PENGARUH METODE PENEMUAN TERBIMBING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI
HIMPUNAN
Lilis Sri Jayanti Manullang
1, Ira Silviana Rahman
2, Bobbi Rahman
31, 2, 3
Pendidikan Matematika, STKIP Surya, Jl. Scientia Boulevard Blok U/7, Gading Serpong, Tangerang
1
lilis.sri@students.stkipsurya.ac.id
2
ira.silviana@students.stkipsurya.ac.id
3
bobbi.rahman@stkipsurya.ac.id
Abstrak.Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan tingkat yang berbeda.Umumnya tingkat kemampuan komunikasi matematis yang rendah disebabkan oleh pengajaran konvensional, dimana guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Penggunaan metode penemuan terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis karena metode ini dapat merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta mengubah pembelajaran teacher oriented menjadi student oriented. Hal ini sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 yang menerapkan kegiatan pembelajaran scientific.Jenis penelitian ini adalah pra- eksperimen.Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII pada salah satu SMP di Kabupaten Tangerang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan yaitu metode penemuan terbimbing efektif diterapkan pada pembelajaran matematika yang berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis. Selain itu, siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Kata Kunci:
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal penting yang mampu merubah pandangan dan kemajuan hidup manusia. Namun, pendidikan yang baik tidak dapat diperoleh dalam waktu yang singkat, tapi juga melalui proses yang cukup panjang. Pendidikan yang sesuai dicanangkan oleh UNESCO (1999) memiliki empat pilar dan perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Konsep ini menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan.Sistem pembelajaran seperti ini juga sejalan dengan kurikulum 2013.
Proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri dari lima pengalaman belajar pokok, yaitu: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mengumpulkan informasi, (4) mengasosiasi, dan (5) mengomunikasikan (Permendikbud, 2013). Berdasarkan poin keempat yaitu mengomunikasikan, kurikulum 2013 disiapkan untuk melahirkan generasi yang siap menghadapi masa depan. Kurikulum 2013 juga menitikberatkan pada peserta didik agar mampu lebih baik dalam bertanya, menalar, melakukan observasi dan mengomunikasikan apa yang mereka ketahui selama menerima materi pembelajaran.
Sehubungan dengan hal di atas, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Ruseffendi(2006) menyatakan bahwa selama ini dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberitahu oleh gurunya. Pengaplikasian metode penemuan terbimbing dapat mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal ini sesuai dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang metode penemuan terbimbing (Kemendikbud 2013). Peran guru dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif inilah yang diharapkan mampu menstimulasi kemampuan komunikasi siswa secara lisan maupun tertulis. Abel dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Pada metode penemuan terbimbing, guru memiliki peran sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk mengomunikasikan ide-ide yang siswa peroleh. Siswa dibimbing untuk berpikir aktif, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan ide, ataupun cara untuk megomunikasikannya berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan guru. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, metode pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah metode pembelajaran Inkuiri, metode pembelajaran penemuan terbimbing, metode pembelajaran berbasis projek, dan model pembelajaran berbasis permasalahan. Penemuan terbimbing bisa menjadi salah satu solusi untuk menciptakan pembelajaran seperti ini.
Salah satu standar kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan komunikasi (communication). Hal ini sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran matematika oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Hirschfeld (2008:4) mengemukakan komunikasi adalah bagian penting dari matematika dan pendidikan matematika. Kemampuan komunikasi matematis menurut BSNP (2006) yaitu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Ini menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkam masalah dalam pembelajaran matematika.
harus menjadi lingkungan dimana siswa mampu terlibat aktif dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam belajar, tidak hanya menyalin dan mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya, sejalan dengan apa yang diharapkan oleh kurikulum 2013.
Studi TIMSS menunjukkan bahwa tingkat komunikasi matematis siswa masih rendah. Terlihat dari siswa menjawab soal-soal yang diberikan, berikut salah satu contoh soal yang diujikan pada siswa VIII dalam studi TIMSS 2007.
Hasil survei dari 200 orang siswa tentang ketertarikannya pada grup music rock: Dreadlocks, Red Hot Peppers, dan Stone Cold disajikan pada diagram berikut.
Dreadlocks 30% Red Hot Peppers 25%
Stone Cold 45%
Buatlah sebuah diagram batang yang menggambarkan data yang tersaji pada diagram lingkaran diatas! (Mullis, et al., 2008)
Berdasarkan hasil tes tersebut, siswa Indonesia yang mampu menjawab benar hanya 14 %, dan 27% siswa yang menjawab benar di tingkat internasional (Mullis, et al., 2008). Meskipun pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan tingkat yang berbeda, dengan metode penemuan terbimbing diharapkan siswa mampu menguraikan kembali permasalahan matematika dengan bahasanya sendiri.
Menurut NCTM (2000) indikator-indikator dari kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut: (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasikan ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan hubungan dengan model situasi.
Berdasarkan uraian di atas, indikator-indikator kemampuan komunikas matematis yang digunakan adalah mengekspresikan ide-ide secara tertulis, mendemonstrasikan gambar dan menyajikan informasi ke dalam bentuk gambar. Indikator- indikator ini dapat diuji dengan materi himpunan.
Berdasarkan kurikulum 2013, Himpunan adalah salah satu materi pelajaran yang diajarkan di SMP kelas VII pada semester I. Namun masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengerjakan ataupun mengartikan soal, terutama yang memuat gambar dan diagram, sehingga siswa juga mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan proses penyelesaiannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Himpunan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah:
1.2.1 Apa pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP pada materi himpunan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan peneliti melakukan penelitian ini yaitu:
1.3.1 Mengetahui pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP pada materi himpunan.
1.3.2 Mengetahui sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan diatas, manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Sebagai upaya dalam mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa. 1.4.2 Menumbuhkan sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
1.4.3 Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kerjasama antara peneliti dan pihak sekolah yang terkait.
2.
Metode Penelitian
2.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penemuan terbimbing (discovery learning).Jenis penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen.Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana siswamendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis baik lisan maupun tertulis dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.Metode ini menuntun siswa untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip yang tidak diketahui sebelumnya.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design.Pada rancangan penelitian ini, siswa diberikan pre-test sebelum materi diberikan.Selanjutnya siswa diberikan materi dengan metode penemuan terbimbing.Setelah materi selesai disampaikan, siswa kembali diberikan post-test.Setelah perlakuan diberikan kemudian dianalisis kemampuan komunikasi matematis yang dituangkan siswa lewat jawaban cerita dari soal yang diberikan.
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan pada awal semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Pagedangan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-6 yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari 22 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.
Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan berbagai sumber visualisasi yaitu berupa foto-foto kegiatan pembelajaran, dan data tertulis yang diambil dari hasil jawaban siswa pada lembar kerja siswa dan angket.
2.2 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini terdapat empat tahap yang dilakukan, yaitu: 2.2.1 Tahap persiapan
Pada tahap pertama ini, peneliti terlebih dahulumenetukan judul dan menyusun abstrak dengan arahan dari dosen pembimbing. Kemudian, menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.Selanjutnya mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan untuk keperluan penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Perangkat pembelajaran, seperti pembuatan soal, validasi, dan angket.
b. Instrumen penelitian, seperti perangkat pembelajaran daninstrumen penelitian. 2.2.2 Tahap pelaksanaan
rencana yang telah dibuat dalam menerapkan pembelajaran matematika materi himpunan dengan menggunkan metode penemuan terbimbing. Setelah selesai proses belajar mengajar, peneliti memberikan tes tertulis untuk memperoleh data tentang kemampuan komunikasi matematis siswa dan angket untuk mengetahui sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
2.2.3 Tahap analisis data
Data yang telah di dapat dari hasil pelaksanaan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan uji parametrik (uji-t).
2.2.4 Tahap penulisan laporan
Penulisan laporan dilakukan setelah semua data terkumpul dan telah dianalisis.
2.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.3.1 Analisis data hasil penelitian kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis Hasil penilaian komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam pembelajaran matematika materi himpunan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dilakukan sebagai berikut:
a. Kemampuan komunikasi matematis siswa dinilai dengan memberikan soal pre-test dan post-test dengan skala penilaian maksimum 100, dan 20 poin untuk masing-masing soal.
b. Menghitung skor tes kemampuan komunikasi matematis dari soal pre-test. c. Menghitung skor tes kemampuan komunikasi matematis dari soal post-test. d. Mengelompokkan skor rata-rata dari tiap soal dan keseluruhan pre-test. e. Mengelompokkan skor rata-rata dari tiap soal dan keseluruhan post-test.
f. Membandingkan skor rata-rata soal pre-test dan post-test untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis setiap siswa.
Penelitian ini menggunakan instrumen tes, yaitu tes uraian untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Peneliti menghitung analisis data N-gain dengan menggunakan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Meltzer (2002), sebagai berikut:
Gain ternormalisasi g =�� � � � − �− � � �
Tabel 1. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
2.3.2 Analisis data hasil penelitian skala sikap siswa berdasarkan angket yang diberikan Hasil penilaian skala sikap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing berdasarkan angket yang diberikan dilakukan sebagai berikut: a. Menilai sikap positif siswadalam pembelajaran matematika dengan metode
penemuan terbimbing berdasarkan angket dengan skala penilaian pada masing-masing kriteria yang diamati, yaitu:
1 = sangat tidak setuju
b. Menghitung skor dari masing-masing angket yang diisi siswa. c. Menghitung skor rata-rata dari setiap angket.
d. Mengelompokkan skor rata-rata berdasarkan aspek dan indikator dari setiap kriteria yang telah ditentukan.
3.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh ngain sebesar 0,528. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMPN 2 Pagedangan Tanggerang berada pada kriteria sedang.
Tabel 1. rata-rata nilai pre-test dan post-test
Adapun hasil perhitungan statistik dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2. Statistik deskriptif pretest dan postest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 36 2 90 44,67 22,402
Posttest 36 51 99 74,83 12,351
Valid N
(listwise)
36
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada saat melakukan test pertama (pre-test) dalam penelitian ini didapat hasil mean atau rata-rata dari seluruh siswa yaitu 44,67 dengan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 2 untuk nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90, sedangkan nilai setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing (post-test) diperoleh hasil rata-rata 74,83 dengan nilai terendah 51 dan nilai tertinggi 99.
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Tabel 3. Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Pretest ,077 36 ,200* ,980 36 ,733
Posttest ,088 36 ,200* ,978 36 ,679
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tabel diatas menunjukan bahwa diperoleh signifikan pre-test dan post-test lebih dari taraf signifikan 5% (0,05). Signifikan pretest 0,733> 0,05 dan signifikan post-test 0,679> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berdistribusi normal.
Setelah diuji homogenitasnya ternyata signifikan yang diperoleh sebesar 0,003< 0,05, maka varian dari kelompok pretest dan posttest tidak sama.
3.1 Sikap siswa
Sikap yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah sikap terhadap pelajaran matematika, pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing, dan sikap terhadap soal-soal kemampuan komunikasi matematis. Pernyataan-peryataan yang diberikan untuk menujukan kesukaan siswa terhadap pelajaran matematika, kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran matematika, manfaat matematika, kesukaan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dan apresiasi terhadap soal-soal yang mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa.
Untuk menganalisis respon siswa pada skala sikap dilakukan dengan membandingkan skor skala sikap dan skor skala normal. Skor skala normal diperoleh dari:
� � �� ��
� � �
Dimana bobot per pertanyaan yaitu 4,3,2 &1, jika pertanyaan positif 4 untuk sangat setuju (SS), 3 untuk setuju (S), 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS). sedangkan pada pertanyan negatif diberi skor 4 untuk sangat tidak setuju (STS), 3 untuk tidak setuju (TS), 2 untuk setuju (S), dan 1 untuk sangat setuju(SS). Sehingga nilai tengah dari 4,3,2, dan 1 adalah 2,5 jadi skor skala normalnya diperoleh sebesar
=
Sedangkan skor skala sikap didapatkan dengan menghitung rata-rata total skor setiap siswa diperoleh sebesar 83,9%. Selisih yang diperoleh dari skala normal dan rata-rata skor skala sikap sebesar 21,4 %.
4.
Simpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dijelaskan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMPN 2 Pagedangan Tanggerang berada pada kriteria sedang.
2. Nilai post-test siswa mengalami peningkatan yang lebih tinggi daripada nilai pre-test 3. Kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik setelah memperoleh pembelajarn
menggunakan metode penemuan terbimbing dari pada sebelum mendapatkan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.
4. Setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing, para siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, dan terhadap soal-soal kemampuan komunikasi matematis yang diberikan.
4.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada materi-materi lainnya selain himpunan, seperti membaca diagram, tabel, dll..
2. Pembelajaran dan penelitian dengan menggunakan metode penemuan terbimbing tidak hanya dapat diterapkan untuk meningkatkan kemapuan komunikasi matematis siswa, tetapi juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan matematis lainnya. 3. Penelitian ini akan lebih baik jika tidak menggunakan praeksperimen karena bersifat
lemah.
Daftar Pustaka
Abel, S. dan Smith, D. (1994). What is science?: preservice elementary teachers’ conceptions of the nature of science. International Journal of Science Education. 16(4), 475-487. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMP/MTts. Pdf. Jakarta
Delors, J. 1999. Education: The Necessary Utopia. In “Learning: The Treasure Within”, Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty First Century. UNESCO Publishing. Bruce Joyce, Marsha Weil,"Model of Teaching", Prentice Hall, 2008
Henningsen, M. dan Stein, M.K (1997). Mathematical Task and Student Cognitif: Classroom-based Factor that Support and Inhibit High-Level Mathematic Thinking and Reasoning. Journal for Research in Mathematics Education. 28, (5), 529-49.
Hirscfeld, Kimberly. 2008. Mathematical communication, Conceptual Understanding,
and Students’ Attitudes Toward mathematics. Math in the Middle Instit
ute
Partnership Action Research Project Report. University of Nebraska-Lincoln.
Jamaluddin, Muhammad, dkk. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa DalamPembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Materi Teorema Pythagoras. (on line). (44, diakses 14 September 2014)
Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores: Department of Physics and Astronomy, Iowa State University, Ames, Iowa 50011. Mullis, I., Martin, M.O. dan Foy, P. 2008. TIMSS 2007 International Mathematics Reports.
Chesnut Hills: Boston College.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).(2000). Principle and Standards for School Mathematics.NCT.
Permendikbud. (2013).