• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN BENIH IKAN KLON ( Amphiprion ocellaris)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN BENIH IKAN KLON ( Amphiprion ocellaris)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN

BENIH IKAN KLON (Amphiprion ocellaris)

Ket u t M ah a Set i aw at i , Ph i l i p T eg u h I m an t o, d an D an i ar Ku su m aw at i

Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan Budidaya Laut

Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kot ak Pos 140, Singaraja- Bali 81101 E- m ail: mahasetiawati@yahoo.com

(Naskah diterima: 3 Agustus 2011; Disetujui publikasi: 15 Februari 2012)

ABST RAK

Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan lam bung baik pada larva m aupun benih ikan klon sebagai dasar m anajem en pem berian pakan pada larva m aupun benih ikan klon. Penelitian ini dilakukan pada larva um ur 10 hari dengan panjang total 7,07± 0,50 m m , dan benih um ur 2 bulan dengan panjang t otal berkisar antara 2,64± 0,23 cm . Masing- m asing hewan uji t idak diberi pakan dari pukul 15.00 WITA (puasa selam a 18 jam ), kem udian keesokan harinya pukul 09.00 hewan uji diberi pakan buatan sam pai kenyang untuk benih, sedangkan unt uk larva diberi pakan Artemia selam a 1 jam , setelah it u, air pada bak larva dialirkan agar pakan yang tersisa terbuang. Pengam bilan sam pel dilakukan setiap 1 jam pada larva sedangkan untuk benih dilakukan set iap 2 jam sekali. Hasil penelit ian m enunjukkan bahwa pada jam ke- 4 isi lam bung pada larva um ur 10 hari sudah m ulai kosong, sedangkan pada benih ikan klon isi lam bung akan kosong set elah 11 jam 37 m enit sejak pem berian pakan terakhir.

KATA KUNCI: pengosongan lam bung, lar va, benih, ik an k lon

ABST RACT : D i g e st i o n r a t e a t l a r v a l a n d j u v e n i l e st a g e o f cl o w n f i sh

(Amphiprion ocellaris). By: Ket ut M aha Set iaw at i, Philip T eguh

I m a n t o, a n d D a n i a r Ku su m a w a t i

The study was aimed to know the time needed for the stomach emptying of larval stage and juvenile stage of clownfish. Observation was done on ten days old larvae with range of total length of 7.07±0.50 mm, and two month juvenile ages of 2.64±0.23 cm in total length, the observation was conducted using 200 liter polycarbonate tank. Feeding activities was stop at 15.00 pm for both stage and let vasting during 18 hours, the day after at 09.00 am feeding was apply until satiated, nauplii artemia was given to larval stage and artificial diet for juvenile stage. One hour after feeding the water was circulated to remove uneaten fed. Sampling was done for every hours on larval stage and every two hours at juveniles stage. Every sample was disecting and observed the remain fed inner the stomach under stereoscopic microscope. The result showed that digestion time at larval stage was 4 hours, and at juvenile stage was 11 hours 37 minute 26 seconds.

(2)

PENDAHULUAN

Ikan klon m erupakan salah satu jenis ikan hias laut yang bernilai ek onom is pent ing. Berbagai jenis ikan klon t erdapat di Indone-sia, dari harga Rp 2.000,- sampai Rp 40.000,- / ekor. Usaha perdagangan ikan hias laut sudah berjalan cukup lama sekitar 30 tahun. Sebagian besar dijual untuk pasar dunia sebagai produk ekspor dan sebagian lagi untuk pasar domestik, nam un dem ikian isu cara t angkap yang ilegal y ai t u m en g g u n ak an p o t as i u m s i an i d a m engakibat kan populasi ikan m enurun dan banyaknya luasan terumbu karang yang rusak (Anonim, 2008).

Perbenihan ikan klon t elah dilakukan di Balai Besar Penelit ian d an Pengem b angan Budidaya Laut (BBPPBL), Gondol sejak t ahun 2005, dan pada t ahun it u juga t elah berhasil dalam memproduksi benih ikan klon dari jenis

A. ocellaris, jenis A. percula (klon hitam , Biak)

p ad a t ahun 2 0 0 8 , Premnas epigrammata (balong padang) pada t ahun 2009. Beberapa penelit ian m engenai ikan klon (A. ocellaris) yang t elah dilak uk an adalah aspek biologi r ep r o d u k si , p em i j ah an , p er k em b an g an em brionya (Wardoyo et al., 2006; Set iawat i

et al., 2006a dan 2006b; Kusum awat i et al.,

2008) dan f rekuensi pem berian pakan pada yuwana ikan klon (Kusum awat i & Set iawat i, 2007).

Dari hasil pengam at an t erhadap pem e-liharaan m em perlihat kan bahwa benih ikan k lon hasil budidaya m em punyai f r ek uensi m akan yang cukup sering, dengan int erval 2 jam sekali benih ikan klon akan memakan pakan buat an yang diberikan. Oleh sebab it u, perlu dikaji lebih lanjut agar pakan yang diberikan leb ih ef isien t er had ap p er t um b uhan ik an. Penelit ian ini bert uj uan unt uk m enget ahui wakt u yang dibut uhkan unt uk pengosongan lambung setelah hewan uji diberi pakan. Hasil penelit ian ini m erupakan dasar m anajem en pem berian pakan pada pem eliharaan larva maupun benih ikan klon.

BAHAN DAN METODE

Pengam at an ini dilakukan di Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan Budidaya Laut (BBPPBL), Gondol. Hewan uji yang digunakan p ad a p en el i t i an i n i d i p er o l eh d ar i h asi l pemijahan induk ikan klon yang dipeliharan di akuarium. Pemeliharaan larva dilakukan dalam

bak fiberglass volume 200 L. Larva mulai diberi

Nannochloropsis beberapa saat set elah t elur

m enet as, dan selanjut nya diberi rot if er.

Nau-plii Artemia dapat diber ik an set elah lar va

berum ur 6 hari. Pakan buatan m ulai diberikan set elah larva berum ur 10 hari. Jenis pakan rotifer, nauplii Artemia dan pakan buatan dapat d ib er ik an sam p ai m encap ai uk ur an b enih dengan panjang t ot al sekit ar 3 cm .

Pada penelit ian ini m enggunakan larva um ur 10 hari dan benih ikan klon berum ur 2 bulan. Panjang total larva umur 10 hari 7,07 ± 0,50 m m , dan benih um ur 2 bulan dengan panjang total 2,64 ± 0,23 cm. Jumlah hewan uji 50 ind./ akuarium . Masing- m asing hewan uji t idak diberi pakan sejak pukul 15.00 WITA sam pai keesokan harinya pukul 09.00 WITA (puasa selam a 18 jam ). Hewan uji benih ikan klon diberi pakan buat an kom ersial dengan kandungan terdiri atas 55%- 60% protein, 10%-15% lemak, > 1,9% sampai kenyang, sedangkan unt uk larva diberi pakan nauplii Artemia saja selama 1 jam. Setelah 1 jam pemberian pakan, air pada bak larva dan benih dialirkan agar pakan yang t ersisa t erbuang. Pengam bilan sam pel dilak uk an set iap 1 j am pada larva sedangkan untuk benih dilakukan setiap 2 jam sekali sebanyak 4 ekor larva dan 4 ekor pada benih.

Var i ab el yan g d i am at i ad al ah j u m l ah

Artemia pada lam bung. Penghitungan jum lah

pakan dilakukan dengan cara lambung dirobek d en g an m en g g u n ak an j ar u m d i b aw ah m ikroskop, kem udian penghit ungan jum lah

Artemia dilakukan di bawah mikroskop. Begitu

juga pada benih ikan klon, lam bung dirobek dengan m enggunakan pisau bedah, set elah it u, pakan yang t erdapat pada lam bung ikan dik eringk an dengan oven, sehingga bobot kering pakan pada setiap pengambilan sampel diketahui.

HASIL DAN BAHASAN

Larva Umur 1 0 Hari

Populasi dari larva um ur 10 hari dalam p en el i t i an i n i d i g am b ar k an d en g an m engelom pokkan jum lah dalam persent ase dari individu berdasarkan ukuran panjangnya sep er t i t er l i h at p ad a Gam b ar 1 , d i m an a kelom pok dom inan (85%) m em iliki kisaran panj ang t ot al 7,33- 8,20 m m yang m eng-gam barkan bahwa sam pel yang digunakan dalam penelitian ini cukup seragam .

(3)

Gambar 1. Populasi larva berdasarkan hist ogram frekuensi panjang total

Figure 1. Larva population base on total length frequency

histogram

6.90 7.12 7.33 7.55 7.77 7.98 8.20

Gambar 2. Laju cerna larva D- 10 ikan klon terhadap nauplii Artemia

Figure 2. Digestion speed of D-10 clown fish larva to the nauplii Artemia

(4)

persamaan y = –3.8333x + 42.667; yang telah m encerna 20% dari total isi lam bung selam a 2 jam 14,4 menit (Tabel 1), yang kemudian terjadi percepat an pencernaan dengan persam aan y = –16.333x + 70.667, sehingga proses pencernaan (pencernaan 100%) t erjadi dalam waktu 1 jam 45,6 menit.

Dengan k eragaan sepert i t erlihat pada Gam b ar 2 d an Tab el 1 , d i p er h i t u n g k an seb an yak 6 ek or nauplii Artemia d i cer n a sem purna dalam wakt u 2 jam 14 m enit (2,24 jam ), dan sisanya dicerna sem purna dalam wakt u 1 jam 46 m enit (1,76 jam ), at au set ara 19,4 ek or nauplii per j am . Sehingga t ot al wakt u yang dibut uhkan unt uk pengosongan lam bungnya adalah 4 jam . Diduga pada awal p en cer n aan t er j ad i p r o ses p en g u r ai an / pelunakan m akanan di dalam lam bung, yang dilanjutkan dengan proses penyerapan nutrisi yan g m em b u t u h k an wak t u l eb i k p en d ek (diilustrasikan seperti pada Gambar 3).

Kem ungkinan pengat uran int erval pem -berian nauplii Artemia sebaiknya dilakukan p ad a saat p r o ses p en cer n aan m en cap ai t ingkat 80%, yang berart i dengan int erval 3 jam 35 menit.

Pada pemeliharaan larva ikan klon dari umur 0- 10 hari biasanya masih menggunakan sistem

air stagnan. Pergant ian air dilakukan set iap

pagi hari sebanyak 20%. Pakan yang diberikan berupa rot ifer dan Artemia dengan frekuensi pem berian 2 kali sehari yait u pada pagi dan sore hari, sehingga pakan alami selalu tersedia pada bak pem eliharaan larva.

Benih Ikan Klon

Hubungan panjang bobot dari benih ikan klon m engikuti power regression yaitu:

y = 0.027x 2.6602 dengan r = 0,9 Ni l ai b = 2 ,6 6 (< 3 ) m en u n j u k k an b ah wa p er t am b ah an b ob ot n ya l eb i h l am b at d ar i pert um buhan panj angnya, sehingga dapat diartikan energi dari nutrisi yang didapat lebih diut am akan unt uk pert um buhan panjangnya dan belum digunakan unt uk perkem bangan t ubuh dan proses lainnya at au kem ungkinan l ai n ad al ah k eb u t u h an n u t r i si n ya k u r an g terpenuhi (Gambar 4).

Grafik laju pencernaan benih ikan klon (A.

ocellaris) disajikan pada Gam bar 5, laju cerna

Tabel 1. Analisis regresi laju pencernaan larva ikan klon (A. ocellaris)

Table 1. Regresion analysis for digestion rate of ten days-old clown fish larvae (A.

ocellaris)

* ) Ket erangan (Remark):Persam aan adalah y (pem angsaan) = ax+ b (wakt u cerna), r: koefisien

korelasi, n: jum lah hewan uji (The equation is y (stomach contens) = ax+b (digestion time), r: koefisien korelasi, n: number of sample)

T it ik b elo k Flect ion poin t

Laju cerna Dig est ion t im e / x (h )

0-3 12 -3.8333 42.667 0.8846

2-4 12 -16.333 70.667 0.8705 2.24

r Wakt u

T im e X ( h)

n a b

Gambar 3. Proses pencernaan larva ikan klon um ur 10 pada nauplii Artemia

Figure 3. Digestion process of 10 days-old clown fish larvae to the nauplii

(5)

Gambar 5. Laju pencernaan benih ikan klon umur 2 bulan dengan pakan buatan

Figure 5. Digestion rate of 2 months old juvenile of clownfish on artificial diet

Gambar 4. Hubungan panj ang bobot benih ikan klon (A. ocellaris)

Figure 4. Length-weight relationship of

fingerling clown fish (A. ocellaris)

m engik ut i regresi polynomial dengan y = –0,009x2 + 0,0909x + 1,1782. Dan diper-hit ungkan isi lam bung akan kosong set elah pencernaan selam a 11 jam 37 m enit 26 det ik (11,624 jam).

Dari Gambar 6, yang dimulai dengan angka jumlah pakan yang tersisa dalam lambung mulai jam kedua, diket ahui penurunan volum e sisa p ak an d alam lam b ung ik an yang d ib ed ah mengikuti regresi linier y = –0,002x + 0,0094 dengan kecepat an cerna 0,00107 g/ jam bagi b en i h i k an k l o n b er b o b o t 0 ,3 6 3 g / ek o r (± 0,3%BW/ jam).

Pada larva ikan kerapu sunu (Plectropomus

leopardus), est im asi lam a wakt u pencernaan

pakan pada larva umur 4, 7, dan 10 hari masing-m asing adalah 4, 5, dan 6 jamasing-m (Melianawat i

et al., 2006). Begit u juga pada penelit ian ini

waktu pengosongan lambung pada larva umur 10 hari adalah 4 jam . Pada benih ikan klon ukuran 1,6- 1,7 cm frekuensi pemberian pakan 2, 3, dan 4 kali t idak m em berikan pengaruh yang nyat a (Kusum awat i & Set iawat i, 2007). Walaupun ik an clown t am pak lapar set iap jam, namun pemberian pakan dengan frekuensi dua kali dalam sehari sudah cukup (Wilkerson, 2003). Pakan diberikan secara ad satiation

(6)

dengan feeding rate m encapai 3%. Menurut Istiyanto (1993), tingkat kelayakan pemberian pakan buat an pada pem eliharaan ikan klon 3%–5%.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jam ke- 4 isi lam bung pada larva um ur 10 hari sudah m ulai kosong, sedangkan pada benih umur 2 bulan isi lambung akan kosong setelah proses pencernaan selam a 11 jam 37 m enit 26 detik (11,624 jam).

Di sar an k an p ad a p em el i h ar aan l ar va pemberian pakan dapat dilakukan 3 kali sehari (p ak an al am i sel al u t er sed i a p ad a b ak pemeliharaan), sedangkan pada pemeliharaan benih cukup 2 kali sehari.

DAFTAR ACUAN

Anonim . 2008. Kilas balik perikanan hias laut d i In d o n esi a. Kab ar M ac. w w w . aquariumcouncil.org.

Ist i y an t o , S. 1 9 9 3 . Peranan Simbiosis mutualisme antara anemone laut

(Sticodactyla gigantean) dan ikan klon (Amphiprion percula) terhadap

kelang-sungan hidup dan pertumbuhannya.

Pro-gram Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ku su m awat i , D. & Set i awat i , K.M. 2 0 0 7 . Pengaruh perbedaan frekuensi pemberian pakan juvenil ikan klon (A. ocellaris). Semi-nar Nasional Kelautan III. Universitas Hang Tuah Surabaya, hlm. 52- 56.

Kusum awat i, D., Wardoyo, & Set iawat i, K.M. 2 0 0 8 . Per k em b an g an i k an cl o w n (A.

ocellaris) pada suhu dan salinitas inkubasi

berbeda. Seminar Nasional Tahunan V

Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.

UGM, B1- 04. 1- 6.

Kusum awat i, D., Set iawat i, K.M., Wardoyo, & Yunus. 2008. St udi pendahuluan dom es-tikasi ikan clown (A. ocellaris) pada berbagai subst rat . Prosiding Semnas Tahunan III. Hasil Penelit ian Perikanan dan Kelaut an. Universit as Gajah Mada. Yogyakart a, hlm . 73- 77.

Melianawati, R., Andamari, R., Imanto, P.T. 2006. Akt ivit as m akan harian larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian

Perikanan dan Kelautan, 27 Juli 2006.

Jurusan Perikanan dan Kelaut an, Fakult as Pertanian, Universitas Gajah Mada, hlm. 266-274.

Moria, S.B., Wardana, I.K., Permana, G.N., Muzaki, A., & Setiawati, K.M. 2004. Variasi genetik ikan hias klon (A. ocellaris). Jurnal Perikanan

(J. Fish. Sci), IX(1): 42- 48.

Setiawati, Wardoyo, Kusumawati, D., Mujimin, & Yunus. 2006 a. Beberapa aspek biologi ikan klon (A. ocellaris). Prosiding Konferensi

Akuakultur Indonesia 2006. Universit as

Diponegoro Semarang, hlm. 235- 238. Set iawat i, K.M., Wardoyo, Kusum awat i, D.,

Ahmad, T. 2006 b. Pemeliharaan clownfish, dalam rangka upaya budidaya ikan hias laut.

Prosiding Konferensi Nasional Akuakultur.

UNDIP Semarang, hlm. 245- 249.

Setiawati, K.M. & Yunus. 2007. Lama pemberian rotifer pada pemeliharaan larva ikan clown

(A. ocellaris). Pengem bangan Teknologi

Bu d i d aya Per i k an an . Bal ai Besar Ri set Perikanan Budidaya Laut dan BRKP, hlm . 319- 323.

Setiawati, K.M., & Hutapea, J.H. 2008. Pemberian j u m l ah ar t em i a yan g b er b ed a p ad a pem eliharaan benih ikan klon hit am (A. Gambar 6. Jum lah pelet yang t ersisa di dalam

lambung

Figure 6. Number of remain pellet in

stom-ach

Dry weight of remain pellet in stomach

(7)

Percula). Prosiding Seminar Nasional

Biodiversitas II, Un i ver si t as Ai r l an g g a

Surabaya, hlm. 95- 98.

Setiawati, K.M., Imanto, P.T., & Kusumawati, D. 2007. Pengaruh intensitas cahaya terhadap pemangsaan larva ikan clown (A. ocellaris) pada awal pemeliharaan. J. Ris. Akuakultur. 11(3): 363- 368.

Setiawati, K.M. 2008. Pengaruh perbedaan awal pemberian artemia terhadap pertumbuhan dan sintasan pada pemeliharaan larva ikan

klon (A. ocellaris). Jurnal Perikanan, X(1): 134- 138.

Wardoyo, Set iawat i, K.M., Kusum awat i, D., Hut apea, J.H., & Yunus. 2006. Perkem -bangan em brio ikan klon (A. ocellaris).

Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia.

Universit as Diponegoro Sem arang, hlm . 231- 234.

Gambar

Gambar 1. Populasi larva berdasarkan histogram frekuensipanjang totalFigure 1.Larva population base on total length frequencyhistogram
Gambar 3. Proses pencernaan larva ikan klon umur 10 pada nauplii Artemia
Gambar 4. Hubungan panjang bobot benih
Gambar 6. Jumlah pelet yang tersisa di dalamlambungFigure 6.Number of remain pellet in stom-ach

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dengan durasi waktu lima tahun adalah tujuan yang tertera dalam rencana strategis (Renstra) UGM. Renstra disusun setiap lima tahun sekali oleh Rektor UGM

Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari Independensi dan Profesionalisme berpengaruh terhadap Kualitas Audit Internal sebesar 19,00 %,

Dengan menggunakan empat nilai inti (core values) multikultural sebagai indikatornya, analisis menunjukkan bahwa buku teks PAK Kurikulum 2013 memiliki 39,7% Kompetensi Dasar

dalam penelitian ini didapatkan konsentrasi aktivitas 90Sr dalam rumput gajah yaitu 24.8 ± 15.6 mBq/kg, nilai ini terlalu kecil untuk digunakan dalam remidiasi tanah, tetapi

(1) Setelah selesai penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1) Peraturan ini, Panitia Pemilihan Dusun membuat Berita Acara dan Sertifikat hasil

Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa jika Economic Value Added (EVA) menghasilkan nilai positif berarti tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi dari tingkat

Perlindungan hukum tentang keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan AMDAL menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku telah dijamin hak- haknya tapi

Pemeliharaan Perangkat Lunak Arsanto Narendro, S.Kom , M.M KU Proyek Aplikasi Sistem Informasi Lis Suryadi, M.Kom KU Proyek Aplikasi Sistem Informasi Nurul Jamal, M.Kom KV