• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM MELAKSAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM MELAKSAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAI KASAT FUNGSI DI TINGKAT POLRES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).

Pengertian Kepemimpinan ada berbagai macam versi / pandangan, namun definisi kepemimpinan secara umum adalah kemampuan untuk mempengaruhi untuk mendapatkan pengikut.

Tapi untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan kita, berikut saya tambahkan pengertian kepemimpinan yang saya temukan dari berbagai sumber,

1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (By : Jacobs & Jacques, 1990).

2. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (By : Rauch & Behling, 1984).

3. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (By : Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957).

(2)

B. RUMUSAN MASALAH

Pada makalah ini penulis akan mengangkat masalah :

1. Pengertian keefektifan pemimpin di level menengah ( middle manager )

2. Hakekat pengambilan keputusan bagi pemimpin di level menengah ( middle manager )

3. Peran Kasat Fungsi sebagai pemimpin di level menengah ( middle manager ) di lingkup Polres

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan yang efektif di level menengah ( middle manage )

2. Untuk mengetahui hakekat pengambilan keputusan bagi pemimpin di level menengah ( middle manager )

3. Mengetahui peran Kasat Fungsi sebagai pemimpin di level menengah ( middle manager )

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEEFEKTIFAN PEMIMPIN DI LEVEL MENENGAH (MIDDLE MANAGER )

(3)

menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi.

Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti itu kepemimpinan akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi kepemimpinan diwujudkan sesuai dengan type kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi orang yang dipimpinnya, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian berarti kreativitas dan inisiatif dalam kepemimpinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan.

Secara umum manajer menengah ( middle manager ) adalah lapisan manajerial di dalam organisasi yang berada di bawah manajer puncak tapi di atas penyelia ( supervisor ) dan tenaga profesional. Manajer menengah memiliki peran yang penting yaitu sebagai jembatan antara manajer puncak dengan penyelia. Manajer menengah menjadi penerjemah bagi penyelia terhadap kebijakan atau keputusan manajer puncak serta manajer menengah juga memberikan masukan kepada manajer puncak dalam menyusun strategi menentukan kebijakan.

Menurut James A Stoner A.R. Edward Freeman membagi tipe-tipe manajer berdasarkan jenjang atau tingkatan terdiri atas :

1. First Line/First Level Managers (Manajer tingkat bawah) seperti penyelia. 2. Middle Managers (Manajer tingkat menengah), yang memimpin manajer lain

dibawahnya.

(4)

Menurut Suardi, sesuai ISO-9000/2000, membedakan pemahaman kepemimpinan dan manajemen. Kepemimpinan berhubungan dengan “top line”, “apa yang kita hasilkan?” Sedang manajemen berhubungan dengan “bottom line,” “bagaimana kita menghasilkan sesuatu dengan cara terbaik?. Kepemimpinan melaksanakan sesuatu dengan tepat, manajemen melaksanakan sesuatu dengan benar (do the thing right, and do the right thing). Kepemimpinan menentukan apakah tangga disandarkan pada dinding yang tepat, manajemen berkaitan dengan efisiensi dalam pemanjatan tangga menuju keberhasilan. Kepemimpinan berkaitan dengan inovasi dan pemicu inisiatif, sedang manajemen berkaitan dengan pengkopian dan status quo. Kepemimpinan berkaitan dengan “apa” dan “mengapa” sedang manajemen berkaitan dengan “bagaimana”. Kepemimpinan berkaitan dengan kepercayaan yang berkaitan dengan“manusia” sedang manajemen berkaitan dengan sistem pengendalian, prosedur, kebijakan, dan struktur.

Berdasarkan hasil penelitian diketemukan lima praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas unggul yaitu:

1) pemimpin yang menantang proses

2) pemimpin yang memberi inspirasi bersama

3) pemimpin yang memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi 4) mampu menjadi penunjuk jalan

5) memotivasi bawahan.

Pemimpin pada level menengah (middle managers), yang sebagian besar berkaitan dengan pekerjaan untuk menjembatani kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh manajer puncak sehingga dapat diimplementasikan oleh first-line managers, maka sangat diperlukan kemampuan berhubungan dengan manusia. Kemampuan ini diperlukan karena manajer menengah berfungsi sebagai penterjemah dari kebijakan-kebijakan yang seringkali belum mampu dipahami oleh first-line

(5)

menjelaskan pengambilan keputusan tersebut secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan menyatakan "Proses keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."

Kebanyakan pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam beberapa langkah. Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang dikembangkan Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi yang memenangkan hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan: 1. Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan.

2. Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah.

3. Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia

Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri keputusan sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya:

1. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.

(6)

3. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.

Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari.

Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi: 1. Cara berpikir, terdiri dari:

a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial

b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.

2. Toleransi terhadap ambiguitas

a. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas

b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:

1. Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek

2. Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru

3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah

4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:

(7)

Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.

2. Identifikasi alternativ

Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.

3. Tentukan proritas

Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.

4. Ambil langkah

Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :

a. Perasaan, firasat atau intuisi

b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional – sistematis.

c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung. d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.

(8)

a. Keputusan–keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.

b. Keputusan–keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.

c. Keputusan–keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.

Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan–perhitungan secara teknis agar diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.

C. PERAN KASAT FUNGSI SEBAGAI PEMIMPIN DI LEVEL MENENGAH ( MIDDLE MANAGER ) DI LINGKUP POLRES

Di kepolisian pemimpin pada tingkat middle manager khususnya pada satuan Polres adalah Kepala Satuan Fungsi ( kasat fungsi ). Seorang Kasat Fungsi menjadi jembatan bagi Kapolres dengan anggota yang melaksanakan tugas di wilayah. Seorang Kasat harus dapat menterjemahkan perintah ataupun kebijakan dari Kapolres selaku top manager di lingkup Polres. Kasat juga harus dapat memberikan masukan kepada Kapolres dalam membuat suatu kebijakan.

(9)

menengah dalam hal ini Kasat Fungsi agar dapat berkembang sehingga kebijakan dapat berjalan sesuai rencana dan tujuannya.

Seorang Kasat Fungsi selain menerjemahkan kebijakan dari Kapolres, juga harus dapat memotivasi anggota di level bawahnya untuk bekerja sesuai kebijakan dan peraturan. Seorang Kasat juga harus menjadi contoh teladan bagi anggota di level bawahnya serta mempunyai pengetahuan yang lebih dari anggotanya. Apabila hal ini dapat dipenuhi maka Kasat akan mendapat penghargaan dan disegani oleh anggota di level bawahnya.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan:

(10)

Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg dan koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:

(1) Tahap identifikasi (2) Tahap pengembangan (3) Tahap seleksi.

Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar atau sering disebut “people who do the right thing”. Sementara manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “people who do things right”. Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.

Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi, seorang pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan juga tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin yang menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir positif pada masa depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak orang kemampuan untuk menggali makna dan menemukan tujuan hidup.

B. SARAN

Hendaknya jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepmimpinan sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan secara matang.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil

1) Metagonimus yokogawai tersebar di Timur Jauh RRC, Korea, Filipina, Thailand, Taiwan, Siberia. Ditemukan juga di Indonesia serta di semenanjung Balkan, Yunan dan

ONGKOS KIRIM PASCA PANEN

Setiap variabel yang menyusun titik-titik koordinat yang sudah diurutkan nilainya pada kontainer digunakan untuk membuat bidang-bidang grid 2 dimensi yang merupakan bagian

[r]

The anatomy and diameter of the ostium, the status of the mucous membrane of the frontal sinus and recess, and the nature of the pathology may have an impact on the outcome of

Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang