• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI KONSEP SUPERVISI KLINIS doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMAHAMI KONSEP SUPERVISI KLINIS doc"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MEMAHAMI KONSEP SUPERVISI KLINIS

Oleh: Fridiyanto

A.Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam Alqur’an Surat Al-Kahfi: 71 dapat mencerminkan aktifitas seorang supervisor,

yaitu berperan mengingatkan kepada guru yang berada di bawah bimbingannya dalam meninkatkan profesionalitas.

           

    

71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.

Ayat di atas menggambarkan bahwa seorang supervisor harus menegur, mengingatkan, dan membimbing guru agar menjalankan aktifitasnya dengan profesional dan meminimalisir kesalahan.

Di sekolah beberapa aktifitas dilakukan pada saat yang sama. Aktifitas ini difokuskan pada mata pelajaran spesifik. Komunitas sekolah dipusatkan pada guru, siswa dan keterlibatan staf pada hari sekolah melakukan praktik belajar mengajar bersama.

(2)

mengerjakan sebuah pekerjaan yang luar biasa.Namun supervisi dibutuhkan untuk memperbaiki aktifitas guru. Supervisi dibutuhkan tidak hanya memperbaiki standar, tetapi juga menjamin bahwa ekspos siswa yang berdampak memperbaiki instruksi guru.

Sekolah sukses bergantung pada supervisi, sebagaimana diungkapkan Glickman bahwa supervisi adalah fungsi di sekolah yang menggambarkan perbedaan elemen keefektifan instruksional ke dalam seluruh tindakan sekolah. Keseluruhan aksi ini membutuhkan peran supervisi yang dapat mengarahkan atmosfir kolegial yang menciptakan pengelolaan yang baik dan berdampak pada instruksional guru yang baik.

Kepala sekolah sebagai fasilitator harus dilihat sebagai manajer pencerahan melalui aktifitas supervisi yang dilakukannya. Setiap sekolah menyediakan instruksi efektif untuk muridnya. Untuk menjamin hal ini maka supervisor harus bekerja dengan para guru untuk menghindari instruksional yang tidak efektif, menuju instruksional yang efektif. Agar adanya efektifitas, perbaikan dan pengembangan pembelajaran guru di kelas, maka perlu dilakukan supervisi klinis.

Supervisi klinis merupakan salah satu kerja supervisi pendidikan. Supervisi klinis dilakukan untuk perbaikan instruksional dan praktik mengajar guru yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memperbaiki kualitas guru.

(3)

supervisi klinis penting untuk di teliti dan dibahas untuk meningkatkan praktik profesional guru di Indonesia.

Makalah ini membahas konsep supervisi klinis dengan fokus diskusi, yaitu: Konsep supervisi klinis, Memformulasikan instrumen supervisi klinis, dan peran supervisor dalam supervisi klinis.

2. Fokus Diskusi

Makalah ini fokus membahas tiga topik diskusi sebagai berikut:

a. Konsep supervisi klinis

b. Merumuskan instrumen supervisi klinis.

c. Peran supervisor dalam supervisi klinis

B. Pembahasan

1. Konsep Supervisi Klinis

Konsep supervisi klinis dalam Islam dapat menggunakan konsep seperti apa yang disampaikan dalam Al Qur’an, Surat Al-Mujaadilah: 11 mengenai sopan santun dalam "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(4)

ketenangan guru dan murid yang sedang dalam menjalankan proses belajar mengajar. Supervisi klinis merupakan aktifitas langsung mengamati praktik belajar mengajar guru di dalam kelas, olehkarena itu, kegiatan supervisi klinis jangan sampai menganggu aktifitas belajar mengajar. Artinya, jangan sampai supervisor yang menjalankan tugasnya namun disisi lain hak murid untuk memperoleh ilmu, terganggu karena kehadiran supervisor di kelas. Maka supervisor harus bersikap bijak dengan tetap memberi keleluasaan dan aktifitas natural dan orisinal guru dan murid dalam belajar mengajar sebagaimana ketika tidak ada supervisor

yang melakukan observasi kelas.

Banyak defenisi supervisi klinis yang ada, semua defenisi tersebut tipenya sangat tergantung ahli yang mendefenisikannya. Karena pada dasarnya supervisi klinis diadaptasi oleh Goldheimer dari praktik kedokteran. Tidak hanya diadaptasi dalam bidang pendidikan, supervisi klinis juga digunakan dalam berbagai profesi. Berikut keragaman defenisi supervisi klinis tersebut.

“Clinical supervision is a disciplined, tutorial process, wherein principles are transformed into practical skills. With four overlapping foci: administrative, evaluative, clinical and supportive.” 1Supervisi klinis adalah disiplin, proses tutorial, dimana prinsip-prinsip ditransformasikan ke dalam praktek. Dengan empat fokus: administratif, evaluatif, klinis dan dukungan.

“Clinical supervision is that aspect of instructional supervision which draws upon data from direct firsthand observation of actual teaching, or other profesional events, and involves face-to-face and other associated interactions between the observer(s) and the person(s) observed in the course of analyzing the observed professional behaviors and activities and seeking to define and /or develop next steps toward improved performance”2. Supervisi klinis merupakan aspek supervisi yang

digambarkan dari data yang diambil langsung dari observasi mengajar aktual, atau momen profesional lainnya, dan terlibat langsung dalam interaksi antara pengamat dan yang diamati perilaku dan kegiatan profesional yang dilakukan untuk mendefenisikan atau mengembangkan tahap berikutnya menuju perbaikan kinerja.

“Supervision routines, beliefs, and practices began emerging as soon as therapists wished to train other.”3Supervisi rutin, keyakinan, dan praktik-praktik memperkokoh

sebagaimana seorang menginginkan melatih.

1Powell, D & Brodsky A dalam Addiction Messenger, “Models of Clinical Supervision” October (2005),

Volume 8, issue 8. Series 20

2 R.Goldhammer, R.H. Anderson, and R.J.Krajewski, Clinical Supervision. Special Methods for the

Supervision of Teachers (3rd. edn.), Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, (1993) hlm.4.

3G.R. Leddick, J.M. Bernard, (1980), The history of supervision: A critical review. Counselor Education and

(5)

“Clinical supervision is concerned with knowledge that directly impacts on client outcomes and may cover areas such as the counseling relationship, client welfare, clinical assessment and intervention approaches. Clinical supervision is a formal process. Which may also offer professional or discipline specific support and education. Clinical supervision may overlap with other intervention such as management and peer support,however, it is a distinct and unique process.”4

Supervisi klinis difokuskan dengan pengetahuan yang secara langsung berdampak pada outcomes klien yang mungkin meliputi area seperti hubungan konseling, penilaian klinis dan pendekatan intervensi. Supervisi klinis merupakan sebuah proses formal yang mungkin juga menawarkan profesonal atau dukungan disiplin khusus dan pendidikan. Supervisi klinis mungkin melebihi dengan intervensi seperti manajemen dan dan dukungan sejawat, bagaimana pun supervisi merupakan proses yang unik.

“Clinical supervision is an intervention that is provided by a senior member of a profession to a junior member or members of that same profession. This relationship is evaluative, extends overtime, and has the simultaneous purposes of enhancing the professional functioning of the junior member(s), monitoring the quality of professional services offered to the clients she, he or they see(s), and serving as a gatekeeper of those who are to enter the particular profession.”5 Supervisi klinis

merupakan sebuah intervensi yang dilakukan oleh anggota senior dari sebuah profesi ke anggota di profesi yang sama. Hubungan ini bersifat evaluasi, waktu yang lama, dan memiliki tujuan simultan memperkuat fungsi profesional dari anggota junior, mengawasi kualitas pelayanan profesional yang diberikan kepada klien dan berperan sebagai penjaga seorang penjaga agar sebuah profesi masuk ke khususan profesi.

“Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru. jenis supervisi ini merupakan bantuan profesional yang diberikan secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan guru tersebut dengan tujuan untuk membina guru serta meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan proses pembelajaran.”6

Berdasarkan defenisi yang dirumuskan para ahli tersebut, dapat didefenisikan bahwa supervisi klinis merupakan salah satu aktifitas supervisi yang dilakukan oleh supervisor

4 Psycheck. Responding to mental health issues within alcohol and drug treatment. Training and Clinical

Supervision Guidelines.hlm. 33. http://pb.rcpsych.org/content/24/6/216.full (diakses jam 19.30,

tanggal 18 September 2014)

5Bernard & Goodyear B (1998) dalam Gatl D.Dixon, Clinical Supervision: A Key to Treatment Success. USA:

Southern Coast Beacon,hlm.10.

6Retnowati, dkk. “Hubungan Supervisi Klinis, Pengalaman Mengajar Guru dan Iklim Organisasi dengan

Keterampilan Guru dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri Kota Salatiga.” JurnalTeknologi Pendidikan Vol 1,

(6)

untuk memperbaiki praktik para praktisi dalam menjalankan profesi. Dalam konteks pendidikan, supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai aktifitas supervisor yang dilakukan untuk mengawasi apakah guru telah merancang dan menjalankan desain instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas.

Setelah mengamati seluruh proses yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, selanjutnya supervisor memberikan kritik objektif dengan tujuan memperbaiki yang sudah dilakukan guru di kelas. Dalam dunia pendidikan, supervisi klinis dilakukan bukan untuk menghakimi guru melakukan kesalahan dalam praktik mengajar. Tetapi lebih kepada pembinaan yang mengarah pada penngkatan profesionalisme, bahkan seharusnya berdampak pada promosi karir guru, ketika guru benar-benar telah menjalankan tugas dengan baik.

Supervisi klinis dilakukan untuk mencapai keterampilan guru dalam mata pelajarannya. Olehkarena itu kepala sekolah harus memiliki konsep, dan keterampilan dalam melakukan supervisi klinis.

Tugas supervisor tidak hanya mensupervisi untuk merefleksikan praktek dan mengembangkan pemahaman, dan cara baru dalam kerja sebagai guru, tetapi supervisor juga mengajar dalam sebuah formal sense.7Kepala sekolah selaku supervisor klinis selain sebagai

penanggung jawab tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan akuntabilitas terhadap tugas-tugas tersebut. Maksudnya jika tanggungjawab merupakan usaha agar apa yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam waktu tertetntu. Maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu.8

Supervisi klinis dapat membuat bingung di ranah supervisi pendidikan. Bentuk supervisi ini sering digambarkan sebagai “klinis”. Hal ini menggambarkan atau pendekatan

7 The functions of Supervision http://infed.org/mobi/the-functions-of-supervision/ (diakses jam

13.15, tanggal 18 September 2014)

(7)

supervisi diambil dari pengalaman medis. Istilah “klinis: telah populer dalam pelatihan guru. Tahun 1973 As Cogan salah satu pelopor pendekatan klinis dalam pendidikan mengomentari terma “klinis” meliputi resistensi. Cogan menginginkan observasi langsung dalam pendekatan pendidikan.9 Pemagang bedah belajar dengan mengamati prakstisi ahli ketika bekerja, kemudian melakukan pembedahan di bawah pengawasan. Cara ini lah yang memulai mengembangkan “professional artistry” (profesionalisme) mereka.10

Tujuan utama supervisor adalah memperbaiki instruksional guru di kelas. Supervisi klinis memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki hasil. Supervisi klinis membantu mendiagnosa masalah-masalah instruksional dan memberikan informasi berharga yang dapat menyelesaikan masalah. Sebagai hasilnya guru dapat dengan jelas melihat perbedaan-perbedaan apa yang mereka kerjakan, dan apa yang mereka pikir sedang mereka kerjakan.11

Melalui supervisi klinis, dapat dikembangkan keahlian-keahlian baru dan strategi-strategi yang direplikasi sesuai kebutuhan. Hasil dari kerja supervisi klinis ini akan berdampak pada motivasi murid dalam belajar sehingga tercipta atmosfir yang menarik dalam pembelajaran.

Selain untuk memperbaiki desain instruksional, supervisi klinis juga memberi kesempatan para guru dalam promosi karirnya, karena dianggap telah menjalankan kewajibannya dengan bertanggung jawab. Dengan adanya promosi ini guru kemudian akan memotivasi diri sendiri untuk memperoleh pengembangan diri.

9Cogan, M. L. Clinical Supervision, (1973) Boston: Houghton Mifflin , hlm. 8.

10Schön, D. A. The Reflective Practitioner. How professionals think in action, (1983) London: Temple Smith.

(8)

Menurut Goldhemer, agar supervisi klinis berjalan dengan baik, supervisor harus berkeinginan bekerjasama dengan individu guru mengenai masalah di kelas atau isu-isu lain yang membuat guru butuh bantuan identifikasi. Untuk itu supervisor harus memiliki rencana yang baik, pengumpulan data dan analisis, dan didukung oleh hubungan yang baik dengan guru.12

Supervisor harus memiliki batasan, ketika menjalankan kegiatan supervisi klinis.

Supervisor harus membatasi jangan sampai guru mengekspresikan permasalahan pribadi yang emosional. Supervisor seharusnya tidak terlampau jauh masuk peran konselor. Karena dengan konseling, supervisor seharusnya tidak mengembangkan portofolio guru meliputi pembuatan kebijakan kurikulum dan implementasi. Hal ini bisa menghentikan kegiatan supervisi klinis. Fokus supervisi klinis adalah aktifitas mengajar dengan masalah-masalah yang mempengaruhi guru dalam aktifitas kelasnya.

Jika dilihat dari konsep supervisi klinis yang dikemukakan para pakar pada kenyataan penerapan dilapangan pendidikan di Indonesia khususnya dalam supervisi pendidikan masih sangat jauh dari konsep yang di inginkan. Fenomena praktik supervisi klinis yang berlangsung, supervisor masih banyak menjalankan fungsinya seperti “mandor” yang mengawasi pekerja nya. Supervisi yang dilakukan masih belum mencerminkan pembinaan terhadap guru, melainkan masih bersifat “mengawasi” dan “memerintah.”

Relasi yang dibangun supervisor dan guru yang masih bersifat top down ini membuat iklim yang kaku. Supervisor dengan segala kekuasaannya, misalnya dengan penanda tanganan RPP, guru sering membuat guru khawatir, bahkan cemas ketika supervisor

melakukan kunjungan kerjanya ke sekolah dan melakukan supervisi klinis atau pun ketika

(9)

melakukan konfrensi klinis di sekolah. Ketakutan guru salah satunya, misalnya ketika

supervisor menolak menandatangani berkas-berkas atau perangkat mengajarnya.

(10)

Dalam melakukan supervisi klinis, seorang supervisor harus benar-benar mempersiapkan tentang apa yang ingin dicapainya ketika melakukan observasi ataupun ketika melakukan konfrensi. Untuk itu, instrumen-instrumen harus dirancang dan dipersiapkan dengan baik, agar supervisi klinis yang dilakukan benar-benar dapat memperbaiki praktik mengajar guru.

Ada lima fase dalam supervisi klinis, yaitu: 1) Alasan dan tujuan observasi; 2) fokus observasi; 3) Metode dan bentuk observasi yang digunakan; 4) Waktu observasi; 5) setelah observasi.

Fase kedua pada siklus supervisi klinis adalah observasi aktual kondisi guru di kelas. Dalam proses ini data dikumpulkan berdasarkan pengamatan. Ketika data dikumpulkan, juga dilakukan analisis dan interpretasi data. Pada tahap ketiga memutuskan pendekatan apa yang digunakan pada fase empat. Pada fase empat fokus pada hasil observasi dan merumuskan rencana-rencana yang dianggap dapat meningkatkan perbaikan instruksi guru. pada tahap ini, guru dilaih untuk mensupervisi sendiri teknik-teknik.13

Pada tahap siklus akhir, setelah pertemuan maka dilakukan kritik. Antara supervisor

dan guru menganalisa fase-fase supervisi klinis, dan membuat pengaturan dimana yang dibutuhkan, sebelum siklus baru dimulai.

Strategi menganalisa dan mengevaluasi pengajaran efektif, meliputi: (1) desain pembelajaran dan pengembangan; (2) strategi alternatif untuk konsep mengajar; (3) strategi alternatif untu generalisasi mengajar; (4) strategi alternatif pemecahan masalah; (5) analisis dan evaluasi keefektifan mengajar melalui micro teaching rencana pembelajaran; (6)

(11)

pemeringkatan skala pengembangan kinerja untuk evaluasi tugas produk; (7) analisis dan evaluasi pengalaman klinis mengajar.14

Sementara Goldheimer merumuskan lima tahap metode supervisi klinis, sebagai berikut:

1. Tahap I Sebelum konfrensi: (a) merumuskan laporan; (b) menjelaskan siklus supervisi (c) mendiskuskan informasi rencana pembelajaran; (d) mendiskusikan orientasi kelas dan murid.

2. Tahap II Observasi: (a) mencatat dengan jelas tentang apa yang diajarkan; (b) mengambil catatan atau data sebagaimana yang dibutuhkan instrumen observasi.

3. Tahap III Analisis dan Strategi: (a) mereview catatan dengan menghargai observasi dan sebelum observasi konfrensi; (b) mempersiapkan dan menggunakan catatan untuk umpan balik setelah konfrensi observasi; (c) mencari pola signifikan guru dan peristiwa kritis; (d) memutuskan item untuk didiskusikan pada pasca observasi; (e) menyelenggarakan konfrensi.

4. Tahap IV Pasca Konfrensi Observasi: (a) dengan singkat membahas informasi sebelum konfrensi observasi; (b) menggunakan keseimbangan umpan balik positif dan negatif; (c) merencanakan observasi selanjutnya, mengidentifikasi perbaikan.

5. Tahap V: (a) mengevaluasi kekuatan dan kelemahan konfrensi; (b) menilai pada total siklus supervisi.15

14 D.McHaney, H. Jane,D William Impey, Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using

a Clinical Supervision Model.(1992) Paper presented at the Annual Meeting o the Mis-South Educational Research Association (21st. Knoxville, November 11-13 hlm.1

15McHaney, Jane H., Impey, William D. Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using

(12)

Dalam melakukan konfrensi, supervisor harus memperhatikan poin-poin panduan konfrensi berikut:

1. Rencanakan dan jadwalkan konfrensi dengan ketersediaan waktu yang cukup

2. Menyelenggarakan konfrensi pada tempat yang nyaman.

3. Menjamin adanya umpan balik berbentuk lisan maupun tulisan.

4. Spesifik pada apa yang diamati pada saat observasi dan apa yang perlu dilakukan.

5. Nyatakan apa yang telah dijalankan dengan baik dan apa yang harus diperbaiki.

6. Gunakan catatan.

7. Gunakan guru untuk diikuti dengan mudah (misalnya, manajemen dan instruksional).

8. Komentar kritis dan diakhiri dengan catatan positif.

9. Fokus pada perilaku siswa untuk memperlihatkan mengapa perilaku guru harus berubah.

10. Gunakan pendekatan pemecahan masalah untuk masalah-masalah di kelas (contoh: apa yang anda pikirkan yang akan anda lakukan pada situasi ini?)

11. Berikan alasan rasional sebagai arahan.

12. Tanyakan sebuah pertanyaan yang membantu guru untuk merefleksikan pengajaran.

13. Dengarkan dengan baik.

14. Berhati-hati dengan bahasa non verbal.16

16McHaney, Jane H., Impey, William D. Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using

(13)

Selanjutnya dalam bertanya pada konfrensi sebelum observasi, supervisor memperhatikan pola-pola pertanyaan berikut.

1. Apa tujuan pembelajaran anda?

2. Apa objektif pembelajaran anda?

3. Apa karakteristik murid?

4. Apa strategi yang akan anda gunakan?

5. Apa yang anda rasakan kelemahan dan kekuatan anda dalam pembelajaran?

6. Metode mengajar apa yang akan anda gunakan untuk mencapai tujuan anda?

7. Apa ada perilaku guru yang anda ingin saya observasi? 17

Sedangkan pertanyaan yang dilakukan setelah konfrensi dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Apakah pelajaran berlangsung sebagaimana yang anda harapkan?

2. Bagian pelajaran yang mana yang tidak berjalan dengan baik?

3. Bagaimana anda memantau perkembangan siswa selama pembelajaran?

4. Jika anda mengajarkan pelajaran lagi, apa strategi mengajar yang akan anda rubah dan modifikasi?

5. Teknik mengajar jenis apa yang anda gunakan untuk melibatkan seluruh murid?

6. Komponen spesial gaya mengajar anda yang mana yang mendapat penekanan selama pembelajaran?

(14)

7. Bagaimana anda memperdalam metode mengajar dan materi yang digunakan dalam pelajaran untuk memperkuat pembelajaran siswa?

8. Ketetapan apa yang anda buat untuk murid yang mungkin membutuhkan bantuan atau pengayaan aktifitas pada saat pembelajaran?

Instrumen yang dipersiapkan supervisor harus sangat detail dan tidak meluas atau keluar dari target atau kasus-kasus praktik mengajar yang ingin diselesaikan oleh supervisor.

Format instrumen supervisi klinis dapat dilihat di lampiran makalah ini.

3. Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis

Supervisor adalah seorang pemimpin yang memonitoring pekerjaan guru-guru yang berada dalam pengawasannya. Setelah mengamati praktik profesional guru, selanjutnya

supervisor berkewajiban menganalisis dan mengevaluasi dari apa yang telah langsung dilihatnya di lapangan. Hal ini sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat An-Naml: 27.

        

27. berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.

Pesan dalam Surat An-Naml: 27 tersebut, jika diaplikasikan ke supervisi klinis, yaitu seorang harus dengan objektif menyampaikan benar atau salahnya seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Supervisor pendidikan merupakan seorang pelatih yang diseleksi dan dilatih untuk bertanggung jawab terhadap semuah aktifitas supervisi. Olehkarena itu seorang supervisor

pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kinerja guru dalam menjalankan profesi pendidik.

(15)

educational progress during a traing placement or series of placements. The educational supervisor is responsible for the trainee’s educational agreement.”18

Supervisor pendidikan bertanggung jawab untuk menjamin guru dapat mengembangkan pengalaman dan kemampuannya, juga menjamin tujuan pembelajaran tercapai sebagaimana yang ditetapkan. Supervisor harus memonitor dan menilai pelatihan dan kecakapan. Untuk itu, seorang guru harus memiliki supervisor yang sama minimal setahun, agar supervisi klinis yang diprogram oleh supervisor dapat berjalan baik.19 Dalam supervisi klinis seorang supervisor harus mampu membangun kepercayaan dalam proses supervisi klinis.20

Karakter seorang supervisor klinis yang baik memiliki karakter: terbuka, jujur, tidak menghakimi, dapat didekati. Seorang supervisor berperan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan dipahami. Seorang supervisor merasa nyaman dekat dan diskusi mengenai praktik guru yang membutuhkan pengembangan dan refleksi kritis.21 Dengan melakukan supervisi klinis, supervisor bisa langsung melihat permasalahan yang dialami oleh guru sebagai praktisi. Setelah mengamati permasalahan, supervisor dapat memahami dan mengartikulasikan apa yang terjadi dan dialami oleh guru dalam menjalankan praktik profesionalnya.

Supervisor bekerjasama dengan guru dan menyediakan bantuan langsung para ahli ketika dibutuhkan agar guru dapat meningkatkan instruksional, hal ini dikenal sebagai

18https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf (diakses jam 21

tanggal 18 September 2014

19https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf (diakses jam 21

tanggal 18 September 2014)

20Ask dan Roche, 2005 dalam psycheck. Op.cit

(16)

supervisi klinis. Acheson dan Gall mendefinisikan model ini untuk mengarahkan observasi guru sebagai "the rationale and practice designed to improve the teacher’s classroom performance" yaitu rasional dan desain praktik untuk meningkatkan kinerja guru dikelas.22

Sebagai Bapak Supervisi Klinis, Cogan meyakini bahwa untuk menjalankan supervisi secara efektif, data harus dikumpulkan dari guru di kelas. dimana supervisor dan guru berkolaborasi merencanakan program-program, prosedur dan strategi membantu memperbaiki perilaku guru di kelas, khususnya teknik instruksional. Observasi langsung membuat supervisor memahami materi yang dibutuhkan dari situasi yang ada. Supervisor juga akan lebih sering terlibat dalam praktik keseharian guru.Day Edward dalam penelitiannya menampilkan peran supervisor yang diinginkan oleh guru, sebagai berikut:

Tabel. Peran Supervisor yang Diinginkan Guru

23

No Peran Supervisor yang diinginkan oleh Guru

1 Secara personal berperan untuk mendukung guru

2 Bertindak sebagai “critical friend” dalam memberikan umpan balik konstruktif 3 Berperan sebagai trainer yang memiliki wawasan dan keahlian yang baik 4 Mendedikasikan dirinya terhadap dunia pendidikan

5 Membantu mengembangkan dan memantau rencana mengajar individual guru 6 Secara rutin menilai keahlian dan penurunan yang dialami oleh guru

7 Konstruktif dan kritis menilai kerja dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru

8 Mempersiapkan waktu pekanan (mingguan) untuk komunikasi 9 Memotivasi guru dalam menjalankan aktifitasnya di sekolah 10 Memberikan kesempatan untuk konseling karir

22Annick M.Brenne. Op.cit

(17)

Dalam laporan penelitiannya Goldhamer menyarankan kepada supervisor untuk menjalankan perannya dengan memiliki kemampuan menilai perkembangan pendidikan atau kecakapan guru.

Seorang supervisor klinis berkewajiban untuk:

1. Menjamin bahwa guru sedang membutuhkan klinis dan perkembangan pendidikan.

2. Bertemu dengan guru secara teratur: a) minimal setiap tiga bulan; b) pada awal dan akhir setiap agenda klinis; c) pada pertengahan agenda klinis jika ada hal untuk dibahas setelah pertemuan atau setelah review portofolio.

3. Membantu guru untuk memformulasikan rencana pendidikannya: a) pada setiap agenda klinis; b) pada saat audit mengajar dan manajemen; c) bersamaan dengan pelengkapan kurikulum.

4. Membantu guru untuk mengembangkan tujuan pendidikannya perspektif penghargaan masa mendatang.

5. Menjamin bahwa guru sedang bekerja denga tim spesialis yang sama

6. Mereview perkembangan guru dengan: a) review portofolio; b) menjamin adanya peluang setelah adanya penilaian; c) berkomunikasi dengan konsultan yang berhubungan dengan guru bersangkutan.

7. Supervisi klinis harus memberi informasi mengenai peningkatan yang diperoleh guru.

(18)

Dari sekian banyak peran supervisor, namun pada dasarnya supervisor berperan untuk memperbaiki instruksi pengajaran guru dengan mengamati, menganalisa dan memberikan umpan balik kepada guru.24

Seorang supervisor yang efektif harus memiliki kecakapan interpersonal, kecakapan teknis, untuk kesuksesan perbaikan instruksi pembelajaran. Supervisor dapat mencapai tujuannya dengan meningkatkan kerjasama, penerimaan guru, kepercayaan. Seorang

supervisor klinis juga sebagai fasilitator yang bekerja dengan guru untuk memperbaiki instruksi pembelajaran. Hasil supervisi klinis efektif, misalnya dengan jelas menetapkan kriteria proses evaluasi dan menjamin bahwa penilaian akhir adalah yang negatif sehingga kepercayaan guru penuh.

C. Penutupan

Kesimpulan

1. Konsep supervisi klinis merupakan salah satu aktifitas supervisi yang dilakukan oleh

supervisor untuk memperbaiki praktik para praktisi di dalam menjalankan profesi. Dalam konteks pendidikan supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai aktifitas supervisor yang dilakukan untuk mengawasi apakan guru telah merancang dan menjalan desain instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas.

2. Supervisor ketika menjalankan supervisi klinis harus benar-benar bisa memetakan masalah, dan merumuskan tujuan atau menyelesaikan kasus-kasus praktik mengajar guru. untuk itu spervisor harus mempersiapkan istrumen yang berbentuk pertanyaan mengenai hal-hal yang dianggap penting untuk memperbaiki dan meningkatkan

(19)

praktik mengajar guru, ataupun dengan ceklis yang setiap itemnya merupakan cermin kinerja guru.

3. Supervisor ketika menjalankan supervisi klinis berperan sebagai pembina, pelatih, dan sebagai motivator guru untuk terus memperbaiki perangkat mengajar dan terus meningkatkan kecakapan pedagogik dan menjalankan desain instruksional di kelas dengan prinsip profesionalisme dan penuh komitmen.

DAFTAR PUSTAKA

Cogan, M. L. Clinical Supervision, Boston: Houghton Mifflin. 1973

Day, Edward, dan Brown, Nick. The Role of the Educational Supervisor: Aquestionnaire Survey. USA: The Psychiatric Bullettin.2000

(20)

the Mis-South Educational Research Association (21st. Knoxville, November 11-13: USA: Eric Digest, 1992

Leddick, G. R. & Bernard, J. M. The history of supervision: A critical review. Counselor Education and Supervision, 1980

Retnowati, dkk. Hubungan Supervisi Klinis, Pengalaman Mengajar Guru dan Iklim Organisasi dengan Keterampilan Guru dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri Kota Salatiga. (JurnalTeknologi Pendidikan Vol 1, No,2,2013 , hal 126-140)

Schön, D. A. (1983) The Reflective Practitioner. How professionals think in action, London: Temple Smith.

Website

http://infed.org/mobi/the-functions-of-supervision/ (diakses jam 13.15, tanggal 18 September 2014)

http://www.ericdigests.org/1995-1/models.htm (diakses jam 19.00, tanggal 18 September

2014)

http://pb.rcpsych.org/content/24/6/216.full (diakses jam 19.30, tanggal 18 September 2014)

https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf (diakses jam 21 tanggal 18 September 2014)

Annick M.Brenne. Clinical Supervision http://www.soencouragement.org/clinical-supervisoin-case-study.htm

http://eric.ed.gov/?id=ED354268

(21)

LAMPIRAN I: Contoh Kasus Supervisi Klinis

Masalah

Seorang guru baru, Miss Jane Brown, sedang memiliki masalah serius dengan manajemen kelasnya di Sekolah Pimento Valley Secondary. Dia baru saja tiga bulan memulai mengajar. Tugasnya adalah mengajar Integrated Science pada siswa kelas 8 dan kelas 9. Jumlah kelasnya 45 sampai 50 siswa. Daerah sekolah di daerah pinggiran kota industri. Siswa biasanya berprilaku baik. Gurunya, seorang biolog terlatih, namun tidak memiliki pendidikan formal guru.

(22)

Efek

Karena guru memiliki kesulitan mengontrol kelasnya, dia mulai datang terlambat. Murid tidak begitu memperhatikannya. Beberapa murid mengeluh karena tidak mendapatkan tugas, sementara guru yang lain mengeluh bahwa kelas yang diasuhnya selalu ribut.

Batasan Masalah

Untuk kelas ukuran besar, tidak ada sistem yang mapan yang akan membantu Miss Brown dalam mengembangkan kecakapan mengajarnya. Miss Brown juga menyadari ketidakcakapannya dalam mengajar. Dia pun mulai mengasingkan diri dari teman sejawat yang semestinya dapat memberikan dia dukungan.

Tugas

Menanyakan Miss Brown untuk membantunya mengembangkan dan memperbaiki kemampuan mengajarnya. Mendesain program supervisi klinis yang akan mencapai tujuan ini.

Pre Konfrensi

Tujuan superisi klinis Miss Brown adalah untuk memperbaiki manajemen kelasnya. Setiap penyebab ketidak efektifanyya mengajar selama observasi akan diselesaikan. Untuk memahami masalah lebih mendalam, maka perlu observasi lebih dari sekali.

Tahap Pre-Konfrensi memiliki tahapan dan batasan: (1) tujuan observasi Miss Brown; (2) fokus observasi; (3) metode dan bentuk observasi yang digunakan; (4) waktu observasi; (5) waktu paska konfrensi. Pre Konfrensi dengan Miss Brown menggunakan siklus supervisi klinis. Supervisor akan berusaha menaikkan percaya diri Miss Brown. Sebelum Pre Konfrensi dirancang, supervisor harus membatasi pendekatan supervisor yang cocok dengan level perkembangan Miss Brown, keahlian, dan komitmen. Sebuah review latar belakang Miss Brown, walaupun dia seorang biolog, sebenarnya dia tidak memiliki latar pendidikan guru. olehkarena itu dari guru lain mengindikasikan bahwa Miss Brown tidak bergabung dengan koleganya.

Bagaimanapun , beberapa murid merasakan materi yang disajikan Miss Brown sangat baik. Olehkarena itu, supervisor yang menggunakan pendekatan supervisi informal akan menghasilkan hasil terbaik selama Pre Konfrensi. Sebagaimana menurut Glickman (1998), pendekatan ini paling cocok karena keahlian, kepercayaan diri, dan kredibilitas supervisor. Supervisor dapat memperoleh lebih banyak informasi, pengalaman, dan kemampuan Miss Brown. Selama proses supervisi klinis, supervisor akan menjadi sumber informasi utama, mengartikulasikan tujuan, dan menyarankan ukuran korektif untuk diadopsi. Dengan membatasi pendekatan supervisi, supervisor sekarang siap untuk melibatkan Miss Brown dalam Pre Konfrensi.

Selama Pre Konfrensi, supervisor akan menampilkan perilaku yang diasosiasikan dengan pendektan informal. Setelah mengidentifikasi dan mempresentasikan masalah lemahnya manajemen kelas Miss Brown dan mendapatkan masukannya ke dalam situasi, supervisor membatasi observasi dibutuhkan untuk menyediakan bantuan lebih padanya. Supervisor

(23)

manajemen kelasnya. Fokus observasi pada verbal dan non verbal Miss Brown. Untuk memfasilitasi supervisor, maka perlu rekaman, supervisor merekomendasi tiga metode observasi: (1) frekusensi kategori; (2) frekuensi; (3) diagram visual; (4) rekaman video. Miss Brown dijelaskan akan menghasilkan yang terbaik, dan waktu observasi akan diselenggarakan pada hari Senin jam 08.00. pagi. Mereka juga setuju bahwa supervisor akan tiba sebelum murid sehingga supervisor dapat mengamati perilaku dan interaksi murid dan guru secara menyeluruh. Mereka menjadwal Pos Konfrensi untuk hari Rabu jam 10.00,berikut observasinya.

Observasi

Observasi Miss Brown akan membuat kesempatan bagi supervisor untuk membantu ujian dia sebenarnya. Realitas persepsinya sendiri dan penilaian mengenai mengajarnya. Acheson dan Gall (1997) setuju bahwa seleksi sebuah instrumen observasi akan membantu mempertajam pemikiran guru mengenai instruksional.

Untuk mengobservasi perilaku verbal dan non verbal Miss Brown, akan digunakan tailored observation.

LAMPIRAN II. Rencana Perbaikan Instrumen

Tanggal pasca konfrensi__________ Guru yang diobservasi_____

Waktu___________________________ Guru pendukung _________

Tujuan :

(24)

Sumber yang dibutuhkan:

Waktu untuk Pre Konfrensi berikutnya:

Lampiran 3. Laporan Perkembangan (Naratif)

Pelajaran :

Waktu :

Tanggal :

(25)

B. Implementasi pembelajaran:

C. Manajemen kelas:

D. Perilaku Profesional dan personal:

Peringkat keseluruhan:_______memuaskan________tidak memuaskan

Guru_______________ Tanggal_______________

Supervisor_________ Tanggal_______________

Lampiran IV. Laporan Kemajuan (Peringkat)

Tanggal :

Waktu :

Pelajaran :

S= Satisfactory NI= Needs Improvement NA= Not Applicable

A. Rencana pembelajaran (tertulis)

(26)

2._____prosedur mengajar

3._____aktifitas mengajar

4._____evaluasi

5._____materi

6._____individualisme

Komentar:

B. Implementasi

1.____komunikasi tujuan

2.____teladan

3.____organisasi

4.____metode

5.____keefektifan perkembagan siswa

6.____bantuan mengajar

7.____responsif terhadap siswa

8.____disiplin

(27)

Komentar

C. Penampilan profesional dan personal

1. ____penampilan

2. ____suara

3. ____kontrol diri

4. ____fleksibilitas

5. ____antusiasme

6. ____ketepatan waktu

7. ____kemandirian

8. ____tanggung jawab

9. ____kerapian

10. Keterbukaan terhadap umpan balik

11. hubungan interpersonal dengan teman sejawat

12. Inisiatif

Komentar

Guru__________________ Tanggal_________________

(28)

Lampiran 5: Review Kinerja Konfrensi (form pasca konfrensi)

Form ini dirancang untuk menilai keahlian konfrensi. Peringkat diri anda pada setiap item dibawah dengan melingkari nomor dari skala 5 terendah dan 1 tertinggi.

Low 5 4 3 2 1 Tinggi

No Aktifitas Peringkat

(29)

melakukan:

a. Membuat guru merasa nyaman b. Berkomunikasi dengan jelas

c. Berkomunikasi konstruktif kritis dengan efektif

d. Mendengarkan dengan hati-hati tentang apa yang guru katakan

5 4 3 2 1

2 Mempersiapkan konfrensi, saya melakukan:

a. Mengorganisasi informasi dan dokumentasi b. Menulis saran atau ide untuk guru

c. Memiliki sumber untuk digunakan

d. Mengidentifikasi tujuan saya menyelenggarakan konfrensi

e. Mengatur waktu konfrensi dengan bijak

f. Mengarahkan konfrensi dalam suasana yang teratur

5 4 3 2 1

3 Dalam menguji keahlian saya dalam melengkapi konfrensi, saya melakukan:

a. Mereview capaian tujuan saya

b. Menyediakan waktu untuk menulis apa yang terjadi

c. Memikirkan kembali saran, ide, yang diberikan kepada guru

(30)

Gambar

Tabel. Peran Supervisor yang Diinginkan Guru23

Referensi

Dokumen terkait

Landasan latar belakang dan ketiga rumusan masalah tersebut diatas, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk memahami mekanisme BASYARNAS dalam perspektif

Makna realita disini, mereka (pemerintah RI) ingin supaya kamu menjadi Pancasilais sebagaimana mereka menjadi Pancasilais lalu kamu menjadi sama (dengan

setiap tes matematika yang dikerjakan oleh user. Struktur dari tabel nilai dapat dilihat pada gambar 3.6. Tabel 3.6

Dalam merencanakan struktur gedung yang berada di wilayah yang terdapat intensitas gempa, sebaiknya menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan

Jadi kesimpulannya manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem dalam mengatur sumber daya manusia yang merujuk kepada bakat manusia secara efektif untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas pembentukan biogas ditentukan oleh jenis bahan dan konsentrasi biostarter, penggunaan kotoran sapi sebagai biostarter

Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan diri dengan motivasi untuk sembuh dari kecanduan pada penyalahguna narkoba terinfeksi hepatitis

Lalu saat mereka mendapati diriku tengah berdiri di depan jendela kamar dengan tatapan yang mengarah pada mereka, mereka semakin keras saja mencemooh dan memperolokku.. Aku