• Tidak ada hasil yang ditemukan

Franchising dan Pemasaran Langsung dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Franchising dan Pemasaran Langsung dan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

Makalah Kewirausahaan

“Waralaba/Franchising Langsung dan Rencana Bisnis”

Dosen Pengampu: Sri Rahma

Kelompok 5:

Ayu Triana

Muhammad Ridho

Nuraini

Ria Karmila

Witri Afrilian

PROGRAM STUDI BAHASA & SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ADAB & HUMANIORA

(2)

2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. Puji dan

syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan

dan kesehatan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Waralaba/Franchising Pemasaran Langsung dan Rencana Bisnis”. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan.

Dalam penulisan makalah ini kami menerima banyak bantuan dan saran dari

berbagai pihak. Sebagai rasa hormat kami ingin mengucapkan terimakasih kepada

ibu Sri Rahma sebagai dosen pengampu dan kepada kelompok lain sebagai

motivator bagi kami untuk membuat makalah ini lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan yang membutuhkan.

Jambi, April 2016

(3)

3

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

A. Pengertian Waralaba ... 4

B. Sejarah Waralaba ... 5

C. Keuntungan dari Fracnhise (Waralaba) ... 6

D. Risiko Investasi dalam Waralaba ... 7

E. Kesepekatan Kerjasama dalam Waralaba ... 8

F. Kategori/Penggolongan Franchise ... 9

G. Pengertian Pemasaran langsung ... 10

H. Peran Pemasaran Langsung... 11

I. Bentuk-Bentuk Pemasaran Langsung ... 11

J. Resiko dalam Pemasaran Langsung ... 13

K. Pengertian Rencana Bisnis ... 14

L. Pentingnya Menyusun Rencana Bisnis/Usaha ... 15

M. Pokok-pokok Pikiran Rencana Bisnis ... 16

BAB III PENUTUP ... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas akan kegiatan ekonomi. Apalagi pada saat era globalisasi saat ini, jika

seorang wirausahawan ingin bersaing dengan dunia luar sekalipun kita harus

pandai menggunakan strategi pemasaran yang baik dan juga perencanaan yang

baik pula. Agar nantinya kita dapat bersaing dengan yang lainnya dan juga untuk

mendapatkan keuntungan yang besar pula.

Dengan demikian seorang wirausahawan dalam pengembangan bisnis pada

umumnya adalah sebagai pemilik ide usaha ( proses kreatif ) dan menerjemahkan

ide – ide usaha tersebut menjadi suatu kenyataan ( proses inovasi ) dan sekaligus menunjang perkembangan ekonomi suatu negara. Banyak cara untuk menjadi

wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis

yang sudah jadi. Sistem membeli sistem bisnis yang sudah ada inilah yang disebut

dengan waralaba/ franchise. Setiap sistem bisnis memiliki kekuatan dan

kelemahan, namun jika dilakukan dengan benar apapun sistemnya akan

menghasilkan kemakmuran serta kesuksesan.

Membeli sistem bisnis yang sudah jadi mempunyai kelebihan bahwa sistem

bisnis sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal menjalankan saja di

dalam sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar sudah ada, sehingga

pemilik bisnis baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya.

Kelemahannya adalah pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan

usahanya, karenasemuanya tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya.

Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan ( franchisor )

memberi hak pada pihak independen ( franchisee ) untuk menjual produk atau jasa

(5)

5

Perencanaan bisnis bisa dilakukan diterapkan setelah menentukan sistem

pemasaran yang akan digunakan. Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk

mempertajam rencana rencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan

bisnis ini dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, arah dan tujuan perusahaan,

dan cara mencapai sasaran yang ingin dicapai.

Di dalam perencanaan bisnis perlu dilakukan analisis kelayakan Usaha, hal ini

dikarenakan aspek utama dalam melakukan usaha pertama kali faktor kelayakan

perlu diperhatikan dan merupakan hal yang cukup penting. Perencanaan bisnis

diperlukan oleh pihak-pihak tertentu sebagai bahan masukan utama dalam rangka

pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak laporan

tadi sesuai dengan kepentingannya.

Dalam memulai bisnis, seperti kita ketahui, perlu ada perencanaan yang

matang. Sebelum mulai menyusun rencana bisnis, kita perlu mengetahui

informasi-informasi yang berhubungan. Hal ini penting, karena dalam

menjalankan bisnis, kita harus punya panduan. Apalagi jika kedepannya kita akan

berhubungan dengan banyak pihak lain, misalnya investor atau pihak bank.

Semua hal yang kita lakukan dan presentasikan di depan para investor haruslah

mengacu pada panduan tersebut. Rencana bisnis inilah kunci keberhasilan

komunikasi kita dengan investor. Sebagai alat komunikasi, rencana bisnis

menentukan apakah usaha kita layak atau tidak layak didukung.

Jadi sistem pemasaran yang akan kita pilih sangat berkaitan dengan

perncanaan bisnis yang akan kita buat juga intinya antara keduanya saling

berkaitan. Dan semua itu faktor penting yang menentukan berhasil atau tidaknya

usaha seorang wirausahawan.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Waralaba (Fracnhising/Franchise)?

2. Bagaimana Sejarah waralaba?

3. Apa saja keuntungan dari waralaba?

(6)

6

5. Bagaimana kesepakatan kerja sama dalam waralaba?

6. Apa saja kategori atau penggolongan waralaba?

7. Apa pengertian pemasaran langsung?

8. Apa saja peran pemasaran langsung?

9. Apa saja bentuk pemasaran langsung?

10.Apa saja risiko dalam pemasaran langsung?

11.Apa pengertian dari rencana bisnis?

12.Apa pentingnya menyusun rencana bisnis/usaha?

13.Pokok-Pokok Pikiran Perencanaan Usaha?

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian waralaba.

2. Untuk mengetahui sejarah waralaba.

3. Untuk mengetahui keuntungan dari waralaba.

4. Untuk mengetahui risiko dalam waralaba.

5. Untuk mengetahui bagaimana kesepakatan kerja sama dalam waralaba.

6. Untuk mengetahui kategori-kategori dalam waralaba.

7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemasaran langsung.

8. Untuk mengetahui peran pemasaran langsung.

9. Untuk mengetahui bentuk pemasaran langsung.

10.Untuk mengetahui risiko dalam pemasaran langsung.

11.Untuk mengetahui pengertian dari rencana bisnis.

12.Untuk mengetahui fungsi dari menyusun rencana bisnis.

(7)

7 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waralaba (Franchise)

Kata Franchise berasal dari bahasa Perancis yaitu affranchir yang berarti to

free yang artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung

makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi

kepada orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu.1

Adapun pengertian waralaba dari beberapa tokoh ialah sebagai berikut:

a. David J. Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah system

pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil

(franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap

akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah

asistensi franchisor.

b. Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise didefinisikan sebagai

sebuah kontak atas barang yang dimiliki oleh seseorang (franchisor)

seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk

menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan

teritori yang disepakati.

c. Munir Fuady mengakatan bahwa Franchise atau yang sering disebut

Waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di bidang bisnis antara 2

(dua) atau lebih perusahaan, dimana salah satu pihak akan bertindak

sebagai Franchisor dan yang lain sebagai Franchisee. Dimana di

dalamnya diatur bahwa pihak-pihak franchisor sebagai pemilik suatu

merek Know-How terkenal, memberikan hak kepada franchisee untuk

melakukan kegiatan bisnis dari/ atau atas suatu produk barang atau jasa,

berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan, diuji

keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar

1 Ridwan Khairandy,

(8)

8

hubungan yang ekslusif maupun nonekslusif, dan sebaliknya suatu

imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan

hal itu.2

Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan

franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise,

dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada

bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah

merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik

(franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari

sumber dananya sendiri.

Sedangkan menurut British Franchise Association sebagai garansi lisensi

kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:

 Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki

oleh franchisor.

 Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode perjanjian.

 Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subjek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan

terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf,

merchandising, manajemen atau yang lainnya.

 Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama waralaba untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti

untuk produk atau service yang disediakan oleh franchisor kepada

franchisee.

B. Sejarah Waralaba

2

(9)

9 Waralaba atau Franchise dimulai oleh perusahaan mesin jahit ‘Singer’ di

Amerika pada tahun 1850-an. Saat itu, Singer membangun jaringan distribusi

hampir di seluruh daratan Amerika untuk menjual produknya. Selain menjual

mesin jahit, para distributor nya juga menjual suku cadang dan memberikan

pelayanan perbaikan dan perawatan pada konsumen.3 Cara ini kemudian banyak

diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain seperti minuman bahkan makanan cepat

saji.

Waralaba sendiri mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970-an, dengan

mulai masuknya franchise luar negeri seperti Kentucky Fried Chicken (KFC),

Swensen, Shakey Pisa, kemudian Burger King dan Seven Eleven.4

Istilah franchise selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat,

khusunya masyarakat bisnis Indonesia, istilah ini kemudian diindonesiakan

dengan istilah Waralaba yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga

Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM). Waralaba sendiri berasal

dari kata Wara yang berarti lebih atau istimewa dan Laba yang memiliki arti

untung. Maka dapat disimpulkan bahwa waralaba berarti usaha yang memberikan

laba/untung lebih/istimewa.5

Adapun asosiasi resmi yang diakui pemerintah dalam bidang waralaba ialah

Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) yang merupakan anggota dari International

Franchise Asocistion (IFA).

C. Keuntungan dari Franchise (Waralaba)

Keuntungan utama dari waralaba ialah wiraswastawan tidak perlu pusing

dengan hal-hal yang berkaitan dengan memulai usaha baru. Pemberi franchise

(Franchisor) akan memberikan rencana bisnis dengan arah yang jelas.

3

Deden Setiawan, Franchise Guide Series – Ritel, Dian Rakyat, 2007, hlm. 13

4

Nurin Dewi Arifiah, Pelaksanaan Perjanjian Bisnis Waralaba Serta Perlindungan Hukumnya bagi Para Pihak (Studi di Apotek K-24 di Semarang), Universitas Dipenegoro, 2008, hlm. 25

5

(10)

10

Penerima franchise diberikan nasihat atau sebuah lokasi usaha yang telah

ditetapkan. Dalam franchise eceran, seperti Mc Donald, analisis lokasi dilakukan

untuk menjamin bahwa bisnis akan mencapai tujuan yang ditetapkan. Penilaian

keadaan lalu lintas, demografi, pertumbuhan bisnis di suatu daerah, persaingan,

dan lain-lain merupakan bagian integral dari keputusan di mana akan

menempatkan usaha. Sering franchise melibatkan nama yang telah mapan yang

akan memberikan pengakuan langsung dari penerima franchise di pasar. Hal ini

tidak menjamin keberhasilan, tetapi memberi dorongan untuk memulai usaha

dengan citra positif.6

Keuntungan lainnya ialah, pemberi usaha (Franchisor) dapat memperluas

usahanya dengan cepat dan praktis tanpa meminjam atau menanggung resiko

financial.

Masing-masing penerima franchise individu tidak akan mampu memasang

iklan secara luas. Akan tetapi, dengan pengabungan (pooling) di mana kontribusi

diberikan oleh tiap-tiap penerima hak berdasarkan volume penjualan, organisasi

keseluruhan bisa mengadakan periklanan besar-besaran untuk memperkuat nama

franchise. Penerima franchise individu kemudian bisa melakukan promosi di

daerah mereka sesuai persetujuan yang ada.7

D. Risiko Inverstasi dalam Waralaba

Usaha franchising melibatkan banyak risiko yang harus diketahui oleh para

wiraswastawan sebelum memulai melaksanakan usaha waralaba. Tentunya kita

mendengar banyak pemakai franchise yang membuka usaha waralaba sukses

namun hal itu tidak menjamin semuanya mengalami hal yang sama.

Usaha ini membutuhkan kerja keras karena keputusan usaha seperti penarikan

tenaga kerja, penjadwalan dan sebagainya menjadi tanggung jawab pemakai

franchise.

Berikut adalah beberapa cara untuk meminimalisasi resiko kegagalan tersebut:

6

Moerdiyanto, Diktat Kuliah Menejemen Pemasaran, Universitas Negeri Yogyakarta, 2009, hlm. 18

7

(11)

11  Melakukan evaluasi diri. Wiraswastawan harus mengevaluasi diri

apakah cocok untuk memasuki usaha franchising.

 Meneliti Franchise. Wiraswastawan yang akan melakukan franchising

harus meneliti dan memilih franchising dibidang manakah yang cocok

dan sanggup untuk dia jalani.

E. Kesepakatan Kerjasama dalam Waralaba

Dalam perjanjian waralaba harus mempunyai syarat-syarat sebagain berikut:

1. Kesepakatan kerjasama sebaiknya tertuang dalam suatu perjanjian

waralaba yang disahkan secara hukum.

2. Kesepakatan kerjasama ini menjelaskan secara rinci segala hak, kewajiban

dan tugas dari franchisor dan franchise.

3. Masing-masing pihak yang bersepakat sangat dianjurkan, bahkan di

beberapa negara menjadi syarat, untuk mendapatkan nasihat dari ahli

hukum yang kompeten, mengenai isi dari perjanjian tersebut dan dengan

waktu yang dianggap cukup untuk memahaminya.

4. Tiga prinsip dari suatu perjanjian waralaba:

a. Harus jujur dan jelas.

b. Tiap pasal dalam perjanjian harus adil.

c. Isi dari perjanjian dapat dipaksakan berdasarkan hukum.

Secara garis besar pada umumnya perjanjian waralaba memuat sebagai

berikut:

a. Hak yang diberikan oleh franchisor pada franchise. Hak yang

diberikan meliputi antara lain penggunaan metode atau resep khusus,

penggunaan merek atau nama dagang, jangka waktu hak tersebut dan

perpanjangannya, wilayah kegiatan dan hak yang lain sehubungan

dengan pembelian kebutuhan operasi bila ada.

b. Kewajiban dari franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan

kegiatan yang dilakukan oleh franchisor pada saat franchisee memulai

usaha maupun selama menjadi anggota dari system waralaba.

c. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak franchisee kepada

(12)

12

tersebut dan ingin menjualnya kepada pihak lain maka suatu tata cara

perlu disepakati sebelumnya.

d. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari

masing-masing pihak.

F. Kategori/Penggolongan Franchise

Pada umumnya, waralaba dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut8:

a. Distributorships (Product Franchise)

Dalam waralaba ini, franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk

menjual barang-barang hasil produksinya. Pemberian lisensi ini bersifat ekslusif

ataupun nonekslusif. Seringkali terjadi franchisee diberi hak ekslusif untuk

memasarkan di suatu wilayah tertentu.

b. Chain Style Business

Jenis waralaba inilah yang paling dikenali masyarakat. Dalam jenis

ini, franchisee mengoperasikan suatu kegiatan bisnis dengan memakai

nama franchisor. Sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor,

maka franchisee harus mengikuti metode-metode standar pengoperasian dan

berada di bawah pengawasan franchisor dalam hal bahan-bahan yang digunakan,

pilihan tempat usaha, desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para

karyawan dan lain-lain.

c. Manifacturing atau Processing Plants

Dalam waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan-bahan serta tata

cara pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula-formula

rahasianya. Franchisee memproduksi, kemudian memasarkan barang-barang itu

sesuai standar yang telah ditetapkan franchisor.

8

Adityo Ariwibowo, Sekilas Tentang Franchise (Waralaba),

(13)

13

Berdasarkan jumlah usaha yang berhak dimiliki franchisee, ada beberapa

format waralaba, yaitu sebagai berikut:9

a. Single Unit Franchise

Format ini adalah format yang paling sederhana dan paling banyak digunakan

karena kemudahannya. Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk

menjalankan usaha atas nama usahanya serta dengan panduan prosedur yang telah

ditetapkan sebelumnya.Franchisee hanya diperkenankan untuk menjalankan

usahanya pada sebuah cabang atau unit yang telah disepakati.

b. Area Franchise

Dada format ini, franchisee memperoleh hak untuk menjalankan usahanya

dalam sebuah wialayah tertentu, misalkan pada sebuah provinsi atau kota, dengan

jumlah unit usaha/ cabang yang lebih dari satu.

c. Master franchise

Format master franchise memberikan hak kepada franchisee untuk

menjalankan usahanya di sebuah wilayah atau sebuah Negara dan bukan hanya

membuka usaha. Franchisee dapat menjual lisensi kepada sub-franchisee dengan

ketentuan yang telah disepakati.

G. Pengertian Pemasaran Langsung

Adapun beberapa definisi dari pemasaran langsung (Direct Marketing)

menurut beberapa ahli ialah sebagai berikut10:

a. Blech, dikutip oleh Kennedy memberikan definisi tentang pemasaran

langsung, yaitu “Direct marketing is a system of marketing by which

9

M. Mandelson, Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan Franchisee, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1997, hlm. 18

10Hendra Nugraha, “Pe asara La gsu g Direct Marketi g ”,

(14)

14

organization communicate directly with the target consumer to generate a

response or transaction.”

b. Sedangkan menurut Saladin pemasaran langsung adalah system pemasaran

yang melalui sebuah media iklan atau lebih guna mendapatkan respons

dan atau transaksi yang bisa diukur di suatu lokasi.

Sedangkan Pemasaran langsung (direct marketing) menurut Principles of

Marketing (Kotler – Gary Armstrong. 1996: 53) adalah pemasaran yang menggunakan berbagai media iklan untuk berinteraksi langsung dengan

konsumen, biasanya menelepon konsumen untuk mendapat respons langsung.11

Pemasaran langsung menurut Direct Marketing menurut Principle of

Advertising & IMC (Duncan 2002 : 573 ) adalah Ketika Perusahaan ingin

menjalin komunikasi langsung dengan pelanggan, mereka mengguanakan strategi

komunikasi langsung dimana lebih bisa berinteraksi, database yang memicu

proses komunikasi pemasaran menggunakan media untuk mendorong respon

pelanggan.12

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran

langsung ialah bentuk dari pemasaran yang menggunakan media iklan atau

promosi untuk mendapatkan respon atau transaksi yang dapat diukur.

H. Peran Pemasaran Langsung

Peran dari pemasaran langsung atau direct marketing adalah dapat

terbangunnya hubungan antara konsumen dan penjual atau produsen. Direct

marketing adalah sebuah strategi yang digunakan untuk membentuk dan

meneruskan personal dan penengah dialog dengan konsumen.13

I. Bentuk-bentuk Pemasaran Langsung

11

Dwi Hendra Kusuma, Direct Marketing,

https://www.academia.edu/7579667/Direct_Marketing , diakses pada tanggal 4 April 2016 pukul 20:15 WIB

12 ibid 13

(15)

15

Bentuk-bentuk pemasaran langsung yaitu14:

a. Penjualan Tatap Muka.

Yaitu penjualan dengan langsung bertemu dengan calon pembeli. Ini bisa

dilakukan untuk individu tunggal atau kelompok. Ada sejumlah produk dan jasa

yang dikenal sangat intensif dalam menggunakan pendekatan ini, di antaranya

adalah: penjualan oleh agen asuransi, saham dan sejumlah produk yang di kenal

dipasarkan secara MLM. Selain itu banyak juga produk lain yang dipasrakan

dalam format tatap langsung dengan mengelar demo penggunaan, misalnya

seperti produk kompor atau produk-produk home appliance lainnya.

b. Pemasaran Direct Mail.

Direct marketing juga bisa dilakukan melalui email, dan karenanya sering

disebut direct mail, yaitu berupa pengiriman penawaran kepada individu-individu

baik melalui surat konvensional maupun elektronik. Untuk pengiriman surat

konvensioanal, pemilik brand atau pemasar seringkali bekerjasama dengan kantor

pos, DHL atau TIKI-JNE. Bisa juga dilakukan melalui Fax atau varian-varian

teknologi baru seperti voice mail.

c. Telemarketing.

Yang berikutnya dan cukup nge-trend adalah telemarketing di mana ini

menjadi saluran favorite pemasaran langsung untuk menawarkan barang atau jasa

pada target pelanggan, baik itu yang murni digawangi oleh pemasar maupun yang

sudah diotomatisasi.

d. Pemasaran Melalui Katalog.

Pemasaran melalui catalog sangat sering kita jumpai sehari-hari. Mulai dari

produk kosmetik hingga peralatan dapur. Produsen atau penjual menawarkan dan

memaparkan barang nya melalui catalog yang biasanya terbit sekali sebulan.

14

(16)

16

e. Saluran Online.

Ada lagi saluran pemasaran online di mana para pemasar menjalankan

kegiatan pemasaran langsungnya secara online, baik itu dalam format etalasi,

iklan yang didesain untuk penawaran langsung, maupun penetrasi di group-group

atau social media. Ke depan, situasinya mungkin lebih berkembang lagi.

J. Resiko dalam Pemasaran Langsung

Direct marketing merupakan system pemasaran yang bersifat sangat interaktif

dan terukur. Tujuan dari komunikasi dari pemasaran langsung yaitu unutk

memperoleh tanggapan atau respon dari konsumen yang bersangkutan. Dari

respon yang didapat, pemasar bisa mengukur potensi pembelian yang diharapkan

dan melakukan treatment sebagaimana situasi dan kondusi yang berkembang.

Pada ujungnya akan terjadi transaksi pembelian.

Teknik pemasaran ini dalam perkembangannya menarik minat banyak

produsen dan pemasar untuk menekuninya. Alasannya sangat logis. Faktor-faktor

seperti kesibukan, macetnya jalanan dan termasuk panjangnya antrian di

pusat-pusat perbelanjaan pada momen-momen tertentu menjadi pintu masuk yang

terbuka untuk menawarkan solusi pada mereka. Penjualan langsung yang tidak

merepotkan. Dari hal-hal itu, sudah ada beberapa keuntungan yang bisa

didapatkan para pelanggan, di antaranya adalah hemat waktu dan hemat biaya.

Bagi pemasar, adalah untuk selektif dan mengasah intuisi mereka yang dalam

hal lain tentunya didukung observasi dan data-data dalam memilih calon pembeli.

Obyektifnya adalah untuk mendapatkan pelanggan baru yang kemudian terus

awet menjalin relasi jangka panjang.

Bagi direktur dan manajer pemasaran ini adalah tanggung jawab tersendiri

untuk membekali pemasar-pemasar dengan kemampuan pemasaran yang

diperlukan. Ini penting karena salah satu constraint terbesar dalam pemasaran

(17)

17

menggangu privacy orang, atau yang tidak melakukan penawaran pada tempat

atau situasi yang tidak semestinya.

Resiko lain yang bisa berdampak lebih buruk pada brand adalah jika sampai

terjadi penipuan yang dilakukan oleh pemasar langsung. Salah satu catatan

negative dalam konteks ini adalah terjadinya eksploitasi oleh pemasar pada

pembeli implusif yang kurang mengerti nature dari produk yang ditawarkan.

Maka dari itu, sangatlah penting untuk membekali para ujung tombak pemasaran

langsung ini dengan skill-skill yang memadai, integritas dan tentunya juga

harapan akan kesejahteraan yang sesuai dengan jerih payah dan performa

mereka.15

K. Pengertian Rencana Bisnis

Rencana bisnis adalah ringkasan tertulis mengenai rencana pendirian

perusahaan atau menjalankan usaha yang berisi rincian gambaran kegiatan operasi

dan rencana keuangan, peluang dan strategi pemasaran serta kemampuan

pengelolaan. Rencana bisnis ini menguraikan arah dan tujuan perusahaan yang

ingin capai, berserta strategi mencapainya sebagai peta jalan bagi wirausahawan

menuju pembangunan bisnis yang sukses.16

Rencana usaha merupakan sesuatu yang penting bagi seorang pengusaha di

mana David H. Bangs, Jr. (1995) menyatakan bahwa seorang pengusaha yang

tidak bisa membuat perencanaan sebenarnya merencanakan kegagalan. Rencana

usaha harus dibuat tertulis sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan dan pedoman

untuk menjaga agar kegiatan bisnis terarah dan focus pada pencapaian tujuan.

Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi

yang kemudian dituangkan dalam suatu laporan secara tertulis, Manfaat yang bisa

diperoleh dari perencanaan bisnis adalah, bisa digunakan sebagai pedoman atau

15

ibid

16

Lasinrang Aditia, Analisis dan Rencana Bisnis,

(18)

18

alat untuk mengetahui apakah kegiatan bisnis yang akan dijalankan itu

memungkinkan dan memiliki kelayakan untuk dijalankan dan berapa waktu yang

dibutuhkan untuk mewujudkannya serta dapat dijadikan sebagai alat

pengawasan.17

L. Pentingnya Menyusun Rencana Bisnis/Usaha

Menurut Bygrave, (1994:115) ada beberapa alasan penting mengapa orang

harus menyusun perencanaan usaha:

1. Untuk Menunjukkan Bahwa Bisnis Ini Layak dan Menguntungkan

Perencanaan usaha akan membuat kita dapat melihat dengan jelas apakah

usaha yang dijalankan nanti memiliki keberhasilan yang tinggi dan juga harus bisa

menyakinkan orang lain tidak akan merugi bila melakukan kerjasama dengan

anda.

2. Untuk Mendapatkan Pembiayaan Bank

Dengan adanya perencanaan usaha yang jelas akan memudahkan kita untuk

mencari bantuan kerjasama dari berbagai pihak karena didalam perencanaan usaha

menunjukkan aspek keuangan,dan aspek pemasaran yang hal tersebut akan

memudahkan kita mendapat dukungan berupa pinjaman melalui bank

3. Untuk Mendapatkan Dana Investasi

Perencanaan usaha yang jelas juga memungkinkan kita untuk mendapatkan

pinjaman melalui pihak-pihak lain yang potensial yang akan mendukung

pemenuhan investasi usaha kita.

4. Untuk Mengatur Dengan Siapa Harus Bekerjasama

Mengatur dan membentuk kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain yang

sudah ada dan saling menguntungkan misalnya dari para produsen yang dapat

diharapkan memasok barang buat perusahaan kita.

17

(19)

19

5. Untuk Mendapatkan Kontrak Besar

Perencanaan yang baik menarik minat perusahaan-perusahaan yang lebih

besar memberi pekerjaan atau kontrak yang dapat dikerjakan oleh perusahaan kita

nanti.

6. Untuk Menarik Tenaga Kerja Inti

Perencanaan yang baik mengundang orang-orang tertentu yang potensial atau

mempunyai keahlian untuk bergabung bekerja sama dengan anda. Mungkin saja

anda memerlukan orangorang yang mempunyai kemampuan untuk menduduki

posisi kunci dalam perusahaan anda namun anda harus berhati-hati menerima

orang-orang tertentu yang dapat pula menjerumuskan perusahaan anda yang baru

berdiri.

7. Untuk Memotivasi Dan Fokus

Perencanaaan yang baik menjamin adanya perhatian yang fokus pada tujuan

dari berbagai personil yang ada dalam perusahaan. Sebab sebuah perusahaan akan

bertumbuh makin lama makin komplek sehingga business plan menjadi

komponen yang sangat penting bagi setiap orang untuk tetap berpijak pada arah

yang benar.

M. Pokok-Pokok Pikiran Perencanaan Usaha

Pokok-pokok pikiran perencanaan usaha meliputi:

a. Nama perusahaan

Nama yang diberikan sebaiknya jangan hanya mementingkan factor yangs

edang hangat pada saat ini melainkan lebih berorientasi ke masa depan. Canon

dan Wichert menyatakan ciri-ciri merek yang baik adalah:

 Short (Pendek)

 Simple (Sederhana

(20)

20  Easy to remember-mudah diingat.

 Pleasing when read-enak dibaca.

 No disagreeble sound-tak ada nada sumbang.

 Does not go out of date-tak ketinggalan zaman.

 Ada hubungan dengan barang dagangan.

 Bila diekspor gampang dibaca oleh orang luar negeri.

 Tidak menyinggung perasaan kelompok/orang lain atau tidak negative

 Membayangkan apa produk itu atau memberi sugesti penggunaan produk tersebut.

b. Lokasi

Ada dua hal penting menyangkut lokasi yang akan dipilih, yaitu:

 Lokasi perkantoran, disebut tempat kedudukan berarti tempat (kantor) badan usaha, biasanya mengelola perusahaan yang berada ditempat lain.

 Lokasi perusahaan, disebut tempat kediaman berarti tempat perusahaan beroperasi.

 Lokasi pertokoan

Umumnya lokasi pertokoan harus diingat bahwa konsumen untuk belanja ke

toko atau ke lokasi yang mempunyai banyak jenis dan persediaan barang

dagangan dan memiliki reputasi sebagai lokasi yang memiliki barang bermutu dan

barang bersaing.

 Lokasi pabrik/industri

Ada dua hal utama yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi

pabrik/industri yang baik, yakni:

 Backward linkage, berarti pertalian belakang, yaitu bagaimana sumber daya (resources) yang akan digunakan. Ini termasuk bahan baku,

(21)

21  Forward linkage, berarti pertalian ke depan, yaitu daerah pemasaran hasil produksi. Apakah tersedia konsumen yang cukup untuk

menyerap hasil produksi.

c. Komoditi yang akan diusahakan

Kesempatan memilih komoditi yang diusahakan dapat mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut:

 Membanjirnya permintaan masyarakat terhadap jenis-jenis hasil usaha tertentu, baik berupa barang-barang ataupun jasa.

 Teridentifikasinya kebutuhan tersembunyi masyarakat akan barang-barang atau jasa tertentu.

 Kurangnya saingan dalam bidang usaha yang ingin kita kerjakan.

 Adanya kemampuan yang meyakinkan untuk bersaing usaha dengan orang lain dalam mengembangkan suatu bidang usaha yang sama.

(Drs. Wasty Soemanto, 1992:224)

d. Konsumen yang dituju

Prospek konsumen didasarkan atas bentuk usaha dan jenis usahanya. Jika jenis

usaha berbentuk industry tentu jangkauan konsumen yang akan dituju lebih jauh

dibandingkan dengan usaha bentuk pertokoan.

e. Pasar yang akan dimasuki

Sebuah perusahaan yang akan memasuki pasar akan menempatkan

perusahaannya sebagai pemimpin pasar (market leader), penantang pasar (market

challenger), pengikut pasar (market follower), atau perelung pasar (market

nicher).

f. Partner yang akan diajak kerjasama

Partnership merupakan suatu asosiasi atau persekutuan dua orang atau lebih

untuk menjalankan suatu usaha mencari keuntungan. Ada dua macam partnership

(22)

22  General partnership, dimana semua anggota ikut secara aktif mengoperasikan bisnis sama-sama bertanggungjawab, termasuk tanggung

jawab yangb tidak terbatas terhadap utang-utang bisnis.

 Limited partnership, dimana memiliki anggota sekurang-kurangnya satu orang yang bertanggungjawab tidak terbatas dan anggota lainnya

bertanggung jawab terbatas.

g. Personil yang dipercaya untuk menjalankan perusahaan

Memilih personil yang dipercaya menyangkut masalah karakter, kejujuran,

dan kemampuan seseorang.

h. Jumlah modal yang diharapkan dan yang tersedia

Jika modal sangat kecil dapat dilakukan kerjasama dengan partner, yang

masing-masing menyetorkan modalnya. Semua sumberdan kemampuan

pengumpulan modal ini harus ditulis. Modal juga bisa didapat dari tabungan,

menjual harta, atau pinjaman dari orangtua dan family maupun pinjaman dari

(23)

23

Daftar Pustaka

Khairandy, Ridwan, 2000. Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi.

Pusat studi hukum UII Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan Klinik

Haki. Jakarta

Fuady, Munir, 2005, Pengantar Hukum Bisnis. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Setiawan, Dede, 2007. Franchise Guide Series Ritel. Dian Rakyat.

Arifiah, Nurin Dewi, 2008. Pelaksanaan Perjanjian Bisnis Waralaba Serta

Perlindungan Hukumnya bagi Para Pihak (Studi di Apotek K-24 di

Semarang). Universitas Dipenegor. Semarang

Azhar, Tengku Keizerina Devi, 2005. Perlindungan Hukum dalam Franchise.

Moerdiyanto, 2009. Diktat Kuliah Menejemen Pemasaran. Universitas Negeri

Yogyakarta. Yogyakarta

Madelson, M, 1997. Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan

Franchisee. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Ariwibowo, Adityo. Sekilah Tentang Franchise (Waralaba)

https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/02/05/551/ diakses pada

Minggu, 03 April 2016 pukul 19:50 WIB

Nugraha, Hendra. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

http://zndrapromotion.blogspot.co.id/2011/06/pemasaran-langsung-direct-marketing.html diakses pada Senin, 04 April 2016 pukul 19:41 WIB

Kusuma, Dwi Hendar. Direct Marketing

https://www.academia.edu/7579667/Direct_Marketing diakses pada Senin,

(24)

24

Aditia, Lasinrang. Analisis dan Rencana Bisnis

https://www.academia.edu/16148704/MAKALAH_ANALISIS_DAN_REN

Referensi

Dokumen terkait

Waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut franchisor memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut franchisee untuk

• Franchisor, yaitu pihak yang menjual atau meminjamkan hak dagangnya, atau merk dagangnya serta sebuah sistem bisnis untuk menjalankan..

Franchisee adalah bagian dari lingkungan tertentu sehingga ia tidak bebas lagi dalam. menjalankan usaha, ia harus memenuhi segala peraturan yang telah ditetapkan

Franchisor memberikan izin kepada Franchisee dengan nama Restoran Serba Wenak untuk itu Franchisee dapat m enggunakan merek dan system secara bersamaan dengan Franchisee lainnya

Sedangkan secara umum, yang dimaksud dengan perjanjian waralaba (Franchise) adalah pemberian hak oleh franchisor kepada franchisee untuk menggunakan kekhasan

• Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk mengoperasikan unit usaha franchisor di suatu lokasi yang telah di spesifikasikan atau juga dalam suatu area yang telah

Pelaksanaan Perjanjian Franchise Antara Franchisor dan Franchisee Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam menjalankan usaha franchise ini,

franchisee membutuhkan bantuan franchisor untuk mengirimkan barang-barang yang digunakan untuk melangsungkan usaha waralaba MRC, sementara pada tahap tindak lanjut dan tahap akhir,