BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan
media bagi jemaat untuk mengucap syukur atas segala anugerah Tuhan terhadap
manusia dan alam semesta. Nyanyian bagi Gereja juga menjadi media pengaminan
akan karya agung Yesus Kristus yang melepaskan manusia dari belenggu dosa dan
menjadi indikator yang penting dalam peribadatan. Proses pengaplikasian nyanyian
dalam sebuah peribadatan sering sekali disampaikan melalui sebuah musik iringan
yang di syairkan dalam sebuah doa yang dapat melahirkan suasana penuh hikmat
dalam pelaksanaan liturgi Gereja.
Padhu1
Padhu memiliki peranan penting sebagai salah satu media pemujaan terhadap
Tuhan. Hal ini menunjukan bagi suku Tamil pemujaan adalah sesuatu yang mutlak (padhe) adalah sebuah nyanyian untuk sebuah peribadatan suku Tamil
dalam bahasa India, untuk menyatakan sebuah pujian atau penyembahan kepada
Tuhan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Anglikan
Holy Trinity yang terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang
berasal dari Negara India. Gereja Anglikan Holy Trinity sering sekali menggunakan
dan merupakan tujuan dari setiap nyanyian untuk melakukan peribadatan. Hal ini
dilakukan bukan saja dengan mulut melalui sebuah nyanyian, tetapi juga dengan hati,
pikiran, dan kemauan dimana segenap diri ditujukan memuji dan memuliakan Tuhan.
Hal ini menunjukan bahwa padhu atau nyanyian bagi suku Tamil dalam tata cara
peribadatan adalah sebagai ungkapan syukur atas besarnya karya Tuhan.
Padhu bagi suku Tamil adalah nyanyian (yang mencakup melodi dan
harmoni) yang membuat kata-kata menjadi lebih hidup, tulus, dan lebih
bersungguh-sungguh. Terlebih lagi sebuah nyanyian yang dibawakan dengan teknik vokal yang
baik dan maksimal akan memunculkan ekspresi yang yang tepat dan sesuai bagi
seorang jemaat. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan lagu Gereja dengan
ekspresi yang baik, dibutuhkan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna
syairnya.
Padhu bagi suku Tamil terdiri dari 5 (lima) bagian: Kirtena yaitu nyanyian
tradisional India Tamil yang tidak tersusun dalam notasi barat, dapat dikatakan
sebuah nyanyian dari rakyat India Tamil, Bajena yaitu nyanyian yang dinyanyikan
dengan cara bersahut-sahutan (Resitativo), Tuthi padhu yaitu jenis nyanyian
puji-pujian atau penyembahan yang sifatnya kepada pemujaan kepada yang maha Agung,
Sanggirdena yaitu jenis nyanyian mazmur yang meriah dan biasanya diikuti oleh
tari-tarian, Paamalai yaitu jenis lagu puji-pujian India Tamil yang sudah tersusun dalam
Padhu atau nyanyian yang berbahasa suku Tamil tidak diaplikasikan
seluruhnya dalam sekali ibadah, namun dipilih oleh pemimpin pujian (worship
leader)2
Terlebih lagi Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan nyanyian Padhu,
ketika melakukan kegiatan dalam acara besar seperti merayakan hari Ibu, Natal, dan
Paskah atau 1 (satu) minggu setiap 1(bulan) diadakannya ibadah yang bernuansa
budaya suku Tamil. Dengan demikian padhu lebih sering dipakai dibandingkan
dengan lagu yang lain. Padhu sering sekali diiringi oleh alat musik tradisional India
Tamil seperti Tabla, Biola, sitar dan alat musik lainnya yang dipakai sesuai dengan
karakteristik Gereja yang melakukan peribadatan dengan mengaplikasikan peran
budaya dalam penerapannya. Hal ini dilakukan untuk mengajak lebih banyak lagi
masyarakat India Tamil agar mau dan tertarik untuk datang mengikuti ibadah dan
mendengarkan firman Tuhan secara keKristenan.
yang bertugas. Biasanya padhu diambil 2 (dua) atau 3 (tiga) lagu saja untuk
peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity sesuai dengan tema peribadatan pada tiap
minggunya, baik pada tuthi padhu lagu yang ceria biasanya bertempo cepat, Pamalai
untuk sebuah penyembahan, dan Bajena yang dilakukan bersahut-sahutan biasanya
dilakukan dalam doa yang dibawakan dalam sebuah lagu, selebihnya adalah lagu
yang berbahasa Indonesia dan dicampur dengan lagu yang berbahasa Inggris.
Dalam setiap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity seluruh nyanyian
tersebut dilengkapi dengan lirik dan notasi, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan
iringan alat musik seperangkat band, terkadang dapat berisi notasi musik iringan
secara lengkap untuk seluruh nomor lagu yang ada pada buku lagu Gereja Anglikan
Holy Trinity. Hal ini memiliki kesamaan terhadap buku lagu di Gereja lainnya seperti
Katholik buku kidung jemaat, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu buku
ende, Gereja Bethany Indonesia (GBI) yaitu Kidung Jemaat, Gereja Protestan
Indonesia Barat (GPIB)
maupun Gita Bhakti.
Nyanyian ibadah dan musik gereja merupakan dua jenis kegiatan yang sering
digunakan dalam peribadatan Jemaat. Fungsi nyanyian ibadah dan musik dalam
sebuah peribadatan untuk melayani jemaat yang ingin memuji dan memuliakan
Tuhan. Nyanyian bagi India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity lebih kepada
mengungkapkan isi hatinya dan perasaannya melalui sebuah nyanyian, umat
mengungkapkan kesiapannya menghadap Tuhan, mengaku dosa, memohon
pengampunan, mengucap syukur serta memohon berkat dan penyertaan Tuhan.
Nyanyian dalam ibadah adalah nyanyian umat bukan nyanyian satu atau sekelompok
orang. Oleh sebab itu dalam hal menyanyikan sebuah lagu, nyanyian umat harus lebih
diutamakan khususnya padhu dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity
suku India Tamil.
Musik Gereja merupakan ekspresi ungkapan isi hati manusia terhadap Tuhan
hati umat. Setiap orang mempunyai berbagai ekspresi emosi, dimana ekspresi emosi
umat itu memerlukan sebuah saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat
berupa gerakan badan atau vokal
Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.”
Jadi tekanan untuk datang mendekat kepada Allah melalui nyanyian atau musik itu
mendapat tekanan yang sangat sentral dan utama. Allah berkenan menganugerahkan
nyanyian dan musik agar kita dapat menggunakannya untuk mengungkapkan ekspresi
dan kreatifitas kita dalam menyembah dan memuji kemuliaan-Nya di dalam ibadah
kita kepada-Nya. Alkitab menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur,
nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus
5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Nyanyian ibadah musik itu
lahir dari pengalaman spiritual manusia. Ayat-ayat inilah yang menjadi pedoman bagi
suku India Tamil dalam melakukan peribadatan melalui sebuah nyanyian di Gereja
Anglikan Holy Trinity.
Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah gereja yang menganut agama
Kristen bagi suku Tamil, dengan tata cara ibadah yang menggabungkan peribadatan
Gereja Khatolik dan Protestan. Hal ini terlihat dari tata cara peribadatannya.
Persamaan peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity dengan peribadatan Gereja
Khatolik melalui penyembahan yang dilakukan dengan bersujud dilantai untuk
berdoa kepada Tuhan. Kemudian nyanyian doa yang dilakukan secara
peribadatan antara Gereja Khatolik dan Gereja Anglikan. Nyanyian doa yang
bersahut-sahutan tersebut bagi suku tamil disebut dengan bajen atau Bajena. Bajena
digunakan terhadap peribadatan suku Tamil yang beragama Kristen dengan
menyembah Yesus Kristus dan sebuah ritual suku Tamil yang beragama Hindu
dengan menyembah Dewa.
Terlebih lagi persamaan Gereja Anglikan terhadap peribadatan Gereja
Protestan yang dilakukan secara berdiri, bertepuk tangan, menari serta melompat
dalam pemujaannya, menjadi persamaan yang cukup jelas terlihat pada Gereja
Anglikan Holy Trinity, serta alat musik yang menggunakan band seperti keyboart,
gitar, bass dan drum, uniknya memiliki persamaaan terhadap pemimpin
penyembahan (Song Lidear) dan beberapa penyanyi di mimbar sebagai penyanyi latar
(backing Vocal).
Permasalahannya adalah Gereja Anglikan Holy Trinity tidak mengakui
persamaan tersebut dan menyatakan bahwa gereja suku Tamil memiliki tata cara
ibadah tersendiri untuk memuji memuliakan Tuhan Yesus Kristus melalui sebuah
budaya, tanpa melihat prosesi ibadah Gereja Khatolik dan Prostestan. Gereja
Anglikan Holy Trinity menggunakan dua bahasa dalam peribadatannya yaitu bahasa
India suku Tamil dan bahasa Indonesia.
Istilah Anglikan berasal dariEcclesia
Anglicana yang berarti Gereja. Berpusat di Negar
Teologis yang dikembangkan oleh
merupakan sebagai bagian dari
bersifat Katolik dan pada saat yang sama juga Reformatoris. Bagi beberapa
pemeluknya, Gereja ini mewakili Katolisisme tanpa seorang paus, Gereja ini juga
mewakili Protestanisme, identitas dirinya ini mewakili suatu kombinasi dari
keduanya. Gereja Anglikan Holy Trinity merupakan salah satu dari bagian Komuni
Anglikan.
Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan
memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam
menemukan belas kasih dan saling menerima. Gereja menjadi sebuah wadah
komunitas penyembuhan yang mendorong tiap orang untuk menjadi manusia
seutuhnya dan sempurna. jika semua anggota menyadari bahwa situasi hidup mereka
yang kurang baik ini adalah bagian dari kasih karunia Allah maka dengan mengalami
anugerah kesembuhan (Spirit) dari Allah, setiap anggota dapat menjadi saluran berkat
yang luas bagi mereka yang membutuhkan.
Dalam komunitas yang saling memberi semangat dan mendidik banyak
anggota atau jemaat mengalami perkembangan fisik dan psikologi. Sehingga pada
akhirnya kekerasan dan masalah apapun yang menyangkut bagi seorang jemaat
sesungguhnya itu merupakan penyakit bagi orang lain dapat diatasi secara baik.
Sebagai suatu komunitas penyembuhan gereja tidak bersaing dengan agama lain, atau
dimensi sosial dan spiritual religius bagi manusia maupun dimensi fisik dan
psikologis.
Demikian pula dari persoalan yang terjadi pada Jemaat Gereja Anglikan Holy
Trinity pada hakekatnya mereka memiliki sebuah kebutuhan yang sepenuhnya tidak
terpenuhi. Bila dilihat secara psikologi dan spiritual kebutuhan manusia yang pertama
adalah kebutuhan diri, dimana terkandung kebutuhan untuk mendapatkan harapan,
kebutuhan untuk memperoleh dukungan, semangat, dorongan dan motivasi.
Kebutuhan untuk beradaptasi dalam situasi yang menimbulkan ketergantungan,
kebutuhan untuk memperoleh martabat pribadi kebutuhan untuk mengekspresikan
perasaan, kebutuhan untuk menerima dan mempersiapkan kematian, serta kebutuhan
untuk bersyukur. Kebutuhan yang pertama ini sangat menyangkut kondisi mereka
yang berasal dari suku India, sehingga juga mempengaruhi persoalan yang terjadi
dalam bidang sosial.
Kebutuhan akan Tuhan pada suku Tamil, Kebutuhan bahwa Tuhan itu ada,
kebutuhan bahwa Allah masih ada pada sisiku dan sisi mereka, kebutuhan untuk
menyadari kehadiran Allah (melalui segala sesuatu yang dilihat, dirasakan dan
dihayati), kebutuhan untuk melayani melalui kasih Allah yang tak bersyarat,
kebutuhan untuk berdoa baik untuk diri sendiri maupun orang lain, kebutuhan untuk
melayani Tuhan adalah hal yang yang sangat diprioritaskan dalam ibadah Gereja
Terlebih lagi kebutuhan terhadap orang lain. Dimana terkandung kebutuhan
akan persekutuan, mencintai dan melayani orang, mengakui kesalahan dan
mengampuni orang lain, mempersiapkan kehilangan. Untuk itu perlu dipaham
bersama bahwa hidup ini tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, bahkan cinta
yang kita milikipun penuh tantangan. Segala kesehatan dan ketidaksehatan kita juga
persoalan yang terjadi adalah persoalan rahani. Begitu juga dengan kehidupan rohani
tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, adalah pola pikir Jemaat pada Gereja
Anglikan Holy Trinity.
Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama
Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu pada agama
Kristen. Gereja Anglikan Holy Trinity ini berpusat di Singapura dan mempunyai
cabang didaerah maupun beberapa Negara lainnya, seperti Singapura, Inggris, Hanoi,
Kuching, Sabah, Malaysia, Brunei, Sarawak, dan lainnya. disetiap ibadah yang
dilaksanakan tidak ada yang bernuansa kebudayaan, hanya di Gereja Anglikan Holy
Trinity di Kota Medan ini yang satu-satunya menggunakan konsep kebudayaan dalam
peribadatannya.
Pastor Moses Alegesan, MA adalah seorang pimpinan tertinggi di Gereja
Anglikan Holy Trinity Medan, Pastor Moses dibesarkan dan dididik dalam sebuah
budaya India suku Tamil dalam agama Hindu. Pastor Moses sangat berperan aktif
terhadap penyebaran agama Kristen bagi suku Tamil di India. Pastor moses juga
dalam peribadatan-peribadatan untuk memuji Tuhan dalam agama Kristen di Gereja
Anglikan Holy Trinity. Komunitas masyarakat India Tamil sangat taat dengan agama
asli mereka, yaitu agama Hindu. Masyarakat Kristen India Tamil sebagian menganut
Katolik dan Kristen protestan, serta Kristen Anglikan. Gereja-gereja di kota Medan
dan sekitarnya telah mengakui keberadaan mereka khususnya kepada mereka yang
sudah menganut agama Kristen.
Jemaat India Tamil di Gereja Holy Trinity Anglikan memiliki hubungan yang
baik antar Gereja dengan Gereja-gereja lainnya seperti Methodist, GKII, Khatolik dan
juga Kharismatik. Mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang diadakan Gereja
Anglikan maupun gereja lainnya. Bahkan tidak jarang dalam kegiatan keGerejawian
yang diadakan di kota Medan, Gereja ini diundang secara khusus untuk menampilkan
sebuah pujian dan persembahan melalui tarian India dan musik-musik Rohani Kristen
yang berciri khas India Tamil.
Masyarakat Kristen India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity sebagian
besar tetap aktif dalam menjalankan beberapa ritual adat dalam suku Tamil yang
sesuai dengan ajaran Kristen pada dasarnya. Seperti upacara kematian, yang
digabungkan dengan liturgi Gereja Anglikan. Sehingga hubungan antara agama serta
adat budaya masih melekat erat walaupun mereka sudah menjadi Kristen. Namun
sebagian permasalahan kondisi demikianlah hubungan masyarakat Kristen India
Tamil dengan sesama sukunya yang masih menganut agama Hindu pun mengalami
Suku India Tamil yang memiliki fanatik terhadap sebuah keagamaan, dimana
jika seorang dari suku Tamil beragama Hindu berpindah agama (dimana itu sebagai
agama asli dari budaya dan adat istiadat mereka) menjadi agama Kristen, atau agama
lainnya seperti Islam dan budha, mereka sudah tidak dianggap orang India Tamil dan
tidak dapat mengikuti acara adat, budaya dari kesukuan Tamil sendiri. Hal ini
dikarenakan perpindahan sebuah agama adalah sebuah penyimpangan dari norma
adat-istiadat bagi nenek moyang mereka sebagai orang India. Permasalahan ini hanya
jika mereka tetap beragama Hindu, mereka akan tetap diakui dalam komunitas suku
Tamil. Ironisnya tindakan seperti inilah akhirnya menimbulkan banyak konflik. baik
antara masyarakat Kristen India Tamil dengan masyarakat India Tamil yang
beragama Hindu.
Sebagaimana dikemukakan penulis terhadap pengaruh musik dan nyanyian
padhu terhadap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kesukuan Tamil di kota
medan, menjadi hal yang akan di teliti oleh penulis, keberadaan musik dan nyanyian
memiliki peranan yang sangat penting digereja Anglikan Holy Trinity tesebut. Musik
berperan sebagai media atau sarana bagi jemaat untuk memuja, menyembah,
memuliakan, mencurahkan isi hati dan mengucap syukur kepada Tuhan atas segala
berkat dan keselamatan yang diberikan kepada seluruh umat manusia. Nyanyian
Gereja merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk secara langsung dapat
mengucapkan isi hatinya atas segala rahmat, anugerah dan berkat Tuhan kepada
individu yang disampaikan melalui sebuah nyanyian dengan iringan musik atau tanpa
iringan musik (acapella), nyanyian yang dibawakan dan ditampilkan dengan teknik
vokal yang baik secara maksimal, dengan sendirinya akan memunculkan ekspresi
yang yang tepat sesuai dengan jiwa nyanyian. Oleh karena itu untuk dapat
menyanyikan sebuah lagu gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan
latihan-latihan yang teratur dan berkesinambungan yang berlanjut dengan upaya
menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya. Latihan tersebut mencakup
teknik pernafasan, pembentukan suara, artikulasi, frasering, dan berbagai
pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan teknik vokal.
Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi pada saat ini
memungkinkan nyanyian jemaat pada buku lagu dapat dinyanyikan di luar tata cara
peribadatan, hal ini mengakibat fungsi dan keagungan dari nyanyian tersebut menjadi
hilang dan kurang bermakna. Mungkin nyanyian jemaat jauh lebih indah dan merdu
bila dinyanyikan oleh penyanyi dalam bentuk solo maupun paduan suara.
Permasalahan ini menjadi dasar yang cukup dan harus dimengerti oleh Jemaat
Kristen terlebih di Gereja Anglikan Holy Trinity.
Nyanyian Jemaat merangkai unsur-unsur liturgi dalam sebuah peribadatan
yang melibatkan tata ibadah satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk sebuah
suasana sakral dalam peribadatan. Tata cara peribadatan yang baik dilakukan apabila
nyanyian jemaat dibawakan secara baik dan benar. maka pemilihan sebuah nyanyian
dari unsur peribadatannya seperti nyanyian vokal grup, paduan suara, penyanyi, dan
juga iringan dari instrumentalis.
Permasalahannya adalah tidak sedikit pelayan di sebuah gereja baik dari
pemain musik dan pemimpin pujian melakukannya bukan sebagai jembatan memuji
dan memuliakan tuhan tetapi menjadikan musik atau nyanyian sebagai tontonan
pertunjukan pada Jemaat dalam peribadatan. Hal ini akan mengakibatkan peribadatan
menjadi kurang baik dan dianggap bertele-tele, yang dipenuhi oleh embel-embel tata
cara peribadatan.
Nyanyian Jemaat mengandung fungsi dan peran simbolis. nyanyian
mengungkapkan makna terdalam dari sikap iman Gereja. Dengan demikian ada unsur
pemberitaan dalam sebuah nyanyian jemaat. Sehubungan dengan itu dengan tetap
mengindahkan lagu, syair nyanyian, menjadikan peran sebuah nyanyian dalam
peribadatan sangat besar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para komponis,
pencipta, dan penerjemah nyanyian Jemaat. agar ketrampilan, keahlian, dan
pengetahuan tentang bentuk susunan syair sangat diperlukan dan lebih diutamakan.
Nyanyian jemaat memperoleh maknanya dari pelayanan liturgi. Maksud
nyanyian jemaat diciptakan dan dinyanyikan tidak terlepas dari maksud liturgi
dilayankan. Nyanyian jemaat lahir dari liturgi, nyanyian tersebut berperan untuk
melayani sebuah periibadatan sehingga menjadi khidmat. Ini merupakan tantangan
bagi para pemusik agar menciptakan nyanyian untuk keperluan yang sesuai dengan
kepada fungsinya, yakni sebagai pelayan ibadah bukan sebagai orang pertunjukan
yang memainkan musik dan menyanyikan lagu dengan kepiawaiannya.
Berdasarkan maksud kemunculannya, fungsi nyanyian Jemaat di dalam liturgi
adalah sebagai alat pengajaran dan tanggapan Gereja. Fungsi yang tepat melahirkan
kesaksian dan pemberitaan Gereja kepada dunia. Paduan suara, vokal grup,
penyanyi-penyanyi ahli, para pakar musik gereja, song leader, sound system, Imam atau
Pendeta, dan sebagainya saling mendukung satu sama lain dalam sebuah peribadatan.
Agar sebuah peribadatan dapat berjalan dengan baik pada prosesnya.
1.2 Rumusan Masalah
Melalui tata cara (liturgy) yang terdapat dalam peribadatan Gereja Anglikan
Holy Trinity penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian
atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian
menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode
analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity
yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan
menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India kedalam bahasa
Indonesia.
Semua penelitian ini dilakukan penulis melalui transkripsi atau notasi balok
dari lagu-lagu atau padhu yang digunakan dalam peribadatan gereja Anglikan Holy
India Tamil dalam peribadatan keKristenan. banyak permasalahan yang terdapat dalam
penelitian ini, tetapi pokok permasalahan atau pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tata cara peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.
2. Bagaimana peranan nyanyian padhu terhadap liturgi peribadatan Gereja
Anglikan Holy Trinity.
3. Bagaimana analisis musikal dan tekstual pada sebuah nyanyian (padhu) dalam
peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity.
Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang
bersifat deskriptif analitis oleh penulis melalui penelitian di Gereja Anglikan Holy
Trinity yang terletak dikota Medan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian melalui peribadatan suku India Tamil di Gereja
Anglikan Holy adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis musikal dan tekstual, struktur pahdu dalam
peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.
2. Untuk mengetahui peranan nyanyian padhu dalam peribadatan gereja
3. Untuk mengetahui tata cara peribadatan masyarakat India Tamil terhadap
peribadatan kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang diambil dari penelitian diwujudkan dalam bentuk tesis ini
adalah sebagai berikut:
1. Menambah referensi tentang peranan nyanyian di Gereja, suku Tamil, dan
peribadatan.
2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa, Pelajar, Pemusi
Gereja dan Budayawan agar dapat mengetahui peranan nyanyian dalam
peribadatan.
3. Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, suku tamil,
budayawan, terhadap peribadatan.
4. Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian khususnya
nyanyian atau vocal dalam konteks seni musik di Indonesia.
5. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama masa studi di pasca sarjana pengkajian dan penciptaan
seni.
1.4 Studi Kepustakaan
Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan
pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi
dan tesis yang ada. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi dan
tesis yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel
maupun jurnal untuk memperjelas penulisan tesis penulis.
Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat
cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita inginkan
dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di situs
www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti
www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi
dan data yang didapat baik melalui tesis, skripsi, buku, artikel dan internet membantu
penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan
tesis ini nantinya.
Ada pun acuan skripsi, tesis, jurnal maupun buku yang membantu tentang
penelitian ini tesis adalah sebagai berikut:
Skripsi Atman Jeremiah dengan judul “Penyajian Kitab Ende-enden dalam
Liturgi Kebaktian Gereja Batak Karo Protestan Jalan Jamin Ginting Km. Padang
Bulan Medan” mejelaskan peranan nyanyian terhadap peribadatan Gereja Batak Karo
Protestan merupakan salah satu Gereja etnis yang berkembang di Indonesia dan
didominasi oleh Jemaat yang beretnis Karo, walaupun ada beberapa Jemaat yang
tidak beretnis Karo. Seperti uraian sebelumnya lagu ataupun nyanyian merupakan hal
jemaat GBKP. GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padang bulan medan. Di dalam
kebaktian, Jemaat biasa menyanyikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung.
Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung
nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab
Ende-Enden (KEE). Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan
mengumpulkan lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah
syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada
beberapa gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP) yang didominasi oleh Jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak
kesamaan lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa
yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE
merupakan adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak
mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab
Ende-Enden (KEE), dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di
seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia. Skripsi tersebut
membantu penulis melihat peranan nyanyian dalam peribadatan di Gereja dengan ke
etnisan suku Karo.
Tesis Vanesia dengan judul “Analisis Interelasi Guru Sibaso, Musik, dan
Trance Dalam Upacara Erpangir ku lau Pada Masyarakat Batak Karo. Tesis ini
menceritakan tenatang Pemena yang merupakan agama lokal masyarakat Karo
Pemena mengenal adanya ritus pembersihan diri oleh masyarakat karo diyakini
sebagai upacara ritual yang bertujuan untuk membersikan dan menyucikan diri yang
disebut upaca ritual Erpangir ku lau yang menjadi bagian dari adat suku Karo.
Kemudian Guru Sibaso adalah seorang perempuan yang memimpin dan menjadi
media komunikasi upacara ritual antara manusia dan roh nenek moyang mereka.
Upacara tersebut dengan menggunakan musik guru sibaso dapat menari dengan bebas
sehingga guru tersebut dirasuki roh nenek moyang mereka. Tesis Vanesia tersebut
membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam
upacara ritual.
Tesis Roy Hutagalung dengan judul “ Trio pada Musik Populer Batak Toba
Analisis Sejarah, Fungsi dan struktur musik” tesis ini mengkaji tiga aspek di dalam
musik trio pada Batak Toba, yang mencakup aspek: (a) sejarah, (b), fungsi, dan (c)
struktur musik vokalnya. Untuk mengkaji aspek sejarah penulis menggunakan teori
kontinuitas dan perubahan. Kemudian untuk mengkaji fungsi musik trio di dalam
musik populer pada kebudayaan Batak Toba ini penulis menggunakan teori
penggunaan dan fungsi yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Di sisi lain, untuk
mengkaji struktur musik vokal trio ini penulis menggunakan teori bobot tangga nada
yang ditawarkan Malm (1977) dan teori harmoni. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa trio lahir pada masyarakat Batak Toba secara berkelanjutan mengalami
perubahan di berbagai aspek kehidupan, perubahan di sektor teknologi, politik,
mendorong perubahan produk kebudayaannya. Trio bagi masyarakat Batak Toba
hingga sekarang tetap melekat dalam aktivitas kehidupannya di manapun mereka
berada. Tesis ini membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam
peribadatan tetapi dalam kebudayaan masyarakat yang berkembang menjadi insdustri
musik di indonesia
1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep
Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah peranan pahdu
terhadap peribadatan suku Tamil dalam agama kekristenan di Gereja Anglikan Holy
Trinity dikota Medan dengan melihat peranan dari padhu yaitu nyanyian untuk
peribadatan India di Gereja.
Padhu yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah nyanyian yang digunakan
dalam sebuah peribadatan suku Tamil yang berfungsi sebagai media pemujaan dan
penyembahan terhadap tuhan di sebuah Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan.
Gereja adalah sebuah tempat berlangsungnya upacara peribadatan untuk melakukan
pemujaan secara bersamaan terhadap Tuhan.
Nyanyian yang dimaksud oleh penulis adalah media tata cara peribadatan,
nyayian tersebut dilakukan oleh pelayan di Gereja dengan jemaat ketika proses
peribadatan berlangsung di sebuah Gereja. Anglikan Holy Trinity adalah nama
Gereja suku India Tamil untuk memuji, berdoa, bersyukur, kepada tuhan Yesus
Liturgi. Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah
kata ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam perkembangannya,
ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain, kata leitourgia memiliki arti yang
lebih luas, yaitu pelayanan ibadat. Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti
pelayanan imam, namun berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna
keimaman Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam
perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk menunjukkan aktivitas
ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi sudah mulai dibatasi, hanya mencakup
perayaan ibadat yang dilakukan oleh imam baik paus, uskup dan pastor. Di kalangan
umat, liturgi biasa dipahami sebagai upacara atau upacara publik gereja. Dalam hal
ini berbicara mengenai liturgi adalah tentang urutan upacara, para petugas, peralatan
yang harus ada, dan sebagainya.
Liturgi yang dimaksud adalah penulis adalah sebuah peribadatan untuk
penyembahan terhadap tuhan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang menganut agama
Kristen dilakukan setiap hari Minggu, peribadatan ini di lakukan pada sebuah Gereja
kesukuan yang berjemaatkan suku Tamil dari India.
Analisis struktur musikal dan tekstual. Malm mengemukakan bahwa setiap
susunan bunyi, dapat dianggap dan dipelajari sebagai musik, bila susunan bunyi
tersebut merupakan kombinasi antara elemen-elemen nada, ritem, dan dinamika.
Ditinjau dari pendapat Malm, maka ke lima nyanyian tetap/ padhuini dapat dianggap
hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Marriam
mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat
menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan 16 perilaku bahasa,
tetapi bahasa yang digunakan pada musik berbeda dengan bahasa yang dipergunakan
sehari-hari. Berkenaan dengan pendapat Malm, maka analisis tekstual pada nyanyian
ordinarium adalah dengan menterjemahkan teks nyanyian padhu dari bahasa India
suku Tamil menjadi bahasa Indonesia, serta mengungkap makna yang terkandung
didalamnya.
1.5.2 Teori
Teori merupakan alat yang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Tanpa ada
teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada
ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar
keilmuaan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam
memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam
menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan
dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun
teori yang penulis pergunakan, yaitu :
Untuk melihat Sistem upacara keagamaan, maka penulis menggunakan teori
upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002:377) secara khusus
mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi
dijalankan; (iii) benda-benda dan alat upacara; (iv) orang-orang yang melakukan dan
memimpin upacara. Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di
mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau,
masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah,
Aspek ketiga adalah tentang benda benda yang dipakai dalam upacara termasuk
patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti
lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah
aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu,
syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya,
yaitu(i) bersaji; (ii) berkorban; (iii) berdoa; (iv) makan bersama makanan yang telah
disucikan dengan doa; (v) menari tarian suci; (vi) menyanyi nyanyian suci; (vii)
berprosesi atau berpawai; (viii) memainkan seni drama suci; (ix) berpuasa; (x)
intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai
keadaan trance, mabuk; (xi) bertapa; (xii) bersemedi.
Hubungan teks dengan melodi merupakan karakteristik yang sangat penting
diperhatikan yakni hubungan antara musik (nada) dengan teks. Seperti yang
dikemukakan oleh W.P Malm (1977:9). “Bila suatu not dipakai untuk masing-masing
suku kata dari teks nyanyian tersebut disebut dengan silabis, dan jika suatu suku kata
mempunyai beberapa buah not disebut dengan melismatis”. Dalam hal ini penulis
juga membahas makna yang terkandung di dalamnya serta keterkaitan antara teks dan
terkandung dalam teks ordinarium ini menggunakan teori Semantik. Semantik
berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: semantikos yang berarti ‘Memberikan tanda’ dan
berasal dari kata sema yang berarti ‘tanda’. 18 Semantik adalah cabang ilmu
linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau
jenis representasi lain. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pembelajaran
tentang makna.
Untuk mengungkap perubahan yang terjadi dalam musik liturgi khususnya
dalam ordinarium setelah adanya proses inkulturasi penulis menggunakan teori dari
Alan P Merriam (1964:303). Dalam tulisannya tentang Musicand Culture is Dynamic
di buku The Antropology of Music yang mengatakan “Culture change begins with the
processes of innovation. Type of innovation is variation, invention, tentation, dan
culture borrowing”. Alan P Merriam mengemukakan bahwa perubahan bias berasal
dari lingkungan kebudayaan internal, dan juga bisa berasal dari luar kebudayaan
eksternal. Perubahan yang timbul dari dalam dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku
kebudayaan itu sendiri, disebut dengan inovasi. Sedangkan perubahan eksternal
merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang
dari luar lingkup budaya tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan
perubahan merupakan sebuah tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan
dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori
dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana
variasi-variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. (1964: 305). 19
Teori Tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam
menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan
unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: (1) tangga nada; (2)
nada dasar; (3) wilayah nada; (4) jumlah nadanada; (5) jumlah interval; (6) pola-pola
kadensa; (7) formula-formula melodik; (8) kontur. Analisis musik yang dilakukan
adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah
kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku
percaya (credo), termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena
bagian ini sangat sering dilafalkan saja.
1.6 Metode Penelitian
Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk
sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41). Sedangkan
penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan
prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu
(menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13). Jadi,
metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau
kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta
melakukan pendekatan musikologis terhadap sebuah nyanyian, Penelitian ini juga
menggunakan pendekatan partisipan yang meneliti peribadatan suku Tami di Kota
Medan.
1.7 Teknik Mengumpulkan Data
Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian
lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan
dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap
analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.
Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data yang diperlukan yaitu
buku-buku yang berisi peribadatan, Kristen anglikan, doa dalam peribadatan, peranan
nyanyian terhadap sebuah peribadatan. Kemudian mengamati proses-proses
peribadatannya dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Gereja Anglikan Holy Trinity,
merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian
penulis melalui penerapan nyanyian atau padhu dalam peribadatan India Tamil di
Kota Medan., memvideokan proses peribadatan melalui padhu atau nyanyian di
gereja Anglikan Holy Trinity, kemudian mengklasifikasikan dan memverifikasikan
data yang didapat dari gereja Anglikan Holy Trinity.
1.7.1 Observasi
Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data
penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat
bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan
kulit (Burhan Bungin 2007: 115).
Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung
secara mendetail upacara peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity serta
mengetahui peranan nyanyian Pudhu dalam dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy
Trinity masyarakat India suku Tamil yang terdapat dikota medan. Selain melakukan
pengamatan langsung dalam upacara peribadatan Gereja tersebut, penulis juga
menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah
masyarakat Tamil, jemaat, pelayan ibadah dan juga pimpinan (Pastor) di Gereja
Anglikan Holy Trinity itu sendiri. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi
langsung: yaitu langsung kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, melihat
pelayan-pelayan tuhan yang aktif dalam peribadatan baik dalam penyembahan
maupun melayani jemaat di Gereja tersebut.
1.7.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data
yang tidak didapat melalui observasi.
“Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alatyang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234). “
“Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.”
Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah
wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal
yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang
terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi
penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang
berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi
dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan
ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Daniel dan Kardik sebagai
pelayan digereja tersebut, terlebih jemaat yang terdapat dalam gereja yang melakukan
peribadatan sebagai informan kunci.
Penulis juga menentukan pastor Moses aligasan dan Anjena, selaku
pimpinban dan Sekretaris Gereja Anglikan Holy Trinity sebagai informan pangkal
yang memberikan informasi tentang informan kunci. Selain itu penulis juga
keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui,
untuk itu penulis memakai alat rekam aplikasi Handphone untuk merekam
percakapan yang terjadi antara penulis dan informan.
Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi
tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis
melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya
terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peranan
nyanyian (padhu) lagu-lagu terhadap sebuah peribadatan Gereja Anglikan holy
Trinity bagi suiku India Tamil. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada
Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, pendeta Gereja Anglikan Holy Trinity, suku
tamil di gereja Anglikan Holy Trinity. Kemudian musisi yang memainkan musik
Gereja Anglikan Holy Trinity yang sedang melayani peribadatan baik pada nyanyian
(padhu) dan instrumen musik di gereja Anglikan Holy Trinity, guna mengetahui
peranan nyanyian (padhu) terhadap peribadatan bagi suku India Tamil.
1.7.3 Tahap analisis
Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk
menjawab permasalahan-permasalahan, penerapan dan informasi yang di dapat
penulis dalam peribadatan dalam penelitian untuk penulisan tesis.
1.7.4 Perekaman
perekaman. Perekaman musik dan wawancara serta memvideokan peribadatan di Gereja
Anglikan Holy Trinity yang dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM
70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida
BASF dengan ukuranwaktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual,
dipergunakan Handycam melalui kamera Nikon 7D.
1.7.5 Kerja Laboratorium
Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari
studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring
untuk dijadikan sebagai data dalam analisis nyanyian dalam peribadatan di Gereja
Anglikan Holy Trinity kemudian memenuliskan tentang apa yang dilakukan jemaat,
pastor dan pelayan tuhan dalam peribadatannya di gereja tersebut.
Semua kegiatan dalam peribadatan tersebut di videokan dan wawancara
direkam yang prosesnya tersebut direkam di atas pita kaset BASF dan kamera Nikon
D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium.Semua ini penulis