masyarakat, 8(1) : 23-29.

Thamrin, H.2006. Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok Masyarakat Prakarsa Pemerintah, Lsm, Dan Swad Aya Masyarakat Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Wawasan, 12(1) : 11-21.

Triwidarti,T., B. Suyadi dan Sukidin. 2015. Peran Kelompok Tani Sampurna Dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani Dan Hasil Produksi Padi Di Desa Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1(1): 1-6.

(47)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Bersama Gapoktan Surya Tani

(48)

Gambar 3. Kegiatan Pemberian Materi dalam SL-PTT BRIA

(49)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER-FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : MIFTACHUL HUDAH

NIM :141510501192

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

2 24/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

3 28/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

(50)

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : TIARA RIZKY O.S

NIM :141510501083

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

2 24/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

3 28/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

(51)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER-FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : PAKEM LARAS S

NIM :141510501047

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

2 24/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

3 28/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

(52)

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : ANGGI ANWAR H.N.

NIM :141510501101

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

2 24/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

3 28/3/2017 Bapak Totok Ketua Gapoktan

(53)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER-FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : AHMAD IKHWANUDIN

NIM :141510501162

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

2 24/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

(54)

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : AKHMAD LUTFI K

NIM :141510501006

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

2 24/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

3 28/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

(55)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER-FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : FEBY AYU L

NIM :141510501183

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

2 24/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

3 28/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

(56)

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR LAPANG PRAKTIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Nama : FARADILLA VARDHA

NIM :141510501225

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama dan pekerjaan Responden TTD Responden 1 17/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

2 24/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

3 28/3/2017 Bapak Totok ketua GAPOKTAN

(57)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER-FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

Asisten Pembimbing : Reinita Dwi Putri A.

Wilayah Lapang : Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

(58)

Jl. Kalimantan Kampus Tegal Boto Jember 68121 Telp/Fax (0331) 334054 Email : faperta@jember.telkom.net.id

DAFTAR HADIR PESERTA FGD PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

2016-2017

Gol./Kel. : B/1

Asisten Pembimbing : RENITA DWI PUTRI A

Wilayah Lapang : DESA TUGUSARI KECAMATAN BANGSALSARI

No Hari/

Tanggal Nama Responden TTD Responden

1

31-4-2017

Rofiki

2 Robi

3 Abdullah

4 Totok S.

5 Ali Mustawan

6 M. Yatmuri

7 Misram

8 Syaiful Bahtiar

9 Sodik

10 Buri Cahyono

11 Anik Fatimah

12 Nur Fanilah

(59)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Hasil ST
Gambar 1.1 Rata-rata Luas Lahan Rumah Tangga Usaha Pertanian di Indonesia,
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gapoktan Surya Tani
Tabel 5.1 Hasil Skoring FGD
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Seperti terlihat dari hasil penelitian menunjukkan berat buah tertinggi saat diberikan Bio organik sebanyak 6% yaitu berat buah sebesar 5,3 kg data berat buah

Analisa hasil dari operasi pompa tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam satu hari total volume debit inflow yang dihasilkan simulasi I sebesar 75,60 m 3 /hari dengan

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

• Setelah mengamati video proses terjadinya hujan, siswa dapat menyusun (C6) informasi secara tertulis tentang perubahan wujud yang terjadi pada proses terjadinya hujan

Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah southern bluefin tuna dengan judul penelitian Optimalisasi dan Strategi Pemanfaatan Southern Bluefin Tuna di Samudera Hindia – Selatan

Permasalahan yang lam yaitu tentang kemampuan individu dalam melakukan kerjasama dengan orang lain, kerjasama yang dimaksud yaitu sejauh mana individu mampu atau dapat

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian berbagai jenis pupuk organik yang disertai dengan pupuk urea menghasilkan lilit umbi berbeda tidak nyata, tetapi pada