BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menemukan hubungan antarvariabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.
Kerangka teori merupakan sebagian konsep, definisi, dan kontruksi definisi yang
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan
konsep. Kerangka teori merupakan landasan pemikiran untuk melaksanakan
penelitian dan teori digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi
objek penelitian (Singarimbun, 2006:73).
Adapun kerangka teori yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
II.1 Efektivitas
II.1.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu
dapat dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai.
Efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati (Bernard,
Menurut Mahsun (2006), Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu
organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pendapat ini ditegaskan oleh pernyataan Steers (1980) yaitu, efektivitas
adalah tujuan akhir dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi yang
rasional akan mengarahkan segala tindakannya untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan ditetapkan oleh organisasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka suatu program akan dikatakan
efektif apabila suatu tujuan dan sasaran program tercapai tepat pada
waktunya.
Adapun unsur-unsur penting dalam efektivtas adalah:
1.Pecapaian tujuan
Dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas
berfokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan
masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas tanpa
mempertimbangkan berapa biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan
dalam memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan kepada
tercapainya tujuan organisasi pelayanan publik.
2.Ketepatan waktu
Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah
tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada
waktunya dengan mengalokasikan sumberpsumber tertentu (Siagian,
1992).
Steers (1991) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk
mencapai suatu keuntungan dalam organisasi dengan segala cara.
Dengan demikian, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan
tersebut memberi manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai
dengan kebutuhannya
4.Hasil
Efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik
atau mutu dan kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Dengan kata lain, kegiatan sesorang atau organisasi dikatakan efektif
jika aktivitas atau perbuatan tersebut memberi akibat sebagaimana
yang dikehendaki atau direnanakan.
II.1.2 Pendekatan terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang
berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan masukan (input)
berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses
internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau
program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.
Adapun pendekatan terhadap efektivitas adalah (Putra,2001) :
1.Pendekatan sasaran (Goal Approach)
Melalui pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana keberhasilan
suatu lembaga merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan
organisasi dalam mencapai sasaran yang hendak dicapai.
2.Pendekatan sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang
dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai
macam sumber dan juga memelihara keadaaan dan sistem agar dapat
menjadi efektif. Pendekatan sumber didasarkan pada teori mengenai
keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena
lembaga memiliki hubungan yang merata dalam lingkungannya,
dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada
lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
3.Pendekatan proses (Internal Process Approach)
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi
kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif,
proses internal berjalan dengan lancar, dimana kegiatan bagian-bagian
yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak
memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian pada
kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki
lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga.
4.Pendekatan integratif (Integrative Approach)
Pendekatan ini merupakan gabungan ketiga pendekatan di atas yang
muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan
II.1.3 Ukuran Efektivitas
Dalam Danim (2004), David Krech, Ricarh S. Cruthfied, dan Egerton
L. Ballachey menyebut adanya ukuran efektivitas yang merupakan suatu
tolak ukur akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Dan
juga ukuran efektivitas menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi
melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.
Adapun ukuran efektivitas yaikni sebagai berikut:
1.Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa
kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program, atau kegiatan.
Hasil dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input)
dengan keluaran (input).
2.Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini
dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat
kualitatif (berdasarkan pada mutu).
3.Produk kreatif, artinya penciptaan korelasinya kondisi yang kondusif
dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan
kemampuan.
4.Intensitas yang akan dicapai yang berarti memiliki ketaatan yang tinggi
dalam suatu tingkatan intens, dimana adanya rasa saling memiliki
dengan kadar yang tinggi.
Menurut CambellJ.P (1989:21), efektivitas dapat diartikan sebagai
tingkatan kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran efektivitas secara umum dan
1.Keberhasilan program
2.Keberhasilan sasaran
3.Kepuasan terhadap program
4.Tingkat input dan output
5.Pencapaian tujuan menyeluruh
II.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas
Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas, dan laba.
Ada beberapa rancangan yang memandang konsep ini dalam kerangka
kerja satu dimensi, yang memusatkan perhatian hanya kepada satu kriteria
evaluasi (contoh: produktivitas).
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari
efektivitas, maka wajar jika ditemukan sekian banyak pertentangan
pendapat sehubungan menetukan indikator efektivitas, sehingga sedikit
sulit bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya
dan memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasarn
resmi dengan memperhatikan masalh yang ditimbulkan beberapa hal
berikut :
1.Adanya macam-macam output
Bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan
pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit
dilakukan, dan akan semakin sulit jika ada sasaran yang saling
Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu
indikator atau efektivitasnya yang tinggi pada suatu sasaran yang
seringkali disertai dengan efektivitas yang rendah pada sasaran yang
lainnya. Oleh karena itu, maka pengukuran efektivitas harus dilakukan
dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan.
Hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan
kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh
R.M Steers (1985:546) yaitu bahwa ukuran dan penggunaan hal-hal
tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah :
a.Adaptabilitas dan fleksibilitas
b.Produktivitas
c.Keberhasilan
d.Keterbukaan dalam berkomunikasi
e.Keberhasilan pencapaian program
f.Pengembangan program
2.Subjektivitas dalam adanya penelitian
Mengukur efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran
seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi
sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran
keberhasilan dalam mencapai sasaran.
G.W England mengatakan bahwa perlu masuk ke dalam suatu
lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi
yang berorientasi keluar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh
subjektivitas.
Hal ini didukung oleh pendapat Ricard M. Steers (1985:558) yaitu
bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual
berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai
tidaknya sasaran yang hendak dicapai.
II.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
II.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pmerintahan Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran
tertentu. Pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan pusat dan
daerah, juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD) serta pendapatan lain-lain yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah adalah sistem
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
bertanggungjawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
(UU No. 32 Tahun 2004).
Menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2009, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah
daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
pendapatan lain-lain yang sah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Marihot P. Siahaan,
2005:15).
Pemerintah daerah otonom diharapkan mampu mengatur dan mengurus
sendiri urusan-urusan rumah tangga dan pemerintahan yang menjadi
urusan pada setiap pemerintahan lokal (local government) yang
menjalankannya. Setiap pemerintahan daerah otonom harus mampu
menggali sumber keuangan daerahnya sendiri.
Di antara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya
sepenuhnya dapat dikelola oleh daaerah adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan
keuangan daerah, di saming penerimaan lain yang ditambahkan sebagai
sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Keseluruhan
bagian penerimaan dana setiap tahun tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Meskipun Pendapatan Asli
Daerah (PAD) tidak dapat memenuhi pembiayaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) sepenuhnya, tetapi proporsi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) tetap merupakan indikasi “derajat kemandirian” keuangan
suatu pemerintahan daerah (Santoso, 1995:20).
Menurut Koswara (2000:50), ciri utama yang menunjukkan suatu
daerah otonomi mampu berotonom terletak pada kemampuan keuangan
daerah, yang berarti daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan
menggunakan keuangan daerah sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai terselenggaranya pemerintahan daerahnya. Ketergantungan
kepada pemerintah pusat harus diusahakan seminimal mungkin, sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar
yang didukung dengan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah
sebagai syarat mendasar dalam sistem pemerintahan daerah.
II.2.2 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan semua
keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari
potensi-potensi yang ada di daerah tersebut. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah,
laba perusahaan daerah, dan penerimaan keuangan lain-lain yang sah
seperti yang diatur pada peraturan daerah (Nurcholis, 2007:182).
Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 terdiri dari :
1.Hasil pajak daerah yaitu pungutan daerah menurut peraturan daerah yang
ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai
badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan
emerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pengeluaran umum
yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedangkan pelaksanaanya
dipaksakan.
2.Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi
pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena
daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu
pelaksanaanya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus
memperoleh persyaratan-persyaratan formil dan materiil, dan dalam
hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
dikeluarkan pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan dan
kebutuhan anggota masyarakat.
3.Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Hasil perusahaan daaerah merupakan pendapatan
daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
disetor ke kas daerah, baik peusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai
dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah
adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan
daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan
mengembangkan perekonomian daerah.
4.Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang
tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah,
pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah memiliki
sifat yang terbuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegiatan tersebut
bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memaptakan suatu
II.2.3 Metode Analisis Perhitungan Pertumbuhan/Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Untuk menghitung laju pertumbuhan/peningkatan pendapatan daerah,
khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat menggunakan rumus
berikut (Widodo, 1990:36) :
Keterangan:
∆ RPAD= Laju pertumbuhan/peningkatan PAD
PADt= Realisasi penerimaan PAD tahun ke t
II.3 Pajak Daerah
II.3.1 Pengertian Pajak Daerah
Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara yang diatur berdasarkan
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal-balik yang dapat ditunjukkan dan digunakan langsung untuk
membayar pengeluaran umum (Rochmat Sumiro, 1988:12).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009,
Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik
pemerintah daerah Kabupaten atau Kota) dan hasilnya dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah yang tertuang
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Marsyahrul,
2004:5).
Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
di daerah dan pembangunan daerah (Ahmad Yani, 2002:45).
Adapun kriteria Pajak Daerah berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia adalah sebagai berikut :
b.Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota
yang bersangkutan dan memiliki mobilitas cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan
c.Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
d.Potensinya memadai, hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya
pemungutan
e.Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak
mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antardaerah
f.Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
g.Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak
tidak memberikan peluang kepada Pemerintah Daerah (Pemda) atau
masyarakat luas untuk merusak lingkungan.
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009, jenis-jenis Pajak Daerah
tersebut adalah :
a.Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
b.Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.
c.Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
d.Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
e.Pajak penerangan jalan adalah paajak atas penggunaan tenaga listrik,
f.Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam
di dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan..
g.Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir dalam
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha,
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor.
h.Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air
tanah.
i.Pajak sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan
atau pengusahaan sarang burung wallet.
j.Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi
dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh
pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
k.Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan.
Besarnya tarif definitif untuk pajak Kabupaten/Kota ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (Perda), namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif
maksimum yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.
II.3.2 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi negara atau pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi,
disimpulkan bahwa pada hakikatnya fungsi pajak dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend (Musgrave, 1989).
1.Fungsi Budgetair
Fungsi pajak daerah yang paling utama adalah untuk mengisi kas
daerah (to raise government’s revenue). Fungsi ini disebut juga dengan
fungsi penerimaan. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan
daerah yang bersifat berkesinambungan, teratur, dan terus mengalami
peningkatan paralel dengan tuntutan kenaikan jumlah kebutuhan
masyarakat.
2.Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend merupakan fungsi mengatur dalam arti yang
seluas-luasnya, termasuk terciptanya keadilan, melindungi,
mengarahkan, mendorong, kepastian pemerataan bagi pencapaian
tujuan politik pembangunan (Hyman, 1987).
Pada kenyataannya, pajak daerah bukan hanya berfungsi untuk
mengisi kas, namun juga digunakam oleh pemerintah sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ditetapkan oleh
II.3.3 Pajak Hotel
Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, peusahaan, atau badan
usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia
makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua
pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang
bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang menggunakan fasilitas
tertentu yang dimiliki hotel terssebut dengan syarat pembayaran (Lawson,
1976:27).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009
Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya.
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan atau service yang disediakan
oleh hotel.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir, menyebutkan bahwa
Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel
yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan. Jasa penunjang sebagaimana yang dimaksud adalah
fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci,
setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau
dikelola hotel.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 11 tahun 2011,
a.Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah;
b.Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c.Jasa temat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d.Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan lembaga sosial lainnya yang sejenis; dan
e.Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dimanfaatkan oleh umum.
Berikut merupakan nama-nama hotel/penginapan yang terdaftar
sebagai wajib pajak pada DISPENKA Kabupaten Samosir:
Tabel 2.1 Daftar Hotel/Akomodasi di Kabupaten Samosir
1 ABADI Jl. Ring Road Tuktuk, (0625) 451195 22 Kamar
2 AMAN ACC Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451179 3 Kamar
3 ANJU COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451265 30 Kamar
4 ASIDO STAR
HOTEL
Jl. D.R FL Tobing/ 081264487933 15 Kamar
5 BAGUS BAY Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451287 19 Kamar
6 BARBARA Unjur, Ambarita/ (0625) 7000230 20 Kamar
7 BERNARD ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451328 10 Kamar
14 HOTEL AGAPE Desa Siharbangan Tomok 31 Kamar
15 HOTEL GORAT Palipi/ 081376108300 24 Kamar
16 HOTEL SILINTONG Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451242 80 Kamar
17 HORAS ACC. Jl. Ring Road Tuktuk 4 Kamar
18 JUDITA ACC Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451302 12 Kamar
19 KING’S HOTEL Desa Martoba / (0625) 70865 8 Kamar
20 LYBERTA GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451035 10 Kamar
21 LEKJON COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451259 22 Kamar
22 MAS COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451051 22 Kamar
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451170 25 Kamar
31 SIBAYAK GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451186 14 Kamar
32 SOPO TOBA HOTEL Ambarita, Simanindo/(0625)70000009 40 Kamar
33 TABO COTTAGES Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451318 20 Kamar
34 TONY’S GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451209 8 Kamar
35 TOLEDO INN Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451006 172 Kamar
36 THYESZA GUEST
HOUSE
37 VANESHA HOTEL Desa Martoba/ (0625) 41138 30 Kamar
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451300 25 Kamar
41 DUMASARI HOTEL Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451121 68 Kamar
42 TOBA BEACH
44 HOTEL WISATA Jl. Kejaksaan,Pangururan,(0626)20050
45 HOTEL DAINANG Jl. P. Lopian,Pangururan,(0626)20225 7 Kamar
46 HOTEL TIGA
BESAR
Jl. L Lintong,Pangururan,(0626)20222 24 Kamar
47 PANDU LIKE SIDE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451118 13 Kamar
48 SAMOSIR VILLA Jl. Ring Road Tuktuk 15 Kamar
49 SAULINA RESORT AekRangat,Pangururan,081375077530 20 Kamar
50 LINDA GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625)451223 4 Kamar
51 SUGARI GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ 081375130703 5 Kamar
52 HISAR GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451361 5 Kamar
53 ROMLAN ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451386 13 Kamar
54 LAGUNA VILLA Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451295 3 Kamar
55 HARIARA GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451183 7 Kamar
HOUSE
57 BAMBOO GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451236 2 Kamar
58 SONY GUEST
HOUSE
Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 700492 10 Kamar
59 TUKTUK TIMBUL Jl. Ring Road Tuktuk 15 Kamar
60 GITA ULI Jl. Ring Road Tuktuk 12 Kamar
61 SIBIGO Jl. Ring Road Tuktuk/ 081375130703 4 Kamar
62 VILLA LYLLA Tolping Desa Martoba 8 Kamar
Sumber: www.samosirkab.go.id
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir nomor 11 tahun
2011 pasal 4 , Subjek Pajak Hotel yaitu orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas pelayanan hotel kepada orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel.
Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel (pengusaha hotel). Setiap pengusaha wajib mendaftarkan diri sebagai
wajib pajak untuk mendapatkan NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah).
II.3.4 Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir nomor 11 tahun
2011 pasal 7 ayat (1), dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif pajak hotel
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh perseratus).
II.4 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
fenomena yang dirumuskan berdasarkan generalisasi dari sejumlah kejadian,
keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian (Singarimbun,
1993:31).
Maka dalam hal ini definisi konsep yang digunakan peneliti untuk membatasi
permasalahan penelitian yaitu:
a.Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Mahsun, 2006).
b.Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu.
Pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga
yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD)
serta pendapatan lain-lain yang sah.
c.Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga
II.5 Definisi Variabel Operasional
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Pengaruh Efektivitas Pemungutan
Pajak Hotel Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Dinas
Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir), maka untuk
memahami penggunaan variabel dalam penelitian ini, dan menghindari salah
penafsiran terhadap variabel tersebut, maka penulis memberi batasan-batasan atas
variabel yang diteliti dengan operasionalisasi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Deinisi Variabel Operasional Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
Efektivitas Pajak
Efektivitas Pajak Hotel =
Syafri Daud (Abdul Halim, 2004:163)
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
(Y)
PAD adalah sumber
keuangan daerah yang
digali dari wilayah daerah
bersangkutan, yang terdiri
dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, dan
hassil pengelolaan
kekayaan daerah yang
Jumlah nilai rupiah yang diterima oleh
pemerintah daerah dari hasil
pengelolaan sumber daya yang ada
dalam daerah.
dipisahkan dari pendapatan
lain-lain yang sah. (UU No.
32 tahun 2004)
X : realisasi penerimaan Pajak Hotel
II.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan
hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat kerangka teori, definisi konsep, dan definisi variabel operasional
yang digunakan sebagai acuan dari penelitian, serta sistematika penulisan karya
ilmiah ini .
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat gambaran umum tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian, berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi.
BAB V: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
Bab ini memuat penyajian dari data-data yang telah diperoleh di lapangan
kemudian diintrepretasikan dan dianalisis dengan menggunakan kolerasi
BAB VI : PENUTUP