• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Musik Dan Teks Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Musik Dan Teks Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

TESIS

Oleh:

Ria Luinne Tabita Pakpahan NIM: 117037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)

dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

Ria Luinne Tabita Pakpahan NIM: 117037006

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS MUSIK DAN TEKS PADHU INDIA TAMIL DALAM LITURGI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY DI MEDAN

Nama : Ria Luinne Tabita Pakpahan Nomor Pokok : 117037006

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Dra. Rithaony, M.A. NIP. 196311161997032001

Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. NIP. 19600325198601

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. NIP 196212211997031001

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

(4)

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………..)

Anggota I : Dra. Rithaony, M.A. (….………...………)

Anggota II : Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. (...………)

(5)

ABSTRACT

Padhu (padhe) is a song that is used in rituals and worship Tamils, Indian language as praise or worship of the Most Great. Padhu consists of 5 (five) was applied in a part of worship at Holy Trinity Anglican Church. Holy Trinity Anglican Church is located in the city of Medan is a church Tamils originating from India. The church often uses Padhu in the process of worship.

Holy Trinity Anglican Church is a place of worship Christianity Tamils who have moved beliefs of Hinduism into Christianity. Moreover, the procedures for worship at Holy Trinity Anglican Church has similarities to the Protestant and Catholic churches into one unique in the religious. Pastor Moses Alegesan is the head of the Church, using Indian Tamil culture in the form of language, music and singing padhu to perform procedures such as entering the church in worship barefoot, kneel, pray, and praise and glorify God in Christianity.

Through ordinances (liturgy) worship the Holy Trinity Anglican Church which uses padhu in worship tribe Tamil. The author sees the role padhu very important, as a medium for the church to praise and glorify God in Christianity in the Holy Trinity Anglican Church. In this case I would look at the functions and applications hymns or chants padhu on tribal governance Tamil worship event. Then write (transcription) songs in notation with western music analysis method. The authors also look at Holy Trinity Anglican Church worship that use the songs in worship. Moreover, the author will translate songs with lyrics or the meaning of the Tamil Indian language into Indonesian language.

The method used in this study is a qualitative method and results are obtained is a hymn writer, text and liturgical worship in the church of Holy Trinity in transcription in the notation for later in the analysis and examine the meaning of the lyrics in the song of the religious padhu.

(6)

INTISARI

Padhu (padhe) adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam ritual maupun peribadatan suku Tamil, berbahasa India sebagai pujian atau penyembahan kepada yang Maha Besar. Padhu terdiri dari 5 (lima) bagian diaplikasikan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Holy Trinity terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja tersebut sering sekali menggunakan Padhu dalam proses peribadatannya.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu menjadi agama Kristen. Terlebih lagi tata cara peribadatan di Gereja Holy Trinity memiliki kesamaan terhadap gereja Kristen Protestan dan Khatolik menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam peribadatannya. Pastor Moses Alegesan adalah pimpinan dari Gereja tersebut, menggunakan budaya India Tamil baik berupa bahasa, musik maupun nyanyian padhu untuk melakukan tata cara dalam peribadatan seperti memasuki Gereja tanpa alas kaki, berlutut, berdoa, serta memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan.

Melalui tata cara (liturgy) peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan

padhu dalam peribadatan suku India Tamil. Penulis melihat peranan padhu sangat penting, sebagai media bagi jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Dalam hal ini penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India Tamil kedalam bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode kualitatif dan hasil yang didapat penulis adalah sebuah nyanyian, teks serta liturgi peribadatan di gereja Holy Trinity untuk ditrankripsi dalam notasi kemudian di analisis serta mengkaji makna dari lirik nyanyian padhu dalam peribadatannya.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, L. Pakpahan dan ibuku Angelia Tobing nasehatmu ibu senantiasa mengiringi langkahku di manapun aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya dengan apapun.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah, M.A., dan Sekretaris, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang diberikan.

(8)

memotivasi penulis supaya tetap semangat dan terus maju tidak menyerah. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji Prof. Dr. Ikhwanudin Nasution, M.Si yang memberikan koreksi dan kritikan demi perbaikan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan, bapak Dr. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta Etnomusikologi.

Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun pada tesis ini.

Medan, Januari 2015 Penulis

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Luinne Tabita Pakpahan, S.Pd.

NIM : 117037006

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 02 Maret 1989 Agama : Kristen Protestan Jenis Kelamin : Perempuan

(10)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

(11)

DAFTAR ISI

1.3 Tunjuan dan Manfaat Penelitian ……… 14

(12)

2.2.2 Kristen ……….……… 48

2.2.3 Islam ……….…… 49

2.2.4 Budha ……… 50

2.3 Ciri-Ciri Fisik Etnik India Tamil ……….….. 50

2.4 Sistem Kekeluargaan Pada Etnik India Tamil ….…. 51 2.5 Adat Istiadat Etnik India Tamil di Kota Medan ……. 52

2.6 Upacara Ritual India Tamil ……….…….….. 53

2.7 Sitem Pengkastaan ... 58

2.8 Mata Pencaharian Masyarakat Tamil di Kota Medan.. 63

2.9 Bahasa dalam Masyarakat Tamil di Kota Medan …… 64

BAB III EKSISTENSI GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY BAGI KESUKUAN INDIA TAMIL DIKOTA MEDAN ... 66

3.1 Sejarah Berdirinya Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ………...………….. 64

3.2 Biografi Pimpinan Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ... 69

3.3 Ajaran Anglikan ………. 72

3.3.1 39 Pasal Agama ………... 72

3.3.1.1 Tentang Iman kepada Tritunggal yang Kudus……… 73

3.3.1.2 Tentang kebangkitan Kristus ….……… 73

3.3.1.3 Tentang Roh Kudus ……… 74

3.3.2 Tentang dosa asali atau dosa turunan ...….. 75

3.3.3 Tentang pembenaran manusia ………... 76

3.3.4 Tentang perbuatan baik ………...………. 77

3.3.5 Tentang perbuatan yang melebihi kewajiban…………...………. 77

3.3.6 Tentang dosa sesudah Baptisan …...……. 78

3.3.7 Pasal 19-22: Tentang Gereja ……… 79

3.3.7.1 Tentang Gereja ………... 79

3.3.7.2 Tentang otoritas Gereja ………. 80

3.3.7.3 Tentang otoritas Konsili umum ………. 81

3.3.8 Pasal 23-24: Tentang Pelayanan ………. . 82

(13)

3.3.9 Pasal 25-31: Tentang Sakramen ……….. 83

3.3.10 Tentang Pembaptisan …………...……… 85

3.3.11 Konfirmasi Gereja Anglikan ……...…...… 86

3.3.12 Tentang Perjamuan Kudus ………...…… 87

3.3.13 Tentang Jemaat yang tidak mengikuti perjamuan kudus………...………... 89

3.4 Tentang Pernikahan para Imam …...…… 90

3.5 Tentang triadisi Gereja ……...…….…… 91

3.6 Tentang buku-buku khotbah (Homili) ... 92

3.7 Sejarah ringkas perkembangan pelayanan tiga serangkai. 93

3.8 Tugas pelayanan di Gereja Anglikan …... 94

3.8.1 Diaken ... 94

3.8.2 Imam (Priest) ... 94

3.8.3 Bishop... 95

(14)

BAB V ANALISI STRUKTUR NYANYIAN PADHU DALAM

PERIBADATAN GEREJA ANGLIKAN HOLY TRINITY… 136

5.1 Transkripsi dan Analisis ……….. 136

5.3.1.3 Tangga nada lagu Parisuthe Thewen Niire………. .... 142

5.3.1.4 Tangga nada lagu Kyrie Eleison Tamil……….... 142

5.3.2 Nada Dasar ( Pitch Center)………... 143

5.3.3 Wilayah Nada ( Range )………... 143

5.3.3.1 Wilayah nada lagu Nirentherem………. 143

5.3.3.2 Wilayah nada lagu Yenthe Kaalet-tilum.. 144

5.3.3.3 Wilayah nada lagu Parisuthe Thewen niire…………. 144

5.3.3.4 Wilayah nada lagu Kyrie Elison 44 5.3.4 Jumlah Nada ………...…... 145

5.3.4.1 Jumlah nada lagu Nirentherem …………..145

(15)

Parisuthe Thewen Niire ... 153

5.3.6.4 Pola Kadensa lagu Kyrie Eleison Tamil ...… 154

5.3.7 Formula Melodik ( melodie fomula ) ………. 155

5.3.7.1 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Nirentherem ………. 156

5.3.7.2 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Yenthe Kaalet-tilum ……… 158

5.3.7.3 Analisis bentuk, frasa, dan motif lagu Parisuthe Thewen Niire ……… 159

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pastor Moses sedang mendoakan salah satu jemaat di Gereja Anglikan Holy Trinity Medan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.1 Persiapan sebelum ibadah dimulai dan para pelayan menjalankan tugasnya masing-masing. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.2 Jemaat mulai berdatangan dan memasuki Gereja Anglikan Holly Trinity Medan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.3 Jemaat yang hadir disambut oleh pelayan dan diberikan kertas buletin Gereja kemudian jemaat dipersilahkan duduk. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.4 Jemaat telah memenuhi kursi yang tersedia sesaat akan dimulainya ibadah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.5 Anjena menyerahkan mimbar kepada Pendeta. (Dok. Tabita Pakpahan)

Gambar 4.6 Worship leader mengajak jemaat untuk berdiri dan bernyanyi (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.7 Jemaat bernyanyi dan menyembah dengan mengangkat tangan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.8 Jemaat dipersilahkan saling berpengalaman. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.9 Jemaat bernyanyi dan bertepuk tangan. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.10 Jemaat meyanyikan lagu Yenthe Kaalet-tilum. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.11 Jemaat bernyanyi sebelum khotbah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.12 Doa sebelum memasuki khotbah. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.13 Pembacaan nats Alkitab saat khotbah yang dipimpin oleh ibu Pendeta. (Dok.Tabia Pakpahan)

Gambar 4.14 Jemaat memperisiapkan kolekte kedalam amplop (kiri), jemaat silih berganti maju kedepan untuk memberikan kolete ketempat yang sudah di persiapkan oleh Gereja. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.15 Anjena membacakan nats Alkitab sebelum perjamuan kudus dimulai (kiri), Ibu Pendeta mengangkat cawan tanda perjamuan kudus dimulai (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.16 Jemaat silih berganti maju kemimbar untuk melakukan prosesi perjamuan kudus. (Dok.Tabita Pakpahan)

(17)

Gambar 4.18 Ibu Pendeta berdoa setelah semua jemaat selesai melakukan perjamuan kudus. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.19 Melakukan pengakuan dosa dan berganti pelanyan untuk melakukan pujian. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.20 Pelayan kolekte mengambil kantung persembahan dari depan mimbar (kiri), jemaat mengumpulkan persembahan ditempat duduk masing-masing. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.21 Jemaat berlutut saat doa syafaat berlangsung. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambr 4.22 Setelah berlutut jemaat kembali berdii dan melakukan responsoria.

(Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.23 Pembacaan Alkitab dengan bahasa Indonesia. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.24 Pembacaan Alkitab dalam Bahasa Inggris. (Dok.Tabita Pakpahan) Gambar 4.25 Pembacaan Alkitab yang dilakukan dengan jemaat secara bergantian.

(Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.26 Melakukan pengakuan iman nicea, doa syafaat, pelayanan sakramen melalui responsoria yang dilakukan jemaat dan pelayan Gereja. (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.27 Pendeta menutup ibadah dendgan doa (kiri), pelayan menyediakan makan dan minuman diluar ruangan ibadah (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)

Gambar 4.28 Pelayan menyajikan makanan kepada jemaat (kiri), jemaat bersosialisasi selesai ibadah sambil menikmati makanan yang disajikan (kanan). (Dok.Tabita Pakpahan)

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemukiman orang Tamil di Medan dan sekitarnya (Sumber: Zulfikli Lubis)

Tabel 2.2 Contoh bahasa Tamil yang sudah menjadi bagian bahasa Melayu. (Sumber: A. Zebar 2010)

Tabel 5.1 Interval Nirentherem. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

Tabel 5.2 Interval Yenthe Kaalet-tilum. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.3 Interval Irewen punpugel Pudhe. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.4 Interval Parisuthe Thewen Niire. (Sumber: diolah dari hasil penelitian) Tabel 5.5 Interval Kyrie Eleison. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

Tabel 5.6 Motif Nirentherem. (Sumber: diolah dari hasil penelitian)

(19)

ABSTRACT

Padhu (padhe) is a song that is used in rituals and worship Tamils, Indian language as praise or worship of the Most Great. Padhu consists of 5 (five) was applied in a part of worship at Holy Trinity Anglican Church. Holy Trinity Anglican Church is located in the city of Medan is a church Tamils originating from India. The church often uses Padhu in the process of worship.

Holy Trinity Anglican Church is a place of worship Christianity Tamils who have moved beliefs of Hinduism into Christianity. Moreover, the procedures for worship at Holy Trinity Anglican Church has similarities to the Protestant and Catholic churches into one unique in the religious. Pastor Moses Alegesan is the head of the Church, using Indian Tamil culture in the form of language, music and singing padhu to perform procedures such as entering the church in worship barefoot, kneel, pray, and praise and glorify God in Christianity.

Through ordinances (liturgy) worship the Holy Trinity Anglican Church which uses padhu in worship tribe Tamil. The author sees the role padhu very important, as a medium for the church to praise and glorify God in Christianity in the Holy Trinity Anglican Church. In this case I would look at the functions and applications hymns or chants padhu on tribal governance Tamil worship event. Then write (transcription) songs in notation with western music analysis method. The authors also look at Holy Trinity Anglican Church worship that use the songs in worship. Moreover, the author will translate songs with lyrics or the meaning of the Tamil Indian language into Indonesian language.

The method used in this study is a qualitative method and results are obtained is a hymn writer, text and liturgical worship in the church of Holy Trinity in transcription in the notation for later in the analysis and examine the meaning of the lyrics in the song of the religious padhu.

(20)

INTISARI

Padhu (padhe) adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam ritual maupun peribadatan suku Tamil, berbahasa India sebagai pujian atau penyembahan kepada yang Maha Besar. Padhu terdiri dari 5 (lima) bagian diaplikasikan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Holy Trinity terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja tersebut sering sekali menggunakan Padhu dalam proses peribadatannya.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu menjadi agama Kristen. Terlebih lagi tata cara peribadatan di Gereja Holy Trinity memiliki kesamaan terhadap gereja Kristen Protestan dan Khatolik menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam peribadatannya. Pastor Moses Alegesan adalah pimpinan dari Gereja tersebut, menggunakan budaya India Tamil baik berupa bahasa, musik maupun nyanyian padhu untuk melakukan tata cara dalam peribadatan seperti memasuki Gereja tanpa alas kaki, berlutut, berdoa, serta memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan.

Melalui tata cara (liturgy) peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan

padhu dalam peribadatan suku India Tamil. Penulis melihat peranan padhu sangat penting, sebagai media bagi jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan secara keKristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Dalam hal ini penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India Tamil kedalam bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode kualitatif dan hasil yang didapat penulis adalah sebuah nyanyian, teks serta liturgi peribadatan di gereja Holy Trinity untuk ditrankripsi dalam notasi kemudian di analisis serta mengkaji makna dari lirik nyanyian padhu dalam peribadatannya.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan media bagi jemaat untuk mengucap syukur atas segala anugerah Tuhan terhadap manusia dan alam semesta. Nyanyian bagi Gereja juga menjadi media pengaminan akan karya agung Yesus Kristus yang melepaskan manusia dari belenggu dosa dan menjadi indikator yang penting dalam peribadatan. Proses pengaplikasian nyanyian dalam sebuah peribadatan sering sekali disampaikan melalui sebuah musik iringan yang di syairkan dalam sebuah doa yang dapat melahirkan suasana penuh hikmat dalam pelaksanaan liturgi Gereja.

Padhu1

Padhu memiliki peranan penting sebagai salah satu media pemujaan terhadap Tuhan. Hal ini menunjukan bagi suku Tamil pemujaan adalah sesuatu yang mutlak (padhe) adalah sebuah nyanyian untuk sebuah peribadatan suku Tamil dalam bahasa India, untuk menyatakan sebuah pujian atau penyembahan kepada Tuhan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity. Gereja Anglikan Holy Trinity yang terletak di kota Medan adalah sebuah Gereja suku Tamil yang berasal dari Negara India. Gereja Anglikan Holy Trinity sering sekali menggunakan

Padhu dalam proses peribadatannya.

1

(22)

dan merupakan tujuan dari setiap nyanyian untuk melakukan peribadatan. Hal ini dilakukan bukan saja dengan mulut melalui sebuah nyanyian, tetapi juga dengan hati, pikiran, dan kemauan dimana segenap diri ditujukan memuji dan memuliakan Tuhan. Hal ini menunjukan bahwa padhu atau nyanyian bagi suku Tamil dalam tata cara peribadatan adalah sebagai ungkapan syukur atas besarnya karya Tuhan.

Padhu bagi suku Tamil adalah nyanyian (yang mencakup melodi dan harmoni) yang membuat kata-kata menjadi lebih hidup, tulus, dan lebih bersungguh-sungguh. Terlebih lagi sebuah nyanyian yang dibawakan dengan teknik vokal yang baik dan maksimal akan memunculkan ekspresi yang yang tepat dan sesuai bagi seorang jemaat. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan lagu Gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya.

(23)

Padhu atau nyanyian yang berbahasa suku Tamil tidak diaplikasikan seluruhnya dalam sekali ibadah, namun dipilih oleh pemimpin pujian (worship leader)2

Terlebih lagi Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan nyanyian Padhu,

ketika melakukan kegiatan dalam acara besar seperti merayakan hari Ibu, Natal, dan Paskah atau 1 (satu) minggu setiap 1(bulan) diadakannya ibadah yang bernuansa budaya suku Tamil. Dengan demikian padhu lebih sering dipakai dibandingkan dengan lagu yang lain. Padhu sering sekali diiringi oleh alat musik tradisional India Tamil seperti Tabla, Biola, sitar dan alat musik lainnya yang dipakai sesuai dengan karakteristik Gereja yang melakukan peribadatan dengan mengaplikasikan peran budaya dalam penerapannya. Hal ini dilakukan untuk mengajak lebih banyak lagi masyarakat India Tamil agar mau dan tertarik untuk datang mengikuti ibadah dan mendengarkan firman Tuhan secara keKristenan.

yang bertugas. Biasanya padhu diambil 2 (dua) atau 3 (tiga) lagu saja untuk peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity sesuai dengan tema peribadatan pada tiap minggunya, baik pada tuthi padhu lagu yang ceria biasanya bertempo cepat, Pamalai

untuk sebuah penyembahan, dan Bajena yang dilakukan bersahut-sahutan biasanya dilakukan dalam doa yang dibawakan dalam sebuah lagu, selebihnya adalah lagu yang berbahasa Indonesia dan dicampur dengan lagu yang berbahasa Inggris.

Dalam setiap peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity seluruh nyanyian dihimpun dalam suatu buku lagu (buku kumpulan nyanyian rohani). Buku lagu

2

(24)

tersebut dilengkapi dengan lirik dan notasi, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan iringan alat musik seperangkat band, terkadang dapat berisi notasi musik iringan secara lengkap untuk seluruh nomor lagu yang ada pada buku lagu Gereja Anglikan Holy Trinity. Hal ini memiliki kesamaan terhadap buku lagu di Gereja lainnya seperti Katholik buku kidung jemaat, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu buku

ende, Gereja Bethany Indonesia (GBI) yaitu Kidung Jemaat, Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) maupun Gita Bhakti.

Nyanyian ibadah dan musik gereja merupakan dua jenis kegiatan yang sering digunakan dalam peribadatan Jemaat. Fungsi nyanyian ibadah dan musik dalam sebuah peribadatan untuk melayani jemaat yang ingin memuji dan memuliakan Tuhan. Nyanyian bagi India Tamil di Gereja Anglikan Holy Trinity lebih kepada mengungkapkan isi hatinya dan perasaannya melalui sebuah nyanyian, umat mengungkapkan kesiapannya menghadap Tuhan, mengaku dosa, memohon pengampunan, mengucap syukur serta memohon berkat dan penyertaan Tuhan. Nyanyian dalam ibadah adalah nyanyian umat bukan nyanyian satu atau sekelompok orang. Oleh sebab itu dalam hal menyanyikan sebuah lagu, nyanyian umat harus lebih diutamakan khususnya padhu dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity suku India Tamil.

(25)

hati umat. Setiap orang mempunyai berbagai ekspresi emosi, dimana ekspresi emosi umat itu memerlukan sebuah saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat berupa gerakan badan atau vokal Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.” Jadi tekanan untuk datang mendekat kepada Allah melalui nyanyian atau musik itu mendapat tekanan yang sangat sentral dan utama. Allah berkenan menganugerahkan nyanyian dan musik agar kita dapat menggunakannya untuk mengungkapkan ekspresi dan kreatifitas kita dalam menyembah dan memuji kemuliaan-Nya di dalam ibadah kita kepada-Nya. Alkitab menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Nyanyian ibadah musik itu lahir dari pengalaman spiritual manusia. Ayat-ayat inilah yang menjadi pedoman bagi suku India Tamil dalam melakukan peribadatan melalui sebuah nyanyian di Gereja Anglikan Holy Trinity.

(26)

peribadatan antara Gereja Khatolik dan Gereja Anglikan. Nyanyian doa yang bersahut-sahutan tersebut bagi suku tamil disebut dengan bajen atau Bajena. Bajena

digunakan terhadap peribadatan suku Tamil yang beragama Kristen dengan menyembah Yesus Kristus dan sebuah ritual suku Tamil yang beragama Hindu dengan menyembah Dewa.

Terlebih lagi persamaan Gereja Anglikan terhadap peribadatan Gereja Protestan yang dilakukan secara berdiri, bertepuk tangan, menari serta melompat dalam pemujaannya, menjadi persamaan yang cukup jelas terlihat pada Gereja Anglikan Holy Trinity, serta alat musik yang menggunakan band seperti keyboart, gitar, bass dan drum, uniknya memiliki persamaaan terhadap pemimpin penyembahan (Song Lidear) dan beberapa penyanyi di mimbar sebagai penyanyi latar (backing Vocal).

Permasalahannya adalah Gereja Anglikan Holy Trinity tidak mengakui persamaan tersebut dan menyatakan bahwa gereja suku Tamil memiliki tata cara ibadah tersendiri untuk memuji memuliakan Tuhan Yesus Kristus melalui sebuah budaya, tanpa melihat prosesi ibadah Gereja Khatolik dan Prostestan. Gereja Anglikan Holy Trinity menggunakan dua bahasa dalam peribadatannya yaitu bahasa India suku Tamil dan bahasa Indonesia.

Istilah Anglikan berasal dariEcclesia

Anglicana yang berarti Gereja. Berpusat di Negar

(27)

Teologis yang dikembangkan oleh merupakan sebagai bagian dari bersifat Katolik dan pada saat yang sama juga Reformatoris. Bagi beberapa pemeluknya, Gereja ini mewakili Katolisisme tanpa seorang paus, Gereja ini juga mewakili Protestanisme, identitas dirinya ini mewakili suatu kombinasi dari keduanya. Gereja Anglikan Holy Trinity merupakan salah satu dari bagian Komuni Anglikan.

Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih dan saling menerima. Gereja menjadi sebuah wadah komunitas penyembuhan yang mendorong tiap orang untuk menjadi manusia seutuhnya dan sempurna. jika semua anggota menyadari bahwa situasi hidup mereka yang kurang baik ini adalah bagian dari kasih karunia Allah maka dengan mengalami anugerah kesembuhan (Spirit) dari Allah, setiap anggota dapat menjadi saluran berkat yang luas bagi mereka yang membutuhkan.

(28)

dimensi sosial dan spiritual religius bagi manusia maupun dimensi fisik dan psikologis.

Demikian pula dari persoalan yang terjadi pada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity pada hakekatnya mereka memiliki sebuah kebutuhan yang sepenuhnya tidak terpenuhi. Bila dilihat secara psikologi dan spiritual kebutuhan manusia yang pertama adalah kebutuhan diri, dimana terkandung kebutuhan untuk mendapatkan harapan, kebutuhan untuk memperoleh dukungan, semangat, dorongan dan motivasi. Kebutuhan untuk beradaptasi dalam situasi yang menimbulkan ketergantungan, kebutuhan untuk memperoleh martabat pribadi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan untuk menerima dan mempersiapkan kematian, serta kebutuhan untuk bersyukur. Kebutuhan yang pertama ini sangat menyangkut kondisi mereka yang berasal dari suku India, sehingga juga mempengaruhi persoalan yang terjadi dalam bidang sosial.

(29)

Terlebih lagi kebutuhan terhadap orang lain. Dimana terkandung kebutuhan akan persekutuan, mencintai dan melayani orang, mengakui kesalahan dan mengampuni orang lain, mempersiapkan kehilangan. Untuk itu perlu dipaham bersama bahwa hidup ini tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, bahkan cinta yang kita milikipun penuh tantangan. Segala kesehatan dan ketidaksehatan kita juga persoalan yang terjadi adalah persoalan rahani. Begitu juga dengan kehidupan rohani tidak menjanjikan kita lepas dari masalah, adalah pola pikir Jemaat pada Gereja Anglikan Holy Trinity.

Gereja Anglikan Holy Trinity adalah sebuah tempat peribadatan agama Kristen suku Tamil yang telah berpindah kepercayaan dari agama Hindu pada agama Kristen. Gereja Anglikan Holy Trinity ini berpusat di Singapura dan mempunyai cabang didaerah maupun beberapa Negara lainnya, seperti Singapura, Inggris, Hanoi, Kuching, Sabah, Malaysia, Brunei, Sarawak, dan lainnya. disetiap ibadah yang dilaksanakan tidak ada yang bernuansa kebudayaan, hanya di Gereja Anglikan Holy Trinity di Kota Medan ini yang satu-satunya menggunakan konsep kebudayaan dalam peribadatannya.

(30)

dalam peribadatan-peribadatan untuk memuji Tuhan dalam agama Kristen di Gereja Anglikan Holy Trinity. Komunitas masyarakat India Tamil sangat taat dengan agama asli mereka, yaitu agama Hindu. Masyarakat Kristen India Tamil sebagian menganut Katolik dan Kristen protestan, serta Kristen Anglikan. Gereja-gereja di kota Medan dan sekitarnya telah mengakui keberadaan mereka khususnya kepada mereka yang sudah menganut agama Kristen.

Jemaat India Tamil di Gereja Holy Trinity Anglikan memiliki hubungan yang baik antar Gereja dengan Gereja-gereja lainnya seperti Methodist, GKII, Khatolik dan juga Kharismatik. Mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang diadakan Gereja Anglikan maupun gereja lainnya. Bahkan tidak jarang dalam kegiatan keGerejawian yang diadakan di kota Medan, Gereja ini diundang secara khusus untuk menampilkan sebuah pujian dan persembahan melalui tarian India dan musik-musik Rohani Kristen yang berciri khas India Tamil.

(31)

Suku India Tamil yang memiliki fanatik terhadap sebuah keagamaan, dimana jika seorang dari suku Tamil beragama Hindu berpindah agama (dimana itu sebagai agama asli dari budaya dan adat istiadat mereka) menjadi agama Kristen, atau agama lainnya seperti Islam dan budha, mereka sudah tidak dianggap orang India Tamil dan tidak dapat mengikuti acara adat, budaya dari kesukuan Tamil sendiri. Hal ini dikarenakan perpindahan sebuah agama adalah sebuah penyimpangan dari norma adat-istiadat bagi nenek moyang mereka sebagai orang India. Permasalahan ini hanya jika mereka tetap beragama Hindu, mereka akan tetap diakui dalam komunitas suku Tamil. Ironisnya tindakan seperti inilah akhirnya menimbulkan banyak konflik. baik antara masyarakat Kristen India Tamil dengan masyarakat India Tamil yang beragama Hindu.

Sebagaimana dikemukakan penulis terhadap pengaruh musik dan nyanyian

(32)

individu yang disampaikan melalui sebuah nyanyian dengan iringan musik atau tanpa iringan musik (acapella), nyanyian yang dibawakan dan ditampilkan dengan teknik vokal yang baik secara maksimal, dengan sendirinya akan memunculkan ekspresi yang yang tepat sesuai dengan jiwa nyanyian. Oleh karena itu untuk dapat menyanyikan sebuah lagu gereja dengan ekspresi yang baik, dibutuhkan latihan-latihan yang teratur dan berkesinambungan yang berlanjut dengan upaya menginterpretasi nyanyian melalui makna syairnya. Latihan tersebut mencakup teknik pernafasan, pembentukan suara, artikulasi, frasering, dan berbagai pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan teknik vokal.

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi pada saat ini memungkinkan nyanyian jemaat pada buku lagu dapat dinyanyikan di luar tata cara peribadatan, hal ini mengakibat fungsi dan keagungan dari nyanyian tersebut menjadi hilang dan kurang bermakna. Mungkin nyanyian jemaat jauh lebih indah dan merdu bila dinyanyikan oleh penyanyi dalam bentuk solo maupun paduan suara. Permasalahan ini menjadi dasar yang cukup dan harus dimengerti oleh Jemaat Kristen terlebih di Gereja Anglikan Holy Trinity.

(33)

dari unsur peribadatannya seperti nyanyian vokal grup, paduan suara, penyanyi, dan juga iringan dari instrumentalis.

Permasalahannya adalah tidak sedikit pelayan di sebuah gereja baik dari pemain musik dan pemimpin pujian melakukannya bukan sebagai jembatan memuji dan memuliakan tuhan tetapi menjadikan musik atau nyanyian sebagai tontonan pertunjukan pada Jemaat dalam peribadatan. Hal ini akan mengakibatkan peribadatan menjadi kurang baik dan dianggap bertele-tele, yang dipenuhi oleh embel-embel tata cara peribadatan.

Nyanyian Jemaat mengandung fungsi dan peran simbolis. nyanyian mengungkapkan makna terdalam dari sikap iman Gereja. Dengan demikian ada unsur pemberitaan dalam sebuah nyanyian jemaat. Sehubungan dengan itu dengan tetap mengindahkan lagu, syair nyanyian, menjadikan peran sebuah nyanyian dalam peribadatan sangat besar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi para komponis, pencipta, dan penerjemah nyanyian Jemaat. agar ketrampilan, keahlian, dan pengetahuan tentang bentuk susunan syair sangat diperlukan dan lebih diutamakan.

(34)

kepada fungsinya, yakni sebagai pelayan ibadah bukan sebagai orang pertunjukan yang memainkan musik dan menyanyikan lagu dengan kepiawaiannya.

Berdasarkan maksud kemunculannya, fungsi nyanyian Jemaat di dalam liturgi adalah sebagai alat pengajaran dan tanggapan Gereja. Fungsi yang tepat melahirkan kesaksian dan pemberitaan Gereja kepada dunia. Paduan suara, vokal grup, penyanyi-penyanyi ahli, para pakar musik gereja, song leader, sound system, Imam atau Pendeta, dan sebagainya saling mendukung satu sama lain dalam sebuah peribadatan. Agar sebuah peribadatan dapat berjalan dengan baik pada prosesnya.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui tata cara (liturgy) yang terdapat dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu-lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil. Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India kedalam bahasa Indonesia.

(35)

India Tamil dalam peribadatan keKristenan. banyak permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, tetapi pokok permasalahan atau pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tata cara peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

2. Bagaimana peranan nyanyian padhu terhadap liturgi peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

3. Bagaimana analisis musikal dan tekstual pada sebuah nyanyian (padhu) dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang bersifat deskriptif analitis oleh penulis melalui penelitian di Gereja Anglikan Holy Trinity yang terletak dikota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian melalui peribadatan suku India Tamil di Gereja Anglikan Holy adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui analisis musikal dan tekstual, struktur pahdu dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity.

(36)

3. Untuk mengetahui tata cara peribadatan masyarakat India Tamil terhadap peribadatan kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang diambil dari penelitian diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah referensi tentang peranan nyanyian di Gereja, suku Tamil, dan peribadatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya Mahasiswa, Pelajar, Pemusi Gereja dan Budayawan agar dapat mengetahui peranan nyanyian dalam peribadatan.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, suku tamil, budayawan, terhadap peribadatan.

4. Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian khususnya nyanyian atau vocal dalam konteks seni musik di Indonesia.

5. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di pasca sarjana pengkajian dan penciptaan seni.

1.4 Studi Kepustakaan

(37)

pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi dan tesis yang ada. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi dan tesis yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel maupun jurnal untuk memperjelas penulisan tesis penulis.

Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita inginkan dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui tesis, skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan tesis ini nantinya.

Ada pun acuan skripsi, tesis, jurnal maupun buku yang membantu tentang penelitian ini tesis adalah sebagai berikut:

(38)

jemaat GBKP. GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padang bulan medan. Di dalam kebaktian, Jemaat biasa menyanyikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung. Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab Ende-Enden (KEE). Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan mengumpulkan lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada beberapa gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang didominasi oleh Jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak kesamaan lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE merupakan adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab Ende-Enden (KEE), dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia. Skripsi tersebut membantu penulis melihat peranan nyanyian dalam peribadatan di Gereja dengan ke etnisan suku Karo.

(39)

Pemena mengenal adanya ritus pembersihan diri oleh masyarakat karo diyakini sebagai upacara ritual yang bertujuan untuk membersikan dan menyucikan diri yang disebut upaca ritual Erpangir ku lau yang menjadi bagian dari adat suku Karo. Kemudian Guru Sibaso adalah seorang perempuan yang memimpin dan menjadi media komunikasi upacara ritual antara manusia dan roh nenek moyang mereka. Upacara tersebut dengan menggunakan musik guru sibaso dapat menari dengan bebas sehingga guru tersebut dirasuki roh nenek moyang mereka. Tesis Vanesia tersebut membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam upacara ritual.

(40)

mendorong perubahan produk kebudayaannya. Trio bagi masyarakat Batak Toba hingga sekarang tetap melekat dalam aktivitas kehidupannya di manapun mereka berada. Tesis ini membantu penulis melihat peranan musik tidak hanya dalam peribadatan tetapi dalam kebudayaan masyarakat yang berkembang menjadi insdustri musik di indonesia

1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep

Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah peranan pahdu terhadap peribadatan suku Tamil dalam agama kekristenan di Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan dengan melihat peranan dari padhu yaitu nyanyian untuk peribadatan India di Gereja.

Padhu yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah nyanyian yang digunakan dalam sebuah peribadatan suku Tamil yang berfungsi sebagai media pemujaan dan penyembahan terhadap tuhan di sebuah Gereja Anglikan Holy Trinity dikota Medan. Gereja adalah sebuah tempat berlangsungnya upacara peribadatan untuk melakukan pemujaan secara bersamaan terhadap Tuhan.

(41)

Liturgi. Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah kata ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam perkembangannya, ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain, kata leitourgia memiliki arti yang lebih luas, yaitu pelayanan ibadat. Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti pelayanan imam, namun berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna keimaman Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk menunjukkan aktivitas ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi sudah mulai dibatasi, hanya mencakup perayaan ibadat yang dilakukan oleh imam baik paus, uskup dan pastor. Di kalangan umat, liturgi biasa dipahami sebagai upacara atau upacara publik gereja. Dalam hal ini berbicara mengenai liturgi adalah tentang urutan upacara, para petugas, peralatan yang harus ada, dan sebagainya.

Liturgi yang dimaksud adalah penulis adalah sebuah peribadatan untuk penyembahan terhadap tuhan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang menganut agama Kristen dilakukan setiap hari Minggu, peribadatan ini di lakukan pada sebuah Gereja kesukuan yang berjemaatkan suku Tamil dari India.

(42)

hal-hal yang berkaitan dengan kata-kata yang terdapat pada musik. Marriam mengatakan bahwa teks merupakan bagian integral dari musik. Teks dapat menggambarkan perilaku manusia, dan teks juga merupakan 16 perilaku bahasa, tetapi bahasa yang digunakan pada musik berbeda dengan bahasa yang dipergunakan sehari-hari. Berkenaan dengan pendapat Malm, maka analisis tekstual pada nyanyian

ordinarium adalah dengan menterjemahkan teks nyanyian padhu dari bahasa India suku Tamil menjadi bahasa Indonesia, serta mengungkap makna yang terkandung didalamnya.

1.5.2 Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dalam ilmu pengetahuan. Tanpa ada teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar keilmuaan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan, yaitu :

(43)

dijalankan; (iii) benda-benda dan alat upacara; (iv) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Aspek pertama berhubungan dengan tempat-tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid, dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek mengenai saat-saat beribadah, Aspek ketiga adalah tentang benda benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu, syaman, dukun, dan lain-lain. Upacara-upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu(i) bersaji; (ii) berkorban; (iii) berdoa; (iv) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa; (v) menari tarian suci; (vi) menyanyi nyanyian suci; (vii) berprosesi atau berpawai; (viii) memainkan seni drama suci; (ix) berpuasa; (x) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance, mabuk; (xi) bertapa; (xii) bersemedi.

(44)

terkandung dalam teks ordinarium ini menggunakan teori Semantik. Semantik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu: semantikos yang berarti ‘Memberikan tanda’ dan berasal dari kata sema yang berarti ‘tanda’. 18 Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan pembelajaran tentang makna.

Untuk mengungkap perubahan yang terjadi dalam musik liturgi khususnya dalam ordinarium setelah adanya proses inkulturasi penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam (1964:303). Dalam tulisannya tentang Musicand Culture is Dynamic di buku The Antropology of Music yang mengatakan “Culture change begins with the processes of innovation. Type of innovation is variation, invention, tentation, dan

(45)

dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana variasi-variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. (1964: 305). 19

Teori Tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: (1) tangga nada; (2) nada dasar; (3) wilayah nada; (4) jumlah nadanada; (5) jumlah interval; (6) pola-pola kadensa; (7) formula-formula melodik; (8) kontur. Analisis musik yang dilakukan adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku percaya (credo), termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena bagian ini sangat sering dilafalkan saja.

1.6 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41). Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13). Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan.

(46)

pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis terhadap sebuah nyanyian, Penelitian ini juga menggunakan pendekatan partisipan yang meneliti peribadatan suku Tami di Kota Medan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku-buku yang berisi peribadatan, Kristen anglikan, doa dalam peribadatan, peranan nyanyian terhadap sebuah peribadatan. Kemudian mengamati proses-proses peribadatannya dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Gereja Anglikan Holy Trinity, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian penulis melalui penerapan nyanyian atau padhu dalam peribadatan India Tamil di Kota Medan., memvideokan proses peribadatan melalui padhu atau nyanyian di gereja Anglikan Holy Trinity, kemudian mengklasifikasikan dan memverifikasikan data yang didapat dari gereja Anglikan Holy Trinity.

1.7.1 Observasi

(47)

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin 2007: 115).

Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung secara mendetail upacara peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity serta mengetahui peranan nyanyian Pudhu dalam dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity masyarakat India suku Tamil yang terdapat dikota medan. Selain melakukan pengamatan langsung dalam upacara peribadatan Gereja tersebut, penulis juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Tamil, jemaat, pelayan ibadah dan juga pimpinan (Pastor) di Gereja Anglikan Holy Trinity itu sendiri. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, melihat pelayan-pelayan tuhan yang aktif dalam peribadatan baik dalam penyembahan maupun melayani jemaat di Gereja tersebut.

1.7.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui observasi.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alatyang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234). “

(48)

“Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.”

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi.

Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Daniel dan Kardik sebagai pelayan digereja tersebut, terlebih jemaat yang terdapat dalam gereja yang melakukan peribadatan sebagai informan kunci.

(49)

keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui, untuk itu penulis memakai alat rekam aplikasi Handphone untuk merekam percakapan yang terjadi antara penulis dan informan.

Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peranan nyanyian (padhu) lagu-lagu terhadap sebuah peribadatan Gereja Anglikan holy Trinity bagi suiku India Tamil. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, pendeta Gereja Anglikan Holy Trinity, suku tamil di gereja Anglikan Holy Trinity. Kemudian musisi yang memainkan musik Gereja Anglikan Holy Trinity yang sedang melayani peribadatan baik pada nyanyian (padhu) dan instrumen musik di gereja Anglikan Holy Trinity, guna mengetahui peranan nyanyian (padhu) terhadap peribadatan bagi suku India Tamil.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk menjawab permasalahan-permasalahan, penerapan dan informasi yang di dapat penulis dalam peribadatan dalam penelitian untuk penulisan tesis.

1.7.4 Perekaman

Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan proses praktik pembelajaran

(50)

perekaman. Perekaman musik dan wawancara serta memvideokan peribadatan di Gereja

Anglikan Holy Trinity yang dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM

70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida

BASF dengan ukuranwaktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual,

dipergunakan Handycam melalui kamera Nikon 7D. 1.7.5 Kerja Laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis nyanyian dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kemudian memenuliskan tentang apa yang dilakukan jemaat, pastor dan pelayan tuhan dalam peribadatannya di gereja tersebut.

(51)

BAB II

ASAL-USUL DAN AGAMA INDIA TAMIL DIKOTA

Asal-usul masuknya masyarakat India Tamil berkaitan erat dengan masa pra-sejarah. Etnis India sudah berada di Indonesia sejak abad ke 3 M. Kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah sangat lama ada sebelum Masehi, pada awalnya mereka menyebarkankan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. (Sinar 2008 : 1). 2.1 Asal usul India Tamil di Kota Medan

Brahma Putro dalam Takari (2013:6) mengenai kedatangan orang-orang India beretnik Tamil yaitu pada abad ke-14 oleh seorang resi bernama Megit dari kaum Brahmana tersebut datang dari India dengan mengarungi laut menggunakan perahu layar dan mendarat di pantai Sumatera Timur atau Pantai Barat Sumatera Utara dan masuk ke pedalaman di Talun Kaban (sekarang Kabanjahe Kabupaten Karo). Resi Megit Brahmana mengembangkan agama Hindu ajaran Maharesi Brgu Sekte Siwa. Kemudian Resi Brahmana mengawini seorang gadis dari penduduk setempat Bru

Purba. Dari perkawinan tersebut mereka mendapat tiga orang anak. Laki-laki bernama Si Mecu dan Si Mbaru, yang perempuan bernama Si Mbulan. Ketiga anak mereka inilah keturunan merga Sembiring Brahmana

(52)

“Masuknya gelombang dari India Selatan yang membawa agama Budha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal dalam penulisan aksara Melayu kuno, Batak, dan lain-lain. Besar kemungkinan masyarakat Tamil telah ikut dalam mobilitas tersebut. Kedatangan masyarakat India Tamil ke Sumatera Utara baru dapat dibuktikan jejaknya sacara pasti sejak zaman Hindia Belanda melalui usaha dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) pada 20 maret 1602 hingga 31 Desember 1799. Pada saat itulah mereka menginjakkan kaki di Negeri seberang ini”.

Peninggalan jejak bangsa India Tamil sudah ada di Sumatera Utara sejak zaman batu itu terbukti dengan adanya penemuan batu bersurat di Lobu Tua (Barus) pada tahun 1873 dan dicatat ringkas dalam Madras Epigraphy Report tahun 1891-1892 oleh E. Hultzsch, yakni seorang epigrafi pemerintahan Inggris di India. Namun batu bersurat itu ditemukan dengan keadaan yang sudah pecah dan terbagi atas dua bagian tetapi dari teks yang masih dapat dibaca bahwa prasasti itu berangka tahun1010 saka (1088 M) dan mencatat sebuah hadiah dari sekumpulan orang yang disebut “seribu lima ratus”. Maka pada abad ke-11 M bahasa Tamil sudah digunakan dalam dokumen-dokumen umum di Pulau Sumatera (Guillot 2002: 17).

(53)

Harahap (2013:1) menjelaskan kehadiran buruh Tamil lambat laun membuat pendatang menjadi tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga negara Indonesia dan sampai sekarang masih terlihat keberadaan mereka di Kota Medan. Di Sumatera Utara hingga kini diperkirakan ada sekitar 67.000 orang warga keturunan India. Menurut situs pengelola jaringan India diperantuan

indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India diseluruh dunia sekitar 20 juta orang pada tahun 2000-an. Status mereka ada dua macam. Pertama, mereka yang berstatus sebagai warga negara India, namun bekerja di negara lain dan yang kedua ialah keturunan India yang sudah menjadi warga negara ditempatnya merantau termasuk di Indonesia.

(54)

menjadi pemborong pembangunan jalan. Keahlian mereka dalam kedua bidang pekerjaan ini banyak diakui orang.

Orang-orang Tamil yang datang secara mandiri ke Medan pada umumnya memiliki jenis mata pencaharian hidup sebagai pedagang. Di antaranya menjadi pedagang tekstil, dan pedagang rempah-rempah di pusat-pusat pasar di Medan. Selain itu mereka juga banyak yang bekerja sebagai supir angkutan barang, bekerja di toko-toko Cina, dan menyewakan alat-alat pesta. Selain itu banyak juga yang melakoni usaha sebagai penjual makanan, misalnya martabak Keling. Pada umumnya, mereka yang berjualan rempah-rempah, tekstil dan menjual makanan adalah orang-orang Tamil yang beragama Islam. Mereka adalah kaum Muslim migran yang datang dari India Selatan hampir bersamaan dengan kedatangan orang-orang India pada umumnya ke Medan pada pertengahan abad ke-19. Di masa sekarang juga sudah terdapat sejumlah orang Tamil yang sukses sebagai pengusaha di level daerah maupun nasional, seperti keluarga Marimutu Sinivasan.

(55)

Sekitar abad ke 18 dan awal abad ke 19etnik Tamil kemudian menyebar

dibeberapa daerah di Sumatera Utara antara lain Binjai, Langkat, Medan, Lubuk

Pakam, Tebing Tinggi, dan Pematang Siantar. Daerah-daerah tersebut yang dikenal memiliki potensi besar perkebunan. Awalnya etnik Tamil bekerja sebagai buruh dan kuli angkut atau sais kereta lembu di perkebunan.Secaraperlahan terjadi peralihan

mata pencaharian. Dari awalnya yang bekerja sebagaikuli di perkebunanberalih

menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah ke kota-kota yang dekat dengan sentra perdagangan dan pusat kota-kota.3

Menurut catatan Sinar (2008) dalam bukunya Sejarah Medan Tempo Doeloe

kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar terjadi sejak pertengahan abad ke-19 dan hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas di berbagai wilayah Sumatera Timur dan khususnya kota Medan, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus Nienhys sejak 1863, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Mereka dipekerjakan oleh Nienhys, seorang keturunan Belanda pengusaha perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli. Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik dan berbau harum sebagai pembalut cerutu. Kemudian Nienhys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tanjung Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun.

3

(56)

Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Het Dollar Land” atau

“Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.

Dari beberapa kutipan sejarah, mengenai gelombang kedatangan orangTamil di Sumatera Utara, hanya gelombang terakhirlah yang menyebutkan bagaimana proses kedatangan masyarakat Tamil ke Kota Medan. Gelombang terakhir kedatangan orang Tamil ke Deli Serdang yaitu pada tahun 1872sebagai kuli kontrak perkebunan bersamaan dengan orang-orang Jawa yangdipekerjakan waktu itu sekitar ratusan orang jumlahnya dengan penghasilanrata-rata 96 dolar perbulan. Tahun 1874 sudah dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina 4.476 orang, kuli Tamil 459 orang, dan orang Jawa 316 orang. (Harahap, 2013)

(57)

Menurut A. Mani (1980 : 46) bahwa di luar pekerja kontrak di perkebunan, orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang sedang tumbuh di kota ini, mereka disebut kaum Chettiars atau Chettis, selain itu ada juga kelompok lain yang disebut kaum

Vellalars atau Mudaliars, kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti (Maharasthra), dan yang lainnya.

Daerah pemukiman etnik Tamil yang dapat dikenal di kota Medan adalah Kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya “Kampung Madras”, tepatnya di sekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Baru. Selainitu

Pada awalnya Kampung Madras atau Kampung Kubur merupakan tanah wakaf atau tanah pemberian dari Pemerintah Belanda bagi orang-orang keturunan India yang beragama Islam (Muslim). Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lokasi

komunitas Tamil juga terdapat di Kampung Anggerung di Kelurahan

(58)

pekuburan. Lokasi pekuburan ini letaknya berada tepat di belakang Mesjid Gaudiyah. Mesjid ini terletak di jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh Perkumpulan Etnis India Selatan yang beragama Islam (South India Muslims Foundation) pada tahun 1887. Dari sebuah tanah wakaf inilah warga India Tamil membentuk sebuah pemukiman, sebab mereka merasa bahwa tanah ini merupakan tanah pemberian yang diberikan pada mereka oleh pemerintah Belanda walaupun hanya sebuah tanah perkuburan, sehingga pada akhirnya mereka menjadikan sebagai sebuah pemukiman akibat tanah atau lahan yang ada di kota Medan telah banyak dihuni atau ditempati oleh warga atau suku bangsa yang lainnya.

Sekitar lima tahun yang lalu tepatnya tanggal 17 Juli 2008, Pemerintah Kota Medan serta DPD Kota Medan telah mensahkan kawasan perkampungan India di kota Medan yang dahulu disebut sebagai Kampung Keling menjadi Kampung Madras. Bahkan beberapa trayek angkutan kota yang bertuliskan Kampung Keling telah diubah namanya menjadi Kampung Madras.

(59)

maupun masyarakat luar Medan dan harus tetap dilestarikan tanpa menghilangkan identitas-identitas yang telah melekat pada komunitas tersebut sehingga mampu berintegrasi dengan kemajuan kota yang ada.

Etnis India Tamil di kota Medan dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, keturunan India yang berasal dari periode kolonial. Mereka menganggap Indonesia tanah air mereka dan identitas keIndiaannya relatif telah melemah. Kedua, kelompok India yang berbisnis. Mereka datang ke Indonesia sebelum dan sesudah periode perang. Rata-rata mereka punya tingkat kehidupan yang cukup baik, percaya diri bahwa mereka adalah orang Indonesia, dan anak-anak mereka telah membentuk aspek-aspek identitas keIndonesiaan. Ketiga, kelompok India yang masuk ke dalam kategori Investor. Kedatangan mereka agak terlambat jika dibandingkan orang-orang Jepang dan Korea. Kepentingan utama mereka adalah pekerjaan (bisnis) sehingga berupaya mengadaptasi aturan-aturan dasar bermasyarakat yang dianut Indonesia. Mereka ini terdiri atas kaum profesional teknologi informasi, banker, operator dana bantuan, ahli asuransi, dan konsultan bisnis (Mani 2008).

(60)

mereka yang sampai saat ini masih tinggal di Medan menjadi warga negara Indonesia berpencar mencari nafkah ke berbagai tempat di Sumatera dan di Jawa. Pada masa kolonial, orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang ada di sekitar kota Medan dan Sumatera Timur. Setelah masa kemerdekaan, mereka pada umumnya berdiam di sekitar kota, yang terbanyak di kota Medan, juga di Binjai, Lubuk Pakam, dan Tebing Tinggi.

Menjadi bagian dari bangsa Indonesia merupakan satu pilihan yang secara sadar dijalankan oleh warga Tamil di kota Medan pada umumnya. Mereka teguh dalam soal ini, dan banyak di antara kaum tua orang Tamil yang juga ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, dan banyak pula di antara warga Tamil yang berstatus sebagai pegawai negeri. Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil dewasa ini melihat kenyataan bahwa semakin lama mereka kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi muda tidak bisa lagi berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak yang tidak mampu lagi menggunakan bahasa itu di lingkungan keluarga.

Orientasi politik kaum Tamil di Medan di masa lampau adalah Golkar, namun di era reformasi dengan sistem multipartai sekarang ini mereka tidak lagi terpolarisasi ke suatu partai tertentu. Kaum muda Tamil banyak juga yang aktif di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila, sehingga mereka semakin dalam terabsorbsi dengan lingkungan pergaulan dan kebudayaan komunitas pribumi.

(61)

Masyarakat tamil adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat dari sebuah budaya melalui agama Hindu. Masyarakat Tamil merupakan sebuah bagian dari suku yang terdapat India yang hidup, kemudian berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan bahasa India dalam berbagai ragam dialeknya yang berdomisili sebagian dikota Medan. India Tamil merupakan salah satu jenis suku India dari ratusan suku yang ada, memiliki bahasa, musik, dan adat istiadat yang mempunyai struktur sendiri. Pada umumnya suku India Tamil memeluk agama Hindu yang sudah menjadi agama mereka sejak dulu secara turun menurun. Masyarakat tamil tidak hanya mendiami disatu kota saja, tetapi menyebar hampir seluruh penjuru nusantara. Bahkan diluar negeri banyak ditemukan komunitas India bersuku Tamil, akibat adanya program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintahan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang semakin gencar seperti sekarang ini, masyarakat Tamil tetap eksis dengan berbagai keunikannya, baik dari segi budaya, agama, tata krama, dan lain sebagainya.

(62)

untuk mengidentifikasi sosok kultural mereka kecuali hanya dari warisan penampilan fisik seperti dikemukakan oleh Hasan Muarif Ambari (2008).

Gejala yang sama juga terlihat kecenderunganya pada pendatang migran Tamil kemudian, yaitu mereka yang berpindah ke Sumatera Utara pada abad ke-19 dan sesudahnya. Proses-proses adaptasi sosial budaya komunitas Tamil di Medan khususnya berlangsung lebih intensif dengan komunitas-komunitas tempatan jika dibandingkan dengan orang-orang Punjab. Kenyataan bahwa orang-orang Tamil telah terfragmentasi berdasarkan agama, membuat mereka lebih terbuka untuk berubah, sehingga identitas suku Tamil berangsur-angsur hilang. Bahkan kalangan Tamil Muslim sudah mengidentifikasi diri ke dalam komunitas yang kesatuan sesama agama dibandingkan dengan kesatuan sebagai sesama warga etnik Tamil.

No NAMA LOKASI MAYORITAS

AGAMA

RUMAH IBADAH

1 Jl. Teratai, Jl.Dr. Cipto Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman

2 Kesawan Hindu, Islam Dulu ada kuil, tapi sudah

4 Kebun Bunga Hindu, Islam Kuil Subramaniam

(digunakan oleh kaum Chetty yg tinggal di Jl, Mesjid); juga ada mesjid org Tamil

5 Kampung Keling/Desa Madras Hulu

Hindu Kuil Shri Mariamman; kuil Sikh,

6 Kampung Kubur Hindu, Islam,

Buddha, Kristen

(63)

(South Indian Moslem Muslim)

7 Jl. Taruma/Kediri Hindu Kuil Kaliamman 8 Komplek Jl. Kang-kung /

Jl. Darat/ Jl. Abdullah Lubis

Orang Telenggu,

Buddha Ada vihara, ada kuil, ada gereja Tamil Indonesia

10 Pantai Burung, Kampung Aur, Sukaraja, Kebun

Hindu, Buddha Ada kuil Guru Bakti, ada kuil Shri Mariamman

12 Kampung Durian/Medan timur

Hindu Ada kuil Shri Mariamman

13 Jl. S. Parman/ G.Pasir, G.

Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman

16 Pasar III Pd Bulan, Jl. Sei

17 Desa Helvetia Hindu, Buddha,

Kristen Katolik

Kuil Shri Mariamman

18 Kampung Lalang, Diski Katolik, Hindu, Buddha, Islam

Kuil Shri Mariamman

19 Kuala Bekala, Tuntungan/Pondok Keling

Gambar

Tabel 2.1 Pemukiman Orang Tamil di Medan dan Sekitranya  (Sumber: Zulkifli Lubis)
Gambar 3.1 Pastor Moses sedang mendoakan salah satu jemaat di Gereja Anglikan Holy Trinity medan
Gambar 4.1 Persiapan sebelum ibadah dimulai dan para pelayan menjalankan tugasnya masing-masing
Gambar 4.2 Jemaat mulai berdatangan dan memasuki Gereja Anglikan Holy Trinity Medan. (Dok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah analisis fungsi sosial lembaga agama dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah (Studi Deskriptif pada Gereja

Tujuan penelitian ini adalah analisis fungsi sosial lembaga agama dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah (Studi Deskriptif pada Gereja

Salah satu fungsi komunikasi dalam kehidupan sosial dan budaya bagi jemaat HKBP Tanjung Sari ini adalah fungsi untuk memberitahu. Melalui media musik yang bertujuan