• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN C A SERVIKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN C A SERVIKS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI Keperawatan Maternitas

1. Pengertian

Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.

2. Anatomi dan Fisiologi

Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.

Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.

(2)

menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.

Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus.

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.

3. Etiologi

Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah.

4. Patofisiologi

(3)

dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).

Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam.

5. Manifestasi Klinik

Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.

(4)

Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam, dan anemia.

Tahap klinis

Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy.

Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.

Tahapan-tahapan tersebut yaitu : - Karsinoma pre invasive.

Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel. - Karsinoma invasive

a. Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks

I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).

I.b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.

b. Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding panggul

II. a. Para metrium masih bebas. II. b. Para metrium sudah terkena.

c. Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal.

III. a. Belum mencapai dinding panggul.

(5)

d. Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).

IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya. IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.

6. Test Diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut: a. Sitologi

Keuntungan : - Murah.

- Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan. - Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

Kelemahan :

- Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

b. Sciller Test Dasarnya :

Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium. Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.

c. Pap Smear

(6)

sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.

Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks: · Normal

· Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

· Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

· Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)

· Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

d. Kolposkopi

Kolposkop :Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10 – 40 kali. Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut :

a. Benigna

1. Epitel gepeng yang normal. 2. Ectodi

3. Zone transforman 4. Perubahan peradangan b. Suspek

1. Lekoplakia

2. Punctation : Daerah bertitik merah 3. Papillary punctation

4. Mozaik

(7)

Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah melakukan biopsi.

Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat.

c. Kolpomikroskopi

Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.

d. Biopsi

Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca – nya.

e. Konisasi

Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan – kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization).

7. Penanganan

Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim.

(8)

penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy).

Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja.

Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:

· Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi) · Rencana penderita untuk hamil lagi

· Usia dan keadaan umum penderita.

· Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.

Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: · Kriosurgeri (pembekuan)

· Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)

· Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya

· LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

(9)

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP.

Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.

Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.

1. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan

struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

2. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi:

a. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar . Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.

(10)

1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah: · Iritasi rektum dan vagina

· Kerusakan kandung kemih dan rektum · Ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.

Premedikasi :

- Antalgin injeksi. - Dipenhydramine injeksi.

- Dexamethason injeksi. - Metochlorpropamide injeksi. - Furosemide injeksi.

Sitostatika :

- Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I). - Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I). - Bleomisin (30 mg) per infus hari II.

- Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).

4. Terapi Biologis

(11)

Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

Efek Samping Pengobatan

Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping dari pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda. Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker.

Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina. Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.

Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.

(12)

yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.

Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari.

Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.

Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel-sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga.

Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut.

(13)

9. Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks: « Mencegah terjadinya infeksi HPV

« Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur .

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.

Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:

· Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

· Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin,

· Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

· Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker. · Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal · Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks.

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya: · Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan

hubungan seksual jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin

(14)

· Berhenti merokok.

· Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala :Kelemahan dan atau keletihan

Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam

Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi

SIRKULASI

Gejala :Palpitasi,nyri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan:Perubahan pada TD

INTEGRITAS EGO

Gejala :Faktor stress (keuangan,pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual)

Masalah tentang perubahan dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat, pembedahan Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi

Tanda :Menyangkal, menarik diri, marah

ELIMINASI

Gejala :Perubahan pada pola defekasi mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi

(15)

Tanda :Perubahan pada bising usus, distensi abdomen

MAKANAN/CAIRAN

Gejala :Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)

Anoreksia, mual/muntah Intoleransi makanan

Perubahan pada berat badan: penurunan berat badan hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot

Tanda :Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema

NEUROSENSORI

Gejala :Pusing, sinkope

NYERI/KENYAMANAN

Gejala :Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai

nyeri yang berat

PERNAFASAN

Gejala :Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)

Pemajanan abses

KEAMANAN

Gejala :Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen

Pemajanan matahari lama/berlebihan

Tanda :Demam

Ruam kulit, ulserasi

SEKSUALITAS

Gejala :Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat

kepuasan

Nuligravida lebih besar dari 30 tahun

Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia

INTERAKSI SOSIAL

(16)

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan) Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala :Riwayatkanker pada keluarga mis: ibu atau bibi dengan kanker payudara

Sisi primer: penyakit primer, tanggal ditemukan/didiagnosis

Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat, bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik

Riwayat pengobatan:pengobatan sebelumnya untuk tempat kankerdan pengobatan yang diberikan

Pertimbangan Rencana pemulangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat: tergantung pada sistem khusus yang terkena dengan kebutuhan terapeutik. Rujuk pada sumber-sumber yang tepat

Memerlukan bantuan dalam keuangan, obat-obatan/pengobatan, perawatan kanker/alat perawatan, transportasi,belanjamakanan dan persiapan, perawatan diri,megurus

rumah/tugas pemeliharaan,pengawasan untuk perawatan anak, perubahan pada fasilitas tinggal/hospice

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk kanker tertentu

Skan (mis., MRI, CT, gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan

Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk diagnosis banding dan

(17)

Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum,mis., CEA, antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat, kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125 dsb). Dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tapi lebih bermanfaat sebagai prognostik dan/atau monitor terapeutik. Reseptor estrogen dan progesteron adalah esai yang dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau bukan manipulasi hormonal akan terapeutik pada kontrol penyakit metastatic

Tes kimia skrining: mis., elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes hepar(bilirubin, AST/SGOT alkalin fosfat, LDH); tes tulang (alkalin fosfat, kalsium) JDL dengan diferensial dan trombosit: dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM

dan SDP; trombosit berkurang atau meningkat

Sinar X-dada:menyelidiki penyakit paru metastatik dan primer

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Dukungan adaptasi dan kemmandirian

2. Meningkatkan kenyamanan

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan

TUJUAN PEMULANGAN

1. Pasien menerima situasi dengan realistis

2. Nyeri hilang/terkontrol

3. Homeostasis dicapai

4. Komplikasi dicegah/dikurangi

(18)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis ( mis.: kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh ); perubahan gaya hidup.

Tujuan : Mengidentifikasi dan mengekspresikan, Melanjutkan aktivitas kehidupan normal, melihat ke arah/merencanakan masa depan, mengharapkan untuk hari ini saja,. Mengungkapkan pemahaman tentang proses menjelang ajal dan perasaan didukung dalam melalui berduka.

Intervensi :

 Perkirakan syok awal dan ketidakyakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur

yang menimbulkan trauma (mis., bedah yang menimbulkan kecacatan, kolostomi, amputasi).

Rasional : Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.

 Kaji pasien/orang terdekat terhadap berduka yang mengalami. Jelaskan proses sesuai

kebutuhan.

Rasional :Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka

 Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah,

penolakan. Akui normalitas perasaan ini.

Rasional :Pasien merasa terdukung mengekspresi perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dialami orang lain dalam situasi sulit ini.

 Sadari perubahan alam perasaan, bermusuhan, dan perilaku lain yang ditunjukkan. Susun batasan perilaku tidak tepat. Perbaiki pikiran negatif.

(19)

 Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan.

Pindahkan pasien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan; biarkan pintu terbuka bila nyaman untuk pasien.

Rasional :Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan

 Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit dan pengobatan dan berikan informasi sesuai permintaan/tepat tentang menjelang ajal. Bersikap jujur; jangan memberikan harapan palsu saat memberikan dukungan emosinal.

Rasional :Pasien/orang terdekat mendapat keuntungan dari informasi factual. Indifidu dapat mengajukan pertanyaan secara langsung tentang kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa informasi benar.

 Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan kopng.

Bicara tentang sesuatu yang menarik perhatian pasien.

Rasional : Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu indifidu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara lebih efektif.

 Identifikasi aspek positif dari situasi.

Rasional : Kemungkinan remisi dan progresi lambat dari penyakit dan/atau terapi baru dapat menurunkan harapan pada masa depan.

 Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat dapat merencanakan bersama untuk

masa depan. Dorong menyusun tujuan realistis

Rasional :Menjadi bagian dari pemecahan masalah/perencanaan dapat memberikan rasa control terhadap kejadian yang diantisipasi.

 Bantu pasien atau orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri atau

situasi dan system pendukung

Rasional :Mengenali sumber ini memberi kesempatan melalui perasaan berduka.

 Dorong partisipasi dalam perawatan dan pengobatan

Rasional : Memungkinkan pasien mempertahankan control terhadap kehidupan.

 Perhatikan bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus

asa” Tak ada gunanya hidup “

Rasional : Konflik interpersonal/perilaku marah mungkin cara – cara pasien

(20)

 Berikan lingkungan terbuka untuk diskusi dengan pasien atau orang terdekat tentang

keinginan atau rencana mengalami kematian misalnya membuat surat warisan, pengaturan penguburan, donor organ, asuransi, waktu untuk bersama keluarga.

Rasional : Bila pasien atau orang terdekat bersama-sama menyadari ancaman kematian, mereka lebih mudah menghadapi urusan atau aktifitas yang diinginkan yang belum selesai.

 Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian.Terima metode apapun yang dipilih oleh pasien atau orang terdekat untuk saling membantu selama proses. Rasional : Ansietas dan ketidakinginan pemberi perawatan untuk menerima kenyataan

tentang kemungkinan kematiannya sendiri dapat menghambat kemampuan untuk membantu pasien/orang terdekat, memerlntuan orang lain untuk memberi dukungan yang diperlukan.

2. Nyeri b/d proses penyakit ( kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf, atau

suplai vaskulernya, obstruksi jaras saraf, inflamasi)

Tujuan : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal.

Intervensi :

 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala

0 – 10 ) dan tindakan penghilangan yang digunakan.]

Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan : Pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.

 Evaluasi/sadari terapi tertentu mis., : Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.

Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.

Rasional : Ketidaknyamanan tentang luas adalah umum (mis. : nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawa, sakit kepala) tergantung pada prosedur atau agen yang digunakan.

 Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis. : reposisi, gosokan punggung ) dan

aktivitas hiburan (mis. :musik, televisi ).

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

(21)

 Dorong penggunaan keterampilan managemen nyeri (mis.: tekniok relaksasi,

Visualisasi, bimbingan imajinasi ), tertawa, musik, dan sentuhan terapeutik.

Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktiv dan meningkatkan rasa control.

 Evaluasi penghilangan nyeri/control. Nilai aturan pengobatan bila perlu

Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

 Berikan analgesic sesuai indikasi mis.: Brompton’s cock-tail, morving, metadon, atau

campuran narkotik IV khusus.Berikan hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari.

Rasional ; Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian aka diperlukan.Catatan ; adiksi atau ketergantungan pada obat bukan masalah.

 Berikan/instruksikan penggunaan PCA dengan tepat.

Rasional : Analgesia dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri.Sering pada dosis total rendah akan diberikan melalui metode konvensional.

3. Resiko tinggi perubahan pola seksual b/d perubahan fungsi/struktur

tubuh, penyakit,dan pengobatan medis.

Tujuan : Mempertahankan aktivitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.

Intervensi :

 Diskusikan dengan pasien/orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah

atau terancam.Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahwa banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi

(22)

 Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang

diketahui mempengaruhi seksualitas

Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat melalui proses adaptasi pada keadaan baru.

 Berikan waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan izin dari pasien/orang terdekat sebelum masuk

Rasional : Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap terbuka dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini adalah penting.

4. Ansietas / ketakutan b/d krisis situasi (kanker)

Tujuan : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan

berkurangnya rasa takut tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi

Intervensi:

 Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah tercapai

Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker

 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis

 Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan

perasaan atau menolak untuk berbicara

Rasional : Membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan control

 Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh klien bila tepat

(23)

 Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan

radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker isolasi bila tepat

Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut

 Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini

Rasional : Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut dan untuk meyakini bahwa strategi kontrol/koping tersedia

 Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan

tentang persepsi pasien terhadap situasi

Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan /pilihan berdasarkan realita

 Izinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi. Berikan informasi dimana

perasaan adalah normal dan diekspresikan secara tepat

Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan pasien mulai menghadapi situasi

 Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping. Membantu

pasien menyiapkan pengobatan

Rasional : Tujuan pengobatan kanker aadalah menghancurkan sel-sel malignan sambil meminimasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat meliputi pembedahan (kuratif, preventif, paliatif) serta kemoterapi, radiasi (internal, eksternal) atau pengobatan lebih baru/spesifik seperti hipertermia seluruh tubuh atau bioterapi. Transplantasi sumsum tulang mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe kanker

 Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur. Tinggal dengan pasien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi

Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karenanya menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan

(24)

Rasional :Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan hubungan terapeutik dan memudahkan perawatan continue

 Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

Rasional :Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemampuan koping

 Identifikasi tahap/stadium berduka pasien dan orang terdekat yang sedang dialami

Rasional :Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping mis., marah/ menarik diri, menyangkal

 Perhatikan koping tak efektif mis., interaksi sosial buruk, tidak berdaya, fungsi

menyerah setiap hari dan kepuasan sumber

Rasional :Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif

 Waspada pada tanda menyangkal/depresi mis., menarik diri, marah, tanda tidak tepat.

Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10

Rasional : Pasien dapat menggunakan mekanisme pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik, atau kurang perawatan diri dapat membuat pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan yang ada

 Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung

Rasional : Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung tidak tersedia, sumber luar mungkin dibutuhkan dengan segera mis., kelompok pendukung kanker local

 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten dengan dukungan untuk orang terdekat

Rasional : Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut

 Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat

Rasional :Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan cepat

5. Resiko Tinggi Infeksi b/d defisiensi imun

(25)

a. Ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi mis., supresi sumsum

tulang (efek samping pembatasan dosis baik kemoterapi dan radiasi) b. Malnutrisi, proses penyakit kronis

c. Prosedur invasive Intervensi :

 Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi

pengunjumg yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai indikasi

Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK

 Tekankan hiegine personal

Rasional : Membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder

 Pantau suhu

Rasional : Peningkatan suhu terjadi (bila tidak tertutup obat kortikosteroid atau anti-inflamasi) karena berbagai faktor mis., efek samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera

 Kaji semua sistem (mis., kulit, pernafasan, genitourinasia) terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinu

Rasional : Mengenali dini dan intervensi segera dapat mencegah progresif pada situasi/sepsis yang lebih serius

 Ubah posisi dengansering ; pertahankan linen kering dan bebas kerutan

Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri)

 Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan

Rasional : Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi stasis mis., pneumonia, dekubitus dan pembentukan thrombus

 Tekankan pentingnya hiegine oral yang baik

Rasional : Terjadinya stomatisis meningkatkan resiko terhadap infeksi /pertumbuhan sekunder

(26)

Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi membatasi entriportal terhadap agen infeksius

KOLABORASI

 Pantau DJL dengan SDP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit sesuai

indikasi

Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek kemoterapi, status penyakit atau terapi radiasi. Pemantauan status mielosupresi penting untuk mencegah komplikasi lanjut (mis., infeksi, anemia atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat

 Dapatkan kultur sesuai indikasi

Rasional : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang baik

 Berikan antibiotik sesuai indikasi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, usaha pendekatan perancangan masjid dengan cara pandang konsep pemikiran arsitektur modern yang memiliki persamaan spirit dengan konsep Islami

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional

Konsep  Patient-centered  Patient-centered care care sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan kedokteran merupakan pendekatan sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan

KAP DOLI, BAMBANG, SULISTIYANTO, DADANG & ALI (CABANG).. KAP EKAMASNI, BUSTAMAN &

Seperti mata kuliah pembelajaran Bahasa pada umumnya, mata kuliah ini terpusat pada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan berbicara

Dari penjabaran permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Bimbingan dan Konseling Islam dalam Menangani Depresi.. Seorang Anak yang Tidak

Effective January I, 2011, the Group changed its method of amortization of deferred exploration and development costs for PT Kaltim Prima Coal (KPC) and PT Arutmin Indonesia

Alasan digunakannya sistem ABC untuk studi kasus pada perhotelan adalah karena dengan menggunakan sistem ABC dapat membantu usaha-usaha perbaikan yang dilakukan