• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BERESIKO DI SMAN 1 CABANGBUNGIN KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BERESIKO DI SMAN 1 CABANGBUNGIN KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS

BERESIKO DI SMAN 1 CABANGBUNGIN

KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014

Siti Jumhati1, Ade Irma2

1,2

Program Studi D III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespodensi :

Program Studi D III Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550.

Telp : (021) 8096411 ext 1501

ABSTRAK

Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun, secara biologik sebagian besar remaja sudah matang tetapi secara sosial, mental, emosional belum. Akibatnya dapat tejadi masalah-masalah remaja seperti kehamilan diluar nikah, abortus dan ketergantungan obat. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 44 responden atau 55,0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 36 responden atau 45,0%,

Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pendidikan orang tua Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pekerjaan orang tua Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan sumber informasi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan tingkat ekonomi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan keikut sertaan organisasi Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna. Diharapkan siswa, orang tua dan isntansi pendidikan mengupayakan peningkatan pengetahuan mereka tentang perilaku seks beresiko, mencari sumber informasi yang baik kepada anak secara dini,agar anak mendapatkan informasi yang akurat serta membekali anak dengan pemahaman agama yang baik dan bertanggung jawab agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.

Kata kunci

:

Perilaku seks beresiko, Tingkat pengetahuan remaja

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil survey PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2012 dan survey IRRMA (Indonesian Reproductive Health & Right Monitoring and Advocation) tahun 2008, risiko yang dihadapi remaja menyangkut perkembangan kesehatan reproduksi dan seksualnya, antara lain sebanyak 15,8% mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, sebanyak 30,6% remaja terkena infeksi HIV/AIDS dan 24,4% terlibat pelacuran (Jameela, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yaitu “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks beresiko di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalm penelitian ini adalah metode yang bersifat deskriptif yaitu penelitian

yang menganalisis hubungan variabel-variabelnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional dengan melakukan pengamatan pada saat yang bersamaan.

Populasi adalah keseluruhan dari unit pengamatan yang akan kita lakukan (Hastono,2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA berjumlah 80 orang di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh populasi Siswa kelas XI jurusan IPA di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014 yaitu 80 responden.

HASIL

Analisis Univariat

(2)

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

No Pertanyaan

Jawaban

Total

Benar Salah

N % N %

1 Apakah anda mengetahui istilah perilaku seks beresiko 75 93,75 5 6,25 80 2 perilaku seks beresiko diawali oleh perilaku remaja yang ingin

coba-coba dalam bidangseks. Merupakan hal yang sangat rawan karena akan membawa dampak yang sangat buruk dan

merugikan masa depan remaja diantaranya

46 57,5 34 42,5 80

3 perilaku seks beresiko sangat beresiko tertular Penyakit Menular Seksual, Komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit menular seksual adalah, kecuali

41 51,25 39 48,75 80

4 Yang merupakan Penyakit Menular Seksual adalah 45 56,2 35 43,75 80

5 Dampak dari perilaku seks beresiko adalah 56 70,0 24 30,0 80

6 Salah satu resiko dari perilaku seks beresiko adalah terjadinya kehamilan diluar nikah yang menjurus kepada tindakan aborsi akibat yang ditimbulkan apabila melakukaan tindakan aborsi pada kehamilan adalah, kecuali.

39 48,75 41 51,25 80

7 Melakukan hubungan seks beresiko dapat beresiko bagi kesehatan juga bagi kejiwaan ....dampak psikis dari seks beresiko adalah....kecuali

30 37,5 50 62,5 80

8 Melahirkan anak pada usia kurang dari 20 tahun menimbulkan resiko diantaranya

67 83,75 13 16,25 80

9 Dibawah ini cara untuk menghindari penyakit menular seksual adalah

72 90,0 8 10,0 80

10 Hubungan seksual boleh di lakukan ketika 79 98,75 1 1,25 80

11 Menstruasi atau haid terjadi apabila 56 70,0 24 30,0 80

12 Masa pubertas laki-laki diawali dengan istilah mimpi basah yang berarti

49 61,25 31 38,75 80

13 Apakah anda mengetahuai cara penghitungan masa subur 21 26,25 51 63,75 80

Berdasarkan Tabel 2. dapat disimpulkan bahwa dari 80 Responden terdapat remaja yang mempunyai pengetahuan rendah sebesar 36 responden atau 45,0% dan yang mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 44 responden atau 55,0%.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Beresiko Berdasarkan Kategori di SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode

Juli-Agustus Tahun 2014

Pengetahuan Siswa Frekuensi Presentase (%)

Rendah 36 45,0

Tinggi 44 55,0

Total 80 100,0

Berdasarkan Tabel 3. dapat disimpulkan bahwa dari 80 Responden terdapat orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 38 responden atau 47,5% dan yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 42 responden atau 52,5%, terdapat Orang tua yang tidak bekerja sebesar 38 responden atau 47,5% dan Orang tua yang bekerja sebesar 42 responden atau 52,5%, sumber informasi dari media cetak dan elektronik sebesar 42 responden atau 52,5% dan yang bersumber dari keluarga/teman sebesar 38 responden atau 47,5%, tingkat ekonomi orang tua yang rendah (jika UMR) sebesar 38 responden atau 47,5% dan tingkat ekonomi tinggi (jika> UMR) sebesar 42 responden atau 52,5%, 41

responden atau 51,3% yang tidak mengikuti organisasi dan yang mengikuti organisasi sebanyak 39 responden atau 48,8%.

Tabel 3. Gambaran Variabel

Variabel Frequensi Persentase

(%) Pendidikan Orang Tua

Rendah (SD-SMP) 38 47,5

Tinggi (SMA-PT) 42 52,5

Pekerjaan Orang Tua

Tidak Bekerja 38 47,5

Bekerja 42 52,5

Sumber Informasi

Media cetak dan elektronik 42 52,5

Keluarga/teman 38 47,5

Penghasilan Keluaga

<500.000 8 10,0

500.000 - 1.000.000 30 37,5

>1000.000 42 52,5

Tingkat Ekonomi

Rendah (jika< UMR) 38 47,5

Tinggi (jika > UMR) 42 52,5

Organisasi

Tidak 41 51,3

Ya 39 48,8

Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Pendidikan Orang Tua

(3)

perilaku seks beresiko berjumlah 28 responden atau (66,7%), sedangkan untuk responden dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 14 responden atau (33,3%).

Tabel 4.

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Pendidikan Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus

Tahun 2014

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi

.

b. Hubungan antara Pengetahuan Remaja dengan Pekerjaan Orang Tua

Tabel 5.

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Pekerjaan Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus

Tahun 2014 responden dengan orang tua yang bekerja, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (61,9%), sedangkan untuk responden dengan orang tua yang bekerja, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 16 responden atau (38,1%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square

diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

c. Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Tingkat ekonomi

Table 6.

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Tingkat Ekonomi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

Tingkat responden dengan tingkat ekonomi tinggi yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (61,9%), sedangkan untuk responden dengan tingkat ekonomi tinggi, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 16 responden atau (38,1%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresikodi SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

d. Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Sumber Informasi

Table 7.

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus Tahun 2014

Sumber responden dengan sumber informasi dari media (elektronik dan media masa), yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 18 responden atau (42,9%), sedangkan untuk responden dengan sumber informasi dari elektronik dan media masa, yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 24 responden atau (57,1%).

(4)

sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

e. Hubungan Pengetahuan Remaja dengan

Keikutsertaan Organisasi

Table 8.

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Antara Keikutsertaan Organisasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Perilaku Seks Beresiko Di Sman 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi Periode Juli-Agustus

Tahun 2014 responden yang mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 26 responden atau (66,7%). Sedangkan untuk responden yang mengikuti organisasi yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terhadap perilaku seks beresiko berjumlah 13 responden atau (33,3%)

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Orang Tua (Ayah danIbu)

Berdasarkan hasil Analisis responden dengan Orang tua yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) respondenyang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 28 responden (66,7%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 14 responden (33,3%) sedangkan pada responden dengan Orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 16 responden (42,1%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 22 responden (57,9%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan Orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresikodi SMAN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maysaroh (2011) pendidikan orang tua (ayah dan ibu) akan berdampak pada minimnya pengetahuan remaja.

Dari uraian diatas berarti sesuai dengan hasil studi Need Asessment For Adolescene Reproductive Health yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang rendah akan mengakibatkan pengetahuan orang tua terhadap kesehatan reproduksi juga terbatas sehingga orang tua belum siap untuk mempersiapkan anak-anak mereka menghadapi masa remaja, selain itu orang tua menganggap anak-anak mereka lebih tahu dari pada mereka.(Ali, 2012)

2. Pekerjaan Orang Tua (Ayah dan Ibu)

Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan Orang tua yang bekerja, responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (61,9%),dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 16 responden (38,1%) sedangkan pada responden dengan Orang tua yang tidak bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggiterhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (47,7%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 20 (52,6%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan Orang tua dengan tingkat pengetahuan remajaterhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2010) bahwa pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga. Informasi sering tidak diberikan oleh orang tua yang bekerja, karena tidak mempunyai waktu yang tersisa selain mencari nafkah.

3. Sumber Informasi

Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan sumber informasi dari keluarga atau temanyang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (68,4%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 12 responden (31,6%), sedangkan pada responden dengan sumber informasi dari media cetak dan elektronik yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (42,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 24 responden (57,1%) .

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

(5)

mempengaruhi pengetahuan kita terhadap sesuatu Disinilah suatu masalah sering kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhan yang juga melibatkan pasangannya.

4. Tingkat Ekonomi

Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden dengan keluarga dengan tingkat ekonominya tinggi (jika >UMR), yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (61,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 16 responden (38,1%), sedangkan pada responden dengan keluarga dengan tingkat ekonominya rendah (jika<UMR), yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (47,4%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 20 responden (52,6%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadapperilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

Hal ini tidak sesuai dengan dengan pernyataan Depkes RI, 2009, yaitu orang tua yang memiliki sosial ekonomi rendah kurang menyadari pentingnya pemberian pengetahuan kepada anaknya. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan reproduksi.

5. Keikutsertaan Organisasi

Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa untuk responden yang mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 26 responden (66,7%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 13 responden (33,3%), sedangkan yang tidak mengikuti organisasi, yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 18 responden (43,9%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 23 responden (56,1%).

Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Moeliono,2010 bahwa organisasi merupakan perkumpulan suatu kelompok tertentu yang terhimpun didalam suatu wadah baik disekolah maupun luar sekolah. Adapun berbagai macam bentuk organisasi yang ada didalam sekolah seperti osis, pramuka,karang taruna dan lainya. Organisasi adalah wadah generasi bangsa yang merupakan wahana penting untuk menangkal berbagai potensi negatif yang berkembang dimasyarakat khususnya generasi muda/remaja yang

perlu mengetahui tentang kespro melalui sosialisasi kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat merubah perilaku remaja yang tidak sehat menjadi sehat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi, dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat di peroleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko sebanyak 44 responden atau 55,0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 36 responden atau 45,0%.

2. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pendidikan orang tua yang berpendidikan rendah (SD-SMP) sebesar 38 responden atau 47,5% dan yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebesar 42 responden atau 52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,048 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

3. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan pekerjaan orang tua yang tidak bekerja sebesar 38 responden atau 47,5% dan pekerjaan orang tua yang bekerja sebesar 42 responden atau 52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan ayah dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

4. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan sumber informasi dari keluarga atautemansebesar 38 responden atau47,5% sumber informasi dari media cetak dan elektronik, sebesar 42 responden atau52,5%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,038 dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi. 5. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja

(6)

Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,280 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara Tingkat Ekonomi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

6. Distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko berdasarkan keikutsertaan organisasi yang tidak mengikuti organisasi sebanyak 41 responden atau 51,3 dan yang mengikuti organisasi sebanyak 39 responden atau 48,8%. Setelah dilakukan uji dengan Chi-Square diperoleh nilai p Value = 0,069 dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara keikutsertaan organisasi dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap perilaku seks beresiko di SMAN 1 cabangbungin kabupaten bekasi.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,S.2010.Metodelogi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

___________, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyo, Sutanto Hastono, 2007. Analisis Statistik Kesehatan. FKM UI.

___________________,2006. Statistik Kesehatan.

Jakarta Rajawali Press.

Sumber Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta.

Saifuddin, Abdul, Bari. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :YBP-SP.

Serbaguna, 2007. Atlas Tentang Metodologi + Manajemen Penelitian. Jakarta, Sagung seto.

Rostina, 2008. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Erlangga.

(www.data statistic.com) (www.remajaindonesia.or.id)

Intan kumalasari,2012.kesehatan reproduksi ,Jakarta, Saleba medika.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendkatan Praktik. Edisi revisi.ke IV, Jakarta : Rineka Cipta

Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.

___________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman.

Gambar

Tabel 3. Gambaran Variabel
Table 6.
Table 8. menganggap anak-anak mereka lebih tahu dari pada

Referensi

Dokumen terkait

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Revitalisasi Jaringan Fiber Optik Unsrat (Revisi) ,

dilihatnya. f) Peserta didik mencatat poin penting dari film yang dilihat. Penilaian media film dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Aspek dalam penilaian yang dilakukan

4.7 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), serta gabungan beberapa bangun ruang

Diploma III Pada jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik.. Negeri

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

With the establishment of cloud terminal mIoT sleep laboratories at Zhongshan Hospital in Fudan Universtity, some patients have joined the platform, enabling community and

Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam?. hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak -

Melalui CTL diharapkan proses pembelajaran mampu meminimalisir kesulitan setiap siswanya (Johnson , 2002: 178).. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik