BAB II
HUKUM KESEHATAN DI INDONESIA
A.Pengertian
1. Hukum Kesehatan
Kalau kita bicara tentang hukum pada umumnya yang dimaksud adalah
keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu
kehidupan bersama : keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaanya dengan
suatu sanksi.18
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.19
Leenen memberikan batasan hukum kesehatan, sebagai : seluruh ketentuan
hukum yang langsung berhubungan dengan bidang pemeliharaaan kesehatan dan
ketentuan-ketentuan dari bidang-bidang hukum lain seperti hukum pidana, perdata
dan administrasi yang dapat diterapkan dalam hubungannya dengan pemeliharaan
18Sudikno Mertokusumo.,
Mengenal Hukum suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005, hlm. 40.
19Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
kesehatan; di samping itu pedoman internasional, hukum kebiasaan
danjurisprudensi yang ada kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan; juga hukum
otonom, ilmu dan literatur, merupakan sumber hukum kesehatan.20
Dari anggaran dasar PERHUKI (Perhimpunan untuk Hukum Kedokteran
Indonesia) dijelaskan, Hukum Kesehatan adalah :
“Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.”21
Rumusan Tim Pengkajian Hukum Kesehatan BPHN Depkeh RI
menyebutkan:
“Hukum Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu atau masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan diperhatikan pula aspek organisasi dan sarana. Pedoman-pedoman medis internasional, hukum kebiasaan dan hukum otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literatur medis merupakan pula sumber hukum kesehatan.”22
Rumusan dari Prof.Dr. Van Der Mijn adalah :
“Health Law can bedefined as the body of rules that relates directly to the care for health as well as to the applications of general civil, criminal and administrative law. Medical law, study of the juridical relations to which the doctor is a party, is a part of health law”
“(Hukum kesehatan dapat didefenisikan sebagai lembaga peraturan yang langsung berhubungan dengan perawatan kesehatan, sekaligus juga dengan penerapan hukum sipil umum, hukum pidana, hukum administrasi. Hukum kedokteran yaitu
20
Leenen, Pelayanan Kesehatan dan Hukum, (dalam) Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, hlm 27.
21Amir Amri., Loc. Cit., hlm. 10. 22Husein Kerbala.,
ilmu tentang hubungan hukum dimana dokter adalah salah satu pihak, hukum kedokteran adalah bagian dari hukum kesehatan)”23
2. Pasien
Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan patient dari bahasa
Inggris. Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki
kesamaan arti dengan kata kerja pati yaitu menderita. Pasien adalah seorang yang
menerima perawatan medis.24
Pasien adalah orang yang berdasarkan pemerikasaan dokter dinyatakan
menderita mengidap penyakit baik di dalam tubuh maupun di dalam jiwanya.
Dalam perkembangannya maka pasien juga diartikan secara luas yaitu termasuk
juga orang yang datang kepada dokter hanya untuk chek-up, untuk konsultasi
tentang sesuatu masalah kesehatan dan lain-lain.25
Senada dengan pengertian pedoman itu, dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, pasal 1 ayat 10
disebutkan pengertian pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
Menurut Surat Edaran yanmed No.YM.0204.3.5.2504 tahun 1997, pasien
adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.26
23
Ibid
24http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien, diakses pada tgl 6 Juni 2013 25Husein., Op. Cit.,hlm. 36
26Pitono Soeparto.,dkk.,
Dilihat dari cara perawatannya maka pasien dapat kita bedakan atas dua
yaitu pasien opname dan pasien berobat jalan. Pasien opname adalah pasien yang
memerlukan perawatan khusus dan terus menerus secara teratur serta harus
terhindar dari gangguan situasi dan keadaan dari luar yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan penyakitnya, bahkan dapat menghambat kesembuhan
pasien. Sedangkan pasien berobat jalan adalah pasien yang tidak memerlukan
perawatan secara khusus di rumah sakit seperti pasien opname. Hal ini
dikarenakan pasien yang berobat jalan itu hanyalah mengidap penyakit yang
dianggap dokter tidak membutuhkan perawatan khusus dan untuk menjalani
pengobatannya cukup datang pada dokter yang mengobatinya pada waktu-waktu
tertentu saja.27
3. Tenaga Kesehatan dan Calon Tenaga Kesehatan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan menyebutkan pengertian tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan terdiri dari : 28 a. tenaga medis
b. tenaga keperawatan c. tenaga kefarmasian
d. tenaga kesehatan masyarakat e. tenaga gizi
f. tenaga keterapian fisik
27Husein., Loc. Cit., hlm 36-37
28Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
g. tenaga keteknisian medis
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, tenaga medis terdiri atas dokter dan dokter
gigi.Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Kata “calon” dapat diartikan sebagai:
a. orang yang akan menjadi
b. orang yang dididik atau dipersiapkan untuk menduduki jabatan atau
profesi tertentu
c. orang yang diusulkan atau dicadangkan supaya dipilih atau diangkat
menjadi sesuatu.29
Maka pengertian calon tenaga kesehatan dapat disebutkan adalah sebagai
orang yang akan menjadi tenaga kesehatan, orang yang dididik atau dipersiapkan
untuk profesi tenaga kesehatan, orang yang diusulkan atau dicadangkan supaya
diangkat menjadi tenaga kesehatan. Maka dapat disimpulkan bahwa karena calon
tenaga kesehatan belum menjadi tenaga kesehatan profesional tentu saja hak dan
kewajiban yang diemban pun berbeda dengan kenyataan pastilah juga ada
persamaan.
29Deskripsi dari calon. http://www.kamusbesar.com/6239/calon, diakses pada 5
4. Tindakan Medis
Secara sederhana tindakan medis dapat diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh tenaga medis atau dengan kata lain karena tenaga medis terdiri atas
dokter dan dokter gigi maka dapat juga disebutkan bahwa tindakan medis adalah
tindakan yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi.
Tindakan medis adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien
berupa diagnostik atau terepeutik. Pengertian tindakan medis sendiri menurut
Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor
585/MEN.KES/PER/IX/1989 dan sebagaimana telah dicabut dengan
(PERMENKES) Nomor 290/MEN.KES.PER/III/2008 dengan pengertian tindakan
medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien. Dalam PERMENKES juga
disebutkan bahwa tindakan invasif adalah tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh. Jadi, tindakan medis dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu : (1) penegakan diagnosa; (2) melakukan terapi
(pengobatan); (3) melakukan tindakan invasif.30
5. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
30 Drs. Amir Hamzah Pane .,
preventif, kuratif maupun rehabilitataif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan promotif adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. pelayanan kesehatan
preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatankuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, dan
pengendalian kecacatan agar kualita penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adlah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakatyang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semkasimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun
secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.31 B.Hak dan Kewajiban Pasien
Secara umum hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang
merupakan kebutuhan pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan
legalitas.32
31Undang-undang Republik Indonesi Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 32Sofyan Lubis.,
Sudikno Martokusumo dalm bukunya Mengenal Hukum Suatu Pengantar
menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah kepentingan hukum yang
dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan
untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang
pemenuhannya dilindungi oleh hukum.33
Janus Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di
Indonesia menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) macam hak berdasarkan sumber
pemenuhannya, yakni :
1) Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu
kita lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini
tidak boleh diganggu gugat oleh negara dan bahkan negara wajib
menjamin pemenuhannya.
2) Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara
kepada warga negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum.
3) Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini didasarkan pada
perjanjian/kontrak antara orang yang satu dengan orang yang
lain.34
Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari
hak dasar individual dalam bisang kesehatan, the right of self determination.
33SudiknoMartokusumo.,Op. Cit., hlm. 24 34Janus Sidabalok.,
Meskipun sebenarnya sama fundamentalnya, hak atas pelayanan kesehatan sering
dianggap lebih mendasar.35
Sementara hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan
maka hak utama dari pasien tentunya adalah hak untuk mendapatkan
pemeliharaan kesehatan (the right to health core). Hak untuk mendapatkan
pemeliharaan kesehatan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu agar pasien
mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal.36
Dalam pandangan hukum, pasien adalah subjek hukum mandiri yang
dianggap dapat mengambil keputusan untuk kepantingan dirinya. Oleh karena itu
adalh suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat
mengambil keputusan karena sakit. Dalam pergaulan hidup normal sehari-hari,
biasanya pengungkapan keinginan atau kehendak dianggap sebagi titik tolak
untuk mengambil keputusan. Dengan demikian walaupun seorang pasien sedang
sakit, kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang sehat. Jadi, secara hukum
pasien juga berhak mengambil keputusan terhadap pelayanan kesehatan yang
akan dilakukan terhadapnya, karena hal ini berhubungan erat dengan hak asasinya
sebagai manusia. Kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa keadaan mentalnya
tidak mendukung untuk mengambil keputusan yang diperlukan.37
35Danny Wiradharma.,
Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta Barat, 1996, hlm. 56
36Sofyan Lubis.,Loc. Cit. hlm 38
Berdasarkan dimensi kualitas layanan kesehatan maka harapan pasien
sebagai konsumen pelayanan medis meliputi :
a. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan
memuaskan
b. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa
membedakan unsur SARA
c. Jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan
d. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan primer38
Selain harapan tersebut terdapat beberapa hak yang dimiliki oleh pasien,
antara lain :
a. Hak atas informasi, adalah hak untuk mendapatkan informasi dari
dokter tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya, dalam
hal terjadi hubungan dokter-pasien. Idealnya isi minimal informasi yang
harus disampaikan, yaitu :
1) Diagnosis (analisis penyakit menurut pengetahuan kedokteran)
2) Risiko dari tindakan medis
3) Alternatif terapi, termasuk keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif terapi terapi
4) Prognosis (upaya penyembuhan)
5) Cara kerja dokter dalm proses tindakan medis
6) Keuntungan dan kerugian tiap alternatif terapi secara luas
7) Semua resiko yang mungkin terjadi
8) Kemungkinan rasa sakit
b. Hak atas persetujuan
Dihubungkan dengan tindakan medis maka hak untuk menentukan diri
sendiri diformulasikan dengan apa yang dikenal sebagai persetujuan
atas dasar informasi (informed consent). Hak ini adalah hak asasi pasien
untuk menerima atau menolak tindakan medis yang ditawarkan oleh
dokter setelah dokter memberi informasi, seperti dalam pasasl 2 (1)
Permenkes No. 585/1989 yang berbunyi “semua tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan”
c. Hak atas rahasia kedokteran
Keterangan yang diperoleh dokter dalam melaksanakan profesinya
dikenal dengan nama rahasia kedokteran. Dokter berkewajiban untuk
merahasiakanketerangan tentang pasien dan penyakit pasien. Kewajiban
dokter ini menjadi hak pasien. Hak atas rahasia kedokteran adalah hak
individu dari pasien. Hak individu akan dikesampingkan jika
masyarakat menuntut.
d. Hak atas pendapat kedua
Kenyataan menjadi bukti kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat
antar dokter pertama dan dokter kedua. Bisa saja seorang pasien
diam-diam pergi sendiri ke dokter kedua tnap sepengetahuan dokter pertama.
Yang dimaksud dengan pendapat kedua adalah adanya kerja sama
seluruh hasil kerjanya kepada dokter kedua. Kerja sama ini bukan atas
inisiatif pasien. Dengan dilembagakannya hak atas pendapat kedua ini
sebagai hak pasien maka keuntungan yang didapat pasien sangat besar.
Pertama, pasien tidak perlu mengulangi pemeriksaan rutin lagi. Kedua,
dokter pertama dapat berkomunikasi dengan dokter kedua sehingga
dengan keterbukaan dari para pakar yang setingkat kemampuannya
dapat menghasilkan yang lebih baik.
e. Hak untuk melihat rekam medik
Membuat rekam medik menjadi kewajiaban dari dokter/rumah sakit
sejak diundangkannya Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Rekam
Medik Nomor 749a Tahun 1989. Pengertian rekam medik dalam
Permenkes Nomor 749a Tahun 1989 disebutkan adalah berkas yang
berisi cacatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan. Dalam pasal 2 ditetapkan bahwa setiap sarana
pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan ataupun
rawat inap wajib membuat rekam medik.
Menurut Fred Ameln bahwa di dalam beberapa literatur hukum kesehatan
disebutkan beberapa hak pasien, yaitu :
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
Setiap pasien memang berhak untuk memilih dokter yang ia percaya akan
mampu untuk membantu menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
Faktor kepercayaan ini sangat lah penting dalam hubungan dokter-pasien.
Meskipun pada dasarnya setiap pasien berhak memilih pasien, tetapi
dalam keadaan-keadaan tertentu maka hak memilih dokter ini tidak
berlaku. Jadi dapat dikatakan bahwa hak memilih dokter ini bersifat relatif.
Hak memilih dokter ini tidak berlaku apabila pasien merupakan seorang
karyawan pada suatu perusahaan tertentu di mana perusahaan itu telah
memilih seorang atau beberapa orang dokter sebagai dokter perusahaan.
Tugas dokter ini melayani pengobatan terhadap karyawan-karyawan dari
perusahaan tersebut yang sakit. Sehingga biaya pengobatan ditanggung
perusahaan. Dalam keadaan posisi demikian apabila ia ingin menggunakan
hak nya, pasien itu dapat mendatangi dokter lain yang ia sulai selain
dokter yang telah ditunjuk oleh perusahaan.
4. Hak memilih rumah sakit
Hal ini cukup penting karena apabila sesorang dirawat suatu rumah sakit
yang ia sendiri tidak menyukai rumah sakit tersebut karena hal-hal
tertentu, misalnya segi kebersihan yang kurang baik, suasana yang tidak
menyenangkan maka tujuan pengobatan tidak akan tercapai. Kecocokan
akan rumah sakit juga akan banyak membantu proses penyembuhan pasien
karena pasien merah betah dan cocok sehingga semua peraturan rumah
sakit maupun dokter akan ia laksanakan dengan suka rela. Separti hal nya
kadang-kadang tidak dapat digunakan.miasalnya suatu perusahaan telah menjalin
kontrak dengan suatu rumah sakit yang akan merawat semua karyawannya
apabila sakit dan memerlukan perawatan. Dalam keadaan yang demikan
apabila ada seorang karyawan perusahaan tersebut sakit maka hanya di
rumah sakit itulah ia harus dirawat dengan biaya dari perusahaan. Dan
apabila ia ingin rumah sakit lain maka biaya perawatan dan pengobatan
berasal dari uang sendiri.
5. Hak atas rahasia kedokteran
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala rahsia yang oleh
pasien secara disadari atau tidak disadari disampaikan kepada dokter lain,
segala sesuatu yang oleh dokter telah diketahuinya sewaktu mengobati dan
merawat pasien. Pengecualian dari hak atas rahasia kedokteran ini adalah :
a. Diatur oleh undang-undang, misalnya Undang-undang tenatng
penyakit menular : dokter harus melapor kepada Kanwil
Kesehatan tentang adanya penyakit menular itu.
b. Pasien merupakan bahaya untuk umum atau orang lain,
mislanya pasien yang menderita nightblindness.
c. Diperoleh suatu hak sosial, misalnya perusahaan memberikan
uang kepada orang yang tidak dapat bekerja karena penyakit
tertentu. Hal ini didasarkan oleh keterang tentang penyakit
yang berasal dari dokter.
Ketiga pengecualian ini bersifat relatif, sedangkan pengeculian yang
a. Adanya izin dari pasien, artinya dengan adanya izin dari pasien
maka dokter dapat menyampaiakn perihal rahasia kepada
pihak lain yang sesuai dengan izin pasien tiu. Izin ini dapat
diberikan secara lisan maupun tulisan.
b. Pasien melakukan suatu tindakan tertentu sehingga dapat
disimpulkanbahwa pasien tiu telah memberi izin. Misalnnya
pasien masuk ke ruangan dokter bersama temannya sehingga
ada kesan pasien telah mengizinkan dokter untuk melanggar
rahasia kedokteran karena temannya itu mendengar semua
keluhannya.
c. Untuk kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi.
6. Hak menolak pengobatan
Berdasarkan hak untuk menentukan diri sendiri, maka seorang pasien
mempunyai hak untuk menentukan pakah ia akan menerima pengobatan
atau menolak pengobatan yang akan menyembuhkan penyakitnya.
7. Hak menolak suatu tindakan medis tertentu
Dalam hal ini pasien telah bersedia menerima pengobatan dari dokter
namun ia menolak untuk suatu tindakan medis tertentu. Misalnya ia
menolak untuk dioperasi, atau ia menolak untuk ditransfusi darah dari
golongan tertentu.
8. Hak untuk menghentikan pengobatan
Pada umumnya orang menghentikan pengobatan yang sedang dijalani
bahwa psien telah tidak percaya lagi akan manfaat dari pengobatan
tertentu bagi penyembuhan penyakitnya. Jadi passien telah mengambil
jesimpulan bahwa diobati atau tidak diobati maka hasilnya sama saja, oleh
karena itu menolak pengobatan adalah lebih baik. Sedangkan a;asn
ekonomis dimaksud bahwa pasien sebenarnya ingin mendapatkan
pengobatan atas dirinya, tapi karena ketiadaan keuangan yang mencukupi
untuk membiayai pengobatan itu maka ia menghentikan pengobatan
tersebut. Dalam prkatek sehari-hari, apabila pasien itu sedang menjalani
opname di suatu rumah sakit haruslah mengisi suatu formulir tertentu
yang menyatakan bahwa penghentian pengobatan itu atas dasar kemauan
pasien sendiri dan buakn karena dipaksa oleh keluar oleh piahk rumah
sakit.
9. Hak atas second opinion
Apabila pasien ingin mendapatkan perbandingan terhadap keterangan
dokter yang mengobatinya atau sekedar mendapatkan penjelasan dari
dokter lain, maka ia dapat menghubungi dokter lain itu dengan
sepengetahuan dokter yang mengobatinya untuk mendapat second opinion.
10.Hak melihat rekam medis (inzige rekam medis)
Rekam medis atau rekam kesehatn yang merupakan terjemahan dari
medical record adalah suatu lembaran yang berisi atau memuat keterangan
mengenai riwayat penyakit, laporan pemerikasaan fisik, cacatan
pengamatan terhadap penyakit dan lain-lain dari seorang pasien. Pasien
melalui rekam medis . Pada dasarnya lembaran rekam medis itu adalah
milik rumah sakit sedangkan isinya merupakan milik pasien, sehingga
pasien dapat memberikan kuasa pada orang lain yang ia kuasakan denagn
surat kuasa khusus untuk melihat rekam medis nya apabila ia
memerlukannya.39
Dalam Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter Dan Rumah Sakit
menurut Surat Edaran Dirjen yanmed No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997,
dijabarkan tentang hak dan kewajiban pasien.
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai person.
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar
profesi keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
39 Alfred A Ameln,
Kapita Selekta Hukum Kedokteran dalam Husein Kerbala,
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etiknya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawat.
8. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
- penyakit yang diterima
- tindakan medis apa yang akan dilakukan
- kemungkinan tersulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
- alternatif terapi lainnya
- prognosisnya
- perkiraan biaya pengobatan
10.Pasien berhak menyetujui/memberi izin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
11.Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
12.Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13.Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
14.Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
15.Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah
sakit terhadap dirinya.
16.Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.40
Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari
kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti
penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan
terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Dengan hak tersebut maka
konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan
atau kesehatan.41
Hak pasien lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan
mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana
mestinya. Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya
kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dan
pelayanannya.42
Berbarengan dengan hak tersebut pasien juga mempunyai kewajiban, baik
kewajiban secara moral maupun secara yuridis. Secara moral pasien berkewajiban
memelihara kesehatannya dan menjalankan aturan-aturan perawatan sesuai
40Pitono Soeparto.,Op. Cit.,hlm45-46 41 Titik Triwulan Tutik,. Op. Cit., hlm 30 42
dengan nasihat dokter yang merawatnya. Beberapa kewajiban pasien yang harus
dipenuhinya dalam pelayanan kesehatan adalah sebagi berikut :
1. Kewajiban memberikan informasi.
2. Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan.
3. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan.
4. Kewajiban memberikan imbalan jasa.
5. Kewajiban memberikan ganti-rugi, apabila tindakannya merugikan dokter
atau tenaga kesehatan.43
Kewajiban pasien menurut Surat Edaran Dirjen yanmed
No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menaati segala peraturan dan
tatatertib rumah sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala intruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi
semuaimbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter.
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang
telah disepakati/perjanjian yang telah dibuat.44
Menurut Alfred yang menjadi kewajiban pasien adalah :
1. Memberikan informasi sekengkapnya perihal penyakitnya kepada dokter.
2. Mematuhi nasehat dokter.
3. Menghormati privasi dokter yang mengobatinya (menyimpan rahasia dari
dokter yang mengobatinya).
4. Memberi imbalan jasa45
Selain itu menurut Alfred A Ameln dalam bukunya Kapita Selekta Hukum
Kedokteran lebih luas dijelaskan yang menjadi kewajiban pasien antara lain :
1. Pasien wajib memberi keterangan informasi sebanyak mungkin tentang
penyakitnya. Kewajiban ini dapat dikaitkan dengan “itikad baik” pasien.
Pasien mempunyai kewwjiban untuk menyampaikan informasi tentang
tindakan-tindakan apa saja yang telah ia lakukan dalam menangani
penyakitnya itu. Informasi pasien merupakan salah satu sumber yang dapat
digunakan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa terhadap penyakit
pasien dan diagnosa ini pula yang wajib disampaikan oleh dokter kepada
pasien beserta terapi terbaik yang akan diterapkan.
2. Pasien wajib menaati petunjuk dan instruksi dokter. Dalam upaya
menerapkan terapi pada penyakit pasien maka selain dokter, pasien
tersebut telah menunjukkan pula keinginannnya untuk segera sembuh.
44Pitono Soeparto.,Op. Cit.,hlm 46
45Fred Ameln, (
Petunjuk dari dokter kepada pasien dapat berupa perintah atau berupa
larangan.
3. Pasien wajib menaati peraturan rumah sakit (hal ini berlaku juga terhadap
keluarga pasien dan rumah sakit). Dalam rangka memberi sarana
perawatan untuk kesembuhan pasien maka rumah sakit memberi
aturan/peraturan. Dan peraturan tata tertib yang dibuat itu harus dipahami
dan ditaati oleh pasien dan keluarga pasien. Aturan tentang jadwal besuk
bagi pasien yang sedang diopname tidak lain untuk menunjang upaya
penyembuhan pasien, karena pasien itu membutuhkan istirahat yang
cukup.
4. Pasien wajib meberikan imbalan jasa kepada dokter. Hal ini dapat
dikaitkan dengan fungsi sosial seorang dokter dalam masyarakat sehingga
di sini dapat diharapkan suatu imbalan jasa yang tidak selalu sesuai dengan
jasa yang telah diberikan oleh dokter, tetapi tentu pula dokter
memperhatikan status sosial ekonami pasien, terutama pasien dengan
status ekonomi yang rendah.
5. Pasien atau keluarganya wajib melunasi biaya rumah sakit. Saat pasien
dirawat di rumah sakit maka rumah sakit mengeluarkan sejumlah biaya
yang jumlahnya tidak sedikit. Pengeluaran tersebut harus segera ditutupi
dengan biaya yang dibebankan kepada pasien yang bersangkutan atau
sakit pun harus mempersiapkan pengeluaran lain untuk berikutnya di
samping untuk membayar gaji para karyawannya.46
Menurut Bahder Johan Nasution yang menjadi kewajiban pasien adalah :
1. Kewajiban memberikan informasi.
2. Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan
3. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam
hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan.
4. Kewajiban memberikan imbalan jasa.
5. Kewajiban memberikan ganti-rugi apabila tindakannya merugikan dokter
atau tenaga kesehatan.47
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, yang menjadi hak dan kewajiban pasien adalah :
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak :
a. Mendapat penjelasan secara lengkaptentang tindakan medis sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3);
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; dan
e. Mendapat isi rekam medis.
Pasal 53
Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :
a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doketr gigi;
46Alfred A Ameln,
Kapita Selekta Hukum Kedokteran dalam Husein Kerbala,
Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 45
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
C.Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan
Secara mudah dapat dikatakan bahwa, hak-hak pasien dalam kontrak
terapeutik merupakan kewajiban-kewajiban dokter , sedangkan hak-hak dokter
dalam kontrak terapeutik merupakan kewajiban–kewajiban pasien. Namun tidak
berarti bahwa kewajiban-kewajiban dan hak-hak dokter itu terbatas pada hak-hak
dan kewajiban-kewajiban pasien tersebut.48
Hak-hak dokter karena adanya perjanjian terapeutik adalah sebagi berikut :
1. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, profesi dan etika.
3. Hak atas informasi yang lengkap dan jujur dari pasien tentang keluhan
yang diderita.
4. Hak atas imbalan jasa dari pelayananan kesehatan yang telah
diberikan.
5. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien jika pasien tidak mau
menuruti nasihat yang diberikannya atau berkembangnya hubungan
yang tidak baik dengan pasien.
48Veronica Komalawati,
6. Hak atas itikad baik dari pasien dalam pelaksanaan perjanjia
terapeutik.
7. Hak untuk diperlakukan adil dan jujur.
8. Hak atas privacy.49
Berdasarkan pada perjanjian terapeutik yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi para pihak, dokter juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai
pengemban profesi. Hak-hak dokter sebagai pengemban profesi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Hak memperoleh informasi yang selangkap-lengkapnya dan
sejujur-jujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan
diagnosis maupun terapeutik.
2. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang
diberikannya kepada pasien.
3. Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan
transaksi terapeutik.
4. Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas
pelayanan kesehatan yang diberikan.
5. Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medis dari pasien atau
keluarganya.50
49Y.A Triana Ohoiwutun,
Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hlm.17
Hak dokter di rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. Dokter berhak untuk bekerja menurut stnadar profesi serta berdasarkan
hak otonomi (seorang dokter, walaupun berstatus hukum sebagai
karyawan rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah sakit tidak
dapat memerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang
menyimpang dari stnadar profesi atau keyakinannya)
3. Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan dan kode etik profesi.
4. Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien
apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu
buruk sehingga kerja sama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi,
kecuali untuk pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien
kepada dokter lain.
5. Dokter berhak atas privacy. Berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan
atau memalukan.
6. Dokter berhak mendapat informasi lengkap dan jujur dari pasien yang
dirawatnya atau dari keluarganya.
7. Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuana pertama dalam
8. Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur baik oleh rumah sakit
maupun oleh pasien.
9. Dokter berhak untuk mendapatkan imbalan atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang
berlaku di rumah sakit tersebut.51
Di samping hak-hak tersebut dokter juga mempunyai kewajiban yang
harus dilaksanakan. Jika diperhatikan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang
tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I.No. 34 Tahun 1983, di
dalamnya terkandung beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dokter di
Indonesia. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi :
1. Kewajiban umum;
2. Kewajiban terhadap penderita;
3. Kewajiban terhadap teman sejawatnya;
4. Kewajiban terhadap diri sendiri.52
Berpedoman pada isi rumusan kode etik kedokteran tersebut, Hermien
Hadiati Koeswadji mengatakan bahwa secara pokok kewajiban dokter dapat
dirumuskan sebagi berikut :
1. Bahwa ia wajib merawat pasiennya dengan cara keilmuan yang ia
miliki secara adekuat. Dokter dalam perjanjian tersebut tidak
menjanjikan menghasilkan satu resultaat atau hasil tertentu, karena apa
yang dilakukannya itu merupakan upaya atau usaha sejauh mungkin
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Karenanya bukan merupakan
inspanningverbittenis. Ini berarti bahwa dokter wajib berusaha
hati-hati dan kesungguhan (met zorg eh inspanning) menjalankan tugasnya.
Perbedaan antara resultaat-verbitenis dengan inspanningsverbitenis ini
yakni dalam hal terjadi suatu kesalahan.
2. Dokter wajib menjalankan tugasnya sendiri (dalam arti secara pribadi
dan bukan dilakukan oleh orang lain) sesuai dengan yang telah
diperjanjikan, kecuali apabila pasien menyetujui perlu adanya
seseorang yang mewakilinya (karena dokter dalam lafal sumpahnya
juga wajib menjaga kesehatannya sendiri)
3. Dokter wajib memberi informasi kepada pasiennya mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyakit atau penderitanya.
Kewajiban dokter ini dalam hal perjanjian perawatan
(behandelingscontract) menyangkut dua hal yang ada kaitannya
dengan kewajiban pasien.53
Kewajiban yang diemban dokter dalam perjanjian terapeutik adalah
sebagai berikut :
1. Kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi, yaitu dengan cara melakukan tindakan medis dalam suatu
kasus yang konkret menurut ukuran tertentu yang didasarkan pada
ilmu medis dan pengalaman.
2. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain rahasia atas
kesehatan pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia.
3. Kewajiaban utnuk memberikan informasi pada pasien dan/atau
keluarganya tentang tindakan medis yang dilakukan dan resiko yang
mungkin terjadi akibat tindakan medis tersebut.
4. Kewajiban untuk merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang
mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila tidak
mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan.
5. Kewajiban untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
sebagai tugas perikemanusiaan.
6. Kewajiban untuk membuat rekam medis yang baik dan secara
berkesinambungan.
7. Kewajiban yang berhubungan dengan tujuan ilmu kedokteran,
termasuk kewajiban untuk secara terus-menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan di bidang ilmu kedokteran.
8. Kewajiban yang berhubungan dengan prinsip keseimbangan.54
Kewajiban dokter di rumah sakit menurut Surat Edaran yanmed
No.YM.0204.3.5.2504 tahun 1997 adalah sebagai berikut :
1. Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
antara dokter tersebut dengan rumah sakit.
2. Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan menghormati hak-hak pasien.
3. Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain/rumah sakit lain yang
mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
4. Dokter wajib memberikan kesempatan pada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah
sesuai keyakinannya.
5. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
6. Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.
7. Dokter wajib memberikan informasi yang adekuat tentang perlunya
tindakan medis yang bersangkutan serta resiko yang dapat
ditimbulkan.
8. Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara
berkesimabungan berkaitan dengan keadaan pasien.
9. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu pengetahuan dan
10.Doketr wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang
telah dibuatnya.
11.Dokter wajib bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
12.Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah
sakit.55
Di samping itu ada beberapa perbuatan atau tindakan yang dilarang
dilakukan oleh dokter karena perbuatan tersebut dianggap bertentangan dengan
etik kedokteran. Perbuatan atau tindakan yang dilarang tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan suatu perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
2. Ikut serta dalam memberikan pertolongan kedokteran dalam segala
bentuk, tanpa kebebasan profesi.
3. Menerima uang selain dari imbalan yang layak sesuai dengan jasanya,
meskipun dengan sepengetahuan pasien atau keluarga.56
Dengan demikian jika diperhatikan isi kode etik kedokteran tersebut dapat
disimpulkan bahwa: Kode etik kedokteran mengandung tuntutan agar dokter
menjalankan profesinya berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Apalagi
sebagian besar dari masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan beluk memiliki
pengertian yang cukup tentang cara memelihara kesehatan. oleh karena itu, upaya
untuk memberikan bimbingan dan penerangan kepada masyarkat tentang
kesehatan, merupakan salah satu tugas dokter yang tidak kalah pentingnya dari
pekerjaan penyembuhan. Malahan tugas dokter tidak terbatas pada pekerjaan
kuratif dan preventif saja, jabatan profesi dokter lebih-lebih di pedesaan
sebetulnya meliputi semua bidang kegiatan masyarakat, artinya dokter harus ikut
aktif dalam kegiatan sosial dan kemuanusiaan.57
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran juga disebutkan yang menjadi hak dan kewajiban dokter.
Hak dokter :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan standar operasional prosedur.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur.
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya.
4. Menerima imbalan jasa.
Kewajiban Dokter :
1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar
operasional prosedur serta kebutuhan medis.
2. Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana
kesehatan lain yang mempunyai kemampuan lebih baik.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
setelah pasien itu meninggal dunia.
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang mampu melakukannya.
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Atas dasar hal tersebut jika motivasi seorang dokter dalam bekerja karena
uang dan kedudukan, dokter tersebut dapat digolongkan dalam motivasi rendah.
Jika dokter cenderung untuk bekerja sedikit dengan hasil banyak, dokter yang
bersangkutan akan tergelincir untuk melanggar kode etik dan sumpahnya.
Sebaliknya jika motivasi nya berdasarkan pada keinginan untuk memenuhi
prestasi, tanggung jawab dan tantangan dari tugas itu sendiri, akan mudah
baginya untuk menghayati dan mengamalkan kode etik dan smupahnya. Di
samping itu dia senantiasa akan melakukan profesinya menurut ukuran yang
tertinggi serta meningkatkan keterampilannya sehingga kemampuan untuk
melaksanakan tugasnya tidak perlu disangsikan lagi.58