• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK SEDIMEN LAUT TELUK KENDARI SEBAG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSPEK SEDIMEN LAUT TELUK KENDARI SEBAG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK SEDIMEN LAUT TELUK KENDARI SEBAGAI SUATU ALTERNATIF SUMBER ENERGI TERBARUKAN MELALUI TEKNOLOGI

MICROBIAL FUEL CELL ROBBY SUDARMAN

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari, 2013.

E-mail: robi_shoghir@yahoo.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian mengenai prospek sedimen laut Teluk Kendari sebagai suatu alternatif sumber energi terbarukan melalui teknologi microbial fuel cell. Sedimen laut yang mengandung bahan organik kompleks digunakan sebagai substrat dalam microbial fuel cell (MFC) untuk menghasilkan elektron dan energi listrik melalui proses metabolisme mikroba dalam sedimen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prospek sedimen laut Teluk Kendari sebagai sumber energi alternatif dengan mengamati karakteristik sedimen dan besar energi listrik yang dapat dihasilkan sedimen laut Teluk Kendari melalui sistem MFC, serta untuk mengetahui karakteristik bakteri sedimen yang berperan dalam MFC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sedimen laut Teluk Kendari yang meliputi kadar bahan organik rata-rata berupa C-organik sebesar 2,78 %, nitrogen total 1,21 %, dan rasio C/N 2,29. Sedimen laut Teluk Kendari diketahui memiliki prospek untuk dijadikan sumber energi alternatif yaitu dalam bentuk energi listrik melalui sistem MFC. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan di mana sistem MFC dapat menghasilkan tegangan listrik hingga 438 mV. MFC dioptimasi dengan menggabungkan beberapa sel tunggal membentuk sistem MFC berganda dan menghasilkan tegangan listrik yang mencapai puncak produksi pada hari ke-26 yaitu sebesar 1,807 V untuk MFC dengan 9 sel tunggal dan 2,174 V untuk MFC dengan 10 sel tunggal. Hasil karakterisasi substrat sedimen menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan bahan organik dalam sedimen setelah digunakan dalam sistem MFC yaitu C-organik menjadi sebesar 2,68 %, nitrogen total 1,07 %,dan rasio C/N sebesar 2,52. Karakteristik bakteri MFC yang berasal dari sedimen laut Teluk Kendari sebagian besar bersifat Gram positif dan berbentuk kokus (bulat), dimana hanya terdapat satu isolat bakteri yang berupa Gram negatif yaitu isolat S1.1 dengan sel berbentuk basil (batang).

Keywords: sedimen laut, Teluk Kendari, energi terbarukan, microbial fuel cell PENDAHULUAN

Energi sebagai komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia saat ini umumnya masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil karena bahan bakar fosil menjadi tumpuan kebutuhan energi manusia dalam skala besar. Akan tetapi seiring semakin meningkatnya populasi manusia dengan penggunaan energi yang

(2)

Salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menghadapi tuntutan global adalah pemanfaatan sumber energi terbarukan (renewable energy) melalui teknologi microbial fuel cell (MFC). MFC mengonversi energi kimia yang terkandung dalam bahan organik maupun anorganik menjadi energi listrik melalui aktivitas katalitik mikroorganisme anaerob (Schroder, 2008). MFC telah diteliti secara intensif dalam beberapa tahun terakhir karena menawarkan solusi berkelanjutan bagi penginderaan jarak jauh serta sejalan dengan pengendalian polusi dan produksi energi (Wang et al., 2012).

Pada dasarnya, berbagai bentuk bahan organik dapat digunakan sebagai substrat MFC seperti glukosa (Liu dan Logan, 2004), pati (Min dan Logan, 2004), asam lemak (Liu et al., 2005), asam amino dan protein (Logan et al., 2005), air limbah dari manusia dan hewan (Liu et al. 2004), maupun sedimen organik dan anorganik (Reimers et al., 2001).

Penggunaan sedimen sebagai sumber energi alternatif dalam teknologi MFC telah diteliti sebelumnya, antara lain penggunaan sedimen estuaria dari dekat Pantai Raritan USA dan sedimen rawa asin dari Tuckerton USA (Reimers et al., 2001), sedimen laut Pelabuhan Boston (Holmes et al., 2004), sedimen laut Teluk Delaware (Rezaei et al., 2007), sedimen Danau Ilgam Seoul (Hong et al., 2008), sedimen Sungai Gongji (Hong et al., 2010), sedimen Danau Hussain Sagar Hyderabad dan sedimen Sungai Uppal Hyderabad (Mohan et al., 2009), sedimen laut Teluk Jakarta (Riyanto et al., 2011), serta sedimen tambak udang (Firmansyah, 2011).

Oleh karena itu, pada penelitian ini dikembangkan teknologi MFC dengan menggunakan sedimen laut Teluk Kendari sehingga diketahui prospeknya untuk dijadikan sumber energi alternatif

terbarukan. Dalam penelitian ini, suatu metode dikembangkan yaitu optimasi sistem MFC untuk meningkatkan perolehan energi listrik yang dihasilkan dengan menggabungkan sejumlah sel tunggal membentuk sistem MFC berganda. Hal ini dilakukan karena menurut Arsov dan Georgievski (2009), untuk menggunakan fuel cell sebagai sumber energi secara praktik, sejumlah

fuel cell tunggal harus dihubungkan secara berturutan (bergabung) untuk memperoleh keluaran tegangan yang lebih besar.

MATERIAL DAN METODE Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk pengambilan sedimen dan air laut yang terdiri dari plastik sampel, kotak es, kertas label dan eckman grab. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan rangkaian dan pengukuran potensial listrik MFC adalah gelas kimia 500 mL, kabel N.Y.A ETERNA (1 x 2,5 mm), elektroda karbon grafit, resistor 560

Ω ± 5 % dan multimeter. Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi sedimen meliputi pH meter, konduktometer, spektronik 20D, timbangan analitik, oven, eksikator, alat destilasi, buret, corong Buchner, serta alat-alat gelas seperti labu takar, erlenmeyer, gelas ukur, dan pipet ukur.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sedimen laut, air laut, aquades, HCl 1 N, NaOH 1 N, larutan standar 5000 ppm glukosa, K2Cr2O7 1 N, H2SO4 pekat, KCl 1 M, KCl 0,01 M, dan larutan buffer pH 7,0.

Eksperimen

(3)

MFC, pengukuran potensial listrik dengan multimeter, karakterisasi substrat sedimen MFC, serta isolasi, karakterisasi dan identifikasi bakteri sedimen MFC.

Pengambilan sampel sedimen dalam penelitian ini dilakukan melalui survei berdasarkan metode Purposive Random Sampling. Metode ini dilakukan karena sesuai dengan kondisi perairan Teluk Kendari yang secara morfometrik terbagi atas dua bagian besar yakni Teluk Kendari bagian dalam (TKD) yang relatif tertutup dan Teluk Kendari bagian luar (TKL) yang lebih terbuka serta berhubungan langsung dengan perairan Laut Banda (Salnuddin, 2005).

Berdasarkan hasil survei, ditetapkanlah tiga titik stasiun pengambilan sampel yang mewakili kondisi Teluk Kendari secara umum sebagai berikut:

a. Stasiun 1 (S1) berjarak ± 20 meter dari pantai sekitar pasar pelelangan ikan Teluk Kendari, mewakili aktivitas dari kegiatan pasar lelang dan pemukiman padat penduduk sekitar TKD.

b. Stasiun 2 (S2) berjarak ± 7 meter dari pinggir pantai di muara Teluk Kendari, mewakili aktivitas perkotaan dan aliran air yang mengangkut bahan sedimen dari hulu sungai.

c. Stasiun 3 (S3) berjarak ± 10 meter dari pantai sekitar pelabuhan pertamina, mewakili aktivitas pemukiman yang jarang penduduk sekitar TKL.

Karakterisasi sedimen laut Teluk Kendari yang dilakukan meliputi analisis kandungan karbon organik dan nitrogen total, serta pengukuran pH dan daya hantar listrik (DHL).

Pembuatan rangkaian MFC mengacu pada penelitian Holmes et al. (2004) menggunakan elektroda yang terbuat dari karbon grafit berbentuk silinder dan resistor berukuran 560 Ω ± 5 %. Rangkaian MFC dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian MFC MFC dioperasikan pada kondisi gelap (tanpa pencahayaan) dan suhu ruang (± 27 °C). Pengukuran tegangan listrik dilakukan menggunakan multimeter dengan lama pengukuran berdasarkan pada pola kecenderungan perubahan energi listrik yang dihasilkan dari penguraian bahan organik oleh mikroorganisme pada sedimen MFC (Holmes et al., 2004). Sistem MFC dari stasiun yang menghasilkan tegangan open circuits maksimal tertinggi dioptimasi dengan menggabungkan sejumlah sel tunggal membentuk sistem SMFC berganda.

Bakteri pada sedimen MFC diisolasi dengan metode cawan gores, kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi isolat bakteri yang diperoleh dengan cara melihat sifat morfologi dan fisiologinya. Tahapan akhir dari penelitian ini ialah identifikasi bakteri secara manual dengan menggunakan buku Bergey’s Manual of

Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sedimen Laut Teluk Kendari

Sedimen Anoda Katoda

Air Laut

3 cm 2 cm 1 cm

(4)

Sedimen laut Teluk Kendari merupakan tanah lumpur bewarna abu-abu kehitaman dengan karakteristik berupa kadar air, jumlah karbon (C) organik dan jumlah nitrogen (N) total, nilai pH (H2O dan KCl), serta nilai daya hantar listrik yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Karbon organik merupakan unsur utama bahan organik dimana kandungan C-organik dalam tanah sedimen adalah representasi bahan organik tanah sedimen yang merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang dilakukan jasad renik tanah sedimen. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa kandungan karbon organik dalam sedimen laut Teluk Kendari cukup tinggi bila dibandingkan dengan sedimen laut Teluk Jakarta (Riyanto dkk., 2011) yang hal ini

merupakan suatu keunggulan karena akan membawa dampak bagi kinerja microbial fuel cell (MFC).

Adapun kandungan karbon organik pada sedimen laut Teluk Kendari yang cukup tinggi menyerupai kandungan karbon organik pada ekosistem tertutup seperti danau. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi fisik kawasan Teluk Kendari yang juga relatif tertutup menyerupai suatu estuaria (Apriyanto, 2007). Adanya aliran air tawar yang terjadi secara terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik, dan sedimen merupakan penunjang produktifitas perairan di wilayah estuaria (Supriadi, 2001).

Tabel 1. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari Parameter Uji 1S1 2S2 3S3

Rata-rata

4

Hong et al. (2010)

5

Riyanto dkk. (2011)

Kadar Air (%) 43,99 38,87 28,38 37,08 - -

C (%) 3,41 3,04 1,89 2,78 1,7 ± 0,2 2,19 ± 0,44

N (%) 1,45 1,09 1,10 1,21 - 0,19 ± 0,06

C/N 2,35 2,79 1,72 2,29 - 12

DHL (dSm-1) 0,99 0,93 0,84 0,92 0,473 ±

0,008 6,4 ± 1,46

pH (H2O) 7,24 6,72 7,30 7,09 6,61 ± 0,03

7,7 ± 0,35

pH (KCl) 7,16 6,90 7,70 7,25 - 7,3 ± 0,14

Keterangan:

1. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 1 daerah TKD

2. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 2 daerah muara

3. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 3 daerah TKL

4. Karakteristik sedimen Sungai Gongji, Korea berdasarkan hasil penelitian Hong et al. (2010)

5. Karakteristik sedimen laut Teluk Jakarta berdasarkan hasil penelitian Riyanto dkk. (2011)

Produksi Energi Listrik Sistem MFC 1. MFC Tunggal

Dalam penelitian ini, pengukuran tegangan open circuits (Voc) dilakukan selama 72 jam (Gambar 2) yaitu hingga sistem mengalami kondisi steady state

(kondisi tetap), agar diperoleh waktu yang diperlukan setiap sistem MFC untuk

mencapai keadaan stabil dan tegangan

open circuits maksimum tiap sistem MFC.

(5)

Gambar 2. Tegangan (open circuits voltage) yang dihasilkan MFC tegangan yang dihasilkan menurun. Hal

ini memiliki kaitan dengan pertumbuhan konsorsium mikroba yang melakukan aktivitas metabolisme pada anoda MFC.

Tegangan open circuits (Voc) maksimum yang dihasilkan sistem MFC pada penelitian ini cukup tinggi yang perbandingannya dengan sistem MFC yang lain dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen laut Teluk Kendari cukup potensial dan memiliki prospek untuk dijadikan sebagai

sumber energi alternatif terbarukan (renewable energy).

Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa sedimen pada stasiun 2 yang berasal dari muara Teluk kendari memiliki potensial yang lebih baik dalam menghasilkan energi listrik melalui sistem MFC. Oleh karena itu MFC selanjutnya dioptimasi untuk meningkatkan perolehan energinya dengan cara menggabungkan sejumlah sel tunggal untuk membentuk sistem MFC berganda.

Tabel 2. Karakteristik MFC sedimen laut Teluk kendari dibandingkan MFC yang lain Parameter

1 Hasil Penelitian

2

Fitrinaldi (2011)

3

Ming dan Ping (2008)

4

Sidharta dkk. (2007) Waktu kondisi tetap 12 jam 14,33 jam 65 menit -

Voc-max 653 mV 889 mV 598 mV 575 mV

Keterangan :

1. MFC menggunakan substrat sedimen laut Teluk Kendari

2. MFC E. coli berdasarkan hasil penelitian Fitrinaldi (2011)

3. MFC E. coli berdasarkan hasil penelitian Ming dan Ping (2008)

4. MFC limbah cair berdasarkan hasil penelitian Sidharta dkk. (2007)

2. MFC Berganda

MFC berganda dikerjakan dengan menggabungkan sejumlah sel tunggal MFC secara seri di mana dalam penelitian ini dibuat MFC berganda dari 9 dan 10 buah sel tunggal. Produksi energi listrik sistem MFC berganda diamati selama 40 hari seperti yang terlihat pada Gambar 3. Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat pada Gambar 3 dapat diketahui

bahwa sistem MFC berganda menghasilkan tegangan listrik yang lebih besar daripada sistem MFC tunggal dan cukup menjanjikan sebagai sumber energi alternatif di mana besar tegangan yang dihasilkan setara dengan sebuah baterai (± 1,5 V).

Semakin banyak jumlah sel tunggal yang digabungkan maka tegangan listrik yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini 0

100 200 300 400 500 600 700

0 20 40 60 80

V

oltase

(

m

V)

Waktu (Jam)

S1

S2

(6)

serupa dengan hasil yang diperoleh Oh dan Logan (2007) yang menggabungkan MFC tunggal dan berhasil meningkatkan tegangan dari dua sel gabungan. Menurut Arsov dan Georgievski (2009), untuk

menggunakan fuel cell sebagai sumber energi secara praktik, sejumlah fuel cell

tunggal harus dihubungkan secara berturutan (bergabung) untuk memperoleh keluaran tegangan yang lebih besar.

Gambar 3. Tegangan listrik sistem MFC berganda Produksi tegangan listrik yang dihasilkan

sistem MFC berganda pada penelitian ini mencapai puncak pada hari ke-26 (Gambar 3), yaitu sebesar 1,807 V untuk MFC berganda 9 sel (SB9) dan 2,174 V untuk MFC berganda 10 sel (SB10). Hal ini terjadi saat jumlah mikroba yang melakukan proses metabolisme menghasilkan elektron dan proton pada MFC mencapai jumlah maksimum. Adapun penurunan tegangan listrik menjelang akhir pengukuran disebabkan bahan organik yang terdapat pada anoda telah berkurang dimana transfer massa pada pembentukan sedimen merupakan faktor pembatas dalam produksi energi

menggunakan SMFC ini (Reimers et al., 2001).

Karakteristik substrat sedimen MFC Substrat sedimen setelah digunakan dalam MFC secara visual mengalami perubahan warna yaitu dari abu-abu kehitaman menjadi coklat (Gambar 4). Warna hitam umumnya diduga mengindikasikan jumlah bahan organik pada sedimen lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen yang berwarna coklat (Voroney, 2007). Selain itu, karakteristik substrat sedimen juga mengalami perubahan setelah digunakan dalam sistem MFC yang dapat dilihat pada Tabel 3.

(Kondisi awal) (kondisi akhir)

Gambar 4. Warna sedimen laut Teluk Kendari sebelum dan setelah penggunaan MFC 0

0.5 1 1.5 2 2.5

0 10 20 30 40 50

V

oltase

(

V)

Waktu (Hari)

SB9

(7)

Tabel 3. Karakteristik substrat sedimen sebelum dan setelah penggunaan MFC Parameter

Uji

Sebelum penggunaan MFC Setelah penggunaan MFC 1

1. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 1 daerah TKD

2. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 2 daerah muara

3. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari stasiun 3 daerah TKL

4. Karakteristik sedimen laut Teluk Jakarta berdasarkan hasil penelitian Riyanto dkk. (2011)

Kandungan bahan organik sedimen laut Teluk Kendari berupa karbon organik dan nitrogen total mengalami penurunan (lihat Gambar 5 dan 6) setelah digunakan dalam sistem MFC akibat aktivitas mikroba yang mengurai bahan organik dalam sedimen tersebut (Tender et al., 2002). Karbon organik sebelum digunakan dalam sistem MFC sebesar 2,78 % dan setelah

digunakan dalam sistem MFC mengalami penurunan sebesar 0,10 % sehingga menjadi sebesar 2,68 %. Adapun kandungan nitrogen total sedimen laut Teluk Kendari sebelum digunakan dalam sistem SMFC sebesar 1,21 % dan setelah digunakan dalam sistem SMFC mengalami penurunan sebesar 0,14 % sehingga menjadi sebesar 1,07 %.

Gambar 5. Persentase rata-rata kandungan karbon organik pada sedimen sebelum dan sesudah penggunaan MFC

(8)

Gambar 6. Persentase rata-rata kandungan nitrogen total pada sedimen sebelum dan sesudah penggunaan MFC

Karakteristik bakteri sedimen MFC Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh 7 koloni bakteri yang dapat ditumbuhkan di laboratorium, yaitu isolat S1.1, S1.2, S1.3, S1.4, S2.1, S2.2, dan S3.1. Ketujuh koloni bakteri yang tumbuh tersebut selanjutnya dikarakterisasi dan diidentifikasi berdasarkan karakter fenotipik yang meliputi karakter morfologi sel dan karakter biokimia

(Tabel 4 dan 5). Data karakteristik morfologi isolat bakteri MFC menunjukkan bahwa bakteri sedimen MFC yang berasal dari Teluk Kendari sebagian besar bersifat Gram positif dan selnya berbentuk kokus (bulat), dimana hanya terdapat satu isolat bakteri yang berupa Gram negatif yaitu isolat S1.1 dengan sel berbentuk basil (batang).

Tabel 4. Karakteristik biokimia isolat bakteri MFC Jenis

Isolat

Fermentasi

Katalase Gelatinase Motilitas Glukosa Maltosa Laktosa Sukrosa

S1.1

Tabel 5. Karakteristik morfologi isolat bakteri MFC 1

Isolat Bentuk Koloni

Warna

Koloni Bentuk Sel

Pewarnaan bergerigi, tak beraturan

(9)

Hasil identifikasi isolat bakteri sedimen secara manual menggunakan buku Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology (Holt et al., 1994) menunjukkan bahwa isolat S1.1 diduga termasuk dalam kategori bakteri Grup 4 yaitu bakteri Gram negatif berbentuk basil maupun kokus yang bersifat aerobik atau mikroaerofilik dan termasuk dalam genus

Pseudomonas sp. Isolat S1.2 dan S1.4 diduga termasuk dalam kategori bakteri grup 17 yaitu bakteri Gram positif berbentuk kokus dan termasuk dalam genus Planococcus sp. Isolat S1.3 diduga termasuk dalam kategori bakteri grup 17 yaitu bakteri Gram positif berbentuk kokus dan termasuk dalam genus

Salinococcus sp. Adapun isolat S2.1 dan S2.2 yang berasal dari muara Teluk Kendari kemungkinan termasuk dalam genus bakteri Micrococcus sp. Sedangkan Isolat S3.1 juga diduga termasuk dalam kategori bakteri grup 17 yaitu bakteri Gram positif berbentuk kokus dan termasuk dalam genus Marinococcus sp.

KESIMPULAN

Sedimen laut Teluk Kendari memiliki prospek yang baik untuk dijadikan sebagai sumber energi terbarukan melalui teknologi microbial fuel cell (MFC) dikarenakan kandungan bahan organik cukup tinggi yang digunakan untuk menghasilkan elektron dan energi listrik melalui proses metabolisme mikroba dalam sedimen.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, H., 2007, Kebijakan Pengelolaan Teluk Berbasis Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Teluk Kendari), Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,9(3), 149-155. Arsov, G.L. dan Georgievski, G., 2009,

Preliminary Design of a PEM Fuel Cell Simulator Based on Digitally

Controlled DC-DC Buck Converter,

Electronics, 13(1).

Firmansyah, Y., 2011, Degradasi Bahan Organik Dan Pemanfaatannya Sebagai Penghasil Energi Listrik Pada Sedimen Tambak Udang Melalui Sediment Microbial Fuel Cell, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fitrinaldi, 2011, Microbial Fuel Cell sebagai Energi Alternatif Menggunakan Bakteri Escherichia coli, Artikel Penelitian hibah Pascasarjana Tahun Anggaran 2011, Universitas Andalas, padang.

Holmes, D.E, Bond, D.R., O’Neil, R.A.,

Reimers, C.E., Tender, L.M., dan Lovley, D.R., 2004. Microbial community associates with electrodes harvesting electricity from a variety of aquatic sediments.

Microb. Ecol. 48, 178-190.

Holt, J.G., Krieg, N.K., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., dan Williams, S.T., 1994, Bergey’s Manual of

Determinative Bacteriology, Ninth Edition, Williams & Wilkins, Maryland, USA.

Hong, S.W., Kim, H.J., Choi, Y.S., dan Chung, T.H., 2008, Field experiments on Bioelectricity Production from Lake Sediment Using Microbial Fuel Cell Technology, Bull Korean Chem Soc, 29, 2189-2194.

Hong, S.W., Kim, H.S., dan Chung, T.H., 2010, Alteration of Sediment Organic Matter in Sediment Microbial Fuel Cells, Environ. Pollut., 158(1), 185-191.

(10)

Liu, H., Cheng, S., dan Logan, B.E., 2005, Power Generation in Fed-Batch Microbial Fuel Fell as a Fungtion of Ionic Strenght, Temperature, and Reactor Configuration, J. Environmental Science and Technology, 39, 5488-5493.

Liu, H., Ramnarayanan, R., dan Logan, B.E., 2004, Production of Electricity During Wastewater Using a Single-Chamber Microbial Fuel Cell, J. Environmental Science Technology, 38, 2281-2285.

Logan, B.E., Murano, C., Scott, K., Gray, N.D., dan Head, I.M., 2005, Electricity Generation from L-Cysteine in Microbial Fuel Cell,

Water Res., 39, 945-952.

Min, B. dan Logan, B.E., 2004, Continous Electricity Generation from Domestic Wastewater and Organic Substrates in a Flat Plate Microbial Fuel Cell, J. Environmental Science and Technology, 38, 5809-5814. Ming, Y. dan Ping, S.Y., 2008,

Preliminary Study on Escherichia coli Microbial Fuel Cell and On-Electrode Taming of the Biocatalyst,

Taiyuan University of Technoloy, The Chinese journal of Process Various Aquatic Ecosystems in Harnessing Bioelectricity Trough Benthic Fuel Cell: Effect of Electrode Assembly and Water Characteristics, Biores Technol, 100, 2240–2246.

Oh, S.E. dan Logan, B.E., 2007, Voltage reversal during microbial fuel cell stack operation, Journal of Power Sources, 167, 11–17.

Reimers, C.E., Tender, L.M., Fertig, S., dan Wong, W., 2001, Harvesting

Energy from The Marine Sediment-Water Interface, Environ Sci Technol, 35, 192-195.

Rezaei, F., Richard, T.L., Brennan, R.A., dan Logan, B.E., 2007, Substrate-Enhanced Microbial Fuel Cells for Improved Remote Power Generation from Sediment-Based Systems,

Environmental Science & Technology, 41(11), 4053-4058. Riyanto, B., Nisa, R.M., Fitriani, I., 2011,

Energi Listrik dari Sedimen Laut Teluk Jakarta melalui Teknologi Microbial Fuel Cell, Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, Volume XIV Nomor 1, 32-42.

Salnuddin, 2005, Pertukaran dan Pengadukan Massa Air Kaitannya dengan Transport Sedimen di Perairan Teluk Kendari, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Schroder, U., 2008, From Wastewater to

Hydrogen: Biorefineries Based on Microbial Fuel-Cell Technology,

ChemSusChem, 1, 281-282.

Sidharta, M.L., Jamilah, Karamita, D., Brianno, W., dan Hamid, A., 2007,

Pemanfaatan Limbah Cair sebagai Sumber Energi Listrik pada Microbial Fuel Cell, Lomba karya Ilmiah Mahasiswa ITB Bidang Energi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Supriadi, I.H., 2001, Dinamika Estuaria Tropik, oseana, Volume XXVI Nomor 4, 1-11.

Susilaningsih, D., Harwati, T.U., Anam, K., dan Yopi, 2008, Preparasi Substrat Limbah Biomasa Kekayuan Tropika Untuk Produksi Biohidrogen, Makara Teknologi, 12(1), 38-42.

(11)

S.J., dan Lovley, D.R., 2002, Harnessing Microbially Generated Power on The Seafloor, Natural Biotechnology, 20, 821-825.

Voroney, R.P., 2007, The Soil Habitat, di dalam: Paul E.A. (editor), Soil Microbiologi, Ecology, and Biochemistry, Chennai: Elvesir Inc. Wang, H., Park, J.D., dan Ren, Z., 2012,

Active Energy Harvesting from Microbial Fuel Cells at the Maximum Power Point without Using Resistors, Environ. Sci.

Technol., XXXX, XXX,

Gambar

Gambar 1. Rangkaian MFC
Tabel 1. Karakteristik sedimen laut Teluk Kendari Rata-
Gambar 2.  Tegangan (open circuits voltage) yang dihasilkan MFC
Gambar 3. Tegangan listrik sistem MFC berganda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kepada yang bersangkutan diharapkan hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Pokja / panitia dan apabila saudara tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan,

Bahan dasar kapur adalah batu kapur atau dolomit , yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3), sehingga kapur dapat dimanfaatkan sebagai material stabilisasi

Terdapat beberapa anak di sekitar kita yang mengalami hambatan kematangan sosial, yaitu anak yang belum mampu menyelesaikan tugas perkembangan pada usianya, seperti anak berusia

berjalan dengan baik, ada berbagai macam masalah yang terjadi dalam suasana belajar, yaitu seorang guru yang kurang menguasai pelajaran, kondisi kelas yang

Luaran penelitian yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah tehnik komunikasi yang diaplikasikan lewat lambang atau pesan nonverbal oleh Supeltas sebagai

Maka Pejabat Umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Jabatan Notaris harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang

Hal ini menunjukkan bahwa pada penderita tuberkulosis paru mengalami penurunan konsentrasi oksigen darah di perifer dibawah normal (95%).Pada penderita tuberkulosis

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan