• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAL-USUL DAN AGAMA INDIA TAMIL DIKOTA

2.2 Keagamaan India Tamil Di kota Medan

Masyarakat tamil adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat dari sebuah budaya melalui agama Hindu. Masyarakat Tamil merupakan sebuah bagian dari suku yang terdapat India yang hidup, kemudian berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan bahasa India dalam berbagai ragam dialeknya yang berdomisili sebagian dikota Medan. India Tamil merupakan salah satu jenis suku India dari ratusan suku yang ada, memiliki bahasa, musik, dan adat istiadat yang mempunyai struktur sendiri. Pada umumnya suku India Tamil memeluk agama Hindu yang sudah menjadi agama mereka sejak dulu secara turun menurun. Masyarakat tamil tidak hanya mendiami disatu kota saja, tetapi menyebar hampir seluruh penjuru nusantara. Bahkan diluar negeri banyak ditemukan komunitas India bersuku Tamil, akibat adanya program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintahan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) yang semakin gencar seperti sekarang ini, masyarakat Tamil tetap eksis dengan berbagai keunikannya, baik dari segi budaya, agama, tata krama, dan lain sebagainya.

Perjalanan sejarah kehadiran komunitas Tamil di berbagai wilayah Sumatera di masa lampau menunjukkan bahwa arah orientasi sosial budaya mereka bergerak ke proses asimilasi dengan penduduk tempatan, seperti yang bisa ditemukan di Karo, Aceh, Sumatera Barat dan Mandailing Natal. Dalam kasus tersebut mereka melebur menjadi bagian integral dari etnik dan budaya komunitas tempatan, sehingga sulit

untuk mengidentifikasi sosok kultural mereka kecuali hanya dari warisan penampilan fisik seperti dikemukakan oleh Hasan Muarif Ambari (2008).

Gejala yang sama juga terlihat kecenderunganya pada pendatang migran Tamil kemudian, yaitu mereka yang berpindah ke Sumatera Utara pada abad ke-19 dan sesudahnya. Proses-proses adaptasi sosial budaya komunitas Tamil di Medan khususnya berlangsung lebih intensif dengan komunitas-komunitas tempatan jika dibandingkan dengan orang-orang Punjab. Kenyataan bahwa orang-orang Tamil telah terfragmentasi berdasarkan agama, membuat mereka lebih terbuka untuk berubah, sehingga identitas suku Tamil berangsur-angsur hilang. Bahkan kalangan Tamil Muslim sudah mengidentifikasi diri ke dalam komunitas yang kesatuan sesama agama dibandingkan dengan kesatuan sebagai sesama warga etnik Tamil.

No NAMA LOKASI MAYORITAS

AGAMA

RUMAH IBADAH 1 Jl. Teratai, Jl.Dr. Cipto Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman

2 Kesawan Hindu, Islam Dulu ada kuil, tapi sudah dipindahkan ke Kuil kaliaman sekarang (jl Taruma/Kediri) 3 “Pondok Seng” (Jl. T. Cik

di Tiro)

Sudah digusur kira-kira 10 thn lalu, dulunya Kristen, Buddha, Hindu

Kuil Muniandi Di Jl. Muara Takus

“dianggap dewa yang berlaku jahat”

4 Kebun Bunga Hindu, Islam Kuil Subramaniam

(digunakan oleh kaum Chetty yg tinggal di Jl, Mesjid); juga ada mesjid org Tamil

5 Kampung Keling/Desa Madras Hulu

Hindu Kuil Shri Mariamman; kuil Sikh,

(South Indian Moslem Muslim)

7 Jl. Taruma/Kediri Hindu Kuil Kaliamman 8 Komplek Jl. Kang-kung /

Jl. Darat/ Jl. Abdullah Lubis

Orang Telenggu, agama Hindu, Buddha, Islam, Katolik Kuil Mariamman 9 Kampung Anggrung/Jl. Polonia/Gang A,B,C,D, E/ Jl. Mongonsidi/Jl. Karya Kasih

Buddha Ada vihara, ada kuil, ada gereja Tamil Indonesia

10 Pantai Burung, Kampung Aur, Sukaraja, Kebun Sayur/dekat Kowilhan; Jl. Mangkubumi

Hindu, Buddha, kristen, Islam

Ada kuil Shri Mariamman

11 Jl. Pasundan, Jl. PWS, Sikambing, Jl. Sekip, Jl. Karya Sei Agul, Jl. Sei Sikambing

Hindu, Buddha Ada kuil Guru Bakti, ada kuil Shri Mariamman

12 Kampung Durian/Medan timur

Hindu Ada kuil Shri Mariamman 13 Jl. S. Parman/ G.Pasir, G.

Sauh/ Jl. Hayam Wuruk, Pabrik Es (Jl. S.Parman/dkt St. Thomas)

Buddha, Hindu, Kristen

Kuil Shri Mariamman, ada vihara Buddha, ada mesjid, ada gereja (?)

14 Jl. Malaka, Jl. Gaharu, Jl. Serdang

Hindu 15 Glugur, Jl. Bilal, Pulo

Brayan/Lr 7, 21,22, 23, Sampali, Mabar

Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman

16 Pasar III Pd Bulan, Jl. Sei Serayu Karang Sari Polonia, Tanjung Sari, Medan Sunggal

Hindu, Buddha, Islam

Ada kuil shri Mariamman

17 Desa Helvetia Hindu, Buddha, Kristen Katolik

Kuil Shri Mariamman 18 Kampung Lalang, Diski Katolik, Hindu,

Buddha, Islam

Kuil Shri Mariamman 19 Kuala Bekala, Hindu Kuil Shri Mariamman

(daerah kebun)

20 Binjai/Timbang Langkat Hindu, Buddha, Islam

Kuil Shri Mariamman 21 Langkat/Padang Cermin

(daerah kebun), Tj Beringin, Selesai (daerah kebun), Tanjung Jati (daerah kebun), Tanjung Pura

Hindu, Islam Kuil Shri Mariamman

22 Lubuk Pakam, Batang Kuis Hindu, Buddha, Islam Kuil Subramaniam 23 Tebing Tinggi/Kampung Keling Hindu, Buddha, Islam

Kuil shri Mariamman 24 Pertumbukan/Deli Serdang Hindu, Islam

25 Kisaran/ Asahan Hindu

Tabel 2.1 Pemukiman Orang Tamil di Medan dan Sekitranya (Sumber: Zulkifli Lubis)

Sebuah laporan menyebutkan bahwa penduduk Tamil yang berjumlah kira-kira 30.000 jiwa di Medan dan sekitarnya, terbagi atas 66 % yang menganut agama Hindu, 28 % agama Buddha, 4,5 % beragama Katolik dan Kristen; dan 1,5 % yang beragama Islam (Napitupulu, 1992). Dalam sebuah wawancara dengan Pastor James Bharataputra (Juli 2014), pimpinan Graha Anne Maria Velankanni di Medan, disebutkan bahwa jumlah umat Tamil Katolik di kota Medan saat ini kira-kira 800 orang.

2.2.1 Hindu

Hindu adalah awal agama suku Tamil, namun saat ini suku tamil ada pula yang beragama Islam, Budha, dan Kristen. Mereka pada umumnya lebih terikat oleh kesatuan berdasarkan kesamaan agama terutama di kalangan penganut Hindu,

Buddha dan Katolik. Sementara mereka yang beragama Islam lebih cenderung melebur menjadi komunitas muslim dimana mereka bermukim.4

Hindu berasal dari sebutan orang Persia yang datang ke India. Mereka menyebut sungai Sindhu yang mengalir dari daerah Barat India sampai sungai Hindu. Ketika agama Islam masuk ke India, kata Hindu muncul kembali dalam bentuk istilah Hindustan. Untuk orang-orang India yang memeluk agama asalnya mereka disebut orang Hindu. Jadi perkataan Hindu muncul dari perkataan orang-orang asing untuk menamakan bangsa Dharma atau Thirta. Bagi agama Hindu, baik Hindu Tamil, Hindu Bali, Hindu Jawa, dan Hindu Karo, sumber dari agama mereka adalah Kitab Suci Weda.

Hindu Tamil di Medan merupakan aliran agama Hindu yang dibawa di kota Medan sekitar abad ke-17 oleh imigran suku Tamil dari Pulau Andaman dan Pulau Nikobar di Teluk Benggala. Perbedaan antara Hindu Tamil dengan Hindu Bali lebih bersifat budaya. Orang-orang Tamil mengadopsi ajaran Hindu dari India Selatan. Bahasa yang digunakan dalam ritual-ritual Hindu Tamil adalah bahasa Tamil. Perbedaan lainnya adalah tempat ibadat yang tersendiri dan masing-masing memiliki hari raya yang berbeda. Misalnya, Hari Raya Dipawali yang biasa diperingati oleh penganut Hindu Tamil, hal ini berbeda yang dikenal oleh penganut Hindu Bali.

4

Burju Martua Napitupulu, 1992. Eksistensi Masyarakat Tamil di Kota Medan: Suatu Tinjauan Historis (1966-1986). Skripsi Sarjana Sejarah Fakultas Sastra USU Medan.

Sebaliknya, orang-orang Hindu Tamil tidak mengenal hari Nyepi, Kuningan dan Galungan yang merupakan hari raya yang selalu diperingati oleh orang Hindu Bali. Meski demikian, penganut Hindu Tamil di Medan tetap memakai buku-buku agama Hindu yang diterjemahkan atau ditulis dari Bali.

Menurut Takari (2013: 12) adalah:

“Oleh Hindu Tamil, Tuhan dimanifestasikan seperti matahari, sedangkan dewa dimanifestasikan sinarnya (Jothi). Tanpa adanya matahari maka sinarnya tidak mungkin ada. Dari ratusan jumlah dewa dalam kepercayaan Hindu, maka ada tiga dewa yang terpenting, yaitu: (i) Dewa Brahma, bertugas sebagai pencipta alam semesta; (ii) Dewa Wisnu bertugas sebagai pemelihara alam semesta; dan (iii) Dewa Ciwa (Syiwa) bertugas sebagai pelebur alam semesta. Dalam menjalankan tugasnya Dewa-dewa tersebut dibantu oleh masing-masing pasangannya yang diasosiasikan sebagai istrinya. Pasangannya disebut Dewi atau Sakhti. Pasangan untuk masing-masing Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa adalah Shri Saraswathi, Shri Mahalecemi, dan Shri Parwathi. Kehidupan para dewa dan dewi ini dilukiskan seperti kehiduan manusia. Mereka juga memiliki keturunan. Ketiga dewa ini disimbolkan dengan tiga aksara. Dewa Brahma disimbolkan dengan huruf A, Wisnu U, dan Syiwa M. Jika digabung menjadi AUM, yang mengandung arti keesaan Tuhan yang disebut dalam nama ketiga dewa. Pada dinding atas kuil Hindu Tamil, selalu tertera simbol AUM dalam aksara Tamil. Di antara ketiga dewa dan tiga sakthi tersebut terdapat dua dewa lagi yaitu Dewa Murughen dan Ganisha. Dewa Murugen merupakan simbol cahaya dan Ganisha simbol suara. Dengan suara AUM inilah maka alam semesta terjadi, dan cahaya memberi kehidupan terpelihara.”

Penganut Hindu terhimpun dalam wadah kuil yang di kota Medan secara kultural menyatu dalam Perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil yang terletak di Kampung Madras dibangun pada tahun 1884, dan berfungsi sebagai “payung” bagi kuil-kuil lain yang terdapat di sejumlah tempat lain di kota Medan. Letak bangunan kuil ini menghadap matahari terbit. Adapun konsep matahari terbit menurut ajaran agama Hindu adalah bahwa matahari adalah sinar Tuhan yang

memberikan kehidupan bagi makhluk hidup di dunia. Hampir di setiap pemukiman warga Tamil dibangun sebuah kuil, yang terbanyak menggunakan nama Shri Mariamman Kuil5. Kuil Shri Mariamman juga menghimpun pemuda-pemudi yang aktif di kuil dalam sebuah perhimpunan muda-mudi kuil. Mereka yang beragama Buddha terhimpun dalam wadah vihara dan organisasi yang disebut Adi-Dravida Sabah6

2.2.2 Kristen

; dan untuk kaum remaja ada organisasi bernama Muda-mudi Buddha Tamil.

Komunitas Kristen India di Medan merupakan komunitas Kristen India Tamil yang tergolong masih sangat muda, karena baru muncul beberapa tahun terakhir ini. Walaupun dalam kenyataannya komunitas Kristen India Tamil ini masih baru, tetapi keberadaan mereka di Kota Medan sudah ada jauh sebelumnya dan dapat ditemui diberbagai tempat diseluruh kota Medan. Masyarakat ini berasal dari India Tamil yang merupakan percampuran dari tiga komunitas pemula, yang pertama adalah komunitas tertua yang merupakan kaum atas atau kaya raya, terpandang, dan sangat sulit dijumpai karena jarang keluar rumah.

Mereka ini merupakan keturunan raja-raja India yang dikenal dengan nama

Cera Cola Pandia. Mereka hanya bisa ditemui ketika ada pernikahan atau

pertemuan-5

Salah satu kuil yang juga sudah tergolong tua adalah Kuil Thandayuthapani, yang didirikan oleh kaum Chettiar pada tahun 1918.

6

Bangsa Dravidamerujuk pada orang yang menuturkan bahasa pada Kebanyakan penutur bahasa tersebut dapat ditemui

pertemuan sesama komunitasnya. Kedua adalah komunitas orang-orang sederhana, bukan keturunan raja-raja India, tetapi bukan pula kelas rendah atau golongan bawah. Posisinya berada di tengah-tengah, biasanya mereka ini bekerja sebagai pebisnis, kantor-kantor, guru, dan lain sebagainya. Ketiga adalah komunitas terakhir yang hadir di kota Medan, yakni kuli-kuli yang datang dari India. Mereka inilah yang seringkali ditemui di setiap pelosok dan gang-gang bahkan pinggiran-pinggiran kota Medan, juga sampai ke pusat kota atau jantung kota Medan. Biasanya mereka bekerja sebagai kuli bangunan atau buruh, pembantu rumah tangga, penjual kue, sopir, dan lain sebagainya.

Warga Tamil juga terdapat yang menganut agama Kristen dan Katolik, yang juga memiliki sebuah gereja-gereja seperti Gereja Anglikan Holy trinity dan juga gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1912, yang anggotanya sebagian besar tergolong Tamil Adi – Dravida. Lukman Sinar (2001:76) menyebutkan bahwa sejak tahun 1912 telah ada missionaris Katolik. Khusus untuk orang-orang India Tamil di Medan ada juga sebuah gereja lain yang dibangun pada tahun 1935 oleh seorang Pastor Reverend Father James. Warga Tamil Kristen dan Katolik yang bermukim di sebuah lokasi yang disebut Kampung Kristen. Pastor James Bharata Putra datang ke Indonesia pada tahun 1967 dan bertugas di Medan sejak 1972, saat itu Pastor James Bharata Putra pernah mendirikan sekolah khusus untuk orang-orang India Tamil yang miskin dengan nama Lembaga Sosial dan Pendidikan Karya Dharma. Namun saat ini sekolah itu telah di ambil oleh Yayasan Don Bosco, dan menjadi sebuah sekolah

dasar dengan St. Thomas, kemudian Pastor James membeli sebidang tanah di kawasan Tanjung Selamat pada 1979 yang direncanakan untuk tempat pemukiman baru bagi orang-orang Tamil Katolik yang tinggal disekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 Pastor James juga membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik, yang kemudian diresmikan oleh Uskup Agung Medan yaitu Mgr. A.G.P Batubara, OFM, Cap dan disebelah banguan Kapel itu sekarang berdiri sebuah gedung yang dibangun dengan nama Graha Bunda Man Annai Velangkani7

Dari berbagai riwayat kerajaan Melayu di pantai timur Sumatera dan Malaya banyak sekali menceritakan mengenai hubungan dengan India Selatan (Malabar) seperti dalam “Hikayat Raja-Raja Pasai”, “Sejarah Melayu” dan lain-lain. Rakyat Pasai sebagian besar keturunan dari Bengal. Raja Islam pertama mereka adalah keturunan dari Bengal. Pedagang di Pasai banyak dari Gujarat, Kling dan Bengali. Asal dari Raja Deli (Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan), juga panglima Sultan Iskandar Muda Aceh asal dari India (1630). Didalam bahasa Melayu dan budaya Melayu umumnya, banyak sekali terdapat kata-kata asal Tamil dan makanan asal Tamil.

.

2.2.3 Islam

Tidak hanya Kristen agama India Tamil dikota Medan, masyarakat Tamil di Sumatera Timur juga banyak yang menikah dengan wanita Indonesia yang beragama

7

Tempat Ziarah India Tamil yang beragama Katolik. Pada awalnya tempat itu diperuntukkan bagi umat Katolik Tamil yang ada di Medan akan tetapi dalam perkembangannya semua umat Katolik

Islam setempat sehingga di Absorps (mencernakan diri) menjadi masyarakat Melayu atau etnis Indonesia yang beragama Islam di Sumatera. Mereka kebanyakan berasal dari Utar Pradesh, dan dari Madras. Mesjid tua yang ada di Medan ialah Mesjid Jalan Zainul Arifin Kampung Keling dan di Jalan Gajah di Medan.

Sementara itu, warga Tamil Muslim sejak 1887 sudah memiliki sebuah lembaga sosial yang bernama South Indian Moslem Foundation and Welfare Committee. Warga Tamil Muslim mendapat hibah dua bidang tanah dari Sultan Deli, untuk tempat membangun mesjid dan pekuburan bagi Tamil yang menganut agama Muslim. Ada dua masjid yang dibangun oleh yayasan tersebut, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun Bunga dan satu lagi di Jalan Zainul Arifin. Lokasi pekuburan terdapat di samping Masjid Ghaudiyah (Jalan Zainul Arifin). Tanah wakaf di lokasi Kebun Bunga cukup luas (sekitar 4000 meter) sedangkan lokasi Masjid Ghaudiyah sekitar 1000 meter persegi. Saat ini sebagian dari tanah wakaf yang berada di mesjid Gaudiyah dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan ruko yang disewakan kepada orang lain dan kemudian uangnya digunakan untuk kemakmuran mesjid dan meyantuni kaum Muslim Tamil yang miskin. Sampai sekarang yayasan yang menaungi masjid itu terus diurus oleh keturunan Tamil Muslim. Sampai dengan tahun 1970-an, setiap tahun dilakukan perayaan hari besar keagamaan yang menghadirkan orang-orang Tamil Muslim di seluruh kota Medan, Tebing Tinggi hingga Pematang Siantar. Kesempatan itu sekaligus menjadi forum silaturahim bagi warga Tamil Muslim, namun belakangan ini perayaan demikian sudah tidak pernah diadakan lagi.

2.2.4 Budha

Agama Budha terhimpun dalam wadah vihara dan organisasi yang sering disebut Adi-Dravida Sabah. Terlebih pada remaja tamil yang beragama Budha memiliki sebuah organisasi yang bernama Muda-mudi Budha Tamil. Kaum Buddhis Tamil juga memiliki sejumlah vihara sebagai tempat beribadah, di antaranya adalah Vihara Bodhi Gaya dan Vihara Lokasanti di Kampung Anggrung serta Vihara Ashoka di kawasan Polonia, dan sejumlah vihara di tempat-tempat lain. Kaum Buddhis Tamil secara kelembagaan menyatu dalam wadah Perwalian Umat Budha Indonesia (Walubi) dan pusatnya adalah Vihara Borobudur. di sekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 beliau membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik di atas tanah tersebut, yang diresmikan oleh Uskup Agung Medan (Mgr A.G.P. Datubara, OFM,Cap); dan di sebelah bangunan kapel berukuran kecil itu sekarang sedang berdiri (masih dalam proses pembangunan) sebuah gedung yang bernama Graha Bunda Maria Annai Velangkanni.

2.3 Ciri-Ciri Fisik Etnik India Tamil

Ciri-ciri fisik India Tamil memiliki kulit yang berwarna hitam atau gelap, dengan jambang atau bulu dada, di samping memiliki gigi yang putih bersih dan juga hidung mancung, berkumis lebat.Bagi perempuan Etnik Tamil memiliki ciri-ciri lain yaitu adanya potte, Wallewi, dan pemakaian sari dan manggal sutra (Manjakaure atau Thalli), menandakan bahwa wanita tersebut telah menikah atau kawin. Tanda kawin ini terbuat dari tali yang biasanya digantung pada leher. Namun

seiring perkembangan zaman dan meningkatnya taraf hidup etnik Tamil, tanda kawin ini diganti dengan kalung emas khusus bagi mereka yang taraf hidupnya menengah ke atas. Bagi perempuan Tamil yang sudah tidak bersuami (ditinggal mati suaminya) tanda kawin ini tidak lagi bisa dipergunakan, kepada mereka ini dikhususkan hanya boleh memakai potte yang berwarna putih dan tidak dibenarkan memakai wallewi atau gelang plastik yang berwarna-warni. Mereka hanya boleh memakai apabila telah bersuami lagi8