Seratus Kisah Orang Saleh yang Menangisi Dosa-dosanya
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah swt. Di mana pertolongan,
petunjuk dan ampunan-Nya yang senantiasa kita harapkan.
Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan-keburukan jiwa
serta perbuatan kita. Sesungguhnya siapa yang mendapat
petunjuk-Nya, niscaya tidak akan ada yang menyesatkannya.
Dan barang siapa yang Allah sesatkan, tiada pula yang dapat
memberinya petunjuk. Tiada tuhan selain Allah yang maha
Tunggal, dan bahwa Muhammad adalah rasul-Nya.
Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah kalam
Allah. Sebaik-baik perilaku adalah perilaku Muhammad, dan
seburuk-buruk urusan adalah urusan yang datang kemudian. Apa yang datang kemudian merupakan bid‘ah, sedangkan bid‘ah adalah perbuatan sesat, tiada tempat kembali untuk
kesesatan selain ke neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakawalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” 1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
1
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” 2
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu.dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” 3
Sesungguhnya setiap orang mukmin tidak lepas dari salah
dan dosa. Akan tetapi kemudian jiwanya merasa tersiksa,
pikirannya terganggu, hingga ia menyesali perbuatan dosa
serta kesalahan yang telah dilakukannya. Orang mukmin yang
berbuat dosa, akan menyesalinya karena ia sadar bahwa
dirinya telah menyia-nyiakan ketentuan Tuhan yang
diberlakukan pada dirinya. Pada saat yang demikian, jiwa
dan pikirannya terpanggil untuk bertaubat, beristigfar dan
memohon ampunan dari Allah swt.
Berkaitan dengan hal di atas, dalam buku ini akan kami
suguhkan pendirian orang-orang saleh dalam menyikapi
perbuatan-perbuatan mereka yang salah. Amalan orang-orang
saleh itu berupa tangisan atas dosa-dosa yang pernah mereka
perbuat. Adapun kita yang hidup sekarang seharusnya lebih
perlu menangisi dosa-dosa kita yang tak terhingga di zaman
ini. Memang kita semua adalah orang-orang yang tidak luput
dari salah dan dosa, akan tetapi sebaik-baik orang yang
berbuat salah dan dosa adalah mereka yang sudi bertaubat,
sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.
Harapan kami, melalui buku ini kita dapat lebih bersikap
waspada terhadap hal-hal yang dapat menjerumuskan kita ke
2
An Nisa: 1
3
dalam dosa-dosa. Allah adalah sebaik-baik penerima taubat
bagi hamba-hamba-Nya yang bersedia meminta ampunan dan
bertaubat kepada-Nya.
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”4
Majdi Muhammad Assyahawey
* * *
TANGISI KESALAHANMU
Dari Uqbah bin Amir ra, ia berkata, ―Ya Rasulullah apakah keselamatan itu?‖ Nabi menjawab, ―Jagalah lisanmu, lapangkanlah rumahmu dan menangislah atas kesalahanmu‖5
Dari Tsauban ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Beruntunglah orang yang bisa menguasai/menahan dirinya, dan orang yang melapangkan rumahnya, serta orang yang menangis atas kesalahannya.‖6
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Haitsam bin
Malik bahwa Rasulullah saw tatkala berkhotbah, ada
seseorang yang menangis di hadapan beliau. Kemudian Rasulullah saw bersabda, ―Sekiranya hari ini diperlihatkan kepada kalian dosa-dosa orang mukmin yang menyeterai
deretan pegunungan, niscaya dosa-dosa mereka dapat terhapus
oleh tangisan orang ini. Itu adalah karena para malaikat sedang menangis dan mendoakannya: ―Ya Allah berilah syafaat
4
Hud: 88
5
HR. Ahmad (4/148,158), at-Tirmidzi (2406), Abu Imran dalam
bab al-fitan (119),al-Baihaqi dalam Sya‘bul Iman (508,
4930), dan at-Thabrani dalam al-Kabir (17/271).
6
bagi orang-orang yang sanggup menangis di tengah-tengah
orang yang tidak menangis.7
Menangis karena menyesali perbuatan dosa dan kesalahan
adalah perbuatan yang terpuji. Karena tangisan semacam itu
menunjukkan adanya penyesalan dan rasa takut akan siksa Allah swt. Rasulullah saw bersabda, ―Menangislah kalian, sekiranya kalian tidak dapat menangis maka buat-buatlah
menangis. Sesungguhnya para penghuni neraka menangis hingga
tetesan air mata mereka yang mengalir bagaikan aliran
sungai, lalu habislah air mata mereka. Dan meneteslah darah
mereka hingga matanya kering. Maka sekiranya ada perahu
diatasnya, niscaya perahu itu akan melayar.8
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Mas‘ud bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Tidaklah setetes air mata yang menetes dari mata seorang mukmin, meskipun air mata itu
setitik kepala lalat, akan tetapi disebabkan ia takut
kepada Allah, kemudian air matanya menerpa sebagian mukanya, niscaya Allah mengharamkan baginya api neraka.‖9
Dalam hadits Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, sekali-kali tidak akan kembali ke neraka sebelum air susu sampai di susuannya.‖10
Dari Abi Imamah bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Tidak ada tetesan yang lebih disukai oleh Allah melebihi tetesan
7
HR. al-Baihaqi dalam Sya‘bul Iman (810)
8
Ibnu al-Mubarak dalam Az-Zuhd (295)
9
HR.at-Thabrani dalam al-Kabir (10/17)
10
HR. Ahmad (2/505), At-Tirmidzi(1633), an-Nasai (3108),
air mata karena takut kepada-Nya, atau tetesan darah yang
tertumpah dalam membela jalan-Nya.11
Suatu kali Rasulullah saw pernah mengucapkan doa: ―Ya Allah karuniailah aku sepasang mata yang mudah menangis,
yang tetesan airmatanya dapat menyejukkan hati karena takut
kepada-Mu. Karuniakanlah sebelum tetesan air mata itu
menjadi darah dan sebelum nurani menjadi batu.12
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Tujuh perkara yang dilindungi Allah pada hari tiada perlindungan selain
perlindungan dari-Nya.‖ Kemudian Rasulullah mengucapkan
haditsnya. Di antara yang beliau ucapkan adalah ―Dan
seorang yang mengingat (berdzikir) kepada Allah seorang diri hingga penglihatan matanya sirna.‖13
Dari Abbas bin Abdul Mutallib bahwa Rasulullah saw
bersabda, ―Jika seorang hamba merasakan bulu kulitnya
merinding karena takut kepada Allah, maka rontoklah
dosa-dosanya bagaikan daun-daun kering yang rontok dari
pepohonan.14
Abu Bakar As-Siddik berkata, ―Barangsiapa yang dapat
menangis maka menangislah, dan barangsiapa yang tidak
sanggup cukuplah ia buat-buat menangis.15
Abdullah bin Amr bin Ash berkata, ―Menangislah, jika kalian tidak dapat menangis, cukuplah buat-buat menangis!
Demi Dia yang menguasai jiwaku! Apabila salah seorang dari
11
HR.at-Tirmidzi (1669), at-Thabrani dalam al-Kabir (8/235)
12
HR. Abu Naim dalam Hilyatul Awliya (2/196)
13
HR. al-Bukhari (660), Muslim (1031), At-Tirmidzi (2391),
dan an-Nasai dalam al-Mujtaba (5395)
14
al-Mundziri dalam at-Targhib (5047)
15
kalian mengerti kandungan ucapan itu, niscaya ia akan
menangis tersedu hingga suaranya terputus, dan niscaya ia
akan melakukan shalat hingga tulang rusuknya patah.16
Abu Sulaiman Ad-Darini berkata, ―Tidak ada balasan untuk
mata yang selalu berlinang kecuali bahwa wajah pemiliknya
tidak akan memancarkan kehinaan pada hari kiamat.17
Sedangkan menurut Musarwaq bahwa seseorang sesungguhnya
akan mendapati ruang-ruang yang kosong sehingga ia
mengingat dosa-dosanya di sana dan memohon ampunan.18
Hatim al-Asham ra berkata, ―Aku mendengar Syaqiq al -Balkhi pernah berkata, ―Tidak ada seorang hamba yang paling benar sekalipun bebas dari rasa gelisah dan cemas. Gelisah
atas dosa-dosanya yang telah berlalu dan cemas akan apa
yang ia tidak ketahui akan menimpa.19
Dalam sebuah khabar bahwa al-Khidhr berkata kepada Musa as, ―Buanglang sikap keras kepala darimu, dan janganlah engkau melangkah tanpa tujuan, jangan pula tertawa jika
tidak ada yang menakjubkanmu, tetaplah di rumahmu
tangisilah dosa-dosamu.20
Dalam sebuah riwayat diceritakan tatkala al-Khidhr pergi
hendak berpisah dari Musa as, Musa berkata kepadanya, ―Berilah aku wasiat!‖
Al-Khidhr menjawab, ―Tersenyumlah jangan tertawa,
buanglah sifat keras kepala darimu, janganlah engkau
melangkah tanpa tujuan, jangan mencela orang-orang yang
16
al-Hanad dalamaz-Zuhd, (469)
17
al-Ihya‘ (4/163)
18 Sya‘bul Iman (747, 750) 19 Sya‘bulIman, (795)
20
berbuat salah dengan kesalahan mereka, menangislah atas
dosa-dosamu wahai putra Imran!‖21
Dalam suatu riwayat, Isa putra Maryam as pernah berkata pada para sahabatnya, ―Keselamatan ada dalam tiga hal: menangisi kesalahan, menjaga lisan dan menetapi tempat
tinggal. Hari-hari ada tiga: hari lampau yang telah kau
lalui, harimu sekarang yang engkau ambil bekal darinya, hari esok yang tak diketahui apa yang akan kau peroleh.‖22
Dari Syamith bin Ijlan berkata, ―Seseorang berkata kepada Isa putra Maryam as, ―Wahai tuan guru kebajikan! Ajarilah aku amalan sekiranya aku amalkan maka aku
tergolong orang yang bertakwa kepada Allah sebagai mana Ia perintahkan!‖
Isa menjawab, ―Berbuatlah dalam kadar yang mudah. Jika engkau bersedia cintailah Allah sepenuh dan setulus hatimu,
berjuanglah dengan sepenuh ragamu. Jika engkau melakukan
kebaikan, maka lupakanlah, sesungguhnya Dzat yang tidak
pernah lupa menjaganya untukmu. Hendaklah dosa-dosamu
menjadi tanggungan kedua matamu, dan hendaklah pula engka menghormati sesamamu.‖23
Dari Abdullah bin Ausajah berkata, ―Allah telah mewahyukan kepada Isa putra Maryam, ―Jadikan Aku sebaagi satu-satunya perhatian dari dirimu, jadikan Aku sebagai
bekal untuk tempat kembalimu, dekatilah aku dengan
amalan-amalan sunah maka aku mencintaimu, janganlah engkau
berpaling kepada selain Aku maka Aku menghinakanmu,
bersabarlah atas cobaan, terimalah ketetapan-Ku,
berjalanlah engka dalam jalur-Ku, sesungguhnya jalur-Ku
21
Tarikh ad-Damsyiq, karya Ibnu Asakir (16/416)
22
Tarikh ad-Damsyiq, karya Ibnu Asakir (47/438)
adalah untuk mentaatiku, maka janganlah mendurhakai-Ku.
Jadikan dirimu dekat dari-Ku, dan berbisiklah untuk
mengingatku dengan lisanmu, hendaklah mawaddah-Ku ada dalam
dadamu, hendaklah engkau terjaga dari kelalaian,
tetapkanlah perkara dengan santun, hendaklah engkau senang
dan berharap hanya kepada-Ku, teguhkan hatimu untuk takut
hanya kepada-Ku, berjagalah di malam hari untuk menggapai
jalur-Ku, penuhilah waktu siangmu demi hari penglihatan di
sisi-Ku, berlombalah dalam kebaikan dengan kegigihanmu,
temukanlah kebaikan dimanapun kau mengarah, pergaulilah
sesama sesuai nasehat-Ku, tetapkanlah urusan sesamamu
dengan keadilan-Ku, sesungguhnya telah Aku turunkan bagimu
penawar rasa was-was dikarenakan penyakit kelupaanmu, telah
aku turunkan pula ketajaman penglihatan sebagai ganti
penglihatan yang rabun, janganlah engkau menjadi orang yang
tidak berguna yang seakan terbelenggu padahal sejatinya
engkau hidup dan bernafas.
Wahai Isa putra Maryam! Tidak ada sesuatu makhlukpun
yang mengimani-Ku melainkan ia penuh harap, tidak ada pula
yang penuh harap terhadap-Ku melainkan ia akan menuai
pahala dari-Ku, Aku bersaksi kepadamu bahwa makhluk-Ku
amatlah percaya akan siksa-Ku selama engkau tidak merubah
ketetapan-Ku.
Wahai Isa putra Maryam! Tangisilah dirimu sepanjang
hidupmu, menangislah sebagaimana tangisan orang yang
berpisah dari keluarganya, meninggalkan dunianya,
membiarkan kenikmatan untuk para penghuninya, sementara
kecintaannya kepada Allah semakin meningkat. Jadilah engkau
orang yang lembut ucapan, santun dalam bicara serta penebar
salam. Tetaplah engkau terjaga tatkala mata orang-orang
tengah tertidur pulas, untuk tetap waspada akan datangnya
kencang, di mana pada hari itu tidak berharga lagi sanak
saudara dan harta benda. Celakilah matamu dengan rasa takut
tatkala orang-orang perkasa tengah tertawa. Menangislah
dengan tangisan orang yang telah mengetahui bahwa dirinya
akan berpisah untuk menuju Dzat yang lebih dekat dengannya
daripada urat nadinya. Pada saat itu, jadilah engkau orang
yang sabar dan selalu waspada. Karena engkau akan sangat
beruntung jika apa yang Aku janjikan untuk orang-orang yang
sabar dapat menggapaimu. Berpalinglah dari dunia kepada
Allah hari demi hari. Rasakan aroma-Nya, sesuatu yang telah
raib darimu hingga engkau tidak mengetahui di mana rasanya,
sesuatu yang belum datang padamu hingga engkau tidak tahu
seperti apa lezatnya. Sungguh Aku katakan padamu, apalah
engkau ini kecuali hanya berlalu bersama hari-harimu…..24
Ada seorang lelaki mendatangi Ibnu Abbas, orang menamainya Jundab, ia berkata kepada Ibnu Abbas, ―Berilah aku wasiat!‖
Ibnu Abbas menjawab, ―Aku berwasiat padamu untuk bertauhid kepada Allah, beramal karena Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, sesungguhnya segala kebaikan yang
engkau jalani setelah itu akan diterima di sisi Allah.
Wahai Jundab, sungguh engkau tidak akan bisa menjauhi ajal
melainkan ia semakin dekat, maka lakukanlah shalat muwadda‘, jadilah kamu di dunia ini laksana orang asing yang tengah berkelana, karena sesungguhnya engkau niscaya
akan menjadi penghuni kubur. Menangislah atas dosa-dosamu,
bertaubatlah atas kesalahanmu. Jadikanlah dunia ini lebih
hina dari telapak sandalmu, seolah engkau telah
meninggalkannya. Kini engkau telah menuju pada pengadilan
Tuhan, apa yang telah engkau langgar tidak dapat memberimu
manfaat. Hanya amalmu yang akan memberimu manfaat.25
Dari Ja‘far bin Muhammad al-Khurasani ia berkata, ―Ada orang lanjut usia ditanya, ―Apa yang masih engkau ingini dari sisa hidupmu?‖ orang tua itu menjawab, ―Menangisi dosa-dosa.‖26
* * *
KITA ORANG-ORANG BERDOSA
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ibnu Abbas bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda, ―Tidak seorang mukminpun
yang luput dari dosa yang diperbuatnya dari waktu ke waktu,
atau dosa yang terus menerus diperbuatnya, dosa itu tidak
akan lepas darinya sebelum ia bersedia melepasnya. Seorang
mukmin diciptakan senantiasa terkecoh, gampang bertaubat,
mudah lupa, akan tetapi jika diingatkan maka ia akan ingat.‖27
Maka tidak ada satupun dari kita yang luput dari
perbuatan dosa.
Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah saw bersabda, ―Setiap keturunan Adam memiliki
salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat.‖28
* * *
HADIRNYA DOSA-DOSA
Dalam al-musnad disebutkan sebuah hadits dari Uqbah bin Amir ra dari Rasulullah saw bersabda, ―Sesungguhnya
25
Al-Bidayah wa an-Nihayah (8/305)
26
Al-Umru wa as-Syaibu, karya Ibnu Abi ad-Dunya (28)
27
HR. At-Thabrani dalam al-Kabir (11/304)
28
HR. Ahmad (2/198), at-Tirmidzi (2499), Ibnu Majah (4251),
perumpamaan orang yang berbuat keburukan kemudian melakukan
perbuatan baik, adalah seperti orang yang mengenakan baju
besi yang sempit, lalu baju itu membesar, kemudian ia
melakukan kebaikan sekali lagi, maka terbukalah suatu
celah, apabila ia melakukan kebaikan sekali lagi maka
terbuka pula celah yang lain sehingga ia bisa keluar ke
permukaan bumi.29
Sesungguhnya setiap manusia tidak akan terbebas dari
dosa yang selalu mengurungnya, kecuali ia bertaubat dan
menjalankan amal saleh.
Terkait dengan hal itu, orang-orang salaf terdahulu
sering mengulang-ulang bacaan berikut di malam hari sambil
menangis tersedu:
Tangisilah dosamu sepanjang malam dengan sungguh-sungguh
Sesungguhnya tangisan itu penawar rasa takut
Jangan pernah lengah dari dosa-dosa sepanjang hari
Sesungguhnya dosa-dosa itu selalu menyelemuti manusia30 * * *
PENAWAR DOSA
Beristighfar merupakan amalan yang sangat mujarab untuk
menghapus dosa-dosa, karena istighfar adalah penawar
perbuatan dosa. Hal ini telah ditegaskan dalam sebuah hadits marfu‘ yang diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, ―Sesungguhnya bagi setiap penyakit ada penawarnya, adapun penawar dosa-dosa adalah beristighfar (memohon ampun).‖
Imam Qatadah berkata, ―Sesungguhnya al-quran menunjukkan kepadamu tentang penyakit dan penarwarnya untukmu. Adapun
29
HR. Ahmad (4/145), at-Thabrani dalam al-Kabir (17/284)
30
Keterangan hadits labbaik,karya Ibnu Rajab al-Hambali (h
penyakit itu adalah dosa-dosa, sedangkan penawarnya adalah beristighfar.‖
Sebagian ulama ada yang mengatakan, ―Sesungguhnya penawar orang-orang yang berbuat dosa adalah menangis dan
beristighfar. Maka barangsiapa yang telah dirundung dosa seharusnyalah ia memperbanyak istighfar.‖
Riyah al-Qaisy berkata, ―Aku memiliki empatpuluh dosa,
dan aku telah memohon ampun (beristighfar) kepada Allah untuk setiap dosa sebanyak seratus ribu kali istighfar.‖
Adapula yang menghisab dirinya dari masa baligh. Apabila
dosanya tidak lebih dari tigapuluh enam, maka ia
beristighfar kepada Allah untuk setiap dosanya sebanyak
seratus ribu kali, ditambah shalat untuk setiap dosa seribu
rekaat, ditambah lagi menghatam al-quran setiap rakaat satu kali. Kemudian ia berkata, ―Meski demikian sesungguhnya aku masih belum merasa aman dari murka Allah yang akan
menghukumku karena dosa-dosa itu. Sungguh aku masih dalam
kondisi yang menghawatirkan untuk bisa diterima taubatku.
Adapun orang yang memperhatikan dengan seksama
dosa-dosanya, maka ada kemungkinan ia akan bergebung bersama
orang-orang yang sedikit dosanya. Karena dengan demikian
permohonan ampun orang-orang itu akan menebar kepadanya.
Pernah suatu ketika Umar bin Khattab ra meminta sekelompok
anak kecil untuk memohonkan ampun kepada Allah, sambil berkata, ―Kalian anak-anak yang belum berdosa.‖
Abu Hurairah ra pernah berkata kepada anak-anak, ―Ucapkanlah Ya Allah ampunilah dosa-dosa Abi Hurairah!‖ Abu Hurairah mengucapkan amin bersama anak-anak yang
mendoakannya.
Bakar bin Abdullah al-Muzna berkata, ―Jika ada orang
kepada Allah ampunan untukku, niscaya permohonannya itu terkabul.‖
Sementara orang yang dosa dan keburukannya sangat
banyak, hingga ia tidak ingat lagi seberapa banyak ia
berbuat dosa, sebaiknya ia meminta ampunan (beristighfar)
kepada Allah karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,
termasuk dosa-dosa hamba-Nya. Allah berfirman:
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya,
lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu,
padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.” 31
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Syidad bin Aus, Rasulullah saw bersabda, ―Aku memohon kebaikan yang Engkau ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan
yang Engkau ketahui, aku memohon ampunan (istighfar atas
dosa-dosa) yang Engkau ketahui, sesungguhnya Engkau Dzat
Yang Maha Mengetahui yang ghaib.‖32
Senada dengan ucapan di atas, para ulama pernah
mengucapkan kalimat berikut:
Aku memohon ampun kepada Allah dari segala dosaku yang
Dia ketahui
Sesungguhnya kesengsaraan itu adalah orang yang tidak
menyayangi Allah. Allah tidak akan mengasihi orang yang
dosa-dosanya tidak lagi terhitung akan tetapi ia masih
mengasihi Allah. Maka beristighfarlah kepada Allah atas
dosa-dosa yang pernah ada. Karena itu beruntunglah
orang-orang dapat terbebas dari perkara yang dibenci Allah.
31
al-Mujadalah: 6
32
HR. Ahmad (4/123), at-Tirmidzi (3407), an-Nasai
* * *
ANJURAN BERISTIGHFAR
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang yang bertakwa. (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang menyukai kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganaiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan
surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal.” 33
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, ―Apabila seorang hamba melakukan perbuatan dosa, maka hendaklah ia berkata, ―Ya Tuhanku, aku telah melakukan perbuatan dosa meka ampunilah dosaku. Lalu Allah berkata, ―Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang memberi ampunan
terhadap perbuatan dosa serta menghukum atas perbuatan dosa
itu sendiri. Maka telah Aku beri ampun untuk hamba-Ku,
kemudian apabila ia masih melakukan perbuatan dosa lagi.
(hadits masih berlanjut hingga Rasulullah mengucapakannya
33
untuk yang keempat kali, ―maka silakan ia berbuat sesuka hatinya.‖34
Artinya selama masih dalam kondisi seperti ini, setiap
kali ia berbuat dosa ia akan memohon ampunan.
Dalam hadits yang lain diriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, ―Tidaklah merugi orang yang mengucap istighfar meskipun ia kembali lagi dalam sehati sebanyak tujupuluh kali.‖35
Ada sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dari
Uqbah bin Amir bahwa seseorang mendatangi Rasulullah saw sambil berkata, ―Wahai Rasulullah, bagaimana jika ada orang berbuat dosa?‖ Rasulullah menjawab, ―Dicatat untuknya.‖ Orang berkata, ―Bagaimana jika ia memohon ampunan?‖ Rasulullah menjawab, ―Ia akan diampuni dan diterima taubatnya.‖ Orang itu berkata lagi, ―Bagaimana jika ia berbuat dosa lagi?‖ Rasulullah menjawab, ―Dicatat untuknya.‖ Orang itu berkata lagi, ―Lalu bagaimana jika ia bertaubat?‖ Rasulullah menjawab, ―Dia akan tetap diampuni dan diterima taubatnya. Allah tidak akan bosan hingga kalian merasa bosan.‖36
Dalam hadits Abi Dzar ra, dari Rasulullah saw riwayat dari Allah swt, Allah berkata, ―Wahai Bani Adam, apa yang engkau panjatkan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dosa yang ada
darimu. Wahai Bani Adam, sekiranya engkau bawakan dosa-dosa
sehamparan bumi ini asalkan engkau tidak menyekutukan Aku
34
HR.Muslim (2758), Ibnu Hibban (625), an-Nasai dalam
al-Kubra (10252), Ahmad (2/492) dan al-Hakim (4/242)
35
HR. Abu Daud (1514), at-Tirmidzi (3559), al-Baihaqi (20554), Abu Ya‘la (137, 139),al-Qudha‘I dalam as-Syihab (788)
36
dengan sesuatupun, niscaya Aku bawakan ampunan sehamparan
bumi. Wahai Bani Adam, sekiranya engkau berbuat dosa hingga
setinggi langit kemudian engkau meminta ampunan daripada-Ku niscaya Aku beri ampunan kepadamu tanpa peduli.‖
Dalam sebuah riwayat dari Abi Dzar ra, dari Nabi Muhammad saw: Allah swt berkata, ―Barangsiapa berbuat kebajikan, niscaya ia memperoleh balasan sepuluh kali lipat
darinya atau Aku lebihkan. Barangsiapa melakukan perbuatan
tercela, maka balasannya sebesar perbuatannya itu atau Aku
beri ampunan untuknya. Barangsiapa mendekatkan diri
kepada-Ku selangkah, maka Aku mendekatinya satu lengan. Barang
siapa mendekati-Ku satu lengan, maka Aku mendekatinya
jengkal. Barangsiapa mendekati-Ku sambil berjalan, maka Aku
mendekatinya dengan bergegas. Barangsiapa membawa dosa
seluas bumi kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku, niscaya Aku membawakan untuknya ampunan sebanyak itu pula.‖37
Dari Amr bin Qais al-Mala‘i, ia berkata, ―Iblis berkata, ―Tiga perkara selama manusia ada didalamnya, maka aku bisa mewujudkan keinginanku: Orang yang menyembunyikan ilmunya,
orang yang melupakan dosa-dosanya, dan orang yang mengagumi (membanggakan) pikirannya sendiri.‖38
* * *
NABI MEMOHON AMPUN DARI DOSA-DOSA
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, ―Kami pernah menghitung dalam satu majelis Rasulullah saw mengucap sebanyak seratus kali kalimat berikut, ―Ya Tuhan ampunilah aku dan terimalah
37
HR.Muslim (2687), Ahmad (5/147, 148, 154, 167, 172, 177),
Ibnu Hibban (226), al-Hakim (4/241), al-Baihaqi dalam Sya‘bul Iman (1043), Ibnu al-Ju‘di (3423), Ibnu Abi ad -Dunya dalam Husnu az-zhan billahi (32)
taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Pemberi ampun.‖39
Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Demi Allah, sungguh aku selalu meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Na setiap hari lebih dari tujupuluh kali.‖40
Dari Aghri al-Muzna ra bahwa Rasulullah saw bersabda, ―Sungguh rasa lupa itu selalu ada dalam diriku, dan akuselalu meminta ampunan kepada Allah seratus kali setiap hari.‖41
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah, ia berkata, ―Aku berkata, ―Wahai Rasulullah! Aku adalah seorang yang buruk perkataan, demikian pula kebanyakan
keluargaku. Kemudian Rasulullah saw menjawab, ―Lalu
dimanakah ucapan istighfarmu? Sungguh aku selalu menghucap istighfar kepada Allah dalam sehari semalam seratus kali.‖42
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas dari
Rasulullah saw, bahawa Rasulullah saw pernah bersabda, ―Barangsiapa yang memperbanyak ucapan istighfar, niscaya Allah membukakan celah untuknya dari setiap kesusahan,
39
HR. Ahmad (2/21), Abu Daud (1517), at-Tirmidzi (3434),
Ibnu Majah (3814),an-Nasai dalam al-Kubra (10292)
40
HR. Al-Bukhari (6307, 3259), Ahmad (2/282, 341, 450,
925), an-Nasai dalam al-Kubra (10269)
41
HR.Muslim (2702), Abu Daud (1515), Ahmad (4/211, 260),
an-Nasai dalam al-Kubra (10276), at-Thabrani dalam al-Kabir
(1/302)
42
HR.Ahmad (5/394, 396, 397, 402), Ibnu Majah (3817),
ad-Darami (2723), al-Hakim (1/511), Ibnu Hibban (922),
an-Nasai dalamal-Kubra (10282, 10284), Ibnu as-Sina (362), Abu
memberikan jalan keluar untuknya dari kesulitan dan
memberinya rezeki yang tiada terduga.43
Abu Hurairah berkata, ―Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya seribu kali setiap hari, yang
demikian itu merupakan tanggunganku.
Aisyah ra berkata, ―Kebahagian yang besar bagi orang yang mendapati ucapan istighfar yang banyak dalam buku
amalannya.44
Abu Manhal berkata, ―Tidak ada teman yang lebih disukai seoarang hamba di dalam kuburnya melebihi cintanya pada
istighfar yang banyak.45
Dari Urwah bin Amir ra, ia berkata, ―Sesungguhnya setiap orang akan diperlihatkan dosa-dosanya, lalu ia melewati
hamparan dosa-dosanya, lalu Allah berkata kepadanya, ―Adapun Aku sesungguhnya amatlah mengasihimu. Maka orang itu mendapat ampunan.46
* * *
UCAPAN ISTIGHFAR YANG UTAMA
Dalam hadits Syidad bin Aus bahawa Rasulullah saw bersabda, ‖Ucapan istighfar yang paling utama adalah jika engkau mengucapkan. ―Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku dan aku adalah
hamba-Mu. Dan aku memenuhi janji-Mu sebatas kemampuanku.
Aku berlindung pada-Mu dari segala keburukan perbuatanku.
43
HR.Ahmad (1/248), Abu Daud (1518), Ibnu Majah (3819),
al-Hakim (4/262), an-Nasai dalam al-Kubra (10290), al-Baihaqi
(6214), at-Thabrani (10/281)
44
Hadits marfu‘dari Abdullah bin Basyar dalam al -Kubra,karya an-Nasai (10289), Ibnu Majah (3818)
45 Dalam Jami‘al
-Ulum wa al-Hikam,karya Ibnu Rajab (h 397)
46
Aku kembali kepada-Mu dengan segenap nikmat-Mu terhadapku.
Aku kembali kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku.
Sesungguhnya tiada yang berhak mengampuni dosa-dosa selain daripada Engkau.‖ Kemudian Nabi berkata, ―Barangsiapa mengucapkan kalimat itu di siang hari dengan seksama lalu
ia mati pada hari itu sebelum memasuki waktu senja, niscaya
ia tergolong sebagi penghuni surga. Barangsiapa
mengucapkannya di malam hari dengan seksama, lalu ia mati
sebelum memasuki wktu pagi niscaya ia tergolong sebagai penghuni surga.‖47
Abdullah bin Masud berkata, ―Sesungguhnya ucapan yang paling disukai Allah adalah ucapan seorang hamba yang mengatakan, ―Ya Allah aku mengakui dosaku dan aku kembali dengan nikmat-Mu, maka berilah ampunan-Mu kepadaku.
Sesungguhnya tiada yang berhak mengampuni dosa-dosa selain
daripada Engkau.48
* * *
MENGIBA SAAT MENCARI AMPUNAN AllAH
Mengiba tatkala berdoa memohon ampunan Allah swt dinilai sebagai hal yang sangat penting. Allah swt berkata, ―Aku sebagaimana dalam persangkaan hamba-Ku tentang Aku, maka
hendaklah hamba-Ku berprasangka tenta-Ku sebagaimana yang diinginkan.‖49
47
HR. al-Bukhari (6306), at-Tirmidzi (3393), an-Nasai dalam
al-Mujtaba (5522) dan al-Kubra (7963), Ibnu Majah (3872),
Ahmad (4/122, 124), Ibnu Hibban (932, 933), al-Hakim
(2/458),
48 Sya‘bul Iman (7171) 49
Dalam salah satu riwayat dikatakan, ―Janganlah kalian berprasangka kepada Allah selain prasangka yang baik.‖50
Diriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Umar sebagai hadits marfu‘, ―Allah mendatangi orang mukmin pada hari kiamat, Dia mendekatinya hingga membuat oarang itu tertutup
dari pandangan semua makhluk-Ny. Lalu Allah berkata kepadanya, ―Bacalah! Allah kemudian memberitahukan dosa-dosa orang itu, lalu berkata lagi, ―Tahukah kamu ini? Tahukah kamu ini? Orang itu menjawab, ―Ya.‖ Kemudian ia melihat kanan kirinya, Allah berkata lagi, ‖Tidak perlu cemas hamba-Ku, kamu berada dalam hijab-Ku hingga idak ada
seorangpun dapat melihat-Mu. Tidak ada seorangpun di antara
Aku dan engkau pada hari ini yang dapat mengintip
dosa-dosamu selain Aku. Aku memberimu ampun atas dosa-dosa itu
cukup dengan satu hal dari semua yang telah kau lakukan
untuk-Ku.oarang itu berkata, ―Apa itu Tuhanku?‖ Allah menjawab, ―Engkau tidak pernah mengharap ampunan selain daripada Aku.‖51
Adapun sebab-sebab yang paling utama diberikannya
ampunan oleh Allah adalah apabia seorang hamba yang berbuat
dosa tidak pernah mengharap ampunan selain daripada Allah
semata. Dimana ia menyadari bahwa tidak ada yang berhak
memberi ampunan serta menjatuhkan hukuman selain Allah swt.
Dalam hadits Abu Dzar terdahulu yang telah disebutkan
dari Rasulullah saw sebagai riwayat dari Allah swt, dikatakan, ―Apa yang telah engkau panjatkan kepada-Ku dan apa yang telah engkau harap dari-Ku, sesungguhnya telah Aku
berikan ampunan-Ku dan Aku tiada peduli.‖52
50
HR. Ibnu Abi ad-Dunya dalam Husnu az-zhan billahi (84).
51
Jami al-Ulum wa al-Hikam (h 393)
52
Artinya seberapa banyak dosa dan kesalahan itu sama
sekali tidak mengherankan dan tidak pula berlebihan dalam
pandangan Allah.
Dalam hadits shahih Rasulullah saw bersabda, ―Apabila adadi antara kalian yang berdoa, maka hendaklah ia
membesarkan harapannya. Sesungguhnya tiada sesuatupun yang mengherankan bagi Allah.‖53
Dosa-dosa manusia meskipun sangat besar dan tiada
terhitung, sesungguhnya ampunan dan rahnat Allah swt jauh
lebih besar dan tiada terhitung daripada besdarnya
dosa-dosa itu. Sesungguhnya pula dosa-dosa-dosa-dosa yang banyak itu
teramat kecil dibanding dengan ampunan sertarahmat-Nya.
Dalam hadits Jabir bin Abdullah diceritakan bahwa ada seseorang mendatangi Rasulullahsaw seraya berkata, ―Betapa banyak dosa-dosaku!dia mengucapnya sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian Rasulullah saw menjawab, ―Ucapkanlah kalimat: ―Ya Allah sesungguhnya ampunan-Mu jauh lebih agung daripada dosa-dosaku. Dan rahmat-Mu lebih berharga bagiku
daripada amal-amalku sendiri.‖ Orang itu mengucapkan ucapan
yang diajarkan Rasulullah saw kepadanya. Kemudian Rasulullah saw berkata kepadanya, ―Ulangi!‖ Orang itu mengulangi bacaannya. Rasulullah berkata lagi, ―Ulangi! Oarang itu mengulangi bacaannya lagi. Kemudian Rasulullah saw berkata kepadanya, ―Bangunlah! Sesungguhnya Allah telahmengampuni dosa-dosamu.‖54
Sejalan dengan pengertian ini, banyak para ulama yang
mengucapkan bait syair di bawah ini:
53 HR. Muslim (2679), Abu Ya‘la (6496) dari Abi Hurairah 54
Wahai orang yang besar dosanya
Ampunan Allah lebih besar dari dosa-dosamu
Seberapa banyak dosa-dosa manusia
Maka dibanding pengampunan Allah itu termaafkan.
Dari As-Sya‘bi, ia berkata, ―Aku mendengar ucapan dari
Abdul Malik bin Marwan orang-orang yang hasud terhadapny. Aku mendengarnya berkata, ―Ya Allah sungguh dosa-dosaku teramat banyak hinnga melampaui batas. Akan tetapi
dosa-dosa itu teramat kecil dibanding ampunan-Mu, maka berilah
ampunan kepadaku!‖55
Adapun Abu Imran as-Salma pernah membaca syair berikut:
Sesungguhnya aku melakukan dosa yang aku tahu
takarannya. Aku tahu bahwa Allah Maha pemberi ampunan.
Meskipun dosa-dosa manusia teramat banyak, akan tetapi
dibandingkan dengan rahmat Allah, dosa-dosa itu teramat
kecil.56
* * *
BEGINI SEHARUSNYA ISTIGHFAR
Dari Yusuf bin Husein, ia berkata, ―Suatu ketika Dzu An -Nun ditanya tentang istighfar, lalu ia berkata, ―Wahai
saudaraku! Istighfar adalah istilah yang mengandung enam
makna berikut:
Pertama, menyesali apa yang telah diperbuat.
Kedua, bertekad meninggalkan perbuatan dosa selamanya.
Ketiga, apabila ia merupakan fardhu yang telah engkau
lalaikan sebagai kewajiban antara dirimu dengan Tuhan.
Keempat, menyedekahkan harta dan kekayaan demi
kemaslahatan sesama.
55
Husnu az-Zhan billahi,karya Ibnu Abi ad-Dunya (113)
56
Kelima, menghindari makanan (daging dan tumbuhan) yang
diperoleh secara batil.
Keenam, menerima getirnya mentaati kebaikan laksana
menelan manisnya berbuat maksiat.57
Berikut ada petikan bait syair yang selalu
dikumandangkan para pendahulu kita.
Hisab-lah dirimu sebelum datangnya hari perhitungan
Tempuhlah kepedihan dunia sebelum datang adzab akhirat
Jika suatu hari engkau menangis meneteskan airmata
Maka airmata itu akan menyegarkan kalbu
Waspadalah, waspadalah dari makanan dan minuman
Yang engkau peroleh dengan cara yang hina
Atau dari tempat tidur yang engkau tiduri di malam hari
Hingga terlihat jelas harapan di hari baan
* * *
MENANTANG ALLAH DENGAN BERBUAT MAKSIAT
Seorang hamba, apabila dikaruniai Allah swt kemurahan,
harta, kedudukan dan pangkat, lalu karunia itu dipergunakan
untuk berbuat maksiat kepada-Nya, atau jika Allah
meniadakan semua karunia itu, lantas ia tidak berhenti
mengiba kepada Allah dengan segala keluhannya, maka orang
seperti ini tidak pantas memperoleh kemurahan ataupun
cobaan. Pasalnya, dengan kemurahan yang diterimanya hanya
akan menjadikan dirinya menjadi lemah dan mudah mengeluh.
Sebaliknya, cobaan dari Allah bisa menyeretnya pada
kekafiran, pengingkaran serta pengaduannya kepada ciptaan
Allah.
Dan hamba tersebut masih saja membenci Allah swt
dengan terus menerus berbuat maksiat, hingga ia berpaling
dari Allah dan menutup pintu di hadapanya. Namun demikian
Allah swt tidak memutuskan rahmat-Nya. Bahkan Allah berkata, ―Kapanpun engkau datang kepada-Ku niscaya Aku menerimamu. Jika engkau mendatangi-Ku malam hari, Aku tetap
menerimamu. Jika engkau mendatang-Ku siang hari niscaya Aku
menerimamu. Jika engkau mendekati-Ku sejengkal saja,
niscaya Aku mendekatimu satu lengan. Jika engkau
mendekati-Ku satu lengan, niscaya Aku mendekatimu satu depa. Jika
engkau berjalan menuju Aku, niscaya Aku berlari menuju
kamu. Andaikan engkau mendatangi-Ku dengan membawa dosa
seluas bumi ini tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu
apapun, niscaya Aku memberimu ampunan sebanyak itu pula.
Sekiranya dosa-dosamu mencapai langit, kemudian engkau
memohon ampunan terhadap-Ku, niscaya Aku memberimu ampunan.
Adakah siapa yang kebaikan dan kemurahannya lebih daripada
Aku?
Hamba-hamba-Ku menentang-Ku dengan berbuat maksiat dan
dosa-dosa, padahal Aku tetaplah yang menjaga mereka.
Sesungguhnya Aku, jin dan manusia berada dalam berita yang
gempar; Aku yang menciptakan namun mereka menyembah selain
daripada Aku. Aku yang memberi rizki, akan tetapi mereka
mensyukuri selain Aku. Kebaikan-Ku turun kepada
hamba-hamba-Ku, sebaliknya keburukan mereka naik kepada-Ku. Aku
mengasihi mereka dengan nikmat-nikmat-Ku, padahal Aku tiada
butuh kepada mereka. Sementara mereka membenci-Ku padahal
mereka teramat fakir terhadap-Ku. Siapa yang menghadap-Ku
niscaya Aku menemuinya dari jauh, dan siapa berpaling
dari-Ku niscaya Aku memanggilnya dari dekat. Barangsiapa
meninggalkan sesuatu karena Aku, niscaya Aku memberinya
lebih dari yang dia punya. Barangsiapa menghendaki
keridhaan-Ku, maka Aku menghendaki apa yang dia inginkan.
lenturkan baginya bijih besi. Mereka yang gemar merdzikir
terhadap-Ku niscaya menjadi bagian dari majelis-Ku. Mereka
yang gemar mensyukuri-Ku niscaya menjadi golongan orang
yang menerima tambahan dari-Ku. Mereka yang gemar berbuat
taat terhadap-Ku adalah termasuk orang-orang yang menerima
kemurahan-Ku. Sedangkan mereka yang selalu berbuat maksiat
terhadap-Ku adalah mereka yang Aku putuskan harapan akan
rahmat-Ku. Jika mereka bertaubat kepada-Ku, sungguh Aku
mengasihi mereka. Sesungguhnya Aku mencintai orang-orang
yang bertaubat dan orang-orang yang suci. Jika mereka tidak
bersedia bertaubat kepada-Ku maka Aku adalah tabib bagi
mereka. Aku menimpakan musibah kepada mereka tidak lain
untuk mensucikannya dari aib. Siapa lebih mengutamakan Aku
dari yang lain, niscaya Aku mengutamakannya di atas orang
lain. Satu kebaikan terhadap-Ku berbalas sepuluh kebaikan
semisalnya, hingga mencapai tujuratus kali, bahkan
berlipat-lipat. Adapun satu keburukan terhadap-Ku akan
berbalas satu keburukan saja. Jika mereka menyesali
keburukan itu, lalu memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku
mengampuninya. Aku membalas amalan yang sekecil apapun dari
hamba-Ku, dan Aku mengampuni dosa sebanyak apapun dari
mereka. Rahmat-Ku mendahului amarah-Ku. Kasih sayang-Ku
mendahului hukuman-Ku. Demikian pula ampunan-Ku mendahului
murka-Ku. Aku menyayangi hamba-Ku melebihi kasih sayang
orang tua terhadap anak-Nya. Allah lebih senang dengan
taubat hamba-Nya melebihi kesenangan orang yang tunggannya
tersesat di padang tandus, sedangkan makanan serta
minumannya terbawa oleh tunggannya. Setelah mencarinya
hingga berputus asa, lalu bersandar di bawah pohon terlelap
menanti ajal, dan saat terbangun tiba-tiba ia melihat
tunggannya berada di atasnya dengan tali yang sudah
taubat hamba-Nya melebihi rasa senang orang ini terhadap
tunggangannya.58
Namun demikian, kesenangan seperti ini adalah senang
dalam makna ihsan, yang berarti juga kasih sayang serta
kebajikan dari Allah. Bukan senang sebagai rasa yang tumbuh
dari adanya taubat tersebut. Demikian pula pertolongan
Allah kepada hamba-Nya. Semua itu merupakan kebaikan Allah
kepada hamba-Nya, bukan sebagai sesuatu yang tumbuh dan
berkembang, atau sesuatu yang bertambah dari yang semula
adalah kecil. Bukan pula sebagai sesuatu yang menjadi agung
dari yang semula remeh. Atau dengan sesutu itu menjadi
menang setelah semula kalah. Jadi sedikitpun Allah tidak
memanfaatkannya dalam hal apapun. “Dan katakanlah: “Segala
puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina
yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.” 59 Dalam ayat tersebut Allah menafikan adanya penolong bagi-Nya dari kehinaan.
Allah adalah penolong orang-orang yang beriman, dan mereka
adalah penolong-Nya. Ini adalah urusan Allah dan urusan
hamba-Nya. Mereka membangun dosa-dosa bagi diri mereka
sendiri, lalu membawa dosa-doa itu kepada qadar Allah.
Betapa indah ucapan seorang pujangga berikut:
Jarak memisahkan kekasihmu selamanya
Engkau terus menangisinya dengan airmata membanjir
Dirimu mendustakanmu, engkau bukanlah kekasihnya
58
Ada dalam hadits yang diriwayatkan Muslim (2744), dan
al-Baihaqi dalam sunan-nya (20556) dari Ibnu Mas‘ud
59
Kau keluhkan kutukan, padahal dirimulah sumber kezhaliman.60
* * *
MAKNA BERTAUBAT
Taubat adalah istilah yang mengandung makna penyesalan
yang melahirkan niat serta tekad. Penyesalan yang dimaksud
adalah sikap yang dilandasi pengetahuan bahwa perbuatan
maksiat dapat menjadi penghalang antara dirinya dengan
kekasihnya (sesuatu yang diidamkan). Tiap-tiap unsur tadi—
pengetahuan, penyesalan serta tekad—dengan sendirinya harus
terlaksana secara permanen dan sempurna, yang kesemuanya
itu memiliki konsekuensi tersendiri.
Pengetahuan adalah pemahaman dan kesadaran yang mendalam
akan perlunya seseorang bertaubat.
Sedangkan penyesalan adalah keresahan hati disebabkan
telah menyia-nyiakan sesuatu yang dicintainya. Penyesalan
semacam ini dapat dilihat dari sikap-sikap yang
mencerminkan rasa sedih, resah dan gundah. Adakalanya
seseorang yang sedang menyesali perbuatannya akan menangis
dan meneteskan airmata penyesalan. Bahkan adapula yang
selalu termenung untuk beberapa lama. Barangsiapa yang
merasa tengah dirundung malang, apakah terhadap anaknya
atau orang-orang yang dicintainya, hal itu akan semakin
memperpanjang rasa sedih dan penyesalan dalam dirinya.
Dalam kondisi semacam ini, lantas siapakah yang lebih
berkuasa dan perkasa daripada dirinya? Kemalangan apalagi
yang dapat melebihi pedihnya api neraka? Dan perkara
apalagi yang dapat menunjukinya akan turunnya musibah?
Siapa yang dapat ia percayai lagi selain Allah dan
Rasul-Nya? Sekiranya ada seorang dokter yang berkata padanya
60
bahwa penyakit anaknya atau orang-orang yang dicintainya
tidak mungkin dapat disembuhkan, bahwa penderita itu tidak
lama lagi akan mati, niscaya hal itu hanya akan
memperpanjang rasa sedihnya yang sudah sangat dalam.
Anaknya bukanlah orang yang lebih perkasa dari dirinya
sendiri. Bahkan dokter itupun tidak lebih tahu dari Allah
dan Rasul-Nya. Ajalpun tidak lebih lebih menakutkan dari
api neraka kepunyaan Allah. Sakit itu sendiri bukanlah
pertanda yang lebih jelas dari kematian karena telah
melakukan maksiat yang mendatangkan amarah Allah dan akan
berhadapan dengan api neraka.
Perlu diketahui bahwa penderitaan yang semakin dalam dan
sedih, dengan sendirinya semakin membuka peluang
dihapuskannya dosa-dosa. Adapun tanda-tanda penyesalan yang
benar adalah apabila hati telah menjadi lapang, sementara
air mata terus mengalir deras. Dalam sebuah khabar dikatakan, ―Berbaurlah dengan para tawwabin, sesungguhnya mereka orang-orang yang lembut hatinya.‖61 Karena kelembutan hati mereka ini, maka ucapan-ucapan yang baik dapat dengan
cepat menyentuh hatinya. Mereka adalah arang-orang yang
sangat dekat dengan rasa lapang dan kasih sayang.
* * *
GETIRNYA BERBUAT DOSA
Tanda-tanda penyesalan dapat dilihat dari sikap yang
mencerminkan keengganan hati terhadap perbuatan dosa
sebagai ganti dari sikap sebelumnya yang gemar melakukan
61
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam at-Tawbah
(144), Abu Naim dalam Hilyatul Awliya (1/51), Ahmad dalam
az-Zuhd (h 120), Hannad dalam az-Zuhd (894), Ibnu
maksiat. Sikap yang dahulu menyenangi berubah menjadi
benci. Kebiasaan yang dahulu senang berbuat dosa berubah
menjadi acuh dan menjauhinya.
Jika anda katakan, ―Bagaimana bisa perbuatan dosa itu terasa getir, sementara secara alami ia sangat menggiurkan?
Maka katakanlah, ―Barangsiapa menghisap madu yang di dalamnya terdapat racun, sedangkan ia tidak merasakannya
saat menghisap madu itu, lantas ia jatuh sakit yang
berkepanjangan, maka apabila disuguhkan madu yang serupa
yang didalamnya terdapat racun yang sama pula, sementara ia
benar-benar sedang menginginkan lezatnya madu itu, apakah
ia akan menolak madu tersebut atau mungkin ia malah
menerima kembali?
Mungkin anda akan berkata, ―Tidak, karena dia tidak ingin melihatnya lagi. Atau malah bisa jadi ia akan
menghindari madu yang tidak menyimpan racun sama sekali,
karena keserupaan madu itu dengan yang lainnya. Jadi, rasa
pahit dan getir yang dirasakan oleh orang yang bertaubat
dapat diumpamakan seperti ini. Karena pengetahuannya bahwa
dosa itu laksana madu yang menyebabkan ia sakit keracunan.
Dengan demikian, taubat semestinya didasari dengan
pemahaman dan kesadaran keimanan seperti contoh tadi.
Manakala keimanan semacam ini tertanam kuat dalam hati,
niscaya taubat orang-orang yang menyadari kesalahannya akan
semakin kuat pula. Sungguh kita tidak mendapati manusia
yang luput dari berbuat salah dan dosa.62 * * *
BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH
62
Dari Abi Hurairah ra, dari Rasulullah saw, ―Allah swt berkata, ―Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku bersamanya manakala ia mengingat-Ku.‖63
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad saw, ―Allah swt berkata, ―Aku sebagaimana persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, jika berprasangka baik
kepada-Ku maka kebaikan itu untuknya. Maka janganlah berprasangka kepada Allah kecuali prasangka yang baik.‖64
Abdullah berkata, ―Demi Dzat yang tiada Tuhan yang berhak disembah selai Dia! Seorang hamba mukmin niscaya
akan dikaruniai kebaikan karena berprasangka baik kepada
Allah. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia! Seorang hamba
yang berprasangka baik kepada Allah, niscaya Allah akan
memberikan kebaikan seperti yang disangkakan itu,
sesungguhnya segala kebaikan itu ada pada-Nya.‖65
Hayan Abu Nadhr berkata, ―Watsilah Bin Asyqa‘ berkata padaku, ―Mari ikut bersamaku mengunjungi Yazid bin Aswad, aku dengar bahwa ia sedang jatuh sakit.‖ Ibnu Hayan berkata, ―Lalu aku mengikutinya, ia menemui Yazid Bin Aswad yang terbaring dan tak sadarkan diri.‖ Watsilah berkata kepadaku, ―Panggillah namanya!‖ Aku berkata kepada Yazid, ―Wahai Yazid, ini saudaramu Watsilah datang menjengukmu.‖ Lalu Allah menyadarkannya kembali saat mendengar bahwa
Watsilah datang menjenguknya. Kemudian ia mengarahkan kedua
tangannya, kedua tangan itu mencari-cari dimana Watsilah
berada. Aku segera menyahut tangan Watsilah dan aku temukan
ke tangannya. Aku tahu ia ingin sekali memegangkan
tangannya pada Watsilah, hal itu karena kedudukan tangan
63
Telah dijelaskan sebelumnya
64
Telah dijelaskan sebelumnya
65
Watsilah di sisi Rasulullah saw. Kemudian ia mengusapkan
tangan itu sekali ke wajahnya, dan sekali ke dadanya. Watsilah berkata, ―Beritahu kepadaku bagaimana kamu berprasangka kepada Allah?‖ Ia menjawab, ―Dosa-dosaku yang meruah telah membuatku tenggelam dan aku khawatir akan
segera lenyap bersamanya. Namun aku masih berharap rahmat dari Allah.‖
Lalu Watsilah berkata, ―Allahu Akbar! Ahlul bait selalu mengucapkan takbir untuk kebesaran Allah. Kemudian Watsilah
melanjutkan ucapannya, ―Allahu Akbar! Aku mendengar Rasulullah saw pernah bersabda, ―Allah swt berkata, ―Aku sebagaimana dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Maka
bebaslah orang yang berprasangka terhadap-Ku seperti yang
ia kehendaki.66
Dalam salah satu riwayat diceritakan, ―Watsilah menemui orang sakit lalu berkata, ―Bagaimana keadaanmu?‖ Orang sakit itu menjawab, ―Sungguh aku merasakan ketakutan yang sangat, aku khawatir tidak diberi kesempatan lagi setelah
adanya ketetapan. Aku selalu berharap kepada Allah, dan
pengharapanku melebihi rasa takutku. Watsilah kemudian berkata, ―Allahu Akbar! Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ―Rasa takut dan penuh harap telah bersumpah untuk tidak berkumpul dalam diri seseorang di dunia ini sehingga
ia mencium aroma api neraka. Tidak pula akan berpisah dalam
diri seseorang di dunia ini sehingga ia mencium aroma
surga.67
* * *
BERHARAP KEPADA ALLAH WAJIB DIIMANI
66
Husnu az-Zhan billah (2),al-Aqibah fi Zikri al-Maut,
karya Abdul Haq al-Isybili (h 146)
“Dan mereka mengharakan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya, sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus)
ditakuti.” 68
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik.” 69
“Katakanlah, Hai hamba-hamba-Ku yangmelampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” 70
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” 71
Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, ―Sekiranya
orang mukmin mengetahui hukuman dari Allah swt, niscaya
tidak satupun yang berharap pada suraga-Nya, sekiranya ada
orang kafir yang mengetahui rahmat Allah swt, niscaya tidak
satupun yang akan berputus asa dari surga-Nya.‖72
“Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan
mendatangi nereka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwadan membiarkan
68
Al-Isra: 57
69
Al-A‘raf: 56
70
Az-Zumar: 53
71
An-Nisa: 48
72
orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut.” 73
Untuk itulah , maka orang-orang salaf yang merasa takut berkata, ―Sesungguhnya ketakutan kami adalah karena kami meyakini kami akan kembali ke neraka, dan kami merasa ragu
bisa menggapai keselamatan.
Mengimani harapan kepada Allah merupakan kewajiban agar
berhasil memperoleh keselamatan dan pertolongan dari Allah.
Selain ayat-ayat diatas beserta hadits Rasulullah saw, ada
sebuah khabar yang diriwayatkan oleh Hasan al-Bashri yang
datang dari Anas dari Nabi Muhammad saw, bahwa beliau bersabda, ―Seseorang di dalam neraka memohon kepada Allah selama seribu tahun dengan ucapan ―Ya Hannan, Ya Mannan.‖ Kemudian Allah berkata kepada Jibril, ―Pergilah, bawakan kepada-Ku hamba-Ku ini!‖ Jibril segera berangkat ke neraka,
dan dia menemukan para penghuni neraka saling memohon dan
menangis. Lalu ia kembali kepada Allah dan menceritakan keadaan di neraka. Allah berkata lagi, ―Pergilah dan bawakan kepada-Ku hamba-Ku, ia berada ditempat begini dan begini.‖ Jibril segera berangkat dan kembali membawa hamba itu. Allah berkata, ―Wahai hamba-Ku bagaimana rasanya tempatmu?‖ Hamba itu menjawab, ―Wahai Tuhanku, sungguh itu adalah seburuk-buruk tempat yang aku huni.‖ Allah berkata kepada para malaikat, ―Kembalikan hamba-Ku ini!‖ Lalu hamba itu berkata, ―Ya Tuhanku, sekali-kali aku tidak pernah berharap Engkau kembalikan aku jika Engkau telah
73
mengeluarkanku dari sana!‖ Kemudian Allah berkata kepada para malaikat, ―Tinggalkanlah hamba-Ku ini!‖74
Tatkala Hasan Bashri menceritakan riwayat ini, beliau berkata, ―Aku berharap sekiranya aku adalah orang itu.‖
Kisah itu menunjukkan bahwa harapan seorang hamba yang
begitu besar menjadi sebab keberhasilannya memperoleh
keselamatan dan ampunan dari Allah swt. Marilah memohon
kebaikan kepada Allah atas rahmat dan karunia-Nya.75 * * *
ANTARA BERHARAP DAN CEMAS
Dari Anas ra bahwa suatu ketika Rasulullah saw menjenguk
seorang pemuda yang tengah menunggu ajal. Rasulullah saw
berkata, ―Apa yang kamu rasakan?‖
Pemuda itu menjawab, ―Aku selalu berharap kepada Allah dan cemas akan dosa-dosaku.‖
Rasulullah saw berkata, ―Tidaklah bertemu (harapan dan ketakutan) dalam hati seorang hamba pada keadaan seperti
ini kecuali Allah akan mengabulkan harapannya, dan Allah akan menenangkan hatinya dari rasa takut.‖76
74
Ditakhrij oleh Ahmad (3/230), Al-Baihaqi dalam Sya‘bul Iman (320, 347),Abu Ya‘la (4210), Ibnu Abi ad-Dunya dalam Husnu az-Zhan billahi (110) sanadnya dhaif.
75
Ihya Ulum ad-Din (4/26)
76
HR. Ahmad dalam az-Zuhd (h 25), at-Tirmidzi (983),
an-Nasai dalam al-Kubra (10901), Ibnu Majah (4261), al-Baihaqi dalam Sya‘bul Iman (1001), Ibnu Abi ad-Dunya dalam Husnu az-Zhan billahi (31), Abu Ya‘la (3303), sanadnya baik
sebagaimana yang disebut dalam at-Targhib, karya
Dari Said al-Musayyab bahwa Umar bin Khattab suatu
ketika pernah mengeluh, kemudian Rasulullah saw menjenguknya lalu berkata, ―Apa yang kamu rasakan Ya Umar?‖
Umar menjawab, ―Aku berharap akan tetapi aku juga merasa takut.‖
Lalu Rasulullah saw berkata, ―Sekali-kali tidaklah antara harapan dan rasa takut itu bertemu dalam hati
seorang hamba kecuali Allah akan mengabulkan harapannya dan menenangkannya dari rasa takut.‖77
Dari Aisyah Ummul mukminin ra, ia berkata, ―Jubaib bin Haritrs atang kepada Nabi lalu berkata, ―Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini seorang lelaki yang banyak dosa.‖ Rasulullah saw menjawab, ―Bertaubatlah kepad Allah, wahai Jubaib!‖ Jubaib menjawab, ―Ya Rasulullah, Aku telah bertaubat, namun aku mengulanginya lagi.‖ Rasulullah saw berkata lagi, ―Setiap kali engkau berbuat dosa, maka bertaubatlah!‖ Jubaib berkata lagi, ―Ya Rasul, jadi dosaku akan semakin bertambah.‖ Rasulullah menjawab, ―Ampunan Allah swt jauh lebih banyak daripada dosa-dosa kamu, wahai Jubaib!‖78
Berkaitan dengan tema ini, sebelumnya telah kami uraikan sebuah hadits yang mengisahkan Watsilah bin Asyqa‘, sebagaimana pula telah kami jelaskan dalam hadits Jabir bin
Abdullah mengenai seseorang yang mengadukan dosa-dosanya
kepada Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah saw berkata, ―Katakan: Ya Allah sungguh ampunan-Mu amatlah luas daripada dosa-dosaku. Dan rahmat-Mu lebih aku harapkan daripada
amalanku sendiri.‖
77 Sya‘bul Iman (1003) 78
Al-Ishabah (1086), Sya‘bul Iman (7091), at-Tawbah, karya
Orang yang beriman selalu berada dalam kondisi cemas dan
berharap. Dan setiap orang selalu berada antara derita dan
keleluasaan. Rasa takut melahirkan sikap bagi pelakunya apa
yang tidak muncul dari rasa berharap. Rasa takut itu akan
memperlihatkan perbedaan yang sangat jelas antara orang
yang gagal (binasa) dan yang berhasil (selamat). Islam
sendiri datang dengan membawa pesan-pesan kebinasaan serta
keselamatan. Nabi Muhammad adalah seorang yang penuh harap
lagi cemas, gembira dan waspada. Sesungguhnya Nabi telah
menjelaskan dua perkara tersebut dengan sangat jelas. Akan
tetapi syetan selalu mengelabuhi pandangan manusia dengan
dalih ampunan serta ihsan. Padahal nafsu jahat mereka
selalu mengajak kepada keburukan dengan janji-janji surga.
Iblis merasuki manusia melalui pengertian ‗harapan‘ (raja‟) dengan maksud mencelakakan mereka. Orang-orang yang telah dirasuki bisikan iblis akan dengan mudah berdalih, ―Tuhan akan mengampuni kami sebagaimana dikatakan kepada umat sebelum kami.‖ Apakah mereka tidak menyadari betapa murka Tuhan amatlah pedih siksa-Nya. Apakah mereka lupa bahwa
kehidupan akhirat terbagi menjadi dua; taman surga dan
lembah neraka? Dan apakah mereka tidak ingat bahwa manusia
ini selalu berada antara dua rasa takut dan harap? Entah
akan kembali menuju surga karena pertolongan Allah swt,
atau terjerumus ke neraka karena menerima keadilan Tuhan?
Siapa saja yang merasa cukup hanya dengan berharap tanpa
mengenyam rasa takut kepada Allah, maka ia tidak akan
mengetahui akibat dari perbuatannya. Sesungguhnya orang
mukmin yang selamat dan berhasil adalah mereka yang beriman
serta menghindarkan diri dari segala hal yang dapat
membinasakannya, apakah berupa azab atau berkah.79
Abdul Wahid bin Zaid berkata, ―Aku berkata kepada Zaid An-Numairi, ―Sampai dimanakah puncak rasa takut?‖ Dia menjawab, ―Memuliakan Allah dari tempat keburukan.‖ Aku berkata lagi, ―Lalu apa puncak harapan?‖ Dia menjawab, ―Selalu merenungi Allah dalam keadaan apapun.‖80
Sedangkan Dzu an-Nun al-Mashri pernah mengatakan, ―Seyogiyanya rasa takut—dalam hati orang beriman—itu lebih terlihat jelas daripada harapannya. Apabila harapan itu
lebih besar maka hati akan menjadi kacau.81
Adapun Abdullah Bin Taheer, ia pernah berkata, ―Ada segolongan umat memohon kepada Allah melalui perbuatan,
adapula yang memohon kepada-Nya melalui rahmat, maka
bagaimanakah antara orang yang memohon kepada Tuhan melalui
Tuhannya dan antara orangyang memohon kepada Allah melalui
amalannya. Padahal tidaklah antara orang yang berharap
kepada Tuhannya melalui amalannya sama seperti orang yang
berharap kepada Tuhannya melalui diri-Nya.
Masih menurut Abdullah bin Taheer, ia berkata, ―Seberapa besar ketaatan kita hingga dapat menerima nikmat-Nya? Dan
seberapa kecil dosa-dosa kita hingga dapat memperoleh
pengampunan-Nya? Sungguh aku berharap agar dosa-dosa kita
dalam ampunan-Nya lebih sedikit daripada ketaatan kita
dalam nikmat-Nya. Dengan demikian, tidak ada seorang hamba
yang dosanya dapat mencemari ampunan Tuhan-Nya.82 * * *
79
Yaqdhah Awla al-I‘tibar, karya al-Qanuji (h 19-20)
80
Husnu az-Zhan billahi (120)
81
Al-Ihya‘ (4/162)
82
TIDAK ADA YANG AMAN DARI MURKA ALLAH
Penegasan-penegasan yang menjelaskan bahwa tidak ada yang
aman dari murka serta adzab Allah tidaklah terbatas. Dan
semua itu memiliki arti bahwa ketakutan (rasa takut)
merupakan sikap terpuji. Karena penghormatan sesuatu dapat
ditunjukkan dengan cara memandang penting akan lawannya
yang menafikannya. Lawan daripada ketakutan adalah rasa
aman, sebagaimana lawan dari harapan adalah putus asa.
Sebagaimana pula pentingnya bersikap rendah diri
menunjukkan betapa besarnya keutamaan berharap. Demikian
pula penghormatan akan rasa aman menunjukkan betapa penting
dan besar keutamaan bersikap takut, yang berlawanan dengan
rasa aman tersebut. Karena keduanya merupakan dua hal yang
saling menetapi. Sehingga dengan demikian, setiap orang
yang mengharapkan kasih sayang, maka dengan sendirinya ia
merasa takut akan akan ketiadaannya. Jadi jika ia tidak
merasa khawatir atau takut tidak memperoleh kasih sayang
tersebut, itu artinya ia tidak mengharapkannya. Jelaslah
bahwa cemas (takut, khawatir) dan berharap merupakan dua
hal yang saling menetapi. Dan mustahil menafikan yang satu
dari yang lain. Allah berfirman:
―Dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusu‟ kepada Kami.” 83
“sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan berharap.” 84
Karena itulah orang arab mengibaratkan cemas dengan istilah harap. Allah berfirman, ―mengapa kamu tidak percaya
83
Al-Anbiya : 90
84
akan kebesaran Allah.‖ 85 tidak percaya yang berarti tidak takut. Dan masih sangat banyak istilah raja‟ (berharap) di dalam al-quran yang bermakna cemas atau takut, itu
disebabkan keduanya merupakan dua hal yang saling menetapi.
Jadi orang Arab terbiasa menyebut sesuatu dengan sesuatu
yang menetapinya. Bahkan semua keterangan yang menyebutkan
keutamaan menangis karena takut kepada Allah, pada dasarnya
menunjukkan keutamaan rasa takut itu sendiri. Karena
menangis merupakan buah dari rasa takut. Allah berfirman,
―Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis
banyak.” 86
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusu‟.” 87
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu
melengahkan (nya)?” 88
Seperti itulah gambaran mereka. Orang-orang saleh di
masa lampau selalu membiasakan diri dengan ibadah. Allah
berfirman, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu
bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka.” 89
Mereka cemas akan diri mereka, hingga
menghabiskan siang dan malamnya untuk selalu taat kepada
Allah. Mereka telah mencapai puncak takwa, menjaga diri
dari syubhat dan syahwat. Namun demikian mereka tetap saja
85
Nuh: 13
86
At-Tawbah : 82
87
Al-Isra: 109
88
An-Najm: 59-61
89
masih menangisi diri mereka karena takut jiwa mereka masih
kosong.
Berbeda dengan generasi sekarang. Orang-orang di zaman
sekarang merasa aman, bahagia tanpa rasa cemas sedikitpun.
Bersama itu pula mereka gemar melakukan perbuatan maksiat
bahkan asyik dengan kehidupan dunia. Mereka berani
berpaling dari Allah swt dengan dalih bahwa mereka percaya
sepenuhnya akan kemurahan serta rahmat Allah kepada
hamba-Nya. Aneh apabila mereka masih saja mengharapkan ampunan
dari Allah sementara dalam hati mereka tidak merasa cemas
menjalankan perbuatan maksiat, yang berarti menantang Allah
swt. Seolah-olah mereka mengklaim bahwa mereka lebih
mengetahui kemurahan serta fadhilah Allah yang tidak
diketahui oleh para nabi sekalipun, atau para sahabat dan
generasi muslim terdahulu. Apabila hal ini dapat mereka
peroleh cukup dengan angan-angan, lantas apa yang dapat
membuat mereka untuk merasa cemas dan menangis?
Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits marfu‘: Akan datang suatu zaman di mana al-quran dikenakan oleh
orang-orang ibarat pakaian yang menempel di badan. Keadaan mereka
selalu merasa senang dan penuh harap tanpa rasa cemas dan
takut sedikitpun. Jika ada yang baik dari mereka, maka mereka mengatakan, ―semoga diterima oleh Allah.‖ Sebaliknya jika ada keburukan dari mereka, maka mereka mengatakan, ―semoga kami diampuni.‖ 90
Riwayat tersebut menggambarkan
betapa orang-orang di zaman sekarang menempatkan sesuatu yang berarti ‗harap‘ pada sesuatu yang seharusnya berarti cemas. Hal itu tidak lain karena kebodohan mereka akan
90