• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EXPRESSIVE WRITING THERAPY

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi

Oleh:

STEFANUS TAA

15010110110081

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Era sekarang ini memberikan banyak kemudahan dan kebebasan kepada kita untuk mengekspresi sesuatu, berpendapat, serta melakukan hal apapun sesuka kita. Dengan didukung oleh teknologi modern saat ini kitapun makin dimanjakan. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah menulis. Iya, dengan menulis kita dapat menyalurkan minat sebagai penulis. Menulis dapat juga membuat diri kita lebih rileks, plong karena segala keluh kesah, masalah dan keinginan kita dapat kita tuangkan atau ekspresikan melalui sebuah tulisan, atau lebih tepatnya segala kemauan kita perlahan menjadi nyata dengan di awali dari menulis cita-cita atau keinginan terbesar kita. Menulis juga membuat pikiran kita tidak terasa penuh atau berat yang apabila di biarkan terus menerus dapat berkibat frustasi hingga stress. Seperti diungkapkan oleh Albert Einstein “Aku

melakukannya untuk memenuhi kebutuhan berpikir”. Hal inilah yang membuat

Menulis juga digunakan oleh para psikolog sebagai salah satu teknik ekspresif terapi pada klien.

Orang kadang tidak bisa merasakan ada masalah yang muncul sampai dengan adanya hal destruktif (merusak), yang membuat kehidupan seseorang itu tidak stabil. Diperlukan sebuah kepekaan atau kesadaran diri, agar kita dapat merasakan hal-hal yang kiranya membuat kita tidak nyaman, serta membuat sebuah masalah baru yang sering kali tidak kita sadari.

Menulis diari ini merupakan kegiatan yang sangat populer bagi sebagian orang, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Dan, yang membuat hal ini menarik, diari merupakan hal yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Sedari kecil kita dibiasakan oleh orang tua kita untuk menulis diari. Hal yang ditulis biasanya merupakan kejadian sehari-hari yang berkesan bagi kita.

(3)

adalah untuk menuliskan peristiwa unik dan berkesan agar dapat dikenang dikemudian hari. Sebenarnya, ini bukan pendapat yang salah. Namun, ada satu hal yang tidak kita sadari ketika menulis diari, yaitu sebagai terapi diri yang efektif.

(4)

BAB II TEORI

A. Terapi Ekspresif

Terapi ekspresif didefinisikan sebagai penggunaan seni, musik, tari/ gerakan, drama, puisi/ menulis kreatif, bermain, dan sandtray dalam konteks psikoterapi, konseling, rehabilitasi, atau perawatan kesehatan. Selain itu, terapi ekspresif kadang-kadang disebut sebagai "pendekatan integratif" ketika secara sengaja digunakan dalam kombinasi pengobatan. Salah satu bentu dari terapi ekspresif yaitu terapi menulis ( Writing Expressive Therapy)

 Sejarah Singkat Terapi Ekspresif

McNiff (1981, 1992) mengusulkan bahwa seni secara konsisten menjadi bagian kehidupan serta menyembuhkan sepanjang sejarah umat manusia. Sekarang, terapi ekspresif memiliki peran yang semakin diakui dalam kesehatan jiwa, rehabilitasi, dan obat-obatan. Namun menurut McNiff, terapi ini telah digunakan sejak zaman kuno sebagai pencegahan dan bentuk pengobatan. Misalnya, Mesir dilaporkan telah mendorong orang dengan penyakit mental untuk terlibat dalam kegiatan seni (Fleshman & Fryrear, 1981), dan kisah Raja Saul dalam Alkitab menggambarkan Musik yang menenangkan atribut.

Kemudian, di Eropa pada masa Renaissance, dokter dan penulis Robert Burton berteori bahwa imajinasi memainkan peran dalam kesehatan dan kesejahteraan, sementara filsuf Italiade Feltre mengusulkan bahwa tarian dan bermain sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak (Coughlin, 1990).

Ide menggunakan seni sebagai tambahan untuk perawatan medis muncul pada periode dari tahun 1800-an hingga 1900-an bersama Advent. Selama ini mulai muncul gerakan untuk memberikan pengobatan secara lebih manusiawi untuk penderita penyakit mental dan "terapi moral" termasuk keterlibatan pasien dengan seni (Fleshman & Fryrear, 1981).

Joseph Moreno (1923), pendiri psikodrama, mengusulkan penggunaan ditetapkan sebagai cara untuk memulihkan kesehatan mental. Dia juga menggambarkan penggunaan citra kreatif yang positif, pembalikan peran, dan "Monodrama" (di mana peserta enacts semua bagian dari diri).

(5)

Prinzhorn, menjadi tertarik dalam seni pasien dengan penyakit mental yang berat (Vick, 2003).

Akhirnya, bidang sandplay, terapi sandtray, dan dasar terapi bermain hadir di Margaret Lowenfeld "Dunia Teknik" pada tahun 1920 (Lowenfeld, 1969). Lowenfeld mulai pelatihannya sebagai seorang dokter anak dan kemudian mulai melakukan pengamatan tentang bermain anak-anak, mengembangkan metode yang menggunakan mainan untuk memahami aspek psikososial pada anak.

Terapi seni kreatif menjadi lebih dikenal secara luas selama 1930-an dan 1940-an ketika psikoterapis d1940-an senim1940-an mulai menyadari bahwa ekspresi diri melalui metode nonverbal seperti melukis, membuat musik, atau gerakan mungkin bisa membantu untuk orang dengan penyakit mental yang berat. Karena ada banyak pasien yang mengatakan "obat berbicara" adalah tidak praktis, terapi seni secara bertahap mulai menemukan tempat dalam pengobatan.

Asosiasi profesi bagi para praktisi seni, musik, dan terapi ekspresif lainnya telah didirikan dan program universitas dalam pelatihan praktisi sebagai modalitas ini berkembang pesat. Selama beberapa dekade terakhir, terapi bermain dan terapi sandplay juga telah menjadi bagian dari latihan terapi ekspresif dan telah mengembangkan dasar teoritis tertentu, metodologi, pelatihan, dan asosiasi profesi.

Apalagi baru-baru ini, terapi ekspresif telah dimasukkan ke dalam menangani berbagai kesehatan mental, rehabilitatif, dan pengaturan medis, baik sebagai bentuk primer maupun bentuk tambahan pengobatan. Sebagai contoh terapi musik dan imagery sekarang digunakan secara rutin kepada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk mengurangi nyeri, relaksasi, dan melahirkan. Seni dan bermain terbukti menjadi penting sebagai pembekalan trauma, resolusi dan pemulihan kepada anak-anak (Malchiodi, 2001), dan terapi menulis digunakan untuk memperbaiki gejala penyakit seperti asma dan radang sendi serta mengurangi stres pasca trauma pada individu yang memiliki krisis berpengalaman atau loss (Pennebaker, 1997).

 Pendidikan, Kompetensi, dan Standar Pelaksanaan

(6)

pada imajinasi manusia. Mereka juga berpendapat bahwa penggunakan lebih dari satu macam metode terapi akan lebih manjur dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa praktisi juga percaya bahwa agar terapi dapat berjalan efektif maka terapis ekspresif harus memiliki pengalaman yang signifikan dalam seni menggambar, musik, tari, drama, puisi, bermain, ataupun sandtray sehingga dapat secara kompeten menggunakan terapi tersebut.

Terapi ekspresif dapat digunakan sebagai bentuk utama dalam suatu terapi, dengan catatan bahwa terapis memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana modalitas dalam terapi ekspresif dapat diterapkan dalam menangani berbagai gangguan. Namun banyak teknik terapi ekspresif juga digunakan untuk melengkapi berbagai teori psikoterapi dan konseling, seperti psikoanalitik, humanistic, transpersonal, dan lain-lain.

Terdapat standar dalam penggunaan dan penerapan terapi ekspresif bagi para praktisi yang diatur oleh asosiasi-asosiasi seperti The American Art Therapy Association (AATA), the American Music Therapy Association (AMTA), the American Dance Therapy Association (ADTA), the National Drama Therapy Association (NADT), the National Poetry Therapy Association (NAPT), and the Association of Play Therapy (APT). National Coalition of Creative Arts Therapies Associations (NCCATA) juga menawarkan informasi mengenai standar pelaksanaan, kesempatan pelatihan, serta hal lain yang diperlukan untuk para praktisi. Setiap asosiasi masing-masing juga memiliki standar etika yang harus diperhatikan para terapis yang menggunakan terapi ekspresif dalam treatment

maupun asesmen yang dilakukannya.

 Karakteristik Terapi Ekspresif

Terapi Ekspresif menambahkan dimensi yang unik untuk psikoterapi dan konseling karena mereka memiliki karakteristik yang spesifik, tidak selalu ditemukan dalam terapi verbal, namun tidak terbatas pada, (1) self ekspresi, (2) partisipasi aktif, (3) imajinasi, dan (4) pikiran-tubuh koneksi.

Self-Expression

(7)

sentral dari proses terapi. Gladding (1992) menambahkan bahwa melalui bentuk-bentuk ekspresi diri, individu mampu "menunjukkan dan mempraktekkan perilaku yang adaptif".

Ekspresi diri melalui lukisan, gerakan, atau puisi dapat menunjukkan pengalaman masa lalu dan bahkan menjadi katarsis bagi sebagian orang. Ekspresi diri digunakan sebagai wadah untuk perasaan dan persepsi yang dapat memperdalam pemahaman yang lebih besar dalam diri atau dapat diubah, menyebabkan perbaikan emosional, resolusi konflik, dan rasa kesejahteraan.

Partisipasi aktif

Terapi Ekspresif dalam psikologi didefinisikan sebagai "terapi tindakan" (Weiner, 1999) karena metodenya berorientasi pada tindakan, dimana klien diberi kesempatan untuk dapat mengeksplorasi masalah dan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan mereka. Pembuatan seni dan musik, tari dan drama, penulisan kreatif, dan segala bentuk permainan memerlukan partisipasi klien dan investasi energi di dalamnya. Semua terapi ekspresif berfokus untuk mendorong klien menjadi peserta aktif dalam proses terapi. Pengalaman melakukan, membuat, dan menciptakan dapat mengerahkan energi individu, mengarahkan perhatian dan fokus, serta mengurangi stres emosional, yang memungkinkan klien untuk sepenuhnya berkonsentrasi pada isu-isu, tujuan, dan perilaku.

Imajinasi

Dalam terapi ekspresif, pemikiran imajinatif digunakan untuk menghasilkan ekspresi diri. Imajinasi sangat membantu individu dalam mengarahkan dirinya untuk bergerak di luar prasangka mereka melalui eksperimen dengan cara-cara yang baru. Berpikir imajinatif dalam pembuatan seni juga memungkinkan klien untuk mencoba solusi-solusi yang kreatif. Sehingga penggunaan terapi seni, bermain, ataupun sandtray dapat meningkatkan produksi imajinasi serta dapat membantu individu dalam menemukan dan mengembangkan solusi perbaikan menuju perubahan.

Koneksi Pikiran-Tubuh

(8)

dianggap oleh NCCAM sebagai intervensi pikiran-tubuh karena memanfaatkan penggunaan indera untuk melakukan perubahan. Misalnya terapi seni, drama, dan bermain dapat menjanjikan perbaikan bagi stres pasca trauma. Dalam hal ini musik, seni, dan tari/gerakan dapat membantu menekan respon relaksasi tubuh, keadaan tenang, yang diyakini berkaitan dengan persepsi kesehatan, kesehatan, dan kebahagiaan (Benson, 1996). Terapi Ekspresif, khususnya tari, seni, dan terapi bermain, juga mungkin berguna dalam membangun kembali dan mendorong attachment yang sehat melalui pengalaman sensorik, interaksi, dan gerakan.

 Keterbatasan Terapi Ekspresif

Sama halnya terapi lainnya, ada keterbatasan untuk terapi ekspresif dalam hal pengobatan dan intervensi. Pertama, beberapa individu, seringkali orang dewasa, mungkin ragu-ragu untuk terlibat dalam suatu modalitas ekspresif dalam terapi karena mereka merasa bahwa mereka tidak "kreatif" atau tidak dapat menghasilkan sesuatu yang artistic. Selain itu, orang-orang dengan pengalaman yang luas dalam lukisan, musik, atau tari mungkin tidak dapat melepaskan aturan belajar tentang ekspresi diri yang dapat menghambat dalam spontanitas mereka dalam terapi ketika diminta untuk mengekspresikan diri dalam medium khusus mereka.

Bagi terapis yang tidak memiliki pelatihan ekstensif dalam terapi ekspresif, mungkin ada kecenderungan untuk ingin menafsirkan apa yang klien mereka lakukan dalam modalitas tertentu. Hal ini terutama berlaku untuk gambar yang dibuat klien dan ekspresi seni lainnya, praktisi mungkin tergoda untuk memproyeksikan kesimpulan mereka sendiri tentang konten, makna klien yang kadang-kadang hilang tidak seperti yang mereka dimaksudkan.

B. Katarsis dalam Menulis Ekspresif

Katarsis menurut sudut pandang psikoanalisa merupakan ekspresi dan pelepasan emosi yang ditekan. Kadangkala disinonimkan dengan abreaksi yang didefinisikan sebagai mengalami kembali pengalaman emosional yang menyakitkan dalam psikoterapi, biasanya melibatkan kesadaran pada materi yang sebelumnya ditekan (Corsini & Wedding, 1989). Dalam Studies in Hysteria (1895, 1982), yang ditulis

(9)

histeria yang banyak dan bervariasi dengan menggunakan hipnosis. Sebagai tambahan, bagaimanapun, Anna O. menurut Breuer, dibiarkan untuk ikut serta dalam

“membersihkan cerobong asap” yang juga disebut dengan “talking cure”. Ketika dia

berbicara tentang masalah-masalahnya, ia merasa lebih baik, dan simtom-simtomnya pun menghilang. Freud dan Breuer menyebutnya dengan “cathartic method”, suatu

pembersihan konflik emosional di dalam diri melalui berbicara tentangnya. Metode katarsis ini pelopor psikoterapi, tritmen perilaku abnormal melalui teknik psikologis. Penemuan ini akhirnya membawa Freud untuk mengembangkan psikoanalisis, suatu teori dan sistem praktis yang bersandar pada konsep unconsciuous mind, hambatan impuls-impuls seksual, perkembangan awal, dan penggunaan teknik “free asociation

dan analisa mimpi.

Tujuan utama tritmen psikoanalisa tradisional yang dikembangkan oleh Freud adalah untuk membawa materi bawah sadar yang ditekan menuju kepada kesadaran. Teori katarsis juga dikemukakan oleh Scheff (Greenberg, dkk, 1996) yang memberikan pandangan alternatif pada proses-proses yang dapat memberikan keuntungan pada kesehatan melalui penyingkapan emosional. Menurut Scheff, penyingkapan secara verbal tidak terlalu penting dan tidak cukup untuk terapi, sedangkan pelepasan emosional merupakan hal yang penting dan mencukupi dalam terapi. Scheff mengusulkan bahwa penyembuhan dengan pelepasan emosional meliputi “jarak optimum” dari penekanan emosi yang kemudian diekspresikan. Pada suatu keadaan jarak optimum, partisipan dapat

secara jelas mengalami emosi namun dalam suatu konteks “saat sekarang yang aman”.

Mereka dapat mengakhiri episode emosional sebelum menjadi berlebihan.

(10)

membeberkan perasaan dan keprihatinan mereka pada terapis. Pelepasan emosi dihasilkan dengan menangis kadangkala menghasilkan suatu peringanan simtom-simtom penting. Pasien depresi parah, bagaimanapun, dapat bereaksi merugikan pada pembeberan emosi. Setelah suatu diskusi pada permasalahan mereka, mereka dapat tidak hanya merasa lebih meluap-luap emosinya dan tidak berdaya, tetapi mungkin, sebagai tambahan, merasa malu atas penyingkapan diri mereka sendiri (Beck, 1985).

Pada saat ini, terapi psikoanalisa telah berkembang dalam berbagai bentuk terapi dimana aspek utama tritmen berisi self-expression, pelepasan emosi, mengatasi hambatan, dan mengeluarkan pikiran dalam kata-kata dan tingkah laku fantasi atau impuls-impuls sebelumnya disembunyikan. Kebanyakan bentuk tritmen menampilkan prinsip katarsis emosional yang Freud kembangkan pada studi awalnya mengenai histeria. Pada masa itu, Freud berpikir bahwa pelepasan emosi yang tertahan dapat menjadi suatu efek terapeutik yang menguntungkan (Corsini & Wedding, 1989). Ekspresif emosional merupakan ekspresi natural dari emosi yang sebenarnya (Berry & Pennebaker dalam Graf, 2004). Sedangkan penyingkapan emosi merupakan proses yang melibatkan perasaan alamiah atau emosi yang sebenarnya dan mengubahnya menjadi bahasa oral atau tertulis (Smyth & Pennebaker, dalam Graf, 2004). Smyth dan Pennebaker mengatakan proses ini dipercaya untuk mengintegrasi proses kognitif dan emosional, penyingkapan emosional memberikan kesempatan untuk meningkatkan

insight, self-reflection, dan organisasi perspektif seseorang terhadap masalah daripada

hanya sekedar mengeluarkan emosi. Penelitian-penelitian saat ini mengusulkan bahwa keuntungan ekspresi emosi tidak dibatasi pada ekspresi emosi yang vokal, kesehatan fisik dan psikologis dapat diperoleh melalui penulisan ekspresif tentang pengalaman hidup yang signifikan (Graf, 2004). Penelitian yang dilakukan Graf (2004) menunjukkan hasil bahwa klien pada kelompok written emotional disclosure memperlihatkan penurunan yang signifikan pada simtom-simtom kecemasan dan depresi; sebaik peningkatan fungsi kehidupan dan kepuasan yang lebih baik dengan tritmen ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

(11)
(12)

BAB III PEMBAHASAN

Depresi ringan banyak dialami oleh orang dewasa muda, terutama dalam hal ini adalah mahasiswa dimana mereka memiliki tuntutan peran dan tugas yang tidak mudah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh katarsis dalam menulis ekspresif sebagai intervensi depresi ringan pada mahasiswa. Sebagai partisipan penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah BDI

(Beck Depression Inventory) untuk melihat tingkat depresi pada partisipan penelitian.

Efektivitas atau pengaruh dari intervensi menulis ekspresif sebagai variabel bebas terhadap depresi sebagai variabel terikat dilihat dari perbedaan antara pretest (O1) dengan postest

(O2). Analisis statistik yang digunakan adalah correlated data t-test / paired-sample t-test.

(13)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Menulis bukan hanya sekedar kegiatan menyalurkan minat dan bakat, namun di dalamnya juga terdapat unsur yang lebih bermanfaat diantaranya dapat digunakan sebagai media pengekspresian keinginan dan permasalahan yang kita miliki. Menulis juga bermanfaat sebagai Sarana untuk menghilangkan stress, media untuk merencanakan target yang ingin dicapai, media untuk menuliskan komitmen, Sebagai media pengontrol target, juga sebagai alat untuk memformulasikan ide-ide atau konsep baru, Selain itu juga sebagai gudang inspirasi, Alat penyimpan memori, Alat untuk memudahkan penyelesaian masalah, dan sebagai media refleksi dan kebijkasanaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian peran dan kewajiban yang idel antara negara dan civil society membuktikan bahwa pemerintah Indonesia cukup bertanggung jawab (Abubakar, 2006:220). Campur tangan

Oleh karena itu, Toko Buku Uranus memerlukan sistem informasi penjualan dan pengendalian internal yang baik dalam meningkatkan pengelolaan aktivitas-aktivitas

Kontribusi Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah, Iklim Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Se Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.. E-Journal

Peserta didik yang hidup di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang mendukung aktivitas belajar anak akan cenderung memiliki prestasi belajar yang baik

Tingkat kelelahan yang dirasakan oleh pilot Hasil dari analisis data yang mengukur aspek fisik maupun psikologis dihasilkan bahwa dari 12 faktor fisik yang dievaluasi

Pengaruh Persepsi Pembelajaran Matematika terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Bidang Matematika di Sekolah Sma N 1 Curup Timur T.P 2015/2016 , Jurnal EduTech

Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebu- dayaan Anies Baswedan pada tahun 2016 terkait dengan pengumuman indeks integritas ujian nasional yang mengukur tingkat

Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan “fine art” .seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode