• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HAMA TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HAMA TANAMAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HAMA TANAMAN

ACARA II

RESPON PREDATOR TERHADAP PERUBAHAN KEPADATAN

MANGSA

OLEH :

Dadya Adi M. (13907) ASISTEN :

1. Fitri Ginarti 2. Imam Syafi’i 3. Miftahul Ajri

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGENDALIAN

SUB LABORATORIUM PENGENDALIAN HAYATI

DEPARTEMEN PERLINDUNGAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

ACARA II

RESPONS PREDATOR TERHADAP PERUBAHAN KEPADATAN MANGSA I. TUJUAN

Mempelajari daya memangsa individu suatu predator dengan pendekatan model respons fungsional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit . Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman. Predasi, dalam arti luas merupakan cara hidup binatang dan dalam arti khusus merupakan pola hidup serangga pemangsa termasuk C. sexmaculatus. Beberapa keberhasilan pengendalian hayati hama tanaman pertanian adalah melalui pemanfaatan predator. Menurut Holling (1961), terdapat lima komponen hubungan antara predator dan mangsa yaitu (1) Kepadatan mangsa, (2)Kepadatan predator, (3) Keadaan lingkungan, seperti adanya makanan alternative, (4) Sifat mangsa, misalnya mekanisme mepertahankan diri dari serangan pemangsa, (5) Sifat predator, misalnya cara menyerang mangsa.

Hubungan saling tergantung antara pemangsa (predator) dan mangsa merupakan salah satu sifat pemangsa yang dikehendaki. Di alam, banyaknya mangsa di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu jarang sekali statis melainkan mengalami fluktuasi. Kelimpahan mangsa akan menarik minat predator untuk datang dan tinggal di tempat tersebut. Tanggapan predator terhadap perubahan populasi mangsa menurut Solomon (1949) dalam Radiyanto, et al.

(2011) 1) tanggapan fungsional yaitu perubahan banyaknya mangsa yang dikonsumsi oleh satu individu pemangsa pada kondisi populasi mangsa yang berbeda dan 2) tanggapan numerik yaitu perubahan kepadatan populasi pemangsa pada kepadatan populasi mangsa yang berlainan.

(3)

dijumpai pada interaksi antara herbivora dengan anaman, pemangsa dengan mangsa dan parasitoid dengan inang (Begon et al., 2002). Respons fungsional tipe 3 menggambarkan pemangsa berusaha melakukan kontak berulang kali dengan mangsa untuk belajar mendapatkan, mengenali dan menangkap dengan cepat sehingga jumlah mangsa yang dimakan masih jauh lebih sedikit daripada yang tersedia (Speight et al., 1999).

III. Metodologi

Praktikum ekologi hama tanaman acara II tentang respons predator terhadap perubahan kepadatan mangsa dilaksanakan pada Selasa, 04 Oktober 2016 di Sub Laboratorium Entomologi Terapan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Alta – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah papan dengan jumlah lubang sebanyak 100 sebagai arena predator mencari mangsa, kantong plastic, serta stopwatch. Bahan yang digunakan adalah biji kedelai sebagai mangsa. Dua mahasiswa duduk berhadapan dengan papan 100 lubang di depannya. Kemudian salah satu mahasiswa berperan sebagai predator, sedangkan mahasiswa kedua berperan sebagai penabur kedelai. Mahasiswa pertama tidak diperkenankan melihat papan saat mahasiswa kedua melakukan penaburan kedelai. Penaburan dimulai dari jumlah yang terendah, yakni 2, 4, 8, 16, 32, 64, dan 128 biji dengan pola persebaran acak. Mahasiswa pertama kemudian berbalik menghadap papan dengan mata tertutup. Kemudian mahasiswa pertama melakukan pencarian biji kedelai (mangsa) selama 20 detik dengan mata tertutup. Setelah selesai, dilakukan pengulangan hingga jumlah biji terbanyak, yakni 128 biji. Setelah itu data yang diperoleh dari semua kelompok dihitung dan ditentukan tipe hollingnya berdasarkan rumus holling disc.

Keterangan :

 Ne : Jumlah mangsa yang termakan  a’ : Laju pemangsaan

 Th : Waktu yang digunakan untuk menangkap seekor mangsa  Tt : Waktu yang disediakan untuk menangkap mangsa  Nt : Jumlah mangsa yang tersedia

(4)

Ulangan

Rerata Na 0,82 1,64 2,82 4,36 8,27 15,63 18,73 Ne Holling 0,76 1,5 2,84 5,22 8,97 13,98 19,42

B. Pembahasan

Kemampuan predator dalam memangsa tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran tubuh mangsa, melainkan juga dipengaruhi oleh luas ruang. Holling (1961) dalam Adnan dan Handayani (2010), mengemukakan bahwa komponen-komponen predasi diantaranya adalah kepadatan mangsa, kepadatan predator, karakteristik lingkungan seperti jumlah dan jenis makanan alternatif, karakteristik mangsa seperti mekanisme pertahanan dan karakteristik predator seperti teknik menyerang mangsanya keseimbangan kepadatan populasi mangsa yang rendah dan stabil. Respons Holling tipe 2 menggambarkan peningkatan jumlah mangsa yang tersedia mempengaruhi peningkatan jumlah mangsa yang dimakan oleh pemangsa Holling (1959 dalam Herminanto, 2000) yaitu :

(5)

Cara menentukan Ne Holling yaitu pertama menentukan persamaan regresi yang memuat peubah x yakni Na dan peubah y yakni Na/Nt. Na diambil dari rerata mangsa yang dimakan (rerata Na) pada berbagai Nt (mangsa tersedia). Kemudian, dari hasil regresi didapatkan persamaan regresi Y=α+βx, sehingga didapatkan nilai α dan nilai β. Langkah berikutnya adalah menentukan laju pemangsaan (a’) dengan rumus a’=α/Tt dengan Tt sebesar 20 detik. Setelah itu menentukan waktu untuk menangkap seekor mangsa (Th) dengan rumus Th=β/-a’. Selanjutnya adalah menentukan jumlah mangsa maksimum yang dapat dimakan (Ne maks) dengan rumus Ne=Tt/Th. Nilai Th diperoleh dari perhitungan sebelumnya. Setelah semua perhitungan dilakukan, hasil perhitungan tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus Holling. Masing-masing Nt (jumlah mangsa tersedia) memiliki nilai Ne Holling yang berbeda-beda karena tergantung pada jumlah Nt masing-masing. Nilai Ne dihitung untuk masing-masing Nt, yakni 2, 4, 8, 16, 32, 64 dan 128 butir kedelai. Perhitungan metode Holling (1959) adalah sebagai berikut.

Setelah mendapatkan nilai Ne, kemudian diregresikan dengan nilai Nt dan diperoleh grafik respon fungsional. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa respon fungsional mengikuti tipe Holling yang mana.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 0

Gambar 4.1. Grafik respon fungsional predator terhadap mangsa

(6)

dapat berperan sebagai faktor mortalitas tergantung kepadatan terhadap mangsa (Varley & Gradwell, 1974 cit Astuti, 2009). Akan tetapi proporsi peningkatan daya mangsavselalu menurun atau tidak terjadi peningkatan meskipun kepadatan populasi mangsa meningkat setelah pemangsa kenyang (Holling, 1959)

0.002.004.006.008.0010.0012.0014.0016.0018.0020.00 0.00

Gambar 4.2. Analisis regresi respon fungsional predator terhadap mangsa

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai R2 = 0.826 yang berarti ada hubungan yang

kuat antara kemampuan memangsa predator dengan populasi mangsa. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai p-value: 0.03833 kurang dari 0,05 yang berarti hasil yang didapatkan berbeda nyata antar perlakuannya. Populasi predator yang efektif memiliki kemampuan dalam memangsa dan dapat menyesuaikan dengan sumber makanannya (Hodek dan Honek 1996 dalam Nelly et al, 2012). Selain itu, kemampuan memangsa oleh predator dipengaruhi oleh waktu yang dibutuhkan predator untuk mencari dan memakan mangsa. Pada populasi mangsa terendah, sebagian besar waktu digunakan predator untuk mencari mangsa sehingga jumlah mangsa yang tertangkap rendah per satuan waktu. Pemangsaan kemudian menjadi semakin efisien pada populasi mangsa tertinggi, karena sebagian besar waktu digunakan predator untuk memakan mangsa atau dengan kata lain hanya sebagian kecil saja waktu yang digunakan untuk mencari mangsa (Susilo, 2007). Menurut Sembel (2010), kemampuan predator dalam mempredasi hama dalam kondisi populasi rendah menunjukkan bahwa predator memiliki sifat kemampuan mencari yang tinggi. Karakter ini sangat penting karena predator yang efektif adalah yang selalu ada dan mempredasi mangsa, meskipun densitas populasi mangsa rendah.

(7)

Daya mangsa predator akan meningkat seiring dengan kenaikan populasi mangsa hingga titik tertentu, setelah itu mengalami penurunan. Respon predator terhadap mangsa tersebut termasuk respons fungsional Holling Tipe II.

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Herminanto. 2000. Perkembangan dan Model Tanggapan Predator Chilomenes sexmaculatus F. terhadap Kutu Tanaman Jagung Rhopalosiphum maidis Fitch. Lap. Penel. Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto. 53 hal.

Nelly, N., Trizelia dan Q. Syuhadah. 2012. Tanggap Fungsional Menochilus sexmaculatus fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Aphis gossypii (Glover) (Homoptera: Aphididae) pada Umur Tanaman Cabai Berbeda. <org/jurnal/wpcontent/ uploads/2012/08/4.-Novri-Nelly-.pdf.>. Diakses pada 15 Oktober 2016.

Radiyanto, I., S. Rahayuningtias, dan E. Widhianingtyas. 2011. Kemampuan pemangsaan

Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae). Jurnal Entomologi Indonesia. 8(1): 1-7.

Sembel, D.T. 2010. Pengendalian Hayati. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Susilo, F. X. 2007. Pengendalian Hayati : Dengan Memberdayakan Musuh Alami. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Speight, M.R., M.D. Hunter., dan A.D. Watt. 1999. Ecology of Insect, Concepts and Application. Blackwell Science. 350 p.

Gambar

Gambar 4.1. Grafik respon fungsional predator terhadap mangsa
Gambar 4.2. Analisis regresi respon fungsional predator terhadap mangsa

Referensi

Dokumen terkait

A Role for Instruction in Second Lan- guage Acquisition : Task-Based Language Teaching.. Avon,

Menurut Sutrisno (2010), budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan- tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif bertentangan dengan tujuan- tujuan perusahaan. Dalam

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Magelang, itik Tegal dan itik Pengging, larutan garam fisiologis, larutan Bouin, alkohol bertingkat mulai

Komitmen terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Ibtidaiyah se-Kota Cimahi?.. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diuraikan dalam

Kepala seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Jantho, Evan Munandar menyebutkan kewenangan jaksa sebagai pihak yang berwenang membatalkan

Jilbab yang digunakan oleh wanita muslim di Maluku Utara pada saat berlangsungnya konflik merupakan simbol yang menunjukkan bahwa mereka (wanita berjilbab) adalah

1. Keberhasilan dalam prestasi belajar mata pelajaran produktif ditentukan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain kreatifitas, intelegensi, bakat,

Keadaan sosial masyarakat Desa Balunijuk sebelum adanya UBB yakni :masyarakat bermata pencaharian dibidang pertanian, banyak masyarakat yang mengikuti kegiatan kampanye dan sedikit