• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Proses Komunikasi

Harold Lasswell (1960) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “who, says what, in which channel, to whom, with what effect”

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Lasswell, maka kita bisa melihat jika pernyataan tersebut jika diturunkan akan menemui lima unsur yaitu:

1. Source

Source atau yang biasa disebut sebagai sumber atau pengirim pesan adalah pihak yang berinisiatif untuk memulaai suatu komunikasi. Sumber sendiri bisa berasal dari individu, kelompok, organisasi atau bahkan suatu Negara.

2. Message

Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dana atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai gagasan atau maksud sumber tadi.

3. Channel

Channel adalah alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerimanya.

4. Receiver

Receiver atau komunikan ialah orang yang menerima pesan dari sumber atau pengirim pesan. Dalam menerima pesan, receiver akan menggunakan wawasan, pengalaman dalam memaknai pesan yang disampaikan oleh komunikator.

5. Effect

(2)

Berdasarkan ke lima unsur di atas maka dapat disimpulkan jika komunikasi ialah proses penyampaian suatu pesan dari komunikator melalui media tertentu kepada komunikan yang memberikan dampak kemudian komunikan akan memberikan umpan balik. Yang akan diteliti pada hal ini ialah pada bagian komunikan.

2.2 Teori Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976: 129; Jalaludin, 2003: 51).

Dari definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Berikut dua macam persepsi, yaitu: External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

(3)

1. Faktor Internal

Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu tertentu.

2. Faktor Eksternal

Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut.

Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:

a. Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).

b. Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).

c. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :

1. Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan)

2. Faktor Ipoleksosbud Hankam 3. Faktor usia

(4)

6. Faktor pembawaan

7. Faktor fisik dan kesehatan 8. Faktor proses mental

2.1. Tahap-tahap dalam proses persepsi

Menurut Parcek (Walgito, 1995: 20) proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.

1. Proses menerima

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan, proses ini sering disebut sensasi. Menurut Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan dengan panca indra.

Schereer (Walgito, 1995: 21) mengemukakan bahwa rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen dari proses penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-obyek yang ada diluar.

2. Proses Menyeleksi Rangsang

(5)

(Walgito, 1995: 22) mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental, ketika rangsang atau rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang lainnya melemah.

3. Proses Pengorganisasian

Data atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa informasi akan diproses dan yang lain tidak. Sebagaimana mekanisme pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang diproses akan digolong-golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal ini akan memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah mengkategorikan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sederhana.

4. Proses Pengambilan Keputusan dan Pengecekan

(6)

Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi menurut Widayatun (1999: 111) karena adanya obyek atau stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian

stimulus tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau jawaban (

respon ) adanya stimulus, berupa pesan atau respon yang dibalikan ke indera

kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil kerja indera berupa

pengalaman hasil pengelolaaan otak.

Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena, dan yang terpenting

fenomena dari persepsi ini adalah “perhatian” atau “attention”. Pengertian perhatian

itu sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi menyeleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu. Perhatian sendiri mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah.

Proses persepsi lainnya dikemukakan oleh Walgito (2004, 90-91) yang menjelaskan terjadinya proses persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai-bagai macam bentuk.

(7)

Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilanjutkan dalam skema sebagai berikut:

L S O R L Keterangan : L = Lingkungan

S = Stimulus

O = Organisme atau individu R = Respon atau reaksi

2.3Teori Citra Diri

1. Pengertian Citra Diri

Citra diri adalah gambaran mengenai diri individu, berdasarkan kamus psikologi self image atau gambaran diri adalah jati diri seperti yang digambarkan atau yang dibayangkan (Chaplin, 2006).Citra diri (self image)

(8)

(1993) memberikan definisi dari citra diri yaitu apa yang dilihat seseorang ketika dia melihat dirinya sendiri. Sedangkan Brown (1998) menggunakan istilah self knowledge yang memiliki arti sama dengan citra diri yang dikemukakan oleh tokoh lain yaitu sebagai apa yang ingin individu pikirkan tentang dirinya. Citra diri merupakan persepsi seseorang mengenai keberadaan fisik dan karakteristiknya, seperti kejujuran, rasa humor, hubungannya dengan orang lain, apa yang dimilikinya, serta kreasi-kreasinya (Louden dan Biua). Setiap orang akan mempunyai citra diri tentang dirinya sendiri, baik tentang citra diri yang sebenarnya (real self),

(9)

Sehingga dapat disimpulkan citra diri merupakan gambaran mengenai diri individu yang terlihat (dibayangkan) sendiri oleh individu, atau juga diri yang ingin dibayangkan oleh individu yang dapat dipengaruhi oleh orang lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa citra diri adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya baik dalam bagian-bagian tubuhnya maupun terhadap keseluruhan tubuh berdasarkan penilaiannya sendiri yang dipengaruhi oleh beberapa aspek dan dapat dibentuk sesuai yang keinginan individunya.

2. Aspek-aspek Citra Diri

Brown (1998) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek dalam pengetahuan akan diri sendiri yaitu:

a. Dunia fisik (physical world)

Realitas fisik dapat memberikan suatu arti yang mana kita dapat belajar mengenai diri kita sendiri. Sumber pengetahuan dari dunia fisikal memberikan pengetahuan diri sendiri. Akan tetapi pengetahuan dari dunia fisik terbatas pada atribut yang bisa diukur dengan yang mudah terlihat dan bersifat subjektif dan kurang bermakna jika tidak dibandingkan dengan individu lainnya.

b. Dunia Sosial (social world)

Sumber masukan untuk mencapai pemahaman akan citra diri adalah masukan dari lingkungan sosial individu. Proses pencapaian pemahaman diri melalui lingkungan sosial tersebut ada dua macam, yaitu:

1). Perbandingan Sosial (social comparison)

(10)

cenderung membandingkan dengan individu lain yang dianggap sama dengannya untuk memeperoleh gambaran yang menurut mereka adil. Akan tetapi tidak jarang individu membandingkan dirinya dengan individu yang lebih baik (disebut upward comparison) atau yang lebih buruk (downward comparison) sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

2). Penilaian yang tercerminkan (reflected apraisal)

Pengetahuan akan diri individu tercapai dengan cara melihat tanggapan orang lain terhadap perilaku individu. Misalnya jika individu melontarkan gurauan dan individu lain tertawa, hal tersebut dapat menjadi sumber untuk mengetahui bahwa individu lucu.

c. Dunia dalam/ psikologis (inner/ psychologycal world)

Sedangkan untuk sumber berupa penilaian dari dalam diri individu, ada tiga hal yang dapat mempengaruhi pencapaian pemahaman akan citra diri individu, yaitu:

1). Instrospeksi (introspection)

Introspeksi dilakukan agar individu melihat kepada dirinya untuk mencari hal-hal yang menunjang dirinya. Misalnya seseorang yang merasa dirinya pandai, bila berintrospeksi akan melihat berbagai kejadian dalam hidupnya, misalnya bagaimana dirinya menyelesaikan masalah, menjawab pertanyaan, dan sebagainya.

(11)

Proses ini memiliki kesamaan dengan intropeksi, namun bedanya adalah bahwa proses mempersepsi diri dilakukan dengan melihat kembali dan menyimpulkan seperti apa dirinya setelah mengingat-ingat ada tidaknya atribut yang dicarinya di dalam kejadian-kejadian di hidupnya. Sedangkan introspeksi dilakukan sebaliknya.

3). Atribusi kausal (causal attributions)

Cara ini dilakukan dengan mencari tahu alasan dibalik perilaku. Weiner (dalam Brown, 1998) mengatakan bahwa atribusi kausal adalah dimana individu menjawab pertanyaan mengapa dalam melakukan berbagai hal dalam hidupnya. Atribusi kausal ini juga dapat dilakukan kepada perilaku orang lain yang berhubungan dengan individu. Dengan mengetahui apa alasan orang lain melakukan suatu perbuatan yang berhubungan dengan individu, sehingga individu tahu bagaimana gambaran diri sebenarnya. Atribusi yang dibuat mempengaruhi pandangan individu terhadap dirinya.

Menurut Grad (1996) citra diri mengandung beberapa aspek,yaitu :

a. Kesadaran (awareness) adanya kesadaran tentang citra diri keseluruhan baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

b. Tindakan (action) melakukan tindakan untuk mengembangkan potensi diri yang dianggap lemah dan memanfaatkan potensi diri yang menjadi kelebihannya.

c. Penerimaan (acceptance) menerima segala kelemahan dan kelebihan dalam dirinya sebagai anugrah dari sang pencipta.

(12)

Citra diri adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri, bagaimana bayangan atau gambaran tentang diri seseorang individu itu sendiri mengenai dirinya (Jersild, 1961). Komponen-komponen citra diri menurut Jersild (1961), diantaranya :

a. Perceptual Component

Komponen ini merupakan image yang dimiliki seseorang mengenai penampilan dirinya, terutama tubuh dan ekspresi yang diberikan pada orang lain. tercakup didalamnya adalah attracttiviness,appropriatiness, yang berhubungan dengan daya tarik seseorang bagi orang lain. Hal ini dapat dicontohkan oleh seseorang yang memiliki wajah cantik atau tampan, sehingga seseorang tersebut disukai oleh orang lain, komponen ini disebut

physical self image.

b. Conceptual Component

Komponen ini merupakan konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, misalnya kemampuan, kekurangan, dan keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut psychological self image.

c. Attitudional Component

Komponen ini merupakan pikiran dan perasaan seseorang mengenai dirinya, status, dan pandangan terhadap orang lain, komponen ini disebut sebagai social self image.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Diri

(13)

yang mendorongnya untuk tetap seperti itu. Brown (1998) mengungkapkan faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor Perilaku

1).Perhatian selektif (selective attention)terhadap masukan yang mendukung citra diri individu. Individu cenderung memilah milah, masukan mana yang ingin diperhatikanya.

2). Melumpuhkan diri sendiri, individu memunculkan sendiri perilaku tertentu yang mengeluarkan kekurangannya.

3). Pemilihan tugas yang memperlihatkan usaha positif. Individu cenderung lebih melihat masukan yang bersifat menunjukkan kelebihan mereka, daripada kemampuan mereka sebenarnya (kemampuan yang kurang baik).

4). Bukti yang memperjelas perilaku mencari info strategis, individu cenderung menghindari situasi dimana kekurangannya dapat terlihat dan individu cenderung mencari masukan untuk hal yang mudah diperbaiki dari hasil kemampuan mereka.

b. Faktor Sosial

1). Interaksi Selektif, individu bisa memilih dengan siapa ia ingin bergaul.

2). Perbandingan Sosial yang bias, individu cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang menurutnya lebih rendah kemampuanya daripada dirinya.

(14)

James K.Van fleet (1997) merupakan tokoh terkemuka dalam bidang psikologi teknik motivasi. Mengidentifikasikan citra diri yang positif dan negatif, yaitu:

a. Citra Diri Positif

1). Memiliki rasa percaya diri yang kuat.

2). Berorientasi pada ambisi yang kuat dan mampu menentukan sasaran hidup.

3). Terorganisir dengan baik dan efisien (tidak terombangambing lagi tanpa tujuan dari hari ke hari).

4). Bersikap mampu.

5). Memiliki kepribadian yang menyenangkan. 6). Mampu mengendalikan diri.

b. Citra Diri Negatif

1). Merasa rendah diri.

2). Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup. 3). Lebih suka menunda waktu.

4). Memiliki landasan yang pesimistik dan emosi negatif.

5). Pemalu dan menyendiri (karena mendapat kritik dari orang lain, hinaan dan ejekan dari teman).

6). Hanya memiliki kepuasan sendiri.

2.4 Image Caption pada Akun Infia_Fact

(15)

menguak fakta-fakta tentang wanita dan yang membaca informasi-informasi tersebut cukup banyak karena akun Instagram Infia_Fact sudah menjadi akun Media/News Company yang banyak dipercaya sebab sejauh ini akun tersebut sudah membagikan lebih dari 21.000 post dan memiliki 3 juta pengikut. Peneliti mendapatkan bahwa ada 86 post (image caption) yang berindikasi informasi tentang wanita, di sini ada yang mengulas tentang fisik, sosial dan juga psikologis dari para wanita sepanjang tahun 2017.

2016 Penelitian ini bertujuan untuk target range usia dari

(16)

Indikator yang

2015 Penelitian ini bertujuan untuk agar fashion blogger

(17)

dikenakan pada

(18)

Akun infia_fact Dalam Membentuk

Citra Diri

2.6. Kerangka Berpikir

Dari uraian di atas, maka penulis merumuskan kerangka berpikir secara umum untuk penelitian ini sebagai berikut.

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Image Caption

akun infia_fact

Pengguna

Instagram

Persepsi Pengguna

Instagram

Citra Diri Pengguna Instagram

FISIK

SOSIAL

PSIKOLOGIS

POSITIF

(19)

Penjelasan:

Referensi

Dokumen terkait

Bila kami belum menikah kami akan memiliki banyak waktu dibandingkan dengan teman-teman kami yang sudah menikah. SS S TS

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu meningkatkan sikap kerja keras dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika materi pecahan menggunakan model

Selain pemikiran Hassan Hanafi yang revolusi tauhid dan Antroposentrisme, menurut penulis pemikiran Hassan Hanafi yang masih relevan untuk permasalahan masa kini, adalah

Sehingga yang dikaji dalam penelitian ini adalah Tanda (gambar, rupa, bentuk, warna pada meme - meme Haji Lulung); Objek (makna dari tanda-tanda yang ada pada meme

Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.21 menunjukkan hasil analisis regresi berganda bernilai positif, yang berarti pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja

Hasil analisis dari penelitian ini adalah variabel motivasi kerja, disiplin kerja dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan kecerdasan emosional (EQ) dengan hasil belajar penjaskes pada siswa SMP Negeri 3 Pare.Metode pengumpulan data

Untuk adonan dengan penambahan -amilase dan glukoamilase 25 U/g tepung masih dihasilkan adonan yang agak kasar sama dengan roti yang terbuat dari pasta ubi jalar ungu