• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKN Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PKN Pancasila Sebagai Sistem Filsafat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT,

DASAR, DAN IDEOLOGI NEGARA

INDONESIA

Pendidikan Pancasila

DOSEN PENGAMPU:

Asep Zainal Mutaqin

DISUSUN OLEH:

Idzni Ghassani Shabrina

(20110150094)

Susilowat

(20110150095)

Reinast Cahya Kesuma

(20110150096)

Ratrian Novianto

(20110150097)

Luthfi Pratama Putra S

(20110150098)

Alisha Chandra

(20110150099)

(2)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui hal hal yang berkaitan dengan sejarah awal lahirnya pancasila dan laporan ini juga merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Pancasila Semester 1 Tahun 2015, yang kami sajikan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah di lakukan dan berbagai sumber referensi lainnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pancasila kami yang telah membimbing kami agar dapat mengetahui materi materi yang berkaitan dengan Mata Kuliah Pancasila. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Jatinangor, 27 September 2015

Penyusun

(3)

Kata Pengantar...ii

BAB I PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan...5

BAB II PEMBAHASAN...6

A. Secara Antologis...6

B. Secara Epistemologis...8

C. Secara Aksiologis...10

D. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara...13

BAB III PENUTUP...17

A. Kesimpulan...17

B. Saran...17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara yang sekaligus menjadi pandangan hidup dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk hidup berbangsa dan bernegara. Belakangan ini nilai nilai yang tekadung dalam pancasila sudah tidak lagi dianggap sakral oleh bangsanya sendiri. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.

(5)

B. Rumusan Masalah

 Kajian nilai nilai pancasila secara Antologis.  Kajian nilai nilai pancasila secara Epistemologis.  Kajian nilai nilai pancasila secara Aksiologis.  Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

C. Tujuan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Secara Antologis

Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri.

Jika sila-sila dalam pancasila dijabarkan maka akan menjadi sebagai berikut :

1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa

Sila pertama ini mejiwai dari sila-sila yang lainnya. Tuhan itu satu dan manusia ada karena adanya tuhan. Dengan sila pertama ini diharapkan jika kita bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kenyataannya kita tidak lepas dari salah dan dosa, tetapi dengan beragama yang tentunya agama islam kita akan sadar, waspada pada yang akan kita lakukan agar tidak menyalahi dan melanggar ajaran agama. Dalam tujuan pendidikan nasional disebutkan untuk menjadi yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Dan dalam lingkungan keluarga, sekolah , dan masyarakat juga ditanamkan nilai keagamaan dan pancasila. Dan dengan agama dan pancasila kita percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa, menghormati antar pemeluk agama, tidak memaksakan agama pada orang lain, dan ini merupakan pengamalan dari sila-sila Pancasila.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Manusia merupakan subjek pokok terbentuknya suatu negara. Manusia yang dimuka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan sebagai fitrahnya sebagai hamba Allah.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia

(7)

4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Rakyat adalah kumpulan orang yang bersatu dan bermusyawarah dalam negara. Contoh dari sila ini adalah dalam memilih seorang pemimpin seperti kepala desa atau laiinya hendaknya kita melakukan musyawarah. Bila diihat dari dunia pendidikan hal ini relevan karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Dan daam UUD 1945 pasal 28 dinyatakan bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapat baik secara lisan atau tertulis.

5. Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Setiap bangsa dan negara di dunia bertujuan untuk menjadi masyarakat dan negara yang adil dan makmur, tapi konsep setiap negara beda. Keadilan disini meliputi kebutuhan dibidang material dan spiritual yang mencakup pengertian adil dan makmur secara merata.

Kelima sila tersebut berhubungan dan menjadi sebuah kesatuan dengan manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis sebagai dasar ontologis Pancasila. Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :

 Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat,

dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.

 Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah

sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

 Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi

ketuhanan bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

 Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas,

(8)

dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;

 Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia

yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;

 Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang

merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional

B. Secara Epistemologis

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science.

Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:

1. Tentang sumber pengetahuan manusia;

(9)

Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.

Susunan pancasila bersifat formal logis yaitu bersifat hirarkis dan berbentuk piramida di mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas:

 Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan

martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur: panca indra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan martabat manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat ketuhanan/ keagamaan.

 Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara lain :

 Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam,

semesta, sosio-budaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;

 Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang,

kepustakaan, dokumentasi;

 Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.

 Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis :

 Pengetahuan indrawi;

(10)

Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu adalah perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan budaya umat manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia. Perwujudannya adalah pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat luhur dan kebajikan para cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati, bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian mandiri dan matang serta meningkatkan harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap dalam pergaulan), psikis (sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas kepribadian, termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.

 Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan manusia

untuk menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki wawasan kesejarahan (masa lampau, kini dan masa depan), wawasan ruang (negara, alam semesta), bahkan secara suprarasional menghayati Tuhan yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati. Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia suprarasional dan supranatural. Tahu secara ‘melampaui tapal batas’ ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan keyakinan religius yang dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan ilmiah-rasional adalah kesadaran rohaniah tertinggi yang membahagiakan.

C. Secara Aksiologis

Istilah aksiologi berasal dari kata axios (yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti Ilmu atau teori.Jadi Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Yag dimaksud dengan Nilai yaitu sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

(11)

Pancasila sebagai aksiologis merupakan nilai-nilai Pancasila sebagai suatu system filsafat yang memiliki satu kesatan dasar aksiologis. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan.

Pandangan nilai menurut Notonagoro dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

 Nilai Material; segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia

 Nilai Vital; segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu

aktivitas

 Nilai Kerohanian; segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia

Menurut Notonagara nilai Pancasila yang tertinggi adalah nilai kerohanian. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis. Yaitu nilai material, vital, kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

 Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai

persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

 Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum

yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.

 Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.

Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:

 Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan

(12)

obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan yang menjamin multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.

 Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai

dalam perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi, secara individual maupun sosial).

 Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang

meliputi: Tuhan yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam semesta dengan berbagai unsur yang menjamin kehidupan setiap makhluk dalam antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.) beserta aneka kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan psikologis yang tak ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan zamannya.

 Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan

dengan berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau ‘konsumen’ nilai yang bertanggung jawab atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun sosial (ia adalah subyek budaya). “Man created everything from something to be something else, God created everything from nothing to be everything.” Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.

 Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang

dari hakikat manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat kebijaksanaan, tulus dan rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.

 Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan

(13)

kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk manusia – identitas utama akal budi dan nuraninya – melalui sikap dan karyanya.

 Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap

pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat kebenaran ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka wujudnya: dendam, permusuhan, perang, etc.).

Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya. Kesadaran berwujud dalam dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/ peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis) maupun nilai-nilai supranatural.

Skema pola antarhubungan sosial manusia meliputi:

1. hubungan sosial-horisontal, yakni antarhubungan pribadi manusia (P) dalam antarhubungan dan antaraksinya hingga yang terluas yaitu hubungan antarbangsa (A2-P-B2);

2. hubungan sosial-vertikal antara pribadi manusia dengan Tuhan yang mahaesa (C: Causa Prima) menurut keyakinan dan agama masing-masing (garis PC).

kualitas hubungan sosial-vertikal (garis PC) menentukan kualitas hubungan sosial horisontal (garis APB);kebaikan sesama manusia bersumber dan didasarkan pada motivasi keyakinan terhadap Ketuhanan yang mahaesa; kadar/ kualitas antarhubungan itu ialah: garis APB ditentukan panjangnya oleh garis PC. Tegasnya, garis PC1 akan menghasilkan garis A1PB1 dan PC2 menghasilkan garis A2PB2. Jadi, kualitas kesadaran akan Ketuhanan yang mahaesa menentukan kualitas kesadaran kemanusiaan.

D. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara

(14)

kehidupan suatu bangsa. Dalam pembahasan kali ini, penulis khususkan membahas tentang fungsi pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasaar negara RI. Oleh karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara. Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Disini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur penerintahn negara atau dengan kata lain Pancasila menjadi suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Menurut TAP MPRS NO.XX/MPRS/1966, TAP MPR NO.V/MPR/1973 dan TAP MPR NO.IX/MPR/1978 sebagai sumber dari segala sumber hukum dan sumber tertib Pancasila hakikatnya merupakan suatu pandangn hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak bangsa Indonesia.

Adapun pancasila sebagai dasar negara memiliki fungsi antara lain sebagai berikut:

 Sebagai dasar berdiri dan tegaknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Didalam sejarah menunjukan peran pancasila dalam pembentukan negara Indonesia merdeka juga landasan pengelolaan NKRI.

 Sebagai dasar partisipasi warga negara. Setiap warga memiliki hak dan kewajiban

sama untuk mempertahankan negara dan ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia.

 Sebagai dasar kegiatan penyelenggaraan negara. Indonesia didirikkan demi

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

 Sebagai dasar pergaulan warga negara. Pancasila tidak hanya menjadi dasar

perhubungan antara warga negara Indonesia dengan negara Indonesia,tetapi juga dasar perhubungan antar sesama warga negara Indonesia.

 Sebagai dasar sumber hukum nasional. Dimana seluruh kegiatan

penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. Semua hukum atau peraturan perundang undangan dibentuk berdasarkan nilai-nilai pancasila.

(15)

Ideologi berasal dari kata "idea" yang artinya gagasan, pengertian dasar, konsep, cita-cita dan "logos" artinya ilmu. Jadi, ideologi adalah ilmu tentang gagasan atau ide yang sifatnya mendasar. Atau seperangkat nilai yang kebenarannya diyakini oleh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai Ideologi juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru tentang berbagai kehidupan bangsa. Melaluinya diharapkan bangsa Indonesia dapat melahirkan dan mengembangkan gagasan, konsep, teori, dan ide-ide baru tentang kehidupan politik, ekonomi, social, budaya, hokum, hankam dan semua proses kehidupan berbangsa dalam rangka pembangunan nasional.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini. Keterbukaan Ideologi pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Suatu Ideologi negara, merupakan hasil refleksi manusia, berkat kemampuannnya mengadakan distansi ( menjaga jarak ) terhadap dunia kehidupannya. Antara keduanya, yaitu Ideologi dan kenyataan masyarakat terjadi hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang disatu pihak memacu Ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita – cita. Pancasila sebagai ideologi negara memiliki fungsi sebagai berikut:

 Pemersatu bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia. Fungsi ini sangat penting bagi bangsa Indonesia karena tanpa adanya pemersatu bangsa, masyarakat Indonesia akan terpecah belah.

 Mengarahkan dan membimbing bangsa Indonesia kemana arah tujuannya.

Pancasila sebagai motivasi, cita-cita bangsa, dan menggerakan suatu masyarakat bangsa untuk melakukan pembangunan nasional dalam pengamalan-pengamalan pancasila.

 Memberikan tekad yang kuat untuk memelihara dan mengembangkan identitas

(16)

 Kritis pada keadaan dan upaya perwujudan cita-cita bangsa yang terkandung

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai dasar filsafat negara baik itu secara antologis, epistemoligis, ataupun aksiologis, secara obyektif diangkat dari pandangan hidup dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang telah ada dalam sejarah bangsa sendiri. Dan Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilai pancasila sudah ada dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara.

Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi dan kedudukannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai Ideologi juga menjadi pijakan bagi pengembangan pemikiran-pemikiran baru tentang berbagai kehidupan bangsa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini. Keterbukaan Ideologi pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual.

B. Saran

(18)

pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.20 WIB.

http://blog.umy.ac.id/rinienurul/2012/11/13/filsafat-pendidikan-pancasila-dalam-tinjauan-ontologis-epistimologis-dan-aksiologis/. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.25 WIB.

http://orathforever.blogspot.co.id/2012/10/makalah-filsafat-pancasila-ontologis.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.30 WIB.

https://ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.30 WIB.

http://orathforever.blogspot.co.id/2012/10/makalah-filsafat-pancasila-ontologis.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.40 WIB.

http://respect-ade.blogspot.co.id/2013/11/aksiologi-pancasila.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.45 WIB.

http://restukadilangudemak.blogspot.co.id/2012/12/pancasila-dalam-perspektif-aksiologi.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.50 WIB.

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/pancasila-sebagai-dasar-negara-dan.html. Diakses pada Minggu, 27 September 2015, pukul 16.50 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman

a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur sikap dan

Dari kedua uraian di atas mengenai pemaknaan Pancasila sebagai sebagai sistem filsafat, maka kita dapat memaknai Pancasila sebagai perwujudan pemikiran terdalam bangsa Indonesia,

Filsafat dan Kaitannya dengan Pancasila LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA Nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman empiris bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah