• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Musik Dan Teks Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Analisis Musik Dan Teks Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan

media bagi jemaat untuk mengucap syukur atas segala anugerah Tuhan terhadap

manusia dan alam semesta. Nyanyian bagi Gereja juga menjadi media pengaminan

akan karya agung Yesus Kristus yang melepaskan manusia dari belenggu dosa dan

menjadi indikator yang penting dalam peribadatan. Proses pengaplikasian nyanyian

dalam sebuah peribadatan sering sekali disampaikan melalui sebuah musik iringan

yang di syairkan dalam sebuah doa yang dapat melahirkan suasana penuh hikmat

dalam pelaksanaan liturgi Gereja.

Padhu1

Padhu memiliki peranan penting sebagai salah satu media pemujaan terhadap

Tuhan. Hal ini menunjukan bagi suku Tamil pemujaan adalah sesuatu yang mutlak (padhe) adalah sebuah nyanyian untuk sebuah peribadatan suku Tamil

dalam bahasa India, untuk menyatakan sebuah pujian atau penyembahan kepada

Tuhan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Anglikan

Holy Trinity yang terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang

berasal dari Negara India. Gereja Anglikan Holy Trinity sering sekali menggunakan

(2)

dan merupakan tujuan dari setiap nyanyian untuk melakukan peribadatan. Hal ini

dilakukan bukan saja dengan mulut melalui sebuah nyanyian, tetapi juga dengan hati,

pikiran, dan kemauan dimana segenap diri ditujukan memuji dan memuliakan Tuhan.

Hal ini menunjukan bahwa padhu atau nyanyian bagi suku Tamil dalam tata cara

peribadatan adalah sebagai ungkapan syukur atas besarnya karya Tuhan.

Padhu bagi suku Tamil adalah nyanyian (yang mencakup melodi dan

harmoni) yang membuat kata-kata menjadi lebih hidup, tulus, dan lebih

bersungguh-sungguh. Terlebih lagi sebuah nyanyian yang dibawakan dengan teknik vokal yang

baik dan maksimal akan memunculkan ekspresi yang yang tepat dan sesuai bagi

seorang jemaat. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan lagu Gereja dengan

ekspresi yang baik, dibutuhkan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna

syairnya.

Padhu bagi suku Tamil terdiri dari 5 (lima) bagian: Kirtena yaitu nyanyian

tradisional India Tamil yang tidak tersusun dalam notasi barat, dapat dikatakan

sebuah nyanyian dari rakyat India Tamil, Bajena yaitu nyanyian yang dinyanyikan

dengan cara bersahut-sahutan (Resitativo), Tuthi padhu yaitu jenis nyanyian

puji-pujian atau penyembahan yang sifatnya kepada pemujaan kepada yang maha Agung,

Sanggirdena yaitu jenis nyanyian mazmur yang meriah dan biasanya diikuti oleh

tari-tarian, Paamalai yaitu jenis lagu puji-pujian India Tamil yang sudah tersusun dalam

(3)

Padhu atau nyanyian yang berbahasa suku Tamil tidak diaplikasikan

seluruhnya dalam sekali ibadah, namun dipilih oleh pemimpin pujian (worship

leader)2

Terlebih lagi Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan nyanyian Padhu,

ketika melakukan kegiatan dalam acara besar seperti merayakan hari Ibu, Natal, dan

Paskah atau 1 (satu) minggu setiap 1(bulan) diadakannya ibadah yang bernuansa

budaya suku Tamil. Dengan demikian padhu lebih sering dipakai dibandingkan

dengan lagu yang lain. Padhu sering sekali diiringi oleh alat musik tradisional India

Tamil seperti Tabla, Biola, sitar dan alat musik lainnya yang dipakai sesuai dengan

karakteristik Gereja yang melakukan peribadatan dengan mengaplikasikan peran

budaya dalam penerapannya. Hal ini dilakukan untuk mengajak lebih banyak lagi

masyarakat India Tamil agar mau dan tertarik untuk datang mengikuti ibadah dan

mendengarkan firman Tuhan secara keKristenan.

yang bertugas. Biasanya padhu diambil 2 (dua) atau 3 (tiga) lagu saja untuk

peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity sesuai dengan tema peribadatan pada tiap

minggunya, baik pada tuthi padhu lagu yang ceria biasanya bertempo cepat, Pamalai

untuk sebuah penyembahan, dan Bajena yang dilakukan bersahut-sahutan biasanya

dilakukan dalam doa yang dibawakan dalam sebuah lagu, selebihnya adalah lagu

yang berbahasa Indonesia dan dicampur dengan lagu yang berbahasa Inggris.

Dalam setiap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity seluruh nyanyian

(4)

tersebut dilengkapi dengan lirik dan notasi, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan

iringan alat musik seperangkat band, terkadang dapat berisi notasi musik iringan

secara lengkap untuk seluruh nomor lagu yang ada pada buku lagu Gereja Anglikan

Holy Trinity. Hal ini memiliki kesamaan terhadap buku lagu di Gereja lainnya seperti

Katholik buku kidung jemaat, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu buku

ende, Gereja Bethany Indonesia (GBI) yaitu Kidung Jemaat, Gereja Protestan

Indonesia Barat (GPIB)

maupun Gita Bhakti.

Nyanyian ibadah dan musik gereja merupakan dua jenis kegiatan yang sering

digunakan dalam peribadatan Jemaat. Fungsi nyanyian ibadah dan musik dalam

sebuah peribadatan untuk melayani jemaat yang ingin memuji dan memuliakan

Tuhan. Nyanyian bagi India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity lebih kepada

mengungkapkan isi hatinya dan perasaannya melalui sebuah nyanyian, umat

mengungkapkan kesiapannya menghadap Tuhan, mengaku dosa, memohon

pengampunan, mengucap syukur serta memohon berkat dan penyertaan Tuhan.

Nyanyian dalam ibadah adalah nyanyian umat bukan nyanyian satu atau sekelompok

orang. Oleh sebab itu dalam hal menyanyikan sebuah lagu, nyanyian umat harus lebih

diutamakan khususnya padhu dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity

suku India Tamil.

Musik Gereja merupakan ekspresi ungkapan isi hati manusia terhadap Tuhan

(5)

hati umat. Setiap orang mempunyai berbagai ekspresi emosi, dimana ekspresi emosi

umat itu memerlukan sebuah saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat

berupa gerakan badan atau vokal

Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.”

Jadi tekanan untuk datang mendekat kepada Allah melalui nyanyian atau musik itu

mendapat tekanan yang sangat sentral dan utama. Allah berkenan menganugerahkan

nyanyian dan musik agar kita dapat menggunakannya untuk mengungkapkan ekspresi

dan kreatifitas kita dalam menyembah dan memuji kemuliaan-Nya di dalam ibadah

kita kepada-Nya. Alkitab menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur,

nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus

5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Nyanyian ibadah musik itu

lahir dari pengalaman spiritual manusia. Ayat-ayat inilah yang menjadi pedoman bagi

suku India Tamil dalam melakukan peribadatan melalui sebuah nyanyian di Gereja

Anglikan Holy Trinity.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah gereja yang menganut agama

Kristen bagi suku Tamil, dengan tata cara ibadah yang menggabungkan peribadatan

Gereja Khatolik dan Protestan. Hal ini terlihat dari tata cara peribadatannya.

Persamaan peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity dengan peribadatan Gereja

Khatolik melalui penyembahan yang dilakukan dengan bersujud dilantai untuk

berdoa kepada Tuhan. Kemudian nyanyian doa yang dilakukan secara

(6)

peribadatan antara Gereja Khatolik dan Gereja Anglikan. Nyanyian doa yang

bersahut-sahutan tersebut bagi suku tamil disebut dengan bajen atau Bajena. Bajena

digunakan terhadap peribadatan suku Tamil yang beragama Kristen dengan

menyembah Yesus Kristus dan sebuah ritual suku Tamil yang beragama Hindu

dengan menyembah Dewa.

Terlebih lagi persamaan Gereja Anglikan terhadap peribadatan Gereja

Protestan yang dilakukan secara berdiri, bertepuk tangan, menari serta melompat

dalam pemujaannya, menjadi persamaan yang cukup jelas terlihat pada Gereja

Anglikan Holy Trinity, serta alat musik yang menggunakan band seperti keyboart,

gitar, bass dan drum, uniknya memiliki persamaaan terhadap pemimpin

penyembahan (Song Lidear) dan beberapa penyanyi di mimbar sebagai penyanyi latar

(backing Vocal).

Permasalahannya adalah Gereja Anglikan Holy Trinity tidak mengakui

persamaan tersebut dan menyatakan bahwa gereja suku Tamil memiliki tata cara

ibadah tersendiri untuk memuji memuliakan Tuhan Yesus Kristus melalui sebuah

budaya, tanpa melihat prosesi ibadah Gereja Khatolik dan Prostestan. Gereja

Anglikan Holy Trinity menggunakan dua bahasa dalam peribadatannya yaitu bahasa

India suku Tamil dan bahasa Indonesia.

Istilah Anglikan berasal dariEcclesia

Anglicana yang berarti Gereja. Berpusat di Negar

(7)

Teologis yang dikembangkan oleh

merupakan sebagai bagian dari

bersifat Katolik dan pada saat yang sama juga Reformatoris. Bagi beberapa

pemeluknya, Gereja ini mewakili Katolisisme tanpa seorang paus, Gereja ini juga

mewakili Protestanisme, identitas dirinya ini mewakili suatu kombinasi dari

keduanya. Gereja Anglikan Holy Trinity merupakan salah satu dari bagian Komuni

Anglikan.

Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam

menemukan belas kasih dan saling menerima. Gereja menjadi sebuah wadah

komunitas penyembuhan yang mendorong tiap orang untuk menjadi manusia

seutuhnya dan sempurna. jika semua anggota menyadari bahwa situasi hidup mereka

yang kurang baik ini adalah bagian dari kasih karunia Allah maka dengan mengalami

anugerah kesembuhan (Spirit) dari Allah, setiap anggota dapat menjadi saluran berkat

yang luas bagi mereka yang membutuhkan.

Dalam komunitas yang saling memberi semangat dan mendidik banyak

anggota atau jemaat mengalami perkembangan fisik dan psikologi. Sehingga pada

akhirnya kekerasan dan masalah apapun yang menyangkut bagi seorang jemaat

sesungguhnya itu merupakan penyakit bagi orang lain dapat diatasi secara baik.

Sebagai suatu komunitas penyembuhan gereja tidak bersaing dengan agama lain, atau

(8)

dimensi sosial dan spiritual religius bagi manusia maupun dimensi fisik dan

psikologis.

Demikian pula dari persoalan yang terjadi pada Jemaat Gereja Anglikan Holy

Trinity pada hakekatnya mereka memiliki sebuah kebutuhan yang sepenuhnya tidak

terpenuhi. Bila dilihat secara psikologi dan spiritual kebutuhan manusia yang pertama

adalah kebutuhan diri, dimana terkandung kebutuhan untuk mendapatkan harapan,

kebutuhan untuk memperoleh dukungan, semangat, dorongan dan motivasi.

Kebutuhan untuk beradaptasi dalam situasi yang menimbulkan ketergantungan,

kebutuhan untuk memperoleh martabat pribadi kebutuhan untuk mengekspresikan

perasaan, kebutuhan untuk menerima dan mempersiapkan kematian, serta kebutuhan

untuk bersyukur. Kebutuhan yang pertama ini sangat menyangkut kondisi mereka

yang berasal dari suku India, sehingga juga mempengaruhi persoalan yang terjadi

dalam bidang sosial.

Kebutuhan akan Tuhan pada suku Tamil, Kebutuhan bahwa Tuhan itu ada,

kebutuhan bahwa Allah masih ada pada sisiku dan sisi mereka, kebutuhan untuk

menyadari kehadiran Allah (melalui segala sesuatu yang dilihat, dirasakan dan

dihayati), kebutuhan untuk melayani melalui kasih Allah yang tak bersyarat,

kebutuhan untuk berdoa baik untuk diri sendiri maupun orang lain, kebutuhan untuk

melayani Tuhan adalah hal yang yang sangat diprioritaskan dalam ibadah Gereja

(9)

Terlebih lagi kebutuhan terhadap orang lain. Dimana terkandung kebutuhan

akan persekutuan, mencintai dan melayani orang, mengakui kesalahan dan

mengampuni orang lain, mempersiapkan kehilangan. Untuk itu perlu dipaham

bersama bahwa hidup ini tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, bahkan cinta

yang kita milikipun penuh tantangan. Segala kesehatan dan ketidaksehatan kita juga

persoalan yang terjadi adalah persoalan rahani. Begitu juga dengan kehidupan rohani

tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, adalah pola pikir Jemaat pada Gereja

Anglikan Holy Trinity.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama

Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu pada agama

Kristen. Gereja Anglikan Holy Trinity ini berpusat di Singapura dan mempunyai

cabang didaerah maupun beberapa Negara lainnya, seperti Singapura, Inggris, Hanoi,

Kuching, Sabah, Malaysia, Brunei, Sarawak, dan lainnya. disetiap ibadah yang

dilaksanakan tidak ada yang bernuansa kebudayaan, hanya di Gereja Anglikan Holy

Trinity di Kota Medan ini yang satu-satunya menggunakan konsep kebudayaan dalam

peribadatannya.

Pastor Moses Alegesan, MA adalah seorang pimpinan tertinggi di Gereja

Anglikan Holy Trinity Medan, Pastor Moses dibesarkan dan dididik dalam sebuah

budaya India suku Tamil dalam agama Hindu. Pastor Moses sangat berperan aktif

terhadap penyebaran agama Kristen bagi suku Tamil di India. Pastor moses juga

(10)

dalam peribadatan-peribadatan untuk memuji Tuhan dalam agama Kristen di Gereja

Anglikan Holy Trinity. Komunitas masyarakat India Tamil sangat taat dengan agama

asli mereka, yaitu agama Hindu. Masyarakat Kristen India Tamil sebagian menganut

Katolik dan Kristen protestan, serta Kristen Anglikan. Gereja-gereja di kota Medan

dan sekitarnya telah mengakui keberadaan mereka khususnya kepada mereka yang

sudah menganut agama Kristen.

Jemaat India Tamil di Gereja Holy Trinity Anglikan memiliki hubungan yang

baik antar Gereja dengan Gereja-gereja lainnya seperti Methodist, GKII, Khatolik dan

juga Kharismatik. Mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang diadakan Gereja

Anglikan maupun gereja lainnya. Bahkan tidak jarang dalam kegiatan keGerejawian

yang diadakan di kota Medan, Gereja ini diundang secara khusus untuk menampilkan

sebuah pujian dan persembahan melalui tarian India dan musik-musik Rohani Kristen

yang berciri khas India Tamil.

Masyarakat Kristen India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity sebagian

besar tetap aktif dalam menjalankan beberapa ritual adat dalam suku Tamil yang

sesuai dengan ajaran Kristen pada dasarnya. Seperti upacara kematian, yang

digabungkan dengan liturgi Gereja Anglikan. Sehingga hubungan antara agama serta

adat budaya masih melekat erat walaupun mereka sudah menjadi Kristen. Namun

sebagian permasalahan kondisi demikianlah hubungan masyarakat Kristen India

Tamil dengan sesama sukunya yang masih menganut agama Hindu pun mengalami

(11)

Suku India Tamil yang memiliki fanatik terhadap sebuah keagamaan, dimana

jika seorang dari suku Tamil beragama Hindu berpindah agama (dimana itu sebagai

agama asli dari budaya dan adat istiadat mereka) menjadi agama Kristen, atau agama

lainnya seperti Islam dan budha, mereka sudah tidak dianggap orang India Tamil dan

tidak dapat mengikuti acara adat, budaya dari kesukuan Tamil sendiri. Hal ini

dikarenakan perpindahan sebuah agama adalah sebuah penyimpangan dari norma

adat-istiadat bagi nenek moyang mereka sebagai orang India. Permasalahan ini hanya

jika mereka tetap beragama Hindu, mereka akan tetap diakui dalam komunitas suku

Tamil. Ironisnya tindakan seperti inilah akhirnya menimbulkan banyak konflik. baik

antara masyarakat Kristen India Tamil dengan masyarakat India Tamil yang

beragama Hindu.

Sebagaimana dikemukakan penulis terhadap pengaruh musik dan nyanyian

padhu terhadap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kesukuan Tamil di kota

medan, menjadi hal yang akan di teliti oleh penulis, keberadaan musik dan nyanyian

memiliki peranan yang sangat penting digereja Anglikan Holy Trinity tesebut. Musik

berperan sebagai media atau sarana bagi jemaat untuk memuja, menyembah,

memuliakan, mencurahkan isi hati dan mengucap syukur kepada Tuhan atas segala

berkat dan keselamatan yang diberikan kepada seluruh umat manusia. Nyanyian

Gereja merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk secara langsung dapat

mengucapkan isi hatinya atas segala rahmat, anugerah dan berkat Tuhan kepada

(12)

individu yang disampaikan melalui sebuah nyanyian dengan iringan musik atau tanpa

iringan musik (acapella), nyanyian yang dibawakan dan ditampilkan dengan teknik

vokal yang baik secara maksimal, dengan sendirinya akan memunculkan ekspresi

yang yang tepat sesuai dengan jiwa nyanyian. Oleh karena itu untuk dapat

menyanyikan sebuah lagu gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan

latihan-latihan yang teratur dan berkesinambungan yang berlanjut dengan upaya

menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya. Latihan tersebut mencakup

teknik pernafasan, pembentukan suara, artikulasi, frasering, dan berbagai

pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan teknik vokal.

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi pada saat ini

memungkinkan nyanyian jemaat pada buku lagu dapat dinyanyikan di luar tata cara

peribadatan, hal ini mengakibat fungsi dan keagungan dari nyanyian tersebut menjadi

hilang dan kurang bermakna. Mungkin nyanyian jemaat jauh lebih indah dan merdu

bila dinyanyikan oleh penyanyi dalam bentuk solo maupun paduan suara.

Permasalahan ini menjadi dasar yang cukup dan harus dimengerti oleh Jemaat

Kristen terlebih di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Nyanyian Jemaat merangkai unsur-unsur liturgi dalam sebuah peribadatan

yang melibatkan tata ibadah satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk sebuah

suasana sakral dalam peribadatan. Tata cara peribadatan yang baik dilakukan apabila

nyanyian jemaat dibawakan secara baik dan benar. maka pemilihan sebuah nyanyian

(13)

dari unsur peribadatannya seperti nyanyian vokal grup, paduan suara, penyanyi, dan

juga iringan dari instrumentalis.

Permasalahannya adalah tidak sedikit pelayan di sebuah gereja baik dari

pemain musik dan pemimpin pujian melakukannya bukan sebagai jembatan memuji

dan memuliakan tuhan tetapi menjadikan musik atau nyanyian sebagai tontonan

pertunjukan pada Jemaat dalam peribadatan. Hal ini akan mengakibatkan peribadatan

menjadi kurang baik dan dianggap bertele-tele, yang dipenuhi oleh embel-embel tata

cara peribadatan.

Nyanyian Jemaat mengandung fungsi dan peran simbolis. nyanyian

mengungkapkan makna terdalam dari sikap iman Gereja. Dengan demikian ada unsur

pemberitaan dalam sebuah nyanyian jemaat. Sehubungan dengan itu dengan tetap

mengindahkan lagu, syair nyanyian, menjadikan peran sebuah nyanyian dalam

peribadatan sangat besar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para komponis,

pencipta, dan penerjemah nyanyian Jemaat. agar ketrampilan, keahlian, dan

pengetahuan tentang bentuk susunan syair sangat diperlukan dan lebih diutamakan.

Nyanyian jemaat memperoleh maknanya dari pelayanan liturgi. Maksud

nyanyian jemaat diciptakan dan dinyanyikan tidak terlepas dari maksud liturgi

dilayankan. Nyanyian jemaat lahir dari liturgi, nyanyian tersebut berperan untuk

melayani sebuah periibadatan sehingga menjadi khidmat. Ini merupakan tantangan

bagi para pemusik agar menciptakan nyanyian untuk keperluan yang sesuai dengan

(14)

kepada fungsinya, yakni sebagai pelayan ibadah bukan sebagai orang pertunjukan

yang memainkan musik dan menyanyikan lagu dengan kepiawaiannya.

Berdasarkan maksud kemunculannya, fungsi nyanyian Jemaat di dalam liturgi

adalah sebagai alat pengajaran dan tanggapan Gereja. Fungsi yang tepat melahirkan

kesaksian dan pemberitaan Gereja kepada dunia. Paduan suara, vokal grup,

penyanyi-penyanyi ahli, para pakar musik gereja, song leader, sound system, Imam atau

Pendeta, dan sebagainya saling mendukung satu sama lain dalam sebuah peribadatan.

Agar sebuah peribadatan dapat berjalan dengan baik pada prosesnya.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui tata cara (liturgy) yang terdapat dalam peribadatan Gereja Anglikan

Holy Trinity penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian

atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian

menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode

analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity

yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan

menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India kedalam bahasa

Indonesia.

Semua penelitian ini dilakukan penulis melalui transkripsi atau notasi balok

dari lagu-lagu atau padhu yang digunakan dalam peribadatan gereja Anglikan Holy

(15)

India Tamil dalam peribadatan keKristenan. banyak permasalahan yang terdapat dalam

penelitian ini, tetapi pokok permasalahan atau pertanyaan yang akan dijawab dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tata cara peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

2. Bagaimana peranan nyanyian padhu terhadap liturgi peribadatan Gereja

Anglikan Holy Trinity.

3. Bagaimana analisis musikal dan tekstual pada sebuah nyanyian (padhu) dalam

peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang

bersifat deskriptif analitis oleh penulis melalui penelitian di Gereja Anglikan Holy

Trinity yang terletak dikota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian melalui peribadatan suku India Tamil di Gereja

Anglikan Holy adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui analisis musikal dan tekstual, struktur pahdu dalam

peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

2. Untuk mengetahui peranan nyanyian padhu dalam peribadatan gereja

(16)

3. Untuk mengetahui tata cara peribadatan masyarakat India Tamil terhadap

peribadatan kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang diambil dari penelitian diwujudkan dalam bentuk tesis ini

adalah sebagai berikut:

1. Menambah referensi tentang peranan nyanyian di Gereja, suku Tamil, dan

peribadatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa, Pelajar, Pemusi

Gereja dan Budayawan agar dapat mengetahui peranan nyanyian dalam

peribadatan.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, suku tamil,

budayawan, terhadap peribadatan.

4. Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian khususnya

nyanyian atau vocal dalam konteks seni musik di Indonesia.

5. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu

yang diperoleh selama masa studi di pasca sarjana pengkajian dan penciptaan

seni.

1.4 Studi Kepustakaan

Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan

(17)

pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi

dan tesis yang ada. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi dan

tesis yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel

maupun jurnal untuk memperjelas penulisan tesis penulis.

Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat

cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita inginkan

dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di situs

www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti

www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi

dan data yang didapat baik melalui tesis, skripsi, buku, artikel dan internet membantu

penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan

tesis ini nantinya.

Ada pun acuan skripsi, tesis, jurnal maupun buku yang membantu tentang

penelitian ini tesis adalah sebagai berikut:

Skripsi Atman Jeremiah dengan judul “Penyajian Kitab Ende-enden dalam

Liturgi Kebaktian Gereja Batak Karo Protestan Jalan Jamin Ginting Km. Padang

Bulan Medan” mejelaskan peranan nyanyian terhadap peribadatan Gereja Batak Karo

Protestan merupakan salah satu Gereja etnis yang berkembang di Indonesia dan

didominasi oleh Jemaat yang beretnis Karo, walaupun ada beberapa Jemaat yang

tidak beretnis Karo. Seperti uraian sebelumnya lagu ataupun nyanyian merupakan hal

(18)

jemaat GBKP. GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padang bulan medan. Di dalam

kebaktian, Jemaat biasa menyanyikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung.

Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung

nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab

Ende-Enden (KEE). Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan

mengumpulkan lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah

syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada

beberapa gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) yang didominasi oleh Jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak

kesamaan lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa

yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE

merupakan adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak

mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab

Ende-Enden (KEE), dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di

seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia. Skripsi tersebut

membantu penulis melihat peranan nyanyian dalam peribadatan di Gereja dengan ke

etnisan suku Karo.

Tesis Vanesia dengan judul “Analisis Interelasi Guru Sibaso, Musik, dan

Trance Dalam Upacara Erpangir ku lau Pada Masyarakat Batak Karo. Tesis ini

menceritakan tenatang Pemena yang merupakan agama lokal masyarakat Karo

(19)

Pemena mengenal adanya ritus pembersihan diri oleh masyarakat karo diyakini

sebagai upacara ritual yang bertujuan untuk membersikan dan menyucikan diri yang

disebut upaca ritual Erpangir ku lau yang menjadi bagian dari adat suku Karo.

Kemudian Guru Sibaso adalah seorang perempuan yang memimpin dan menjadi

media komunikasi upacara ritual antara manusia dan roh nenek moyang mereka.

Upacara tersebut dengan menggunakan musik guru sibaso dapat menari dengan bebas

sehingga guru tersebut dirasuki roh nenek moyang mereka. Tesis Vanesia tersebut

membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam

upacara ritual.

Tesis Roy Hutagalung dengan judul “ Trio pada Musik Populer Batak Toba

Analisis Sejarah, Fungsi dan struktur musik” tesis ini mengkaji tiga aspek di dalam

musik trio pada Batak Toba, yang mencakup aspek: (a) sejarah, (b), fungsi, dan (c)

struktur musik vokalnya. Untuk mengkaji aspek sejarah penulis menggunakan teori

kontinuitas dan perubahan. Kemudian untuk mengkaji fungsi musik trio di dalam

musik populer pada kebudayaan Batak Toba ini penulis menggunakan teori

penggunaan dan fungsi yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Di sisi lain, untuk

mengkaji struktur musik vokal trio ini penulis menggunakan teori bobot tangga nada

yang ditawarkan Malm (1977) dan teori harmoni. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa trio lahir pada masyarakat Batak Toba secara berkelanjutan mengalami

perubahan di berbagai aspek kehidupan, perubahan di sektor teknologi, politik,

(20)

mendorong perubahan produk kebudayaannya. Trio bagi masyarakat Batak Toba

hingga sekarang tetap melekat dalam aktivitas kehidupannya di manapun mereka

berada. Tesis ini membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam

peribadatan tetapi dalam kebudayaan masyarakat yang berkembang menjadi insdustri

musik di indonesia

1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep

Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah peranan pahdu

terhadap peribadatan suku Tamil dalam agama kekristenan di Gereja Anglikan Holy

Trinity dikota Medan dengan melihat peranan dari padhu yaitu nyanyian untuk

peribadatan India di Gereja.

Padhu yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah nyanyian yang digunakan

dalam sebuah peribadatan suku Tamil yang berfungsi sebagai media pemujaan dan

penyembahan terhadap tuhan di sebuah Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan.

Gereja adalah sebuah tempat berlangsungnya upacara peribadatan untuk melakukan

pemujaan secara bersamaan terhadap Tuhan.

Nyanyian yang dimaksud oleh penulis adalah media tata cara peribadatan,

nyayian tersebut dilakukan oleh pelayan di Gereja dengan jemaat ketika proses

peribadatan berlangsung di sebuah Gereja. Anglikan Holy Trinity adalah nama

Gereja suku India Tamil untuk memuji, berdoa, bersyukur, kepada tuhan Yesus

(21)

Liturgi. Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah

kata ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam perkembangannya,

ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain, kata leitourgia memiliki arti yang

lebih luas, yaitu pelayanan ibadat. Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti

pelayanan imam, namun berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna

keimaman Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam

perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk menunjukkan aktivitas

ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi sudah mulai dibatasi, hanya mencakup

perayaan ibadat yang dilakukan oleh imam baik paus, uskup dan pastor. Di kalangan

umat, liturgi biasa dipahami sebagai upacara atau upacara publik gereja. Dalam hal

ini berbicara mengenai liturgi adalah tentang urutan upacara, para petugas, peralatan

yang harus ada, dan sebagainya.

Liturgi yang dimaksud adalah penulis adalah sebuah peribadatan untuk

penyembahan terhadap tuhan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang menganut agama

Kristen dilakukan setiap hari Minggu, peribadatan ini di lakukan pada sebuah Gereja

kesukuan yang berjemaatkan suku Tamil dari India.

Analisis struktur musikal dan tekstual. Malm mengemukakan bahwa setiap

susunan bunyi, dapat dianggap dan dipelajari sebagai musik, bila susunan bunyi

tersebut merupakan kombinasi antara elemen-elemen nada, ritem, dan dinamika.

Ditinjau dari pendapat Malm, maka ke lima nyanyian tetap/ padhuini dapat dianggap

(22)

hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Marriam

mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat

menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan 16 perilaku bahasa,

tetapi bahasa yang digunakan pada musik berbeda dengan bahasa yang dipergunakan

sehari-hari. Berkenaan dengan pendapat Malm, maka analisis tekstual pada nyanyian

ordinarium adalah dengan menterjemahkan teks nyanyian padhu dari bahasa India

suku Tamil menjadi bahasa Indonesia, serta mengungkap makna yang terkandung

didalamnya.

1.5.2 Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Tanpa ada

teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada

ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar

keilmuaan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam

memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam

menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan

dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun

teori yang penulis pergunakan, yaitu :

Untuk melihat Sistem upacara keagamaan, maka penulis menggunakan teori

upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002:377) secara khusus

mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi

(23)

dijalankan; (iii) benda-benda dan alat upacara; (iv) orang-orang yang melakukan dan

memimpin upacara. Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di

mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau,

masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah,

Aspek ketiga adalah tentang benda benda yang dipakai dalam upacara termasuk

patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti

lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah

aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu,

syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya,

yaitu(i) bersaji; (ii) berkorban; (iii) berdoa; (iv) makan bersama makanan yang telah

disucikan dengan doa; (v) menari tarian suci; (vi) menyanyi nyanyian suci; (vii)

berprosesi atau berpawai; (viii) memainkan seni drama suci; (ix) berpuasa; (x)

intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai

keadaan trance, mabuk; (xi) bertapa; (xii) bersemedi.

Hubungan teks dengan melodi merupakan karakteristik yang sangat penting

diperhatikan yakni hubungan antara musik (nada) dengan teks. Seperti yang

dikemukakan oleh W.P Malm (1977:9). “Bila suatu not dipakai untuk masing-masing

suku kata dari teks nyanyian tersebut disebut dengan silabis, dan jika suatu suku kata

mempunyai beberapa buah not disebut dengan melismatis”. Dalam hal ini penulis

juga membahas makna yang terkandung di dalamnya serta keterkaitan antara teks dan

(24)

terkandung dalam teks ordinarium ini menggunakan teori Semantik. Semantik

berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: semantikos yang berarti ‘Memberikan tanda’ dan

berasal dari kata sema yang berarti ‘tanda’. 18 Semantik adalah cabang ilmu

linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau

jenis representasi lain. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pembelajaran

tentang makna.

Untuk mengungkap perubahan yang terjadi dalam musik liturgi khususnya

dalam ordinarium setelah adanya proses inkulturasi penulis menggunakan teori dari

Alan P Merriam (1964:303). Dalam tulisannya tentang Musicand Culture is Dynamic

di buku The Antropology of Music yang mengatakan “Culture change begins with the

processes of innovation. Type of innovation is variation, invention, tentation, dan

culture borrowing”. Alan P Merriam mengemukakan bahwa perubahan bias berasal

dari lingkungan kebudayaan internal, dan juga bisa berasal dari luar kebudayaan

eksternal. Perubahan yang timbul dari dalam dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku

kebudayaan itu sendiri, disebut dengan inovasi. Sedangkan perubahan eksternal

merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang

dari luar lingkup budaya tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan

perubahan merupakan sebuah tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan

dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori

(25)

dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana

variasi-variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. (1964: 305). 19

Teori Tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam

menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan

unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: (1) tangga nada; (2)

nada dasar; (3) wilayah nada; (4) jumlah nadanada; (5) jumlah interval; (6) pola-pola

kadensa; (7) formula-formula melodik; (8) kontur. Analisis musik yang dilakukan

adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah

kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku

percaya (credo), termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena

bagian ini sangat sering dilafalkan saja.

1.6 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk

sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41). Sedangkan

penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan

prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu

(menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13). Jadi,

metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau

kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(26)

pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta

melakukan pendekatan musikologis terhadap sebuah nyanyian, Penelitian ini juga

menggunakan pendekatan partisipan yang meneliti peribadatan suku Tami di Kota

Medan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian

lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan

dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap

analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data yang diperlukan yaitu

buku-buku yang berisi peribadatan, Kristen anglikan, doa dalam peribadatan, peranan

nyanyian terhadap sebuah peribadatan. Kemudian mengamati proses-proses

peribadatannya dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Gereja Anglikan Holy Trinity,

merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian

penulis melalui penerapan nyanyian atau padhu dalam peribadatan India Tamil di

Kota Medan., memvideokan proses peribadatan melalui padhu atau nyanyian di

gereja Anglikan Holy Trinity, kemudian mengklasifikasikan dan memverifikasikan

data yang didapat dari gereja Anglikan Holy Trinity.

1.7.1 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data

(27)

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat

bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan

kulit (Burhan Bungin 2007: 115).

Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung

secara mendetail upacara peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity serta

mengetahui peranan nyanyian Pudhu dalam dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy

Trinity masyarakat India suku Tamil yang terdapat dikota medan. Selain melakukan

pengamatan langsung dalam upacara peribadatan Gereja tersebut, penulis juga

menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah

masyarakat Tamil, jemaat, pelayan ibadah dan juga pimpinan (Pastor) di Gereja

Anglikan Holy Trinity itu sendiri. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi

langsung: yaitu langsung kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, melihat

pelayan-pelayan tuhan yang aktif dalam peribadatan baik dalam penyembahan

maupun melayani jemaat di Gereja tersebut.

1.7.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data

yang tidak didapat melalui observasi.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alatyang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234). “

(28)

“Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.”

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal

yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang

terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi

penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari

pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang

berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi

dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan

ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Daniel dan Kardik sebagai

pelayan digereja tersebut, terlebih jemaat yang terdapat dalam gereja yang melakukan

peribadatan sebagai informan kunci.

Penulis juga menentukan pastor Moses aligasan dan Anjena, selaku

pimpinban dan Sekretaris Gereja Anglikan Holy Trinity sebagai informan pangkal

yang memberikan informasi tentang informan kunci. Selain itu penulis juga

(29)

keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui,

untuk itu penulis memakai alat rekam aplikasi Handphone untuk merekam

percakapan yang terjadi antara penulis dan informan.

Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi

tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis

melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya

terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peranan

nyanyian (padhu) lagu-lagu terhadap sebuah peribadatan Gereja Anglikan holy

Trinity bagi suiku India Tamil. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada

Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, pendeta Gereja Anglikan Holy Trinity, suku

tamil di gereja Anglikan Holy Trinity. Kemudian musisi yang memainkan musik

Gereja Anglikan Holy Trinity yang sedang melayani peribadatan baik pada nyanyian

(padhu) dan instrumen musik di gereja Anglikan Holy Trinity, guna mengetahui

peranan nyanyian (padhu) terhadap peribadatan bagi suku India Tamil.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk

menjawab permasalahan-permasalahan, penerapan dan informasi yang di dapat

penulis dalam peribadatan dalam penelitian untuk penulisan tesis.

1.7.4 Perekaman

(30)

perekaman. Perekaman musik dan wawancara serta memvideokan peribadatan di Gereja

Anglikan Holy Trinity yang dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM

70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida

BASF dengan ukuranwaktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual,

dipergunakan Handycam melalui kamera Nikon 7D.

1.7.5 Kerja Laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari

studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring

untuk dijadikan sebagai data dalam analisis nyanyian dalam peribadatan di Gereja

Anglikan Holy Trinity kemudian memenuliskan tentang apa yang dilakukan jemaat,

pastor dan pelayan tuhan dalam peribadatannya di gereja tersebut.

Semua kegiatan dalam peribadatan tersebut di videokan dan wawancara

direkam yang prosesnya tersebut direkam di atas pita kaset BASF dan kamera Nikon

D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium.Semua ini penulis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan dua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kuantum berbantuan

Peluang ini dikuatkan oleh gerakan yang dilakukan melalui literasi digital (Alamanda, Nugraha, Suryahudaya, 2019), literasi teknologi, literasi manusia, pendidikan karakter

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bagian dari sekolah formal yang diselenggarakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang akan bersaing dan dapat memenuhi

Menurut data yang ada dan penelusuran yang telah dilakukan, baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun sedang dilakukan, khususnya pada Sekolah Pascasarjana

Keenam perlakuan tersebut yaitu perlakuan tanpa menggunakan ekstrak, ekstrak tanaman uji dengan pelarut air, metanol, etil asetat dan n-heksana serta fungisida sintetik berbahan

Hasil yang mencolok terjadi pada asupan lemak, ternyata hanya siswa SD Swasta yang memiliki pe- ningkatan asupan lemak sebelum dan sesudah inter- vensi (p<0,05), sedangkan siswa

Untuk kebutuhan Personil calon penyedia jasa harus menyediakan personil inti minimal yang terdiri dari Pimpinan pelaksana, pelaksana Jalan, pelaksana jembatan dan

Alfalfa (Medicago sativa L.) merupakan tanaman dari kelompok leguminosa yang potensial dimanfaatkan sebagai pakan kambing karena produksi dan nilai nutrisi yang