• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SISTEM PENATAUSAHAAN PENERIMAAN KEUANGAN DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD) KOTA KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI SISTEM PENATAUSAHAAN PENERIMAAN KEUANGAN DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD) KOTA KENDARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

“EVALUASI SISTEM PENATAUSAHAAN PENERIMAAN KEUANGAN DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

(BPKAD) KOTA KENDARI”

Oleh

Intihanah1, Sulvariani Tamburaka2,Dwi Novita Sari3

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

ABSTRACT

The research aims to determine the financial administration system reception area on Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kendari has been applied in accordance with Regulation No. 21 Year 2011. Data collection techniques used in this study is documentation and interviews . This research uses descriptive analysis method

The results of this study showed that administration of financial reception area has been equipped with a document SKP / SKR, Certificate of Proof of Payment, Credit Note STS and in accordance with Regulation 21 of 2011. Where, treasurer shall administer the reception had to use a letter of deposit (STS) has been authorized by the Bank and by STS, treasurer reception reports administratively reception.

Keyword : Local Finance Revenue, Administration,Evaluation

I. Pendahuluan

Tuntutan dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggung jawaban sendiri menggunakan sistem akuntansi, hal ini diatur oleh pemerintah pusat yang bersifat mengikat bagi seluruh pemerintah daerah baik dalam bentuk Undang-undang atau peraturan pemerintah. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah adalah dengan cara penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan (reliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) yang telah diterima secara umum.

Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun cakupan pengelolaan keuangan daerah terbagi dalam 5 (lima) kelompok, yaitu : Penyusunan rancangan APBD, Dokumen pelaksanaan APBD, Pelaksanaan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran, Akuntansi Keuangan daerah, dan Pelaporan pelaksanaan APBD.

(2)

adalah uang yang masuk ke kas daerah atau merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggung jawabkan penerimaan uang yang berada pada pengelolaan SKPD. Sedangkan penatausahaan pengeluaran adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah atau merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggung jawabkan pengeluaran uang yang berada pada pengelolaan SKPD.

Hasil pra penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa terkait penatausahaan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kendari belum terlaksana dengan baik, karena penerimaan SKPD berupa uang atau cek belum disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 hari kerja. Hal ini disebabkan oleh kelalaian bendahara yang kurang memperhatikan pekerjaannya, kurangnya pengawasan dari pimpinan dan kondisi geografis. Sehingga penatausahaan khususnya penyusunan sistem kerja yang dilakukan oleh BPKAD Kota Kendari seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Terkait pokok permasalahan yang telah dijelaskan maka masalah yang akan diteliti yaitu apakah sistem penatausahan penerimaan keuangan daerah pada BPKAD Kota Kendari telah diterapkan sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011? Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sistem penatausahan penerimaan keuangan daerah pada BPKAD Kota Kendari telah diterapkan sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011.

II. Kajian Teori

1. Penatausahaan Keuangan Daerah

Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut PP (Peraturan Pemerintah) No. 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan daerah mencakup hal-hal sebagai berikut: Asas umum penatausahaan keuangan daerah, Pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah, Penatausahaan penerimaan dan Penatausahaan pengeluaran.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan pelaksanaan APBD dan/ atau penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah perlu menetapkan pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Untuk itu bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya dan harus melaporkannya kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Pada prinsipnya kegiatan tata usaha keuangan daerah dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :

a. Tata Usaha Umum adalah menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda, mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau mengarsipkan kegiatan dokumentasi lainnya.

(3)

2. Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan perundang-undangan tersebut di atas menyebutkan bahwa :

a. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/ pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/ barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

b. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti tersebut

c. Semua penerimaan dana pemerintahan daerah harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah

d. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi

e. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD dan pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan.

3. Keuangan Daerah

Keuangan daerah menurut Mamesah dan Halim (2007: 23) menyatakan bahwa keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Rahardjo (2011:61) merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 4. Tujuan Keuangan Daerah

Menurut pendapat Abdul Halim (2002:22) tujuan keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat, sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan serta digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan dan pencatatan di masa yang akan datang. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah akan digunakan oleh berbagai pihak yang terlibat serta berkepentingan dengan pemerintah daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung yang disebut sebagai laporan keuangan pemerintah daerah.

5. Laporan Keuangan Daerah

(4)

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board (GASB, 2008dalam Budi Mulyana, 2006:13) adalah untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik dan untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya. Oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan keuangan sebagai sumber informasi penting.

Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003, pada Pasal 31 dinyatakan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan oleh Kepala Daerah setidak-tidaknya meliputi : Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan Laporan Keuangan daerah.

5. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun 2011

Sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dengan ini memberikan kewenangan yang cukup besar bagi pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat. Berdasarkan peraturan pemerintah no. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Selanjutnya menurut permendagri no. 21 tahun 2011 pengelolaan keuangan daerah tak lagi bertumpu atau mengandalkan bagian keuangan sekretariat daerah (setda) kabupaten/ kota saja, tapi dalam permendagri itu juga disebutkan setiap Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) kini waib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.

Demi mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu laporan keuangan yang handal dan dapat dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah berikut dengan analisis prestasi pengelolaan sumber daya keuangan daerah itu sendiri. Oleh karena itulah sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan sekaligus kebutuhan bagi setiap Pemerintah Daerah.

6.Sistem Penerimaan Keuangan Daerah

Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/ atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/ atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.Penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan kepada daerah.

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian tersediannya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang ditunjuk, bank lain, lembaga keuangan/ kantor pos. bendahara-bendahara yang menerima keuangan daerah itu akan memberikan pertanggungjawaban sesuai tingkat masing-masing

(5)

pendapatan asli daerah antara lain yang meliputi penjualan asset daerah yang dipisahkan, penerimaan bunga deposito, peneriman jasa giro, denda keterlambatan pelaksanan kegiatan.

Sistem penerimaan keuangan daerah menggunakan 3 formulir, yaitu : Surat ketetapan pajak/ retribusi daerah (SKP/ SKR – Daerah), Surat tanda bukti pembayaran dan Surat tanda setoran (STS). Adapun fungsi-fungsi yang terlibat dalam prosedur sistem penerimaan keuangan daerah adalah : Wajib Pajak/ Wajib Retribusi, Bendahara Penerimaan, Pengguna Anggaran dan Bank.

Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran yang menjadi tanggung jawabnya. Tata cara pelaksanaan penerimaan daerah yang dikelola oleh bendahara penerimaan diatur dalam Permendagri No. 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Secara administratif, bendahara penerimaan bertanggung jawab pada kepala SKPD atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya. Namun secara fungsional bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada PPKD.

7. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan olehJusliana pada tahun 2013 dengan judul evaluasi sistem penatausahaan keuangan daerah pada badan pengendalian dampak lingkungan daerah kabupaten konawe utara.Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem penatausahaan keuangan daerah pada badan pengendalian dampak lingkungan daerah Kabupaten Konawe Utara telah dilengkapi dengan dokumen SKP/ SKR dan STS belum sesuai dengan permendagri No. 59 Tahun 2007.

Ahmad Syarifuddin (2010), melakukan penelitian dengan judul sistem penatausahaan keuangan daerah, pencatatan dan pelaporan akuntansipada satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) Kota Baubau. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Baubau sudah menerapkan sistem akuntansi pemerintahan sesuai dengan permendagri No.13 Tahun 2006 yang dimulai untuk Tahun Anggaran 2007.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas mengenai penatausahaan keuangan daerah. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian sebelumnya yaitu pada metode penelitian yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya menggunakan analisis komparatif, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif

8. Kerangka Pikir

Penelitian ini akan mengevaluasi sistem penatausahaan penerimaan keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari. Berdasarkan tujuan penelitian, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian untuk mengevaluasi masalah di atas. Kerangka pemikiran digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Skema 1 Kerangka Pikir

Permendagri No 13 Tahun 2006

Permendagri No 21 Tahun 2011

Penatausahaan Keuangan Daerah

(6)

III. Metode Penelitian

Objek penelitian ini adalah Sistem Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari yang berlokasi di Jalan Drs. H. Abdullah Silondae No. 8 Kendari. Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi dari pihak BPKAD kota kendari mengenai struktur organisasi, uraian tugas dan lain sebagainya. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang berupa angka-angka. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan, sedangkan data sekunder bersumber dari berbagai bahan referensi maupun laporan penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian.

Teknik pengumpulan data meliputi wawancara dan dokumentasi. Untuk memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan kepada pejabat dan staf penatausahaan keuangan BPKAD kota kendari. Selanjutnya dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum lokasi penelitian.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yang berguna untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2004:169), dalam hal ini tentang penatausahaan keuangan daerah khususnya yang terkait dengan penerimaan.

Adapun definisi operasional variabel yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah merupakan proses pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, yang mencakup seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah dalam upaya penyelenggaraan pemerintah serta pelayanan terhadap masyarakat.

2. Penatausahaan Keuangan Daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

3. Penatausahaan adalah penyusunan sistem kerja secara struktural atau kegiatan pemetaan keuangan maupun organisasi yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari

4. Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses identifikasi pengukuran pencatatan dan pelaporan ekonomi (keuangan) dari suatu daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.

5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hal dan kewajiban daerah tersebut, dalam rangka Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah.

6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

(7)
(8)

5. Bank membuat Nota Kredit dan mengotorisasi STS. Bank kemudian menyerahkan kembali STS kepada Bendahara Penerimaan. Nota Kredit disampaikan kepada BUD

Sumber : Data diolah

Penatausahaan keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 21 Tahun 2011 terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah, Dokumen pelaksana anggaran (DPA) dan Penatausahaan Pengeluaran Keuangan Daerah. Dari hasil wawancara saya pada salah satu pegawai penatausahaan bahwa pada dasarnya prosedur penatausahaan dan pelaporan keuangan daerah, telah sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.

Dokumen/ bukti yang digunakan dalam prosedur penatausahaan penerimaan keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari, antara lain :Surat Ketetapan Pajak (SKP)/ Surat Ketetapan Retribusi (SKR),Surat Tanda Bukti Pembayaran, Surat Tanda Setoran (STS), Nota Kredit

Fungsi-fungsi yang terlibat dalam prosedur sistem penerimaan keuangan daerah adalah :

1. WP/ Retribusi

a. WP/WR menerima SKP/ SKR dari pengguna anggaran.

b. WP/WR kemudian melakukan pembayaran pajak/ retribusi daerah sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP)/ Surat Ketetapan Retribusi (SKR) langsung ke bendahara penerimaan.

c. WP/WR menerima Surat Tanda Bukti Pembayaran dari bendahara penerimaan. 2. Bendahara Penerimaan

a. Bendahara penerimaan menerima SKP/SKR dari pengguna anggaran.

b. Bendahara penerimaan menerima uang dari WP/WR kemudian memverifikasi kesesuaian jumlah uang yang disetor oleh wajib pajak dengan SKP/SKR

c. Apabila sesuai bendahara penerimaan membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran dan menyerahkan kepada WP/WR.

d. Bendahara penerimaan menyetorkan semua uang yang diterima beserta Surat Tanda Setoran (STS) yang dibuat rangkap 2 (dua) sebagai bukti telah melakukan penyetoran uang ke Rekening Kas Umum Daerah di Bank.

e. Bendahara penerimaan menerima STS yang telah diotorisasi oleh Bank.

3. Pengguna Anggaran

a. Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD).

(9)

4 Bank

a. Bank menerima STS dari bendahara penerimaan, lalu bank mencocokkan STS dengan uang yang disetorkan. Apabila cocok maka bank akan membuat Nota Kredit.

b. STS yang telah diotorisasi oleh bank akan diserahkan kembali kepada Bendahara Penerimaan.

2. Pembahasan

Proses penatausahaan penerimaan keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari, meliputi : penerimaan kas yang disetor ke rekening kas umum daerah pada setiap hari kerja ke bank pemerintah yang ditunjuk dalam hal ini adalah Bank Sultra. Setoran tersebut dianggap sah setelah pemegang kas daerah telah menerima nota kredit.

Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah tersebut dilakukan oleh pihak ketiga dengan cara disetor langsung ke rekening Pemerintah Daerah Kota Kendari dalam hal ini Bank Sultra. Setelah proses penyetoran dari WP/ WR tersebut, bendahara penerimaan menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran berdasarkan Surat Tanda Setoran (STS) dari Bank Sultra. Berdasarkan STS ini, bendahara penerimaan membuat laporan penerimaan secara administratif.

Sistem penatausahaan penerimaan keuangan daerah yang diterapkan pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) tersebut telah sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011. Namun sistem penatausahaan pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) belum sesuai prosedur yaitu bendahara pembantu melakukan penagihan ke WP/ WR sesuai SKP/ SKR dan hasil tagihan tersebut langsung disetor ke Bank Sultra.

Pada prosedur pengelolaan keuangan daerah seharusnya bendahara pembantu menyetorkan hasil penagihan tersebut kepada bendahara penerimaan terlebih dahulu sebelum langsung menyetor ke Bank. Dari setoran tersebut, Bank Sultra menerbitkan STS dan STS tersebut disampaikan kepada bendahara penerimaan.

Hal ini dilakukan karena sesuai dengan peraturan, bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja, kekurangan yang lain yaitu kurangnya arsip, sehingga dapat menjadi kelemahan apabila suatu saat dibutuhkannya arsip dalam proses pemeriksaan atau audit.Adapun keterlambatan dalam proses penyetoran dari WP/ WR, hal ini disebabkan oleh kelalaian bendahara yang kurang memperhatikan pekerjaannya, kurangnya pengawasan dari pimpinan, dan kondisi geografis.

V. Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sistem penatausahaan penerimaan keuangan daerah telah dilengkapi dengan dokumen SKP/SKR, Surat Tanda Bukti Pembayaran, STS dan Nota Kredit telah sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011. Dimana bendahara penerimaan telah melakukan penatausahaan menggunakan surat tanda setoran (STS) yang telah diotorisasi oleh pihak Bank dan berdasarkan STS tersebut bendahara penerimaan membuat laporan penerimaan secara administratif.

Saran perbaikan yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan atau masukan bagi pihak BPKAD Kota Kendari dan peneliti selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yang terdiri dari:

(10)

2. Perlunya tambahan arsip (STS), sebab hal ini akan membantu dalam penatausahaan keuangan dan juga membantu apabaila sewaktu-waktu dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan/ audit

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas lokasi penelitian dibeberapa tempat dan menambah variabel penelitian yang akan diteliti sehingga dapat membandingkan dengan hasil pengujian sebelumnya

Daftar Pustaka

Abdul Halim. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

Ahmad Syarifuddin. 2010. Evaluasi Sistem Penatausahaan Keuangan Daerah Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Pada Satuan Kerja Pengelola Keuanga Daerah (SKPKD) Kota Baubau.

Jusliana. 2013. Evaluasi Sistem Penatausahaan Keuangan Daerah Pada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan DaerahPada Kabupaten Konawe Utara. Kunarjo. 2006,Kerangka Konseptual AKuntansi Pemerintahan.Jakarta.

Mamaesah. 2005. STandar Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Mardiasmo. 2002. Elaborasi Reformasi Akuntansi Sektor Publik : Telaah Kritis Terhadap Upaya Aktualisasi Kebutuhan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah.Yogyakarta. JAAI.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 tahun 2008. Pedoman Pelaksanaan Review Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2005. Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.Jakarta.

Rahardjo, 2011. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Soemarso S.R. 2002.Akuntansi Suatu Pengantar.nJakarta: Salemba Empat Suhanda, 2007,Standar Akuntansi Pemerintahan,Jakarta: Sinar Grafika. Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentangKeuangan Negara,Jakarta.

--- No. 33 tahun 2004 tentang Peimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,Jakarta.

--- No. 32 tahun 2004 tentangPemerintah Daerah,Jakarta. Usman, 2008,Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis beberapa parameter fisika dan kimia telah dilakukan di Laboraturium Mutu Lingkungan Budidaya (MLB), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Ruang Lingkup dalam Pedoman keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access) adalah di bawah ini , kecuali..C. Peralatan

Idealnya dalam kurun waktu sekian jam, seperti yang tertulis pada standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa Perancis kelas XI dan tercantum dalam silabus mata

TRIE RETNO SOENDARIATI SMP NEGERI 46 SURABAYA D. 186 MISBAKHUN SMP NEGERI 7

Perlu mempertimbangkan saat tanam yang tepat untuk penanaman kempat komoditas yang ingin dikembangkan di lokasi kegiatan, dan sesuai dengan karakteristi musim

Saat seseorang merasakan perubahan sebuah emosi, terdapat perubahan fisiologis yang mengiringinya, baik yang bisa dirasakan atau tidak. Bahkan,

Tahapan pertama dalam pemodelan Rapid Application Development (RAD) yaitu pemodelan bisnis, pada tahapan ini menjelaskan bahwa dalam sistem simpan pinjam yang

Sedangkan diplomat Arab Saudi di Jerman yang telah melakukan penyiksaan terhadap TKI tersebut dapat dihukum atau tidaknya dengan Hukum Negara Jerman tergantung dari