• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT id. docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Filsafat|Pengertian Pancasila Sebagai Filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan dengan satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi, pada hakikatnya Pancasila merupakan satu bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan fungsi serta tugas masing-masing.

Pengertian Filsafat

Filsafat adalah upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa Inggris disebut dengan philosophi sedangkan dalam bahasa Yunani adalah philosophia yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan karena arti kata philos adalah pilia cinta, dan sophia adalah kearifan. Sehingga pengertian filsafat secara bahasa adalah cinta kearifan atau cinta kebijaksanaan karena kearifan juga berarti wisdom. Seorang ahli pikir disebut dengan filosof, yang pertama kali digunakan oleh Herakleitos. Banyak dari tokohfilosof yang menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik dari aliran filsafat seperti: materialisme, idealisme, spritualisme, realisme, dan berbagai aliran modern: rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme; marxisme-komunisme;sosialisme.dll.

Pengertian Pancasila

Pancasila adalah lima sila dengan satu kesatuan yang berasal dari nilai-nilai luhur dan bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam dalam artian Bhinneka Tunggal Ika. Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik material konkrit (manusia, binatang, alam, dll). dan abstrak (nilai, ide, moral dan pandangan hidup).

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Seperti dibagian awal paragraf, bahwa pengertian pancasila sebagai sistem filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai dengan pedoman diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan lainnya. Misalnya: ketika kita mengkaji sila kelima yang intinya tentang keadilan, maka hars dikaitkan dengan sila-sila yang lain yaitu

 Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)

 Keadilan yang berPerikemanusiaan (Sila ke 2)

 Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme, Kekeluargaan (Sila 3)  Keadilan yang Demokratis.

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia:

Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa dengan membedakan suku atau ras

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara:

(2)

Pancasila selain ditetapkan sebagai dasar Negara, juga sebagai pandangan hidup, landasan ideology dan sebagai falsafah atau filsafat bangsa.

Sebenarnya Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat persatuan dan kesatuan itu dipecah oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini. Berkat perjuangan yang gigih dari seluruh rakyat Indonesia pada zaman penjajahan Jepang dibentuk suatu badan yang diberi nama BPUPKI. Badan ini diresmikan tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang. Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengutarakan prinsip dasar negara yang sekaligus sesudah berpidato menyerahkan teks pidatonya beserta rancangan undang-undang dasar.

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara. Dan pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama Undang-Undang Dasar 1945. Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-sila Pancasila ditetapkan. Jadi,

Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi bangsa Indonesia. Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.

Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setaip silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini.

Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.

Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut

Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.

(3)

Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam

realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila yang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia. Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki, bangsa

Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yang memilikiperbedaan itu juga mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan.

Secara bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang melawan penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setelah merdek, bangsa Indonesia

mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih dikenal dengan wawasan “ bhineka tunggal ika “.

Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa Indonesia melaksanakan kehidupan bersama berlandaskan kepada dasar filsafat Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan sebagai perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada saat mendirikan Negara Indonesia, para pendiri sepakat untuk mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia,yaitu Negara yang berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh golongan dalam bidang apapun.

Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala golongan, segala bagian dan seluruh anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya dan merupakan persatuan dan

kesatuan yang organis. Kepentingan individu dan kepentingan bersama harus diserasikan dan diseimbangkan antara satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan diatur dalam prinsip solidaritas, menuntut bahwa kebersamaan dan individu tidak dapat dipertentangkan satu dengan lainnya. Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang memberi tempat bagi semua golongan dan lapisan masyarakat dalam bidang apapun.

(4)

kuat, melainkan Negara mengusahakan tujuannya dengan memperhatikan semua golongan dan semua perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh lapisan masyarakat.

Pengertian Filasat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan atau hakekat kebenaran. Berfilsafat artinya berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap suatu metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.

Pengertian Filsafat menurut D. Runes :

Ilmu yang paling umum yang mengandung usaha untuk mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti bahwa Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan berbangsa, bernegara bagi warga Negara Indonesia dimanapun mere berada.

Sistem Filsafat

Yang mendasari tokoh filsafat dalam melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat adalah perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan. Perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak isi dan nilai ajarannya.

Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika.

Aliran-aliran Filsafat Aliran Materialisme

Mengajarkan bahwa hakekat realistas kesemestaan termasuk makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misal benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam yaitu sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat obyektif.

Aliran Idealisme

Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia, karena manusia mempunya akal budi, kesedaran rohani.

Aliran Realisme

(5)

Nilai-Nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filosofis.

Hakikat dan pokok-pokok yang terkandung dalam pancasila adalah :

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-ilai yang terkandung dalam pancasila itu dijadikan tuntutan dan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkat laku manusia indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat dan alam semester

2. Pancasila sebagai dasar negara, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara seperti diatur dalam UUD 1945.

3. Filsafat pancasila yang abstrak tercermin dalam pembukaan UUD 1945

4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh.

5. kesatuan tafsir sila-sila pancasila harus bersumber dan berdasrkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945

Oleh karena itu secara filosofis, dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup. Pancasila dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku, dan berbuat dalam segala bdang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.

Pengertian Pancasila Secara Filsafati

Filsafat pancasila dapat diartikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.

Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara Deduktif yaitu dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan menyusunya secara sistematis menjadi keuutuhan pandangan yang komprehensif. Sedangkan secara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Wawasan filsafat meliputi 3 bidang yaitu ontologi, epistemologi dan axiologi.

Ontologi

Menurut Runes adalah teori tentang keberadaan atau eksistensinya. Menurut Aristoteles adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuai atau disamakan artinya dengan metafisika.

Bidang ontologi meliputi :

Penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam semesta. Artinya ontologi adalah menjangkau adanya tuhan dan alam gaib seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika).

(6)

Epistemologi

Menurut Runes adalah bidang atau filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas ilmu pengetahuan.

Yang termasuk cabang episteomologi adalah Matematika, logika, dan sematik. Axiologi

Menurut Runes berarti manfaat, pikiran, atau ilmu, teori. Dalam pengertian modern axiologi disamakan dengan teori nilai , yakni sesuai yang diinginkan, disukai atau yang baik dan juga yang menyelediki hakikat nilai, kriteria dan kedudukan metafisika sebagai suatu nilai. Menurut Brameld, axiologi dapat disimpulkan :

1. Tingkah laku moral yang berwujud etika

2. ekspresi etika yang berujud estetika atau seni keindahan 3. sosio politik

Jadi axiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakikat nilai.

Nilai-Nilai Pancasila Menjadi Dasar Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Asasi Manusia.

Nilai-nilai dari sila-sila pancasila terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban yaitu ;

Hubungan vertikal. Hubungan manusia dengan Tuhan YME sebagai penjelmaan dari nilai ketuhanan yang maha esa. Dalam hubungan ini manusia mempunyai kewajiban untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya.

Hubungan Horizontal. Hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara.

Hubungan Alamiah. Hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya.

Alasan yang prinsipil pancasila sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut di atas adalah :

1. Pancasila mengakui adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi pencipta, pengatur serta penguasa alam semesta

2. Mengatur keseimbangan dalam hubungan dan keserasian-keserasian dimana untuk menciptakannya perlu pengendalian diri

3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting.

4. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan serta musyarawah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan

(7)

Isi pemikiran filsafat pancasila sebagai suatu filsafat tentang negara adalah bahwa pancasila memberi jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi :

1. Masalah pertama : Apa negera itu ? dijawab dengan prinsip kebangsaan indonesia

2. Masalah kedua : Bagaimana hubungan antara bangsa dan negara ? dijawab dengan prinsip perikemanusiaan

3. Masalah ketiga: siapakah sumber dan pemegang kekuasaan negara ? dijawab dengan prinsip demokasi

(8)

PANCASILA SABAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Kompetensi (Kemampuan Akhir Yang Diharapkan)

Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa memahamitentang Pancasila sebagai etika dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Deskripsi

Dalam Bab ini Anda akan mempelajari pengertian tentang etika; pengertian nilai, norma dan moral; aliran-aliran etika; dan etika Pancasila.

1.

PENDAHULUAN

Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara lain sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan kepribadian bangsa. Pancasila juga sangat sarat akan nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Oleh karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan perspektif kajian atas nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai yang terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut bersifat

universal, dapat ditemukan di manapun dan kapanpun. Namun, sebagai suatu kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan ciri khusus pada ke-Indonesia-an karena merupakan komponen utuh yang terkristalisasi dalam Pancasila. Meskipun para founding fathers mendapat pendidikan dari Barat, namun causa materialis Pancasila digali dan bersumber dari agama, adat dan kebudayaan yang hidup di Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus politik yang memberi dasar bagi berdirinya negara Indonesia, berkembang menjadi konsensus moral yang digunakan sebagai sistem etika yang digunakan untuk mengkaji moralitas bangsa dalam konteks hubungan berbangsa dan bernegara.

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakekatnya merupakan suatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya.

Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praktis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :

1. Norma Moral

Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila. 2. Norma Hukum

Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulahPancasila

(9)

Dengan demikian, Pancasila pada hakekatnya bukan merupakan suatu pedoman yang

langsung bersifat normatif ataupun praktis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang dan bagaimana kita dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

Etika berkaitan dengan masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan

masalah- masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, ”baik” dan “buruk”.

2.

PENGERTIAN ETIKA

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran

moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

1) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.

2) Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada (Zubair, 1987: 13). Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang merupakan kata jamakkhuluk yang berarti perangai, tingkah laku atau tabiat (Zakky, 2008: 20.)

3.

PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL 1)

Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakekatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.

(10)

baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia sebagai subyek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.

Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.

Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik dan nilai religi. Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan

kriteria, sehingga merupakan suatu keharusan, anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia.Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu

keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai. 2)

Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau

kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaedah-kaedah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.

Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

3)

Pengertian Norma

Kesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Hubungan ideal yang seimbang, serasi dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan), horisontal (masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya) Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.

Hubungan antara nilai, norma dan moral

(11)

maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang

memberikan ajaran moral. 4.

NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL DAN NILAI PRAKSIS

a. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakekat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakekat Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakekat Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima(penyebab pertama). Segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Bila nilai dasar itu berkaitan dengan hakekat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada hakekat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Apabila nilai dasar itu

berdasarkan kepada hakekat suatu benda (kuantitas, aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praktis, namun nilai yang bersumber dari kebendaan tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran norma itu. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

b. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat

ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran Pancasila.

c. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai-nilai-nilai instrumental. Oleh karena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai tersebut di atas dan tidak bertentangan dengannya. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praksis, dengan kata lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.

(12)

ALIRAN – ALIRAN BESAR ETIKA

Dalam kajian etika dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu deontologi, teleologi dan keutamaan. Setiap aliran memiliki sudut pandang sendiri-sendiri dalam menilai apakah suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk.

a)

Etika Deontologi

Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk. Kebaikan adalah ketika seseorang melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya.

Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Immanuel Kant (1734-1804). Kant menolak akibat suatu tindakan sebagai dasar untuk menilai tindakan tersebut karena akibat tadi tidak menjamin universalitas dan konsistensi dalam bertindak dan menilai suatu tindakan (Keraf, 2002: 9).

Kewajiban moral sebagai manifestasi dari hukum moral adalah sesuatu yang sudah tertanam dalam setiap diri pribadi manusia yang bersifat universal. Manusia dalam dirinya secara kategoris sudah dibekali pemahaman tentang suatu tindakan itu baik atau buruk, dan keharusan untuk melakukan kebaikan dan tidak melakukan keburukan harus dilakukan sebagai perintah tanpa syarat (imperatif kategoris).

Kewajiban moral untuk tidak melakukan korupsi, misalnya, merupakan tindakan tanpa syarat yang harus dilakukan oleh setiap orang. Bukan karena hasil atau adanya tujuan-tujuan tertentu yang akan diraih, namun karena secara moral setiap orang sudah memahami bahwa korupsi adalah tindakan yang dinilai buruk oleh siapapun. Etika deontologi menekankan bahwa kebijakan/tindakan harus didasari oleh motivasi dan kemauan baik dari dalam diri, tanpa mengharapkan pamrih apapun dari tindakan yang dilakukan (Kuswanjono, 2008: 7). Ukuran kebaikan dalam etika deontologi adalah kewajiban, kemauan baik, kerja keras dan otonomi bebas. Setiap tindakan dikatakan baik apabila dilaksanakan karena didasari oleh kewajiban moral dan demi kewajiban moral itu. Tindakan itu baik bila didasari oleh kemauan baik dan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk melakukan perbuatan itu, dan tindakan yang baik adalah didasarkan atas otonomi bebasnya tanpa ada paksaan dari luar.

b)

Etika Teleologi

Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika teleologi membantu kesulitan etika deontologi ketika menjawab apabila dihadapkan pada situasi konkrit ketika dihadapkan pada dua atau lebih kewajiban yang bertentangan satu dengan yang lain. Jawaban yang diberikan oleh etika teleologi bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat baik meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain.

(13)

dipertimbangkan yaitu demi akibat baik, beberapa kewajiban mendapat toleransi tidak dipenuhi.

Persoalan yang kemudian muncul adalah akibat yang baik itu, baik menurut siapa? Apakah baik menurut pelaku atau menurut orang lain? Atas pertanyaan ini, etika teleologi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan utilitarianisme

1) Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat baik untuk pelakunya. Secara moral setiap orang dibenarkan mengejar kebahagiaan untuk dirinya dan dianggap salah atau buruk apabila membiarkan dirinya sengsara dan dirugikan.

2) Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang. Tindakan dikatakan baik apabila mendatangkan kemanfaatan yang besar dan memberikan kemanfaatan bagi sebanyak mungkin orang. Di dalam menentukan suatu tindakan yang dilematis maka yang pertama adalah dilihat mana yang memiliki tingkat kerugian paling kecil dan kedua dari kemanfaatan itu mana yang paling menguntungkan bagi banyak orang, karena bisa jadi kemanfaatannya besar namun hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil orang saja. Etika utilitarianisme ini tidak terpaku pada nilai atau norma yang ada karena pandangan nilai dan norma sangat mungkin memiliki keragaman. Namun setiap tindakan selalu dilihat apakah akibat yang ditimbulkan akan memberikan manfaat bagi banyak orang atau tidak. Kalau tindakan itu hanya akan menguntungkan sebagian kecil orang atau bahkan

merugikan maka harus dicari alternatif-alternatif tindakan yang lain. Etika utilitarianisme lebih bersifat realistis, terbuka terhadap beragam alternatif tindakan dan berorientasi pada kemanfaatan yang besar dan yang menguntungkan banyak orang. Utilitarians try to produce maximum pleasure and minimum pain, counting their own pleasure and pain as no more or less important than anyone else’s (Wenz, 2001: 86).

Etika utilitarianisme ini menjawab pertanyaan etika egoisme, bahwa kemanfaatan banyak oranglah yang lebih diutamakan. Kemanfaatan diri diperbolehkan sewajarnya, karena kemanfaatan itu harus dibagi kepada yang lain. Utilitarianisme, meskipun demikian, juga memiliki kekurangan. Sonny Keraf (2002: 19-21) mencatat ada enam kelemahan etika ini, yaitu:

(1) Karena alasan kemanfaatan untuk orang banyak berarti akan ada sebagian masyarakat yang dirugikan, dan itu dibenarkan. Dengan demikian utilitarianisme membenarkan adanya ketidakadilan terutama terhadap minoritas.

(2) Dalam kenyataan praktis, masyarakat lebih melihat kemanfaatan itu dari sisi yang kuantitasmaterialistis, kurang memperhitungkan manfaat yang non-material seperti kasih sayang, nama baik, hak dan lain-lain.

(3) Karena kemanfaatan yang banyak diharapkan dari segi material yang tentu terkait dengan masalah ekonomi, maka untuk atas nama ekonomi tersebut hal-hal yang ideal seperti nasionalisme, martabat bangsa akan terabaikan, misalnya atas nama

memasukkan investor asing maka aset-aset negara dijual kepada pihak asing, atau atas nama meningkatkan devisa negara maka pengiriman TKW ditingkatkan. Hal yang menimbulkan problem besar adalah ketika lingkungan dirusak atas nama untuk menyejahterakan masyarakat.

(14)

lingkungan, kebijakan yang dilakukan sekarang akan memberikan dampak negatif pada masa yang akan datang.

(5) Karena etika utilitarianisme tidak menganggap penting nilai dan norma, tapi lebih pada orientasi hasil, maka tindakan yang melanggar nilai dan norma atas nama kemanfaatan yang besar, misalnya perjudian/prostitusi, dapat dibenarkan.

(6) Etika utilitarianisme mengalami kesulitan menentukan mana yang lebih diutamakan kemanfaatan yang besar namun dirasakan oleh sedikit masyarakat atau kemanfaatan yang lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun kemanfaatannya kecil.

Menyadari kelemahan itu etika utilitarianisme membedakannya dalam dua tingkatan, yaitu utilitarianisme aturan dan tindakan. Atas dasar ini, maka :

Pertama, setiap kebijakan dan tindakan harus dicek apakah bertentangan dengan nilai dan norma atau tidak. Kalau bertentangan maka kebijakan dan tindakan tersebut harus ditolak meskipun memiliki kemanfaatan yang besar.

Kedua, kemanfaatan harus dilihat tidak hanya yang bersifat fisik saja tetapi juga yang non-fisik seperti kerusakan mental, moralitas, kerusakan lingkungan dan sebagainya.

Ketiga, terhadap masyarakat yang dirugikan perlu pendekatan personal dan kompensasi yang memadai untuk memperkecil kerugian material dan non-material.

c. Etika Keutamaan

Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi pada pengembangan

karakter moral pada diri setiap orang. Orang tidak hanya melakukan tindakan yang baik, melainkan menjadi orang yang baik. Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh besar. Internalisasi ini dapat dibangun melalui cerita, sejarah yang di dalamnya mengandung nilai-nilai keutamaan agar dihayati dan ditiru oleh masyarakatnya. Kelemahan etika ini adalah ketika terjadi dalam masyarakat yang majemuk, maka tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam sehingga konsep keutamaan menjadi sangat beragam pula, dan keadaan ini dikhawatirkan akan menimbulkan benturan sosial.

Kelemahan etika keutamaan dapat diatasi dengan cara mengarahkan keteladanan tidak pada figur tokoh, tetapi pada perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh itu sendiri, sehingga akan ditemukan prinsip-prinsip umum tentang karakter yang bermoral itu seperti apa.

6.

ETIKA PANCASILA

Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan

mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan

(15)

Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Nilai yang pertama adalah Ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum Tuhan.Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak buruk.Misalnya pelanggaran akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih sayang antar sesama akan menghasilkan konflik dan

permusuhan. Pelanggaran kaedah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam, dan lain-lain

Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilaiKemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai KemanusiaanPancasila adalah keadilan dan keadaban. Keadilanmensyaratkan keseimbangan antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.

Nilai yang ketiga adalah Persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat

memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika Pancasila bukan

merupakan perbuatan baik. Nilai yang keempat adalah Kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi.

Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas “dimenangkan” atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan.

Nilai yang kelima adalah Keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan

merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang lain.

(16)

maka nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain. Sebagai contoh, nilai Ketuhanan akan

menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai Kemanusiaan, menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai Persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan dan lain-lain. Nilai Kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lain-lain Nilai Keadilan menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama dan lain-lain. 7.

MAKNA NILAI-NILAI SETIAP SILA PANCASILA

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan apabila dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain. Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut ini kita uraikan :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.

Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan

kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari adanya Tuhan (atheisme).

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu makhluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakekat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.

(17)

3) Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, ” Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD 1945.

4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.

Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan selalu

mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti, tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.

Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan. Sila ini merupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat sekaligus sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :”...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat ...”

5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.

(18)

a) Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan warganya dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiaban.

b) Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara, dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.

c) Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan lainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dan keselarasan diantara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai. Hakekat sila ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :”dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

PANCASILA SABAGAI ILMU PENGETAHUAN

(19)

Ideologi itu diambil dari kebiasaan-kebiasaan yang ada dimasyarakat yang dilakukan secara turun menurun, Sehingga untuk generasi-generasi muda yang hidup setelah kemerdekaan harus belajar tentang maksud-maksud yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri dan juga mengamalkannya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga dalam menjalankan kehidupan di negara Indonesia ini bisa tertib dan menjunnjung tinggi hak asasi.

Isi-isi didalam Pancasila berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan-nya yang telah menjadi kebiasaan yang ada dimasyarakat Indonesia sejak dahulu.

Oleh karena itu, pemerintah wajib memasukan Ideologi ini untuk dipelajari dan dihayati di jenjang SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, Sehingga Ideologi Indonesia tetap bertahan dalam kehidupan yang dinamis ini.

PANCASILA SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

PANCASILA DAN PENGETAHUAN ILMIAH

1. Landasan perkuliahan dan pengertian pancasila

Seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya mempelajari,mendalami dan mengembangkan serta mengamalkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing.Tingkatan-tingkatan pelajaran mengenai pancasila yang dapat di hubungkan dengan tingkat-tingkat pengetahuan ilmiah.Tingkatan pengetahuan ilmiah yakni pengetahuan deskriptif,pengetahuan kausal,pengetahuan normatif dan pengetahuan esensial.

Tujuan pendidikan pancasila adalah membentuk watak bangsa yang kukuh,juga untuk memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma pancasila.Tujuan perkuliahan pancasila adalah agar mahasiswa memahami,menghayati dan melaksanakan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara RI,juga menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang hendak di atasi dengan pemikiran yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

1. Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah

Pengetahuan di katakan ilmiah jika memenuhi syarat-syarat ilmiah yakni

berobjek,bermetode,bersistem dan bersifat universal.Berobjek terbagi dua yakni objek material dan objek formal.Objek material berarti memiliki sasaran yang di kaji,disebut juga pokok soal (subject matter) merupakan sesuatu yang di tuju atau di jadikan bahan untuk di

(20)

perhatian pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.Bermetode atau

mempunyai metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai dengan aturan–aturan yang logis.Metode merupakan cara bertindak menurut aturan tertentu.Bersistem atau bersifat

sistematis bermakna memiliki kebulatan atau keutuhan yang bagian-bagiannya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak berkontradiksi sehingga membentuk kesatuan keseuruhan.Bersifat universal atau dapat di katakan bersifat objektif,dalam arti bahwa

penelusuran kebenaran tidak di dasarkan oleh alasan rasa senang atau tidak senang,setuju atau tidak setuju,melainkan karena alasan yang dapat di terima oleh akal.

ASAL MULA PANCASILA 1. Teori asal mula pancasila

Asal mula pancasila dasar filsafat Negara dibedakan :

 Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri,terdapat dalam adat kebiasaan,kebudayaan dan dalam agama-agamanya.

 Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) di maksudkan bagaimana pancasila itu di bentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.  Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan pancasila dari calon

dasar negara menjadi pancasila yang sah sebagai dasar negara.

 Causa finalis (asal mula tujuan) adalah dari tujuan perumusan dan pembahasan pancasila yakni hendak di jadikan sebagai dasar negara.

Unsur-unsur pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri,walaupun secara formal pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945,namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka.

Ø Di dalam Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Tuhan,bukti-buktinya seperti bangunan peribadatan,kitab suci dari berbagai agama dan aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Hal ini menunjukkan kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ø Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah,sopan santun,lemah lembut dengan sesama manusia,bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan,pondok-pondok,Ramayana,Malin Kundang,Danau Toba dan lain-lain.Semua mengindikasikan adanya kemanusiaan yang adil dan beradab.

(21)

Ø Unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyrakat kita,bukti-buktinya seperti bangunan balai Agung dan Dewan Orang-orang Tua di Bali untuk musyawarah,Negri di Minangkabau dengan syarat adanya balai.Hal ini menggambarkan sifat demokratis Indonesia.

Ø Dalam hal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap sesama,bukti-buktinya adanya bendungan air,tanggul sungai,lumbung desa,tulisan sejarah kerajaan Kalingga,Sejarah Raja Erlangga dan sebagainya.

1. Asal mula pancasila secara pormal

BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945.Adanya Badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya secara legal,untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus di penuhi sebagai negara yang merdeka.Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala

Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa).

Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali.Sidang pertama pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,sedangkan sidang kedua 10 Juli sampai 17 Juli 1945.Pada sidang pertama M. Yamin dan Soekarno mengusulkan tentang dasar negara,sedangkan Soepomo mengenai paham negara integralistik.

Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945,merupakan sidang penutupan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan selesailah tugas Badan tersebut.Pada tanggal 9 Agustus 1945 di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).Sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan menetapkan :

v Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan,di sahkan sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

v Rancngan Hukum Dasar yang telah di terima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945 setelah mengalami berbagai perubahan,di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

v Memiliki Presiden dan Wakil Presiden yang pertama,yakni Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. v Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan Musyawarah Darurat.

(22)

Dalam sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi Negara Pancasila.

1. Landasan Pendidikan Pancasila 2. Landasan Historis

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila sebelum di rumuskan dan di sahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif historis telah di miliki oleh bangsa Indonesia sendiri.Asal mula nilai-nilai pancasila di gali dari bangsa Indonesia sendiri atau bangsa Indonesia sebagai kausa maretialis pancasila.

2. Landasan Kultural

Nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukanlah merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri,yang di angkat dari nilai cultural yang di miliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.

3. Landasan Yuridis

Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi di dasari oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.Pancasila adalah mata kuliah yang memdidik warga negara akan filsafat negaranya.

4. Landasan Filosofis

Pancasila adalah dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.Secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan,konsekuensinya rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.

1. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dalam UU No 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dan juga termuat dalam SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002,di jelaskan bahwa tujuan Pendidikan Pancasila

mengarahkan perhatian pada moral yang di harapkan terwujud dalam kehidupan yaitu perilaku yang mencerminkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri atas berbagai golongan agama dan budaya.Tujuan pendidikan di artikan sebagai seperangkat tindakan

intelektual penuh tanggung jawab pada kompetensi mahasiswa pada bidang profesi masing-masing.Kompetensi Pendidikan Pancasila adalah seperangkat tindakan intelektual yang berlandaskan nilai-nilai pancasila.

(23)

1. Pengertian Pancasila Secara Ilmiah 2. Berobjek

Semua ilmu pengetahuan itu harus memiliki objek,”objek formal” Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila,atau dari sudut pandang apa Pancasila itu di bahas.

1. Bermetode

Metode adalah seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan masalah guna mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif.

1. Bersistem

Dalam suatu pengetahuan ilmiah harus mempunyai hubungan (interalasi),maupun saling

ketergantungan (inetrdependensi).Pancasila sendiri adala suatu kesatuan dan keutuhan “majemuk tunggal” yaitu kelima sila itu baik rumusannya,inti dan isi dari sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.

1. Bersifat Universal

Universal artinya kebenaran tidak terbatas oleh waktu,ruang,keadaan,situasi,kondisi maupun jumlah tertentu.Perkataan inti sari,esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pamcasila hakikatnya adalah bersifat universal.

2. Pengertian Pancasila Secara Etimologis

Secara etimologis istilah pancasila berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta

Brahmana),bahasa rakyat biasa adalah Prakerta.Dalam bahasa Jawa di artikan “susila” yang memiliki hubungan moralitas.Secara etimologis kata “Pancasila” yang di maksudkan ialah dasar yang memiliki lima unsur atau lima aturan tingkah laku yang penting.Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles,yang harus di taati dan di laksanakan oleh para penganutnya.

3. Pengertian Pancasila Secara Historis

Perumusan Pancasila di awali ketika sidang BPUPKI pertama Dr. Radjiman

Widyodiningrat,megajukan suatu masalah yaitu tentang suatu rumusan dasar negara Indonesia yang akan di bentuk pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI oleh Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia dengan istilah Pancasila,yang artinya lima dasar.

(24)

Pancasila berhasil di proklamasikan pada tanggal 17 Agutus 1945 yang telah berhasil melahirkan negara Republik Indonesia,dan berhasil di sahkan pada tanggal 18 agustus 1945 dengan UUD 1945.

FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA 1. Pancasila sebagai pandangan hidup

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,di lihat dari kedudukannya Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi,yakni sebagai cita-cita dan pandanga hidup bangsa dan negara Republik Indonesia.Dilihat dari fungsinya,Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai dasar negara Republik Indonesia.Di lihat dari segi materinya Pancasila di gali dari pandangan hidup bangsa Indonesia,yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.

Secara yuridis-konstitusional,Pancasila adalah dasar Negara. Karena itu Pancasila sering di sebut dan di pahami sebagai : 1) Jiwa Bangsa Indonesia. 2) Kepribadian Bangsa Indonesia. 3)

Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. 4) Dasar Negara Republik Indonesia. 5) Sumber Hukum atau Sumber Tertib Hukum bagi Negara Republik Indonesia. 6) Perjajnian Luhur Bangsa Indonesia pada saat mendirikan negara. 7) Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. 8) Filsafat Hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia.

Sebutan yang beraneka ragam itu mencerminkan kenyataan bahwa Pancasila adalah daasr negara yang bersifat terbuka.Pancsila tidak bersifat kaku,melainkan luwes karena mengandung nilai-nilai universal dan prakits serta bersumber pada nilai-nilai-nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia.Maka keanekaragaman fungsi Pancasila tersebut merupakan konskuensi logis dari esensinya sebagai satu kesatuan sistem filsafat milik sendiri yang di pilih oleh bangsa Indonesia untuk di jadikan dasar negara.

1. Pancasila sebagai dasar negara

Meskipun nama “Pancasila” tidak secara eksplisit di sebutkan dalam UUD 1945 sebagai dasar negara,tetapi pada alenia keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas di sebutkan bahwa dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang di kandung Pancasila.

Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodiharjo (1984) bahwa secara yuridis-konstitusional “Pancasila adalah dasar negara yang di pergunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum atau sumber dari segala sumber hukum.Dengan demikian,segala hukum di Indonesia harus bersumber pada Pancasila,sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum,Negara dan Pemerintah Indonesia tunduk kepada Pancasila sebagai kekuasaan tertinggi.

(25)

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya

merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagai mana ideologi-ideologi lain di dunia,namun Pancasila di angkat dari nilai-nilai istiadat,nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.Dengan kata lain.unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila sesungguhnya di angkat dari ppandangn hidup masyarakat Indonesia sendiri,sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.

Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Ideologi merupakan suatu sistem pemikiran (system of thought),maka ideologi terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.Sedangkan ideologi tertutup adalah merupakan pemikiran yang tertutup.Suatu ideologi tertutup dapat di kenali dari beberapa ciri khas ideologi itu,bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui

masyarakat.Jadi,ciri khas ideologi tertutup adalah bahwa betapa pun basarnya perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi yang memungkinkan hidup dalam masyarakat itu,akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang akan selalu taat kepada ideologi tersebut.Ciri ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak di paksakan dari luar,moral dan budaya masyarakat itu sendiri sebagai catatan pada rezim orde baru masih menggunakan ideologi tertutup yang pada akhirnya proses ideologisasi dalam rangka pensejahteraan masyarakat terjadi desideologi dalam arti terpaku pada kepentingan politik kuasa.

PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL 1. Pancasila dan permasalahan sara

Konflik ini dapat berupa konflik vertikal misalnya antara si kuat dengan si lemah,antara

penguasa dengan rakyat,antara mayoritas dengan minoritas dan sebagainya.Sementara itu konflik horisontal di tunjukkan misalnya konflik antar umat beragama,antar suku,antar ras,antar

golongan dan sebagainya.Jurang pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik. Beberapa prinsip yang dapat di gali dari pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain :

ü pancasila merupakan paham yang mengakui adanya pluralitas kenyataan,namun mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan.

ü Sumber bahan pancasila adalah di dalam tri prakara,yaitu dari nilai-nilai keagamaan,adat istiadat dan kebiasaan dalam kehidupan bernegara yang di terima oleh masyarakat.Dalam konteks ini pemikiran tentang toleransi,kerukunan,persatuan dan sebgainya idealnya di gali dari nilai-nilai agama,adat istiadat,dan kebiasaan kehidupan bernegara yang di terima oleh

masyarakat.

(26)

Hak asasi manusia menurut perserikatan Bangsa-Bangsa adalah hak yang melekat pada

kemanusiaan,yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya manusia.Denan demikian eksistensi hak asasi manusia di pandang sebagai aksioma yang bersiafat given,dalam arti kebenarannya seyogianya dapat di rasakan secara langsung dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut (Anhar Gonggong,dkk, 1995).

Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks,setidak-tidaknya ada tiga masalah utama yang harus di cermati dalam membahas masalah HAM,antara lain :

1. HAM merupakan masalah yang sedang hangat di bicarakan karena :

ü Topik HAM merupakan salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi perhatian dunia.Ketiga topik yang memprihatinkan itu antara lain HAM,demokratisasi dan pelestarian lingkungaan hidup.

ü Isu HAM selalu di angkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai peringatan di terimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. ü Masalah HAM secara khusus kadang di kaitkan denagn hubungan bilateral antara negara donor dan penerimaan bantuan.Isu HAM sering di jadikan alasan untuk penekanan secara ekonomis dan politis.

2. HAM sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan

partikularisme.Paham universalisme menganggap HAM itu ukurannya bersifat universal di terapkan di semua penjuru dunia.Sedangkan paham partikularisme memandang bahwa setiap bangsa memiliki persepsi yang khas tentang HAM sesuai dengan latar belakang historis kulturalnya,sehingga setiap bangsa di benarkan memiliki ukuran dan kriteria tersendiri.

3. Ada tiga tataran diskusi HAM yaitu tataran filosois,yang melihat HAM sebagai prinsip moral umum dan berlaku universal karen menyangkut ciri kemanusiaan yang paling asasi.Tataran ideologis yang melihat HAM dalam kaitannya dengan hak-hak

kewarganegaraan,sifatnya partikular,karena terkait dengan bangsa atau negaar

tertentu.Tataran kebijakan praktis sifatnya sangat partikular karena memperhatikan situasi dan kondisi yang sifatnya insidental.

Pandangan bangsa Indonesia tentang hak asasi manusia dapat di tinjau dalam Pembukaan UUD 1945,Batang Tubuh UUD 1945,Tap-Tap MPR dan Undang Undang.Hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD 1945masih bersifat sangat umum,uraian lebih rinci di jabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945,antara lain :

 Hak atas kewenangan (pasal 26 ayat 1 dan 2).  Hak kebebasan beragama (pasal 29 ayat 2).

 Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).  Hak atas kebebasan berserikat,berkumpul dan mengeluarkan pendapat (pasal 28).  Hak atas pendidikan (pasal 31 ayat 1 dan 2).

(27)

1. Pancasila dan permasalahan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa Orba ternyata idak berkelanjutan karena terjadinya berbagai ketimpangan ekonomi yang besar,baik antar golongan,antara daerah dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi.Krisis ini berawal dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi,kemudian menjalar ke krisis ekonomi dan akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.

Sistem ekonomi Indonesia yang berlandaskan diri pada filsafat pancasila serta konstitusi UUD 1945,dan landasan operasionalnya GBHN sering di sebut Sistem Ekonomi Pancasila.Sistem ekonomi pancasila di bangun di atas landasan komstitusional UUD 1945,pasal 33 yang mengandung ajaran bahwa :

v Roda kegiatan ekonomi bangsa di gerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi,sosial dan moral.

v Seluruh warga masyarakat bertekad untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan adanya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.

v Seluruh pelaku ekonomi yaitu produsen,konsumen dan pemerintah selalu bersemangat nasionalistik yaitu dalam setiap putusan-putusan ekonominya menomorsatukan tujuan terwujudnya perekonomian nasional yang kuat dan tangguh.

v Koperasi dan bekerja secara koopratif selalu menjiwai pelaku ekonomi warga

masyarakat.Demokrasi ekonomi di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

v Perekonomian nasional yang amat luas terus-menerus di upayakan adanya keseimbangan antara perencanaan nasional dengan peningkatan desentralisasi serta otonomi daerah hanya melalui partisipasi daerah secara aktif aturan main keadilan ekonomi dapat berjalan selanjutnya menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

PANCASILA DAN PEMBUKAAN UUD 1945 1. Pengertian pancsila dan UUD 1945

Pancasila yang bararti lima dasar atau lima asas adalah nama daasr negara kita,Negara Republik Indonesia.

Secara harfiah pancasila dapat di jabarkan dalam dua kata yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar atau rangkaian kata-kata tersebut mempunyai makna lima dasar.

(28)

1. Hubungan pancasila dan pembukaan UUD 1945

Antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila terdapat dua hubungan yang berbeda,yaitu : 1. Secara Formal

ü Rumusan pancasila sebagai dasar negara RI adalah sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

ü Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945 dengan demikian memiliki kedudukan yang kuat,tetap dan tidak berubah serta melekat pada kelangsungan hidup Negara RI.

2. Secara Material

Seperti di ketahui bahwa proses perumusan dan pembukaaan UUD 1945 yang pertama kali di bahas oleh BPUPKI adalah terlebih dahulu bahasan mengenai dasar filsafat pancasila,baru kemudian membahas pembukaan UUD 1945.

Jadi hubungan antara UUD 1945 dengan pancasila ialah bahwa pembukaan UUD 1945 memuat pancasila sebagai dasar,jadi pembukaan UUD 1945 adalah pancasila.

1. Kedudukan hakiki pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 secara formal tidak dapat di hapus.Hal ini dapat di lihat bahwa suatu ketentuan hukum hanya dapat di ubah oleh badan yang membentuknya atau badan yang lebih tinggi kedudukannya dari badan tersebut.

Pembukaan UUD 1945 dengan demikian secara hakiki mempunyai kedudukan sebagai berikut : Ø Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan sebagai pernyataan kemerdekaan yang

terperinci.

Ø Pembukaan UUD 1945 mengandung dasar rangka dan suasana bagi negara dan tertib hukum Indonesia.

Ø Pembukaan UUD 1945 memuat sendi-sendi mutlak bagi kehidupan negara.

Ø Pembukaan UUD 1945 mengandung pengakuan atas adanya bermacam-macam hukum. PELAKSANAAN PANCASILA

1. Pemikiran dan pelaksanaan pancasila

(29)

luar).Pancasila dari segi intrinsik harus konsisten,koheren dan koresponden,sementara segi ektrinsik pancasila harus mampu menjadi penyalur dan penyaring kepentingan horisontal maupun vertikal.

Ada beberapa pendapat yang mencoba menjawab jalur-jalur apa yang dapat di gunakan untuk memikirkan dan melaksanakan pancasila.Pranarka (1985) menjelaskan adanya dua jalur formal pemikiran pancasila yaitu jalur pemikiran politik kenegaraan dan jalur pemikiran

akademis.Sementara Prof Notonagoro (1974) menjelaskan dua jalur pelaksanaan pancasila yaitu jalur objektif dan subjektif.

Jalur pemikiran kenegaraan yaitu menjabarkan pancasila sebagai ideologi bangsa,dasar negara dan sumber hukum di jabarkan dalam berbagai ketentuan hukum dan kebijakan politik.Para penyelenggara negara ini berkewajiban menjabarkan nilai-nilai pancasila ke dalam perangkat perundang-undangan serta berbagai kebijakan dan tindakan.Tujuan penjabaran pancasila dalam konteks ini adalah untuk menganbil keputusan konkret dan praktis.Metodologi yang di gunakan adalah memandang hukum sebagai metodologi,sebagai mana yang telah di atur oleh UUD. Pemikiran politik kenegaraan tujuan utamanya adalah untuk mengambil keputusan atau kebijakan,maka lebih mengutamakan aspek pragmatis sehingga kadang-kadang kurang memperhatikan aspek koherensi,konsistensi dan korespondensi.Akibatnya kadang berbagai kebijakan justru kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.Dengan demikian pemikiran akademis berfungsi sebagai sumber bahan dan kritik bagi pemikiran politik

kenegaraan.Sebaliknya kasus-kasus yang tidak dapat di pecahkan oleh para pengambil kebijaksanaan merupakan masukan yang berharga bagi pemgembangan pemikiran akademis. Jalur pemikiran ini sanagt terkait dengan jalur palaksanaan.Pelaksanaan pancasila dapat di klasifikasikan dalam dua jalur utama yaitu pelaksanaan objektif dan subjektif,yang keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan.

Pelaksanaan objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi nilai-nilai pancasila pada setiap aspek penyelenggaraan negara,baik di bidang legislatif maupun yudikatif,dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasinya dalam bentuk peraturan perundang-undanagan negara Indonesia.Pelaksanaan subjektif artinya pelaksanaan dalam pribadi setiap warga negara,setiap individu,setiap penduduk,setiap penguasa dn setiap orang Indonesia.Menurut Notonagoro pelaksanaan pancasila secara subjektif ini memegang peran sangat penting,karena sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pancasila.Pelaksanaan subjektif ini menurut Notonagoro di bentuk secara berangsur-angsur melalui proses pendidikan,abik pendidikan formal,non formal maupun informal di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan pancasila secara objektif sebagai Dasar Negara membawa implikasi wajib hukum,artinya ketidakrataan pada pancasila dalam artian ini dapat di kenai sanksi yang tegas secara hukum,sedangkan pelaksanaan pancasila secara subjektif membawa implikasi wajib moral,artinya sanksi yang muncul lebih sebagai sanksi dari hati nurani atau masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Olahan cemilan ini dibuat tidaklah menguras modal yang banyak, maka dari itu juga cemilan ini sangat sesuai dengan kantong mahasiswa, kami berusaha membuat olahan

Air laut yang sangat berlimpah di di daerah ini dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi air bersih dengan menggunakan teknologi membran yaitu Teknologi Reverse

metode. Pertama, peneliti menerapkan triagulasi dengan sumber, peneliti membandingkan dan mengecek balik informasi yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “ Pengetahuan dan Sikap ibu Hamil Trimester III terhadap Pencegahan Anemia Defisinesi Zat Besi di Klinik Cahaya Kecamatan

Penelitian ini termasuk penelitian pe- ngembangan yang pada tahun I penelitian difokuskan pada kegiatan: (a) Mengiden- tifikasi permasalahan pelaksanaan pem- belajaran

Graha Agri Industri, Bogor dengan menggunakan model pemrogaman linier dengan mempertimbangkan permintaan pasar didapatkan kombinasi produksi tiap bulan untuk Tri Coco

Jika guru mengajar dengan metode ceramah dengan menggunakan media pembelajaran berupa presentasi power point, maka siswa yang akan cocok adalah siswa dengan gaya

“ PENURUNAN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA KERANG HIJAU (Mytilus viridis ) DENGAN PEREBUSAN ASAM PADA KAJIAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM” yang diusulkan