• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARIN"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARINGAN

AIR BERSIH PDAM TIRTA MEULABOH

(Studi Kasus Pada Zona Layanan Kecamatan

Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh

Ijazah Magister Teknik

Oleh

CUT SUCIATINA SILVIA NIM. 1209200060049

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH

(2)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARINGAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MEULABOH (Studi Kasus Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat)

Nama Mahasiswa : Cut Suciatina Silvia

NIM : 1209200060049

Program Studi : Magister Teknik Sipil Bidang Studi : Manajemen Sumberdaya Air

Darussalam, Desember 2014 Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dr. Ir. Masimin, MSc Dr. Azmeri, ST, MT

NIP. 195209081986031001 NIP. 197308201998032001

Diketahui/Disahkan oleh,

Prodi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Universitas syiah Kuala

Ketua, Direktur,

(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Cut Suciatina Silvia

NIM : 12092000060049

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Di dalam tesis saya tidak terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari tugas akhir/skripsi, tesis, disertasi, buku atau bentuk lain yang saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dapat dipandang sebagai tindakan penjiplakan.

2. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya sendiri.

3. Apabila ternyata terdapat dalam tesis saya bagian-bagian yang memenuhi unsur penjiplakan, maka saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebagian atau seluruhnya hak atas gelar kesarjanaan saya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Darussalam, Desember 2014 Saya yang membuat pernyataan,

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Tesis ini berjudul “ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARINGAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MEULABOH (Studi Kasus Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat) “, ditulis dalam rangka melengkapi dan memenuhi salah satu syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana – Universitas Syiah Kuala.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tugas akhir ini, penulis telah memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama komisi pembimbing. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Bapak Dr. Ir. Masimin, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Azmeri, ST, MT sebagai anggota komisi pembimbing.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Darusman, M. Sc selaku Direktur Program Pasca Sarjana Unsyiah;

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Isya, M.T selaku Ketua Prodi Magister Teknik Sipil Unsyiah;

3. Bapak Dr. Ir. Mochammad Afifuddin, M.Eng selaku Sekretaris Prodi Magister Teknik Sipil Unsyiah;

4. Ibu Dr. Ir. Eldina Fatimah, M. Sc, selaku Ketua Bidang Manajemen Sumberdaya Air Prodi Magister Teknik Sipil Unsyiah;

5. Tenaga pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Unsyiah;

(5)

7. Ayahanda HT. Idris Sardi, Ibunda Hj. Cut Nurhayati yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis dengan ikhlas dan suami tercinta Aharis Mabrur, SHI, serta anak saya Najwa Harvyanda yang selalu memberikan motivasi dan do’a yang tiada henti untuk keberhasilan penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil khususnya bidang Manajemen Sumber Daya Air angkatan 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, dimana telah memberikan kontribusi dan kebersamaannya sejak awal perkuliahan hingga akhir penulisan tesis ini. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis berserah diri dan berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi pembaca, amin.

Darussalam, Desember 2014 Penulis,

(6)

ANALISIS KINERJA SISTEM DISTRIBUSI JARINGAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MEULABOH

(Studi Kasus Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat)

Oleh : Cut Suciatina Silvia NIM. 1209200060049

Komisi Pembimbing : 1. Dr. Ir. Masimin, MSc 2. Dr. Azmeri, ST, MT

ABSTRAK

Air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia oleh karena itu pemanfaatan kebutuhan air pun tidak terbatas. PDAM Tirta Meulaboh sebagai perusahaan daerah pengelola air bersih belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, dimana tingkat pelayanan yang dihasilkan belum berjalan dengan baik dan optimal. Untuk itu perlu dilakukan studi terkait dengan kinerja sistem pelayanan distribusi air bersih, dimana studi ini bertujuan untuk melihat kondisi nyata dari kinerja jaringan distribusi air bersih dan permasalahan kehilangan air yang terjadi pada PDAM Tirta Meulaboh. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dan kuantitatif yang didukung oleh data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil analisis didapat debit pemakaian rata-rata yang dihasilkan hanya 106,93 liter/orang/hari, dimana kekurangan kebutuhan air bersih rata-rata setiap pelanggan >23 liter/orang/hari. Analisis dari tingkat kehilangan air pada tahun 2013, didapat kehilangan air mencapai 35,07% dengan kehilangan air 783.967,00 m3/tahun. Berdasarkan hasil analisis program NRW dengan metode ILI didapat nilai ILI sebesar 38,5, dimana menurut Tabel Matriks Target disimpulkan bahwa kebocoran atau kehilangan air di zona layanan PDAM Tirta Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan termasuk ke dalam golongan D dengan ILI >16 dengan tingkat kebocoran >200 liter/sambungan/hari. Dari kondisi tersebut maka didapat kehilangan air yang tidak dapat diuangkan adalah sebesar 403.106 m3/tahun atau sebesar 51,42%. Sedangkan hasil analisis terhadap kinerja sistem jaringan distribusi air bersih, didapat tingkat keandalan sebesar 58,59% dengan lamanya sistem berada pada kondisi gagal selama 4,65 bulan dan rata-rata frekuensi terjadinya kegagalan sebanyak 2 kali, dan rata-rata terjadinya defisit sebesar 12,55%, maka sistem kinerja jaringan dikatakan belum memuaskan.

(7)

ANALYSIS OF PERFORMANCE OF FRESH WATER NETWORK DISTRIBUTION SYSTEM OF PDAM TIRTA MEULABOH

(Case Study in Service Zone of Johan Pahlawan Sub-district Aceh Barat District)

by:

Cut Suciatina Silvia Student Reg.No. 1209200060049

Committee of Supervisory: 1. Dr. Ir. Masimin, MSc 2. Dr. Azmeri, ST, MT

ABSTRACT

Fresh water is a basic human need, hence, utilization of water needs was not limited. PDAM Tirta Meulaboh as local government water management company has not been able to fullfill the needs of fresh water for the community, where the level of service that is generated has not run properly, neither optimally. Therefore, it is necessary to conduct studies related to the performance of the water distribution service system, where the study was aimed to see the real circumstance of the performance of water distribution network and the problem of water loss that occurs in PDAM Tirta Meulaboh. The method that is applied in this research is survey and quantitative methods which is supported by the primary and secondary data. Based on the analysis results obtained that the discharge of average usage which is produced is just in 106.92 liters/person/day, where the shortage of fresh water needs of each customer on average >23 liters/person/day. Analysis of the rate of water loss in 2013 obtained that water loss reached 35,07% with water loss 783.967,00 m3/year. Based on the results of the NRW program analysis with ILI method obtained that ILI value

of 38,5,whichaccording to the Table of Target Matrix concluded that leakage or loss

of water in service zone of Johan Pahlawan of PDAM Tirta Meulaboh included in the group D with ILI >16 and the leakage rate of >200 liters/connection/day. From these circumstances, water loss that can not be cashed of 403.106 m3/year or 51,42%. While the results of the analysis of the performance of fresh water distribution network system, obtained that 58.59% reliability level for the duration of the system is in the failed state for 4,65 months and the average frequency of occurrence of failure as much as 2 times, then the system is not yet satisfactory network performance.

(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3 Maksud Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Metodologi dan Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.6 Hasil Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 6

2.1 Umum... 6

2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk ... ... 6

2.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih... 7

2.3.1 Persyaratan kebutuhan air bersih... 7

2.3.2 Persyaratan kuantitas (debit)... 9

2.3.3 Persyaratan kontinuitas... 9

2.3.4 Persyaratan kecepatan aliran dan tekanan air... 10

2.3.5 Fluktuasi kebutuhan air bersih ... 11

2.3.6 Kehilangan air... 12

2.4 Sampling Pelanggan ... 16

2.5 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih... 17

2.5.1 Sistem distribusi air bersih... 17

2.5.2 Sistem pengaliran air bersih... 18

2.6 Kinerja Pengoperasian Jaringan Air Bersih... 19

2.6.1 Keandalan (reliability)... 19

2.6.2 Kelentingan (resiliency)... 20

2.6.3 Kerawanan (vulnerability)... 22

2.7 Penelitian Terdahulu ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

3.1 Pengenalan Daerah Studi ... 26

3.1.1 Gambaran umum PDAM Tirta Meulaboh ... 26

(9)

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.2.1 Pengumpulan data primer ... 29

3.2.2 Pengumpulan data sekunder ... 30

3.3 Prosedur Penelitian ... 30

3.4 Proses Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ... 32

3.4.1 Kajian terhadap daerah studi ... 32

3.4.2 Pengolahan dan analisis data primer ... 32

3.4.3 Pengolahan dan analisis data sekunder ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

4.1 Hasil Kajian Daerah Studi PDAM Tirta Meulaboh ... 39

4.1.1 Ketersediaan sumber air baku ... 39

4.1.2 Kondisi bangunanintake... 39

4.1.3 Kapasitas produksi WTP Lapang danreservoir... 40

4.1.4 Sistem distribusi dari WTP Lapang... 40

4.2 Hasil Analisis Data Primer ... 41

4.2.1 Hasil analisis debit air ... 41

4.2.2 Hasil analisis tekanan air... 44

4.2.3 Hasil analisis kontinuitas aliran ... 46

4.2.4 Hasil analisis fluktuasi kebutuhan air bersih ... 46

4.3 Hasil Analisis Data Sekunder ... 48

4.3.1 Hasil analisis proyeksi jumlah penduduk... 48

4.3.2 Hasil analisis kebutuhan air... 49

4.3.3 Hasil analisis tingkat kehilangan air ... 53

4.3.4 Hasil analisis neraca air ... 55

4.3.5 Hasil analisis NRW (Non Revenued Water) ... 57

4.3.6 Hasil analisis keandalan, kelentingan dan kerawanan... 59

4.4 Hasil Analisis Kinerja Jaringan Distribusi Air Bersih ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA... 65

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Gambar A.3.1 Peta Lokasi Instalasi Pengolahan Air Bersih PDAM Tirta

Meulaboh ... 67

Gambar A.3.2 Peta Lokasi Intake PDAM Tirta Meulaboh untuk WTP Lapang di Dusun Pasie Mesjid ... 68

Gambar A.3.3 Peta Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Tirta Meulaboh 69 Gambar A.3.4 Lokasi Intake PDAM Tirta Meulaboh di Dusun Pasie Mesjid 70 Gambar A.3.5 Lokasi WTP PDAM Tirta Meulaboh di Lapang ... 70

Gambar A.3.6 LokasiReservoirWTP PDAM Tirta Meulaboh di Lapang .. 71

Gambar A.3.7 Lokasi Pompa WTP PDAM Tirta Meulaboh di Lapang... 71

Gambar A.3.8 Meteran Air Pelanggan... 72

Gambar A.3.9 Pembacaan Debit Air di Meter Pelanggan ... 73

Gambar A.3.10 Pembacaan Waktu untuk Analisis Tekanan Air ... 74

Tabel B.3.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Berdasarkan Jumlah Penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2009-2013 ... 75

Tabel B.3.2 Data Eksisting PDAM Tirta Meulaboh IPA Lapang ... 76

Tabel B.3.3 Data Unit Air Baku PDAM Tirta Meulaboh IPA Lapang ... 77

Tabel B.3.4 Data Unit Produksi PDAM Tirta Meulaboh IPA Lapang... 78

Tabel B.3.5 Data Unit Distribusi PDAM Tirta Meulaboh IPA Lapang .... 79

Tabel B.3.6 Data Jumlah 99 Sampel Pelanggan yang Berada di Zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan ... 80

Tabel B.3.7 Total Penggunanan Debit Air Pada Zona Layanan 1... 81

Tabel B.3.8 Total Penggunanan Debit Air Pada Zona Layanan 2... 82

Tabel B.3.9 Total Penggunanan Debit Air Pada Zona Layanan 3... 83

Tabel B.3.10 Tinggi Tekanan Pada Zona Layanan 1 ... 84

Tabel B.3.11 Tinggi Tekanan Pada Zona Layanan 2 ... 85

Tabel B.3.12 Tinggi Tekanan Pada Zona Layanan 3 ... 86

Tabel B.3.13 Fluktuasi Kebutuhan Air Pada Zona Layanan 1 ... 87

Tabel B.3.14 Fluktuasi Kebutuhan Air Pada Zona Layanan 2 ... 88

Tabel B.3.15 Fluktuasi Kebutuhan Air Pada Zona Layanan 3 ... 89

Tabel B.3.16 Data Debit Air Tahun 2013 Dari 99 Sampel Pelanggan ... 90

Tabel C.4.1 Fluktuasi Kebutuhan Air Rata-Rata Pada Zona Layanan 1 ... 91

Tabel C.4.2 Fluktuasi Kebutuhan Air Rata-Rata Pada Zona Layanan 2 ... 92

Tabel C.4.3 Fluktuasi Kebutuhan Air Rata-Rata Pada Zona Layanan 3 ... 93

Tabel C.4.4 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Berdasarkan Jumlah Penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2014-2032 ... 94

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, oleh karena itu pemanfaatan kebutuhan air pun tidak terbatas. Dalam upaya penyediaan air bersih, sistem distribusi merupakan hal yang sangat penting, karena tujuan dari sistem distribusi adalah menyalurkan air bersih dari instalasi pengolahan ke masyarakat dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan serta tekanan yang mencukupi.

Kebutuhan air bersih akan meningkat seiring dengan adanya pertambahan penduduk. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM Tirta Meulaboh sebagai perusahaan daerah pengelola air bersih seharusnya mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Evaluasi dari BPPSPAM, 2009 menyatakan bahwa kinerja dari PDAM Tirta Meulaboh tergolong pada kondisi PDAM yang tidak sehat, dimana kinerja teknis PDAM, kinerja manajemen dan kinerja keuangannya dikatakan rendah.

Pelayanan untuk kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan, sumber air baku yang digunakan adalah berasal dari sungai Krueng Meureubo. Sungai Krueng Meureubo sebagai sumber air baku tersedia dalam jumlah cukup besar yang memiliki debit rata-rata sungai sebesar 100 m³/detik, dimana jumlah debit air yang baru dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Meulaboh untuk Kecamatan Johan Pahlawan melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) Lapang adalah sebesar 80 liter/detik.

(12)

Kecamatan Johan Pahlawan yang memiliki luas kecamatan 44,91 km², karena tingkat pelayanan jaringan distribusi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Meulaboh terhadap pelanggan di wilayah Kecamatan Johan Pahlawan belum berjalan dengan baik dan optimal (Syahputra, 2005). Belum baik dan belum optimalnya tingkat pelayanan yang diberikan oleh PDAM Tirta Meulaboh sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertumbuhan penduduk, karakteristik masyarakat, tingkat ekonomi dan status sosial masyarakat yang beragam, perilaku atau pola penggunaan air oleh masyarakat serta terjadinya tingkat kehilangan air yang cukup tinggi.

Kehilangan air merupakan tolak ukur penting terhadap optimal dan tidaknya sistem layanan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM, karena jika semakin tinggi angka kehilangan air maka akan semakin besar beban kerugian yang dialami oleh PDAM maupun konsumen. Kerugian yang diderita oleh PDAM dapat berupa kerugian secara ekonomis dan finansial, sedangkan kerugian yang diderita konsumen berupa terganggunya kapasitas dan kontinuitas terhadap pelayanan. Untuk mengurangi dan meminimalkan tingkat kehilangan air tersebut digunakan metode pengendalian NRW (Non Revenued Water)dan neraca air.

(13)

wilayah layanan PDAM Tirta Meulaboh. Dari hasil kajian serta analisa dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi masukan terhadap sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih dan menjadi kontribusi bagi PDAM Tirta Meulaboh terhadap peningkatan pelayanannya bagi pelanggan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi air bersih pada PDAM Tirta Meulaboh sehingga kinerjanya belum dapat berjalan baik dan opti-mal

2. Tingkat kehilangan air yang terjadi pada PDAM Tirta Meulaboh sehingga menyebabkan layanan kebutuhan belum berjalan baik dan optimal

3. Kinerja sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Meulaboh yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat

1.3 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk meninjau kondisi kinerja sistem pelayanan distribusi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Meulaboh terhadap pelanggan PDAM di wilayah Kecamatan Johan Pahlawan yang belum berjalan dengan baik dan optimal.

1.4 Tujuan Penelitian

(14)

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi air bersih PDAM Tirta Meulaboh seperti debit aliran, tekanan, kontinuitas aliran, fluktuasi kebutuhan air bersih.

2. Tingkat kehilangan air pada PDAM Tirta Meulaboh dengan menggunakan metode pengendalian NRW (Non Revenued water).

3. Kinerja sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Meulaboh yang sudah ada dengan melihat indikator seperti keandalan (reliability), kelentingan(resiliency)dan kerawanan(vulnerability).

1.5 Metodologi dan Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan kualitatif, dengan jenis metode surveri lapangan yang didukung oleh data primer dan data sekunder. Data yang sudah terkumpul dianalisis untuk mengetahui analisa kinerja jaringan air bersih PDAM Tirta Meulaboh dalam hal pemenuhan layanan kebutuhan air bersih. Penelitian ini dibatasi hanya pada lingkup zona Kecamatan Johan Pahlawan, dikarenakan selain cakupan layanan yang cukup luas, wilayah Kecamatan Johan Pahlawan memiliki jumlah pelanggan yang cukup besar dibandingkan dengan zona layanan lainnya.

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi air bersih dengan melihat debit aliran, kondisi tekanan, kontinuitas aliran dan fluktuasi kebutuhan air bersih.

2. Analisis tingkat kehilangan air pada PDAM Tirta Meulaboh dengan menggunakan metode pengendalian NRW (Non Revenued water)

(15)

1.6 Hasil Penelitian dan Manfaat Hasil Penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Umum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan dalam sistem penyediaan air minum, sehingga air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak sebelumnya. Persyaratan dalam sistem penyediaan air bersih tersebut dlihat dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologis, sehingga jika dikonsumsi tidak akan menimbulkan efek samping serta melihat juga dari segi kuantitas. Namun pada penelitian ini dibatasi hanya kepada penyediaan air bersih dari segi kuantitas saja.

2.2 Proyeksi Jumlah Penduduk

Metode proyeksi penduduk berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk mengasumsikan bahwa pertambahan penduduk setiap tahunnya yang konstan. Pada penelitian ini digunakan metode Geometrik dalam menentukan proyeksi jumlah penduduk, dimana mengasumsikan bahwa jumlah pertambahan penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Pada proyeksi pertambahan jumlah penduduk dengan metode Geometrik diperlukan juga laju pertumbuhan penduduk, dimana laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya dianggap sama. Persamaan Geometrik diperlihatkan pada persamaan 2.1 dan 2.2 di bawah ini (Fitriadi, 2013):

(17)

dimana : Pn = Jumlah penduduk pada proyeksi tahun ke- n Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data r = laju pertumbuhan penduduk (%)

t = Selang waktu tahun data n = Jumlah tahun proyeksi

2.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

Sistem jaringan air bersih merupakan struktur yang sangat vital bagi masyarakat. Terganggunya sistem ini menimbulkan keresahan masyarakat dalam jangka waktu yang dekat, dimana masyarakat tidak percaya pada kinerja perusahaan air minum, dan dalam jangka panjangnya adalah menurunnya kesehatan masyarakat (Ardiansyah, 2012). Kinerja penyediaan air bersih untuk setiap daerah yang dilayani oleh PDAM belum tentu memiliki kualitas dan kuantitas yang sama dengan daerah lainnya. Beberapa acuan dari kriteria teknis dalam pelayanan dan penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan seperti (Agustina, 2007) : 1) Air tersedia secara terus menerus selama 24 jam; 2) Tekanan di ujung pipa minimal 1 – 2 atm; 3) kualitas air harus memenuhi standar yang ditetapkan. Persyaratan dalam penyediaan air bersih dapat dilihat dalam beberapa hal yaitu:

2.3.1 Persyaratan kebutuhan air bersih

(18)

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik

No Uraian

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (jiwa)

I II III IV V

Metro Besar Sedang Kecil IKK & Desa

1 Konsumsi unit sambunganrumah (SR) ltr/org/hr 190 170 150 130 30

2 Konsumsi unit hidranumum (HU) ltr/org/hr 30 30 30 30 30

3 Konsumsi unit nondomestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

4 Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20

5 Faktor Maksimum Day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

6 Faktor Peak Hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5

umum 100 100 100 100-200 200

9

Sisa tekan dijaringan

distribusi 10 10 10 10 10

10 Jam operasi 24 24 24 24 24

11 Volume reservoir (%) 20 20 20 20 20

12 SR : HU 50:50 s/d

13 Cakupan pelayanan (*) **)90 **)90 **)90 **)90 ***)70

*) tergantung survei sosial ekonomi **) 60% perpipaan, 30% non perpipaan ***) 20% perpipaan, 45% non perpipaan

Sumber: BPPDU (2006)

Tabel 2.2 Kebutuhan Air Non Domestik

No Uraian Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (jiwa) Keterangan

I II III IV V

1 Sekolah 10 10 10 10 5 ltr/murid/hr

2 Rumah Sakit 200 200 200 200 200 ltr/bed/hr

3 Puskesmas 2 2 2 2 1.2 m3/hr

4 Masjid >2 >2 >2 >2 >2 m3/hr

5 Kantor 10 10 10 10 ltr/peg/hr

6 Pasar 12 12 12 12 m3/ha/hr

7 Hotel 150 150 150 150 90 ltr/bed/hr

8 Rumah Makan 100 100 100 100

ltr/tempat ddk/hr

9 Komplek Militer 60 60 60 60 ltr/org/hr

10 Kawasan Industri 0.2-0.8 0.2-0.8 0.2-0.8 0.2-0.8 ltr/det/ha

11 Kawasan Pariwisata 0.1-0.3 0.1-0.3 0.1-0.3 0.1-0.3 ltr/det/ha

(19)

Kebutuhan air domestik yang dimaksud adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga yang dilakukan melalui Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan umum yang disediakan melalui fasilitas Hidran Umum (HU). Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang ada pada suatu daerah/wilayah yang menjadi daerah layanan . Sedangkan kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air bersih yang dibutuhkan untuk berbagai fasilitas sosial dan komersial seperti rumah sakit, sekolah dan lain-lain. Besarnya pemakaian air untuk kebutuhan non domestik 20% dari kebutuhan domestik (Fitriadi, 2013). Untuk cakupan layanan minimal akan kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk mendukung program MDGs sampai dengan tahun 2015 yaitu minimal 60%. Dalam rancangan RPJMN 2015-2019, bidang Cipta Karya menargetkan yang dikenal dengan 100%-0%-100%. Indikator 100% yang dimaksud ialah, Indonesia bisa memenuhi 85% Standart Pelayaan Minumum (SPM) dan 15% memenuhi kebutuhan dasar. Dalam memenuhi SPM di sektor air minum setidaknya setiap warga bisa mendapatkan akses sebanyak 60 liter/orang/detik.

2.3.2 Persyaratan kuantitas (debit)

Dalam hal penyediaan air bersih, persyaratan kuantitasnya dilihat dari banyaknya sumber air baku yang tersedia, dimana air baku tersebut dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan dari jumlah penduduk yang akan dilayani. Kebutuhan akan air bersih masyarakat sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, karakteristik masyarakat, tingkat ekonomi dan status sosial masyarakat yang beragam, serta perilaku atau pola penggunaan air oleh masyarakat.

2.3.3 Persyaratan kontinuitas

(20)

maka dapat diketahui bahwa pelanggan sangat membutuhkan air paling tidak dengan harapan air mengalir minimal selama 12 jam sehari yaitu pada pukul 06:00 sampai dengan pukul 18:00, sedangkan menurut PDAM pengaliran air dikatakan baik apabila standar minimal 8 jam sehari terpenuhi (Suhardi, 2007)

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu, dimana kecepatan pipa tidak boleh melebihi 0,6-1,2 m/det. Ukuran pipa tidak boleh melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem jaringan harus terpenuhi. Setiap aliran air di dalam pipa harus memenuhi azas kontinuitas, dimana debit yang masuk dalam sisi 1 sama dengan debit yang keluar pada sisi 2 yaitu Q1=Q2, dengan persamaan debit seperti di bawah ini (Triatmodjo, 2013):

Q = V. A (2.3)

dimana:

Q = Debit (m3/det);

V = Kecepatan Aliran (m/det); A = Luas Penampang Pipa (m2).

2.3.4 Persyaratan kecepatan aliran dan tekanan air

Dalam pendistribusian air agar terjangkau untuk seluruh area layanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan, maka yang harus diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air) atau setara dengan 0,5 atm (1 atm = 10 mka), dan sisa tekanan air paling tinggi adalah 22 mka (Agustina, 2007).

(21)

plambing dan jika tekanannya terlalu rendah, maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama mengalir dalam pipa distribusi.

Air yang mengalir dalam pipa memiliki beberapa macam energi, yaitu energi kinetik, energi potensial dan kehilangan energi. Dari ketiga energi tersebut, dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan Hukum Bernoulli seperti di bawah ini (Triatmodjo, 2013):

(2.4)

Tinggi energi kinetiknya adalah: (2.5)

dimana:

P = Tekanan (atm atau mka); g = Gravitasi (m/det2); V = Kecepatan aliran (m/det) h = Elevasi (m);

= Berat jenis air (kg/m3).

2.3.5 Fluktuasi kebutuhan air bersih

Fluktuasi merupakan persentase jumlah pemakaian air pada tiap jam tergantung dari kebiasaan masyarakat serta pola pemakaian air oleh masyarakat, sehingga kebutuhan air menjadi berubah setiap waktunya (Rosadi, 2011). Dalam distribusi layanan air bersih kepada pelanggan, maka tolak ukur yang digunakan dalam perencanaan maupun evaluasi terhadap layanan adalah kebutuhan air jam puncak (Qpeak) dan kebutuhan air harian maksimum (Qmax) dengan mengacu pada kebutuhan air rata-rata.

Kebutuhan air rata-rata harian (Qav) merupakan jumlah air per hari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik. Kebutuhan harian maksimum (Qmax) merupakan jumlah air terbanyak yang dibutuhkan dalam satu hari untuk waktu satu tahun berdasarkan nilai kebutuhan air rata-rata harian, seperti terlihat pada persamaan di bawah ini (Rosadi, 2011):

(22)

Qmax = Fmax x Qav (2.6) (2.7)

dimana :

Qmax = Kebutuhan air harian maksimum (ltr/det); Fmax = Faktor harian maksimum ( 1<Fmax hour<1,5); Qav = Kebutuhan air rata-rata harian (ltr/det).

Kebutuhan air jam puncak (Qpeak) merupakan jumlah air terbanyak yan dibutuhkan pada jam-jam tertentu. Faktor fluktuasi kebutuhan air jam maksimum dapat dilihat pada persamaan di bawah ini (Rosadi, 2011):

Qpeak = Fpeak x Qmax ( 2.8)

(2.9)

dimana :

Fpeak = Faktor jam puncak ( 1,5-2,5); Qpeak = Kebutuhan air jam puncak (ltr/det).

2.3.6 Kehilangan air

Dalam standar kriteria desain sistem penyediaan air bersih, kehilangan air merupakan tidak sampainya air yang diproduksi kepada pelanggan dimana batasan dari faktor kehilangan air yang diperbolehkan tidak melebihi angka toleransi sebesar 20% dari kapasitas debit produksi (Fitriadi, 2013). Angka kebocoran atau kehilangan air menurut kriteria desain yang ditetapkan oleh Dirjen Cipta Karya tahun 1998 sebesar 15-30% (Nugraha, 2010).

Kehilangan air merupakan selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan jumlah air yang dikonsumsi. Kehilangan air terjadi akibat faktor teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis yang menyebabkan kehilangan air diakibatkan oleh adanya lubang atau celah pada pipa sambungan, pecahnya pipa pada jaringan distribusi, kurang baiknya pemasangan meteran air, dan kurang baiknya pemasangan perpipaan kerumah pelanggan. Sedangkan faktor non teknis

Qav Q Fmax  max

max

(23)

kesalahan dalam pencatatan hasil meteran air, serta kesalahan membaca angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya aliran udara dari rumah konsumen ke pipa distribusi meter air (Putrabahar, 2010).

Tingkat kehilangan air dihitung persentasenya berdasarkan selisih antara jumlah air yang didistribusikan (m3) dengan jumlah air yang tercatat dalam rekening. Djamal, dkk (2009) dalam Fitriadi (2013), menyatakan besarnya tingkat kehilangan air adalah persentase perbandingan antara kehilangan air dengan jumlah air yang dipasok ke dalam jaringan perpipaan air, yang dinyatakan dalam persamaan 2.10 di bawah ini:

(2.10)

Dalam suatu penyediaan air minum tidak seluruhnya air yang diproduksi oleh instalasi sampai kepada pelanggan, diakibatkan oleh adanya kebocoran yang disebut dengan kehilangan air. Untuk menghitung persentase nilai kehilangan air dari setiap meter pelanggan dapat digunakan persamaaan 2.11 di bawah ini:

(2.11)

Kehilangan air merupakan tolak ukur penting terhadap optimal dan tidaknya sistem layanan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM, karena jika semakin tinggi angka kehilangan air maka akan semakin besar beban kerugian yang dialami oleh PDAM. Sehingga untuk mengendalikan laju kehilangan air ini harus dikendalikan, salah satunya dengan menggunakan neraca air. Neraca air merupakan alat audit untuk menghitung kehilangan air yang berfungsi untuk melakukan kontrol pada tiga titik utama yang menjadi indikator sehat atau tidaknya sistem pelayanan PDAM yaitu input sistem, konsumsi dan kehilangan air (Syahputra, 2005). Neraca air dihitung berdasarkan jumlah debit air yang masuk, konsumsi bermeter berekening, ketidak akuratan meter pelanggan, kehilangan air dan kehilangan fisik (Siregar, 2014).Untuk perhitungan neraca air

(24)

yang digunakan berdarkan usulan neraca air internasional atau International Water Associations (IWA) pada konferensi di Berlin tahun 2001 seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 Tabel Neraca Air Internasional (International Water

(25)

Dalam suatu penyediaan air minum tidak seluruhnya air yang diproduksi oleh instalasi sampai kepada pelanggan, diakibatkan oleh adanya kebocoran yang disebut dengan kehilangan air. Untuk mengurangi dan meminimalkan tingkat kehilangan air tersebut digunakan metode pengendalian NRW (Non Revenued Water). NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dan dapat diukur serta diketahui besarnya, namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, namun dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya NRW adalah metode ILI (Infrastructure Leakage Index). Nilai ILI yang dihasilkan dibandingkan kebocoran berdasarkan nilai tekanan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.4 Matriks Target di bawah ini: Sumber: Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta (Siregar, 2014)

(26)

(2.12) dimana:

ILI =Infrastructure Leakage Index;

CAPL = Current Annual Physical Losses (sama dengan kehilangan saat ini) (liter/tahun);

MAAPL = Minimum Achhievable Annual Physical Losses (kehilangan fisik tahunan yang dapat dicapai secara minimal) (liter/hari).

(2.13)

dimana:

LM = Panjang pipa induk (m); NC = Jumlah sambungan rumah

LP = Panjang pipa dinas dari batas persil ke meter pelanggan dikalikan dengan jumlah SR (m);

P = Tekanan rata-rata (m)

2.4 Sampling Pelanggan

Sampling merupakan suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang jumlahnya mencukupi secara statistik, dimana dengan mempelajari sampel serta memahami karakteristik-karakteristiknya akan diketahui informasi tentang keadaan populasi. Sampel sendiri merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini digunakan teknik sampling dengan probability sampling yaitu metode pengambilan sampel secara acak dengan menjamin bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Metode cluster sampling ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel apabila memiliki data yang sangat luas, dan pengambilan sampelnya juga didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan secara acak.

MAAPL CAPL ILI

xP xLP xNC

xLM

(27)

Berdasarkan jumlah pelanggan di wilayah studi yaitu di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013 yaitu sebanyak 5.522 pelanggan. Pelanggan tersebut terbagi atas 3 zona layanan. Untuk menentukan ukuran sampel data pelanggan pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, dikarenakan jumlah populasi/jumlah pelanggannya sudah diketahui seperti terlihat pada persamaan 2.14 di bawah ini (Idris, 2012) :

(2.14)

dimana:

n = Jumlah sampel; N = Ukuran populasi;

e = Nilai kritis/batas ketelitian ( biasa digunakan 10%)

2.5 Sistem Distribusi Air Bersih dan Sistem Pengaliran Air Bersih

2.5.1 Sistem distribusi air bersih

Sistem distribusi merupakan sistem yang secara langsung berhubungan dengan pelanggan, dimana berfungsi untuk mendistribusikan air yang telah memenuhi untuk semua daerah layanan. Sistem distribusi ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan dan reservoir distribusi (Damanhuri, 1989).

Ketersediaan jumlah air yang cukup serta tekanan air yang memenuhinya merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem pendistribusian air bersih, dimana tugas pokok dari sistem distribusi air bersih adalah memenuhi kebutuhan air bersih kepada pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas air, kuantitas air dimana tersedianya air setiap waktu dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal.

Yang termasuk ke dalam sistem distribusi air bersih adalah distribusi dari reservoirnya yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari supply instalasi, meteran air yang digunakan untuk menentukan banyaknya air yang akan digunakan, pipa-pipa, katup-katup, keran serta pompa yang digunakan untuk

2

1

Nxe

N

n

(28)

membawa aliran air dari instalasi pengolahan air bersih ke daerah-daerah layanan yang membutuhkan air. Sistem distribusi air minum kepada pelanggan dengan kualitas, kuantitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik,reservoir,pompa dan peralatan lainnya.

Dalam sistem suplai air minum ke pelanggan/konsumen memiliki dua sistem yaitu Continous System dan Intermitten System. Continous System mensuplai air ke konsumen secara terus menerus selama 24 jam, dengan keuntungan konsumen dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa di posisi manapun. Namun kerugian dari sistem ini adalah pemakaian air yang cenderung lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran, maka akan banyak jumlah air yang hilang. Sedangkan Intermitten System, air yang disuplai tidak selama 24 jam, hanya pada jam-jam tertentu, 2-4 jam di pagi hari dan 2-4 jam di sore hari. Sistem ini memiliki kerugian dimana pelanggan tidak dapat menggunakana/mendapatkan air setiap saat, dan pelanggan membutuhkan tempat penyimpanan air. Dimensi pipa yang digunakan dengan sistem ini juga membutuhkan dimensi pipa yang lebih besar, karena kebutuhan air yang disuplai tidak dialirkan selama 24 jam, hanya dalam beberapa jam saja. Namun keuntungan dengan Intermitten System adalah terjaganya pemborosan penggunaan air, dan kondisi ini sangat cocok untuk daerah dengan sumber air terbatas (Agustina, 2007).

Metode dari sistem distribusi air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Sistem distribusi air memiliki rangkaian yaitu sumber air baku – pipa utama –reservoir/layanan penyimpanan – pipa induk – pipa distribusi. Pipa utama mengalirkan air pada tingkat yang konstan, sedangkan pipa induk mengalirkan air dengan kebutuhan air yang bervariasi/fluktuatif (Masimin dan Ariff, 2012).

2.5.2 Sistem pengaliran air bersih

(29)

a. Cara Gravitasi.

Cara pengaliran dengan gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air memiliki perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara pengaliran ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan perbedaan ketinggian lokasi.

b. Cara Pemompaan

Cara pengaliran air dengan sistem pemompaan digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan dalam mendistribusikan air dari reservoir distribusi kepada konsumen/pelanggan. Sistem pengaliran dengan cara ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.

c. Cara Gabungan

Pada pengaliran dengan sistem gabungan ini, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, seperti saat terjadi kebakaran. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi yang berfungsi sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi/pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

2.6 Kinerja Pengoperasian Jaringan Air Bersih

(30)

2.6.1 Keandalan (reliability)

Parameter keandalan menunjukkan kemampuan dari suatu jaringan pipa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Secara matematis, keandalan dapat didefinisikan dimana nilai variable Zt ditentukan dengan persamaan di bawah ini:

(2.15) dimana:

Zt = Indikator untuk menghitung kejadian, dimana Rt≥Dt;

Rt = Besarnya debit layanan pipa pada periode waktu tertentu (m3/bulan);

Dt = Kebutuhan air pada periode waktu (t), dalam hal ini kebutuhan airnya merupakan debit keluaran minimum yang seharusnya sampai kepada pelanggan.

Perhitungan batas normal kebutuhan air/pelanggan/bulan dengan anggapan jumlah penduduk satu pelanggan terdiri dari 6 orang per KK dan kebutuhan air tiap orang per hari 130 liter/orang/hari, maka kebutuhan pelanggan setiap bulannya adalah 23,4 m3/pelanggan /bulan (BPPDU, 2006). Dan yang perlu diketahui dalam definisi keandalan ini adalah kegagalan ditafsirkan jika Rt < Dt. Dalam jangka panjang, untuk unjuk kerja keandalan (α) di perlihatkan pada persamaan di bawah ini:

(2.16) dimana:

α = Unjuk kerja keandalan dalam jangka anjang; n = Lama atau jangka waktu pengoperasian (bulan).

(31)

2.6.2 Kelentingan (resiliency)

Kinerja kelentingan (resiliency) adalah untuk mengukur kemampuan jaringan pipa dari keadaan “gagal” agar dapat kembali ke keadaan “tidak gagal” atau ke keadaan “memuaskan” (satisfactory). Semakin cepat jaringan pipa dapat kembali ke keadaan memuaskan, maka konsekuensi akibat kegagalan tersebut akan semakin kecil, sehingga perlu diketahui kapan jaringan pipa mengalami ma-sa transisi dari keadaan “gagal” ke keadaan”memuaskan” ataupun sebaliknya, di-mana dalam jangka panjang, masa transisi jaringan pipa dari keadaan “gagal” ke keadaan “memuaskan” akan sama dengan masa transisi dari keadaan “memuas-kan” ke keadaan “gagal”.

Dengan menggunakan definisi dari kegagalan di atas, maka untuk menghi-tung masa transisi dari keadaan “gagal” ke keadaan “memuaskan” dapat digunakan persamaan di bawah ini, dimana menggunakan variable Wt.

(2.17) dimana:

Wt = Masa transisi jaringan pipa dari keadaan “gagal” ke keadaan “memuaskan”; Rt-1 = Debit layanan jaringan pipa pada periode t-1 (m3/bulan);

Dt-1 = Kebutuhan air minimum yang diharapkan pada periode t-1 (m3/bulan);

Otherwise =keadaan dimana kondisi (Rt-1 < Dt-1 dan Rt ≥Dt) tidak dipenuhi

Dalam jangka panjang, nilai rerata Wt akan menunjukkan jumlah rerata terjadinya masa transisi jaringan pipa dari keadaan “gagal” ke keadaan “memuaskan”. Jumlah rata-rata jangka panjang terjadinya masa transisi ini dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

(2.18) dimana:

ρ = Probabilitas atau rerata frekwensi masa transisi jaringan pipa dari keadaan “gagal” ke keadaan “memuaskan” pada bulan sekarang;

n = lamanya waktu pengoperasian.

Jangka waktu rata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” secara berurutan dapat diketahui dari jumlah total waktu rata-rata jaringan pipa

(32)

mengalami “kegagalan” dibagi dengan frekwensi rata-rata terjadinya jaringan transisi, sehingga lamanya jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” secara berurutan dapat diperlihatkan pada persamaan di bawah ini:

(2.19) dimana:

Tgagal = Jangka waktu rata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” secara berurutan (bulan).

Dalam jangka panjang, waktu rata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” secara berurutan adalah:

E[Tgagal] = Jangka waktu rata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” secara berurutan dalam jangka panjang (bulan);

E = Operator “expected”;

1-α = Kinerja jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal” dalam jangka panjang.

Indikator kinerja kelentingan (resiliency) dapat diartikan sebagai nilai kebalikan (inverse) dari jangka waktu rata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal”. Semakin lama waktu ata-rata jaringan pipa berada dalam keadaan “gagal”, maka kinerja kelentingannya akan semakin kecil atau jaringan pipa akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke kondisi semula (recovery).Kinerja kelentingan dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:

(2.21)

dimana:

= Kinerja kelentingan.

2.6.3 Kerawanan (vulnerability)

Jika terjadi kegagalan, maka kinerja kerawanan menujukkan seberapa

(33)

(vulnerability), dapat digunakan variabel kekurangan (deficit) seperti yang diperlihatkan pada persamaan di bawah ini:

(2.22) dimana:

DEFt = Kekurangan (deficit)pada periode t (m3/bulan)

Kinerja kerawanan dapat didefinisikan dengan beberapa pengertian, seperti:

1. Nilai maksimum “deficit”

V1 = maxDEFt (2.23)

dimana:

V1 = Nilai maksimum “deficit”(m3/bulan);

DEFt = Kekurangan (deficit)pada periode t (m3/bulan). 2. Nilai maksimum “deficit-ratio)

3. Nilai rata-rata “deficit-ratio”

Untuk lebih jelasnya rekap penelitian terdahulu terkait dengan originalitas penelitian dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

(34)

Tabel 2.3 Rekap Penelitian Terdahulu N

o

Peneliti Judul Metode Aat yang

digunakan

Epanet 2.0 Hasil dari penelitian ini:

(35)

PDAM Tirta

- - Hasil dari penelitian berupa tingkat

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini disajikan secara sistematis bahasan dari metodologi penelitian tentang Analisis Kinerja Sistem Distribusi Jaringan Air Bersih PDAM Tirta Meulaboh Pada Zona Layanan Kebutuhan Air Bersih Di Kecamatan Johan Pah-lawan. Bahasan yang dibahas pada bab ini meliputi:

1. Pengenalan daerah studi yaitu gambaran umum PDAM Tirta Meulaboh, letak geografis, lokasi, waktu dan jenis penelitian.

2. Metode pengumpulan data yaitu sumber data dan jenis data penelitian;

3. Prosedur penelitian;

4. Proses pengolahan dan analisis data penelitian berdasarkan data primer dan data sekunder.

3.1 Pengenalan Daerah Studi Penelitian

3.1.1 Gambaran umum PDAM Tirta Meulaboh

PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dibangun pada tahun 1982 dan baru mulai beroperasi tahun 1983. PDAM Tirta Meulaboh dibentuk berdasarkan surat keputusan Bupati Aceh Barat, nomor 690/194-IV/1983 yang berisi tentang pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Aceh Barat. Kemudian ditetapkan lagi dengan Peraturan Daerah Aceh Barat, nomor 11 Tahun 1993 dengan nama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Meulaboh.

(37)

WTP Rantau Panjang memiliki kapasitas instalasi 2x10 liter/detik, dikarenakan WTP lama rusak akibat bnecana gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 204, dengan kapasitas reservoirsebesar 350 m3. WTP Rantau Panjang bersumber dari air baku sungai Krueng Meureubo, dengan wilayah layanan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Panjang pipa distribusi WTP Rantau Panjang lebih kurang 26 km. WTP Kaway XVI bersumber dari air baku sungai Beureugang. WTP ini memproduksi air bersih 5 liter/detik dengan jam operasi per hari adalah 6 jam produksi dan 4 jam distribusi yang dibagi 2 jam pagi dan 2 jam sore. Reservoir dari WTP Kaway XVI ini memiliki kapasitas 100 m3 yang terdiri dari 2reservoir.WTP Lapang merupakan sarana instalasi pengolahan air bersih untuk wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, dimana sumber air bakunya berasal dari sungai Meureubo yang memiliki debit rata-rata sungai 100 m³/detik. Pengambilan air baku dari sungai Meureubo menggunakan bangunan sadap/intake, kemudian dipompa ke WTP dengan menggunakan dua unit pompa intake (Submersible Pump)dengan kapasitas pompa masing 40 liter/detik dengan head 25 meter. Kapasitas desain WTP Lapang sebesar 80 liter/detik dan panjang pipa distribusi lebih kurang 92 km. Infrastruktur pelayanan air bersih yang ada sampai saat ini meliputi sumber air, bangunan sadap, pemompaan, instalasi pengolahan air dan jaringan distribusi.

Sistem distribusi air dan pengaliran air dari WTP Lapang ke seluruh zona layanan PDAM di Kecamatan Johan Pahlawan menggunakan Continous System dan cara pemompaan. Sistem distribusi dimana pengalirannya dilakukan secara terus menerus selama 24 jam, sedangkan sistem pengaliran air nya menggunakan cara pemompaan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan dalam mendistribusikan air dari reservoir distribusi kepada konsumen/pelanggan, dan juga elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.

3.1.2 Letak geografis PDAM Tirta Meulaboh

(38)

dan 95052’ - 96030’ BT memiliki tiga daerah layanan yaitu daerah layanan Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Kaway XVI. Batas-batas wilayahnya terdiri dari:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Nagan Raya

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Nagan Raya

3.1. 3 Lokasi, waktu dan jenis penelitian

Lokasi penelitian ini dibatasi dan dilakukan hanya pada wilayah layanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat unit WTP Lapang dengan luas wilayah 44,91 km2, dikarenakan wilayah layanan Kecamatan Johan Pahlawan memiliki jumlah pelanggan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah layanan Meureubo dan Kaway XVI. Peta lokasi instalasi pengolahan air bersih PDAM Tirta Meulaboh dan peta lokasi intake PDAM Tirta Meulaboh yang berada di Dusun Pasie Mesjid di perlihatkan pada Lampiran A Gambar A.3.1 halaman 67 dan Gambar A.3.2 halaman 68. Sedangkan peta jaringan distribusi wilayah studi Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.3.3 halaman 69. Pada penelitian tentang Analisa Kinerja Jaringan Distribusi Air Bersih PDAM Tirta Meulaboh Terhadap Pemenuhan Layanan Kebutuhan Air Bersih Pada Zona Layanan Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan ini, waktu/jadwal penelitian dilakukan pada bulan April 2014. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian dengan survei dan analisa data secara kuantitatif.

3.2 Metode Pengumpulan Data

(39)

diperoleh dari PDAM Tirta Meulaboh. Data primer maupun data sekunder membutuhkan jumlah data dari sampling pelanggan yang ada di wilayah layanan Kecamatan Johan Pahlawan.

Wilayah layanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat terbagi atas 3 zona layanan. Zonasi tersebut merupakan wilayah pelayanan yang dibagi berdasarkan lokasi gampong-gampong yang ada dalam Kecamatan Johan Pahlawan. Zonasi tersebut ditujukan untuk mempermudah penyelenggaraan pelayanan administratif kepada pelanggan, mempersempit area pelayanan dalam rangka perbaikan dan deteksi kebocoran, mengurangi resiko pencurian air dan memudahkan dalam mengambil kebijakan ketika ada daerah yang bermasalah dalam suplai air. Adapun zona 1 mencakup wilayah utara dan timur, zona 2 mencakup wilayah barat, dan zona 3 mencakup wilayah selatan kota Meulaboh. Dengan jumlah populasi pelanggan sebanyak 5.522 pelanggan di wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, maka pengambilan jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Solvin dari persamaan 2.14 halaman 15, yaitu:

Jumlah sampel pada tiap jalan/lorong yang mewakili masing-masing zona layanan ditentukan secara proporsional berdasarkan total sampel sebanyak 99 pelanggan. Jumlah sampel untuk masing-masing zona layanan dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B.3.6 halaman 80.

3.2.1 Pengumpulan data primer

Data primer ini dilakukan terhadap 99 sampel pelanggan yang ada pada zona layanan PDAM untuk Kecamatan Johan Pahlawan dengan mencatat debit air yang mengalir ke pelanggan. Data primer yang didapat dari survei lapangan meliputi data debit aliran air ke pelanggan dan data tekanan air. Pencatatan debit

(40)

ini dilakukan sebanyak 5 kali selama seminggu yaitu pada pukul 06:00, 10:00, 14:00, 18:00 dan pukul 22.00.

Pada saat melakukan pencatatan debit pemakaian air pada waktu-waktu tersebut, maka dilakukan juga pencatatan data tekanan, mengingat tekanan aliran air sangat dipengaruhi juga oleh frekuensi pemakaian air. Data debit air dan tekanan air ini digunakan untuk melihat perilaku atau pola penggunanaan air oleh masyarakat.

3.2.2 Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh dari PDAM Tirta Meulaboh. Data-data sekunder tersebut dibutuhkan untuk menganalisa pertumbuhan penduduk terhadap tahun perencanaan, menganalisa kebutuhan air sampai tahun perencanaan, menganalisa tingkat kehilangan air dan menganalisa kinerja sistem jaringan distribusi air bersih.

Data-data sekunder tersebut meliputi:

1. Data jumlah penduduk Kecamatan Johan Pahlawan dari tahun 2009 sampai tahun 2013;

2. Data teknis PDAM Tirta Meulaboh meliputi data eksisting PDAM, data unit air baku, data unit produksi dan data unit distribusi;

3. Peta jaringan PDAM.

4. Data laporan produksi, distribusi air dan data jumlah air yang terjual tahun 2013;

5. Data sampel pelanggan dan data rekening pelanggan; 6. Data debit sampel pelanggan selama tahun 2013.

3.3 Prosedur Penelitian

(41)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Rekomendasi Pembahasan

Selesai

Hasil analisa kinerja jaringan distribusi - Pengenalan Daerah Studi

- Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis data debit dan tekanan - Grafik pola pemakaian air pelanggan berdasarkan debit Grafik kondisi tekanan real lapangan (maksimum maupun

- Data laporan produksi, distribusi dan jumlah - Hasil analisis debit dan

tekanan nyata di lapangan - Hasil kontinuitas aliran - Hasil fluktuasi kebutuhan air

(42)

3.4 Proses Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Sebagaimana yang telah dijabarkan pada diagram alir di atas, maka sebelum melakukan proses dan pengolahan data baik yang bersumber dari data primer maupun data sekunder, maka perlu dilakukan terlebih dahulu kajian terhadap daerah studi dari PDAM Tirta Meulaboh.

3.4.1 Kajian terhadap daerah studi

Kajian terhadap daerah studi meliputi ketersediaan air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh untuk WTP lapang, kondisi bangunan sadap/intake saat ini, kapasitas produksi dari WTP Lapang, kondisireservoir,dan sistem distribusi kepada pelanggan dari WTP Lapang.

3.4.2 Pengolahan dan analisis data primer

Proses pengolahan data dan analisis dari data primer adalah sebagai berikut:

1. Data debit aliran air

Pencatatan debit aliran air dilakukan pada 99 sampel pelanggan yang ada pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan. Debit air yang dicatat adalah angka yang muncul pada meteran air pelanggan. Pencatatan debit ini akan dilakukan selama seminggu (7 hari), dimana dalam 1 hari dilakukan pencatatan sebanyak 5 kali yaitu pada pukul 06:00, 10:00, 14:00, 18:00 dan pukul 22.00. Hasil analisa dari data debit ini nantinya untuk melihat perilaku/kondisi pola pemakaian air oleh pelanggan disetiap zona layanan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan. Pengolahan dan analisa data debit pemakaian air untuk 3 zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan selama seminggu diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.7 halaman 81 sampai dengan Lampiran B Tabel B.3.9 halaman 83.

2. Data tekanan air.

(43)

pemakaian air. Hasil analisa dari data tekanan air disetiap sampel pelanggan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan ini untuk melihat kondisi nyata tekanan air yang terjadi di lapangan baik tekanan maksimum dan tekanan minimum. Pengolahan dan analisa data tekanan air untuk 3 zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan selama seminggu diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.10 halaman 84 sampai dengan Lampiran B Tabel B.3.12 halaman 86.

3. Analisa kontinuitas aliran.

Untuk melihat kontinuitas aliran pada wilayah studi, maka pengamatannya akan dilakukan selama satu bulan. Pengamatan kontinuitas aliran pada minggu pertama dilakukan pada 3 zona layanan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan, dengan melihat kondisi apakah air mengalir atau tidak di waktu yang sama saat melakukan pencatatan debit dan tekanan air. Sedangkan pengamatan pada 3 minggu berikutnya dilakukan pada intake yang ada di Dusun Pasie Mesjid yang menyatakan air dalam satu hari mengalir selama 24 jam atau tidak.

4. Analisa fluktuasi kebutuhan air bersih

(44)

3.4.3 Pengolahan dan analisis data sekunder

Proses pengolahan data dan analisis terhadap data sekunder yang diperoleh dari PDAM Tirta Meulaboh adalah sebagai berikut:

1. Data jumlah penduduk.

- Data jumlah penduduk tahun 2009 sampai tahun 2013 diperlihatkan pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk dengan cakupan pelayanan yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Meulaboh untuk Kecamatan Johan Pahlawan fluktuatif tiap tahunnya. Jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2013 berdasarkan tabel di bawah menunjukkan bahwa cakupan penduduk yang terlayani hanya sebesar 47%, dimana cakupan layanan akan kebutuhan air bersih masih rendah dari cakupan pelayanan air bagi masyarakat untuk mendukung program MDGs yaitu cakupan pelayanan minimal 60% sampai tahun 2015. Sedangkan dalam rancangan RPJMN 2015-2019, bidang Cipta Karya menargetkan 100% cakupan layanan air bersih, dimana memenuhi 85% Standart Pelayaan Minumum (SPM) dan 15% memenuhi kebutuhan dasar.

- Tabel ini digunakan untuk perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk sampai perencanaan 20 tahun yang akan datang. Dari data tersebut maka akan dihitung proyeksi jumlah penduduk Kecamatan Johan Pahlawan dari tahun 2013 sampai tahun 2032 dengan menggunakan metode Geometrik pada persamaan 2.1 halaman 7.

(45)

Tabel 3.1 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Cakupan Pelayanan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

no Tahun

1 2009 56.223 6.252 39.580 69 78,61

2 2010 57.035 6.406 40.504 72 83,54

3 2011 65.473 8.858 55.028 75 102,29

4 2012 72.984 7.114 45.222 62 86,36

5 2013 75473 5.522 35.832 47 73,90

Sumber: PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

- Data proyeksi jumlah penduduk ini dibutuhkan untuk menganalisa jumlah penduduk yang terlayani selama tahun perencanaan, menganalisa jumlah sistem pelayanan baik untuk Sambungan Rumah dan Hidran Umum, menganalisa jumlah kebutuhan air domestik dan non domestik serta kebu-tuhan air rata-rata yang dibutuhkan selama perencanaan sampai 20 tahun mendatang.

2. Data teknis PDAM dan Peta jaringan PDAM.

Data-data ini digunakan untuk mengetahui kapasitas produksi dan kapasi-tas distribusi dari WTP Lapang, jenis/diameter/panjang pipa distribusi dan lokasi sampel pelanggan pada wilayah studi. Untuk data teknis PDAM diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.1 halaman 75 sampai dengan Tabel B.3.5 halaman 79 sedangkan peta jaringan PDAM diperlihatkan pada Lampiran A Gambar A.3.3 halaman 69.

(46)

Tabel 3.2 Data Jumlah Air Produksi dan Air Distribusi PDAM Tirta

1 Januari 197.172,00 175.860,00 120.959,00 54.901,00

2 Februari 237.221,67 160.710,00 118.852,00 41.858,00

3 Maret 200.060,00 182.250,00 121.611,00 60.639,00

4 April 203.085,00 168.080,00 125.005,00 43.075,00

5 Mei 201.166,00 205.550,00 120.152,00 85.398,00

6 Juni 191.855,00 171.240,00 124.111,00 47.129,00

7 Juli 207.934,00 188.260,00 119.944,00 68.316,00

8 Agustus 237.851,67 206.690,00 118.685,00 88.005,00

9 September 209.250,00 181.990,00 115.888,00 66.102,00

10 Oktober 196.108,00 210.220,00 119.332,00 90.888,00

11 Nopember 199.639,00 178.610,00 124.294,00 54.316,00

12 Desember 241.537,67 206.010,00 122.670,00 83.340,00

JUMLAH 2.522.880,00 2.235.470,00 1.451.503,00 783.967,00

Sumber : PDAM Tirta Meulaboh

4. Analisis tingkat kehilangan air.

Analisis tingkat kehilangan air mengacu pada jumlah air yang didistribusikan dengan jumlah air yang dikonsumsi. Tingkat kehilangan air dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.10 pada halaman 13.

5. Analisis perhitungan neraca air.

(47)

6. Analisis NRW (Non Revenued Water)

Analisis NRW (air tak berekening) digunakan untuk meminimalkan tingkat kehilangan air yang terjadi akibat air hasil produksi PDAM yang tidak mendatangkan income sehinffa PDA merugi. Besarnya nilai NRW didapatkan dengan menggunakan metode ILI (Infrastructure Leakage Index) dan MAAPL (Minimum Achievable Annual Physical Losses) seperti yang terlihat pada persamaan 2.12 dan 2.13 pada halaman 15. Data-data yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai NRW dengan menggunakan metode ILI adalah: data panjang pipa induk (LM), jumlah sambungan rumah (NC), tinggi tekanan rata-rata (P), panjang rata-rata pipa dinas ke meter pelanggan (LP) yang dikalikan dengan jumlah sambungan rumah.

7. Data pelanggan, data rekening, data debit selama tahun 2013 dari sampel pelanggan.

- Data-data ini dibutuhkan untuk menganalisa kinerja sistem distribusi air bersih yang meliputi keandalan, kelentingan dan kerawanan berdasarkan debit pemakaian air yang sampai ke pelanggan. Data debit pemakaian air selama tahun 2013 (januari sampai desember 2013) didapat dari 99 sampel pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.16 halaman 90. Persamaan yang digunakan untuk menganalisa kinerja jaringan distribusi air bersih sudah dibahas pada Bab II sebelumnya.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan penelitian berdasarkan metodologi penelitian yang telah dijabarkan pada Bab III sebelumnya. Hasil dan pembahasan penelitian ini menyangkut dengan belum baik dan belum optimalnya pelayanan kebutuhan air bersih yang diberikan oleh PDAM Tirta Meulaboh pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan. Sehingga dari hasil pembahasan penelitian ini nantinya akan menjadi masukan bagi PDAM Tirta Meulaboh terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja dari sistem jaringan distribusi dalam hal pemenuhan kebutuhan layanan air bersih kepada pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan.

Hasil dan pembahasan pada bab ini meliputi:

1. Daerah studi dari PDAM Tirta Meulaboh seperti: ketersedian sumber air baku PDAM, bangunan intake, kapasitas produksi dari WTP Lapang dan reservoir, dan sistem distribusi dari WTP Lapang.

2. Hasil analisis data primer yang didapat adalah:

 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sistem layanan air bersih,

seperti, debit aliran air, tekanan air, kontinuitas aliran serta fluktuasi kebutuhan air bersih.

3. Hasil analisis data sekunder yang didapat adalah:

 Hasil analisis tingkat kehilangan air serta pengendalian tingkat

kehilangan air dengan metode NRW.

 Hasil analisis kinerja sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta

(49)

4.1 Hasil kajian Daerah Studi PDAM Tirta Meulaboh

4.1.1 Ketersediaan sumber air baku

Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh utuk pelayanan kebutuhan air bersih bersumber dari air permukaan yaitu Sungai Krueng Meureubo dan Sungai Beureugang. Namun untuk wilayah layanan zona Kecamatan Johan Pahlawan, air bakunya bersumber dari Sungai Krueng Meureubo, Sedangkan sumber air baku dari Sungai Beuregang untuk wilayah layanan Kecamatan Kaway XVI. Debit air yang dihasilkan oleh kedua sungai tersebut sangat besar, sehingga sangat berpotensi bila dijadikan sumber air baku untuk pengembangan. Debit rata-rata sungai yang dihasilkan oleh sungai Krueng Meureubo sebesar 100 m3/detik atau sebesar 100.000 liter/detik, dengan kedalaman sungai mencapai 15 m.

Dari segi kuantitas, sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh dari sungai Krueng Meureubo sangat mencukupi untuk memenuhi pasokan air baku pada instalasi pengolahan air bersih yang ada di WTP Lapang. Sedangkan dari segi kualitas, berdasarkan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Meulaboh, tingkat pencemaran lingkungan yang ada di sungai Krueng Meureubo masih jauh di bawah ambang yang diizinkan, karena sumber pencemaran air sungai akibat limbah rumah tangga yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat/penduduk yang tinggal disekitar sungai Krueng Meureubo.

Selain itu, perubahan tata guna lahan yang ada di Kabupaten Aceh Barat juga berpengaruh terhadap ketersediaan debit air baku sebagai sumber air bersih masyarakat. Sehingga dibutuhkan pola tata guna lahan yang baik, karena akan sangat mempengaruhi terhadap ketersediaan sumber air bersih untuk masyarakat dimasa-masa mendatang.

4.1.2 Kondisi bangunanintake

(50)

WTP Lapang menggunakan sumber energi Tenaga Listrik dari PLN Cabang Meulaboh dan dibantu oleh satu genset yang digunakan jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN.

4.1.3 Kapasitas produksi WTP Lapang danreservoir

WTP Lapang sampai saat ini memiliki kapasitas desain sebesar 2x40 liter/detik atau sebesar 80 liter/detik. Jam operasi produksi dan operasi distribusi kebutuhan air bersih dari WTP Lapang berjalan selama 24 jam per hari. Dari hasil kebutuhan layanan masyarakat yang ada di kecamatan Johan pahlawan dari PDA Tirta Meulaboh, untuk tahun 2013 kapasitas produksi yang dihasilkan oleh WTP Lapang dapat mencukupi terhadap layanan kebutuhan air bersih bagi pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan. Untuk pemenuhan layanan kebutuhan masyarakat berdasarkan tahun perencanaan sampai dengan tahun 2032 dapat dilihat pada analisa kebutuhan masyarakat berdasarkan tahun perencanaan pada lampiran Tabel 4.6 halaman 52.

Reservoir yang ada saat ini pada sistem pelayanan kebutuhan air bersih adalah reservoir distribusi yang pengalirannya dengan menggunakan sistem pemompaan dari unit instalasi pengolahan air bersih. Reservoir yang ada pada WTP Lapang memiliki 3 (tiga) unit reservoir dengan kapasitas 250 m3, 400 m3, dan 450 m3. Dan sampai saat ini, reservoir yang ada pada WTP Lapang masih berfungsi dengan baik secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

4.1.4 Sistem distribusi dari WTP Lapang

(51)

pompa yaitu pompa dengan kapasitas 75 liter/detik, 90 liter/detik, 60 liter/detik dan 30 liter/detik. Dalam pengoperasiannya, untuk beban puncak menggunakan pompa dengan kapasitas yang besar, dan pada waktu beban rendah maka digunakan pompa dengan kapasitas yang kecil. Ini digunakan hanya untuk pengisian pipa agar tidak terjadi kehilangan tekanan yang cukup besar.

Sistem distribusi air bersih yang ada pada PDAM Tirta Meulaboh yaitu sumber air baku – pipa utama – reservoir – pipa induk – pipa distribusi. Sedangkan infrastruktur yang ada mencakup sungai sebagai sumber air baku -bangunan sadap/intake– WTP –reservoir –jaringan distribusi.

4.2 Hasil Analisis Data Primer

4.2.1 Hasil analisis debit air

Data pengukuran debit dilakukan pada 99 sampel pelanggan yang tersebar pada 3 zona layanan PDAM Tirta Meulaboh yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan. Lokasi penelitian pada wilayah studi dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.3.3 halaman 69. Pengamatan debit aliran air pada 99 sampel pelanggan dilakukan selama seminggu atau 7 hari dimulai hari Minggu tanggal 20 April 2014 sampai dengan Sabtu 26 April 2014, dengan melakukan pencatatan debit air dalam 1 hari sebanyak 5 kali pengamatan, yaitu pada pukul 06:00, pukul 10:00, pukul 14:00, pukul 18:00 dan pukul 22:00, untuk melihat kondisi pemakaian air oleh pelanggan.

(52)

zona layanan PDAM Kecamatan Johan Pahlawan diperlihatkan pada Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pemakaian Air Rata-Rata Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan

No Lokasi Penelitian

Volume Rata-Rata Hasil Lapangan (m3/jiwa)

Volume Total (m3/Org/

hari)

Volume Total (Liter/ Org/hari) 6:00 10:00 14:00 18:00 22:00

1 Zona Layanan 1 0,027 0,027 0,025 0,025 0,025 0,130 129,759

2 Zona Layanan 2

0,021 0,019 0,021 0,019 0,019 0,099 99,000

3 Zona Layanan 3 0,022 0,017 0,017 0,018 0,018 0,092 92,000

Grafik pola pemakaian air di atas menunjukkan kondisirealpemakaian air rata-rata selama satu minggu pengamatan di lapangan zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan, dimana pemakaian air harian antara hari satu dengan hari lainnya berbeda untuk setiap lokasi pengamatan/lokasi studi. Dari grafik di atas terlihat

Grafik 4.1 Grafik Debit Air Rata-Rata Pada Zona Layanan

Gambar

Tabel 2.2Kebutuhan Air Non Domestik
Tabel 2.3Tabel
Tabel 2.4Matriks Target
Grafik  kondisi tekanan real
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang analisis jaringan distribusi pada PDAM Tirta Raharja untuk pelayanan komplek Galih Parwarti ini adalah jenis penelitian survey, karena dalam

PDAM Tirta Moedal adalah perusahaan milik Daerah yang bergerak dibidang pendistribuasian air bersih khusus wilayah Semarang. PDAM Tirta Moedal mempunyai banyak pelanggan

Dari hasil analisis penulis kinerja pelayanan petugas dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan PDAM Tirta Siak sudah baik.. Pelanggan menilai perilaku petugas PDAM dalam

Sehubungan dengan telah selesainya evaluasi dokumen kualifikasi untuk pekerjaan Pengadaan Pompa Distribusi Air Bersih Type Centrifugal Pada PDAM Tirta Randik Kabupaten Musi Banyuasin

Tidak ada ditemukan penelitian sebelumnya yang dilakukan terkait dengan kondisi sistem distribusi air bersih pada PDAM Tirta Deli Unit Tanjung Morawa, maka dari itu

Dari hasil analisis dengan menggunakan analisis realisasi kebutuhan diperoleh kebutuhan air bersih pelanggan PDAM Karanganyar untuk tahun 2016 sebesar 157,58

PENGARUH PELAYANAN PDAM TIRTA HANDAYANI PENGARUH PELAYANAN PDAM TIRTA HANDAYANI TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN

Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil analisa terhadap kinerja jaringan, serta tingkat kepuasan masyarakat terhadap sistem distribusi air bersih PDAM