• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Manusia Oral Presentation in

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Manusia Oral Presentation in"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT MANUSIA

 

(2)

Oleh :

Alisya Fajrin (07013185)

Anisa Kartika Wulan (11013078)Sutrianingrum (11013097)

Annisa Adya (11013122)Sri Handayani (11013140)Amalia SJ Kahar (11013142)Elnita (11013147)

Arsepta Kurnia Sandra (11013148)

(3)

Kritik Heidegger Terhadap

Fenomenologi Husserl

Fenomenologi Husserl pada prinsipnya bercorak idealistik. Kedudukan maupun tindakan manusia sudah diatur atau di tentukan oleh kekuasaan Tuhan. Seruan Husserl yaitu “kembali pada subjek atau kesadaran”. Melalui proses reduksi

transedental yaitu Lebih menekankan pada esensi subjek (kesadaran) dan aktivitasnya, Husserl terus bergelut dengan masalah

(4)

Heidegger menyadari kenyataan itu, tidak mau mengikuti anjuran husserl untuk

(5)

Fenomenologi Heidegger dan

Filsafat Eksistensi

(Eksistensialisme)

Dalam salah satu karyanya berjudul “Sein

und Zeit” yang artinya Ada dan Waktu. Heidegger menyatakan bahwa manusia modern telah mengalami gejala yang

disebut “lupa akan makna Ada”. Lupa akan makna Ada bersifat universal dalam

berbagai tingkatan aktivitas manusia . Dapat dilihat pada tingkat teoritis serta

dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kenyataan tersebut Heidegger

(6)

Fenomenologi Heidegger bertujuan untuk

“mengajukan pertanyaan tentang Ada dan mencari jawaban atas makna Ada”.

Filsafat heidegger juga disebut ontology

fundamental yaitu, Ilmu Dasar tentang Makna Ada. Unit analisis dari filsafat Heidegger tentang eksistensi manusia, oleh sebab itu fenomenologi Heidegger

(7)

Heidegger beranggapan bahwa selama ini

pendekatan-pendekatan yang terdapat di filsat berkaitan dengan asumsi-asumsi

metafisis yang menggambarkan asal-usul “ ada” (sein) dari ada (sein).

Oleh sebab itu diperlukan destruksi

fenomologis yang betujuan untuk

menghilangkan metafisika tradisional itu. Oleh Heidegger diartikan sebagai “kembali kepada gejala pertama dan sebenarnya” yakni gejala Ada.

(8)

Dalam arti ini Heidegger menanamakan

metode tersebut sebagai “fenomenology” yakni interpretasi atas makna tersembunyi dari setiap gejala Ada.

Makna gejala Ada yang akan di ungkap oleh

Heidegger adalah mengadanya manusia ,

untuk mengugkap makna tersebut diperlukan teknik khusus yang disebut “hermeneutika”. Dengan demikian fenomenologinya bisa

disebut dengan fenomenologi Hermeneutik, yakni suatu metode yang dipakai untuk

(9)
(10)

Eksistensi sebagai “Milik

Pribadi” dan Berada dalam

Waktu.

Setiap dasein mempunyai status personal atau

individualnya karena ada-nya hal ini

ditunjukkan dari penyelidikan Heidegger atas

dasein, bahwa ada ternyata memiliki ciri personalnya dalam dasein. Disamping itu,

waktu juga memiliki peran dalam menjadikan dasein sebagai individualitas. Waktu

merupakan dimensi eksistensi yang

(11)

Dalam konteks yang lebih luas, fakta milik

sendiri itu pada asasnya sering merupakan beban yang teramat berat dan beban itu harus di pikul sendirian. Milik sendiri

identik dengan kesendirian total manusia, kesendirian yang sangat mencekam.

Kecemasan, semua tema yang kelak akan di ungkap maknanya di dalam analisis

eksistensial, sedikit banyak di pengaruhi oleh kesadaran manusia akan fakta

kesendirian dirinya. Kesendirian adalah fakta yang tidak dapat dihindari oleh

(12)

Ada dalam Dunia

 Heidegger memperlihatkan fakta, bahwa dasein pada

dasarnya adalah “ada dalam dunia” (in-der-welt-sein) ada dalam dunia adalah struktur dasar mengadanya manusia, sedemikian rupa sehingga mengadanya manusia tidak bisa lepas dari (dan tidak dapat

terealisasi tanpa) dunianya. Heidegger mengistilahkan ada dalam dunia namun kita perlu memahami terlebih dahulu, dua kata kunci “dalam” dan “dunia”. kata

“dalam” pada istilah ada dalam dunia. Ada dalam dunia mempunyai makna yang sangat ekstensial yakni ”keterlibatan” (concerned with), “keterikatan” (preoccupation), “komitmen” dan “keakraban”

(13)

 Demikian pula halnya dengan kata “dunia”. yang

di maksud kata “dunia” dalam analisis eksistensial Heidegger adalah dunia manusia yakni dunia

pengalaman hidup keseharian (the world of daily experience) yang di dalamnya manusia merasa “terlibat”, “terikat”, “berkomitmen” dan “akrab”. Dunia dalam arti ini berpusatkan pada manusia (dasein) dan bersesuaian dengan keadaan

subjektif manusia, sedemikian rupa sehingga setiap kontak manusia dengan sesuatu di luar dirinya (realitas luar), selalu ditandai oleh

(14)

 Kenyataan itu, tampak jelas dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-sehari, benda-benda tidak dialami atau dihayati oleh manusia sebagai objek-objek fisik yang ada (vorhanden atau before our hands), tampa campur tangan manusia.

 Sebaliknya dialami atau dihayati oleh manusia

dalam kaitanya dengan “cetak-biru” pikiran,

(15)

“Orang” (Das Man atau Manusia

Impersonal)

Status eksistensi manusia di dalam “Ada

dalam dunia”, menimbulkan pertanyaan

siapakah Dasein yang ada dalam dunia itu?

Heidegger menjawab dengan tegas bahwa

yang “ada” dalam dunia pertama-tama adalah

“Orang” (das Man). Heidegger mengatakan

tentang “keterjatuhan” manusia, bahwa

(16)

Suasana hati dan

Faktisitas

 Menurut Heidegger manusia juga disebut Datarsein.

Menurutnya, manusia adalah “ada” (sein) yang terdampar “disitu”(da) ini adalah kenyataan manusia yang tidak dipilih manusia, melainkan “terlempar begitu saja seperti “buah dadu diatas meja judi”.

 Dalam situasi ini manusia tidak memiliki alternatif. Manusia

tidak pernah memilih, misalnya untuk menjadi seorang perempuan lahir dari dalam rahim seorang ibu yang suka kawin cerai dan ayah yang tidak bertanggung jawab,

dibesarkan dalam masyarakat yang berpandangan munafik serta berkebudayaan dangkal. ini merupakan faktisitas

manusia, yang dibebankan pada dirinya da menjadi milik pribadinya, tanpa diberi pilihan untuk menolak atau

(17)

faktisitas berawal dari “keterlemparan”

(Geworfenheit) manusia dari masa lampau

yang tidak dimengerti dari masa akan

(18)

Dalam kondisi seperti itu, hubungan antar

manusia dan dunianya ditandai oleh peran

“suasana hati”. Suasana hati manusia memberi

andil besar dalam memberi karakter tertentu pada

benda, pada manusia lain, dan bahkan pada

kemungkinan eksistensinya sendiri.

Rasionalitas

dan objektifitasnya juga sering

(19)

Kecemasan dan Ketiadaan

Kecemasan (Angst atau anxiety)

adalah kondisi mencekam di mana

manusia berhadapan dengan

“ketiadaan” (Nicht atau No-thing,

Non-being).Ketiadaan merupakan ancaman

yang nyata dan hebat karna ketiadaan

bukan hanya mengancam sebagian

kecil eksistensi manusia melainkan

dapat menghancurkan dan

(20)

eksistensi manusia yang telah

dibangun dan dibina dengan susah

payah kemudian akan menjadi goyah,

tidak pasti karna terancam menjadi

(21)

Dalam bukunya yang berjudul Was ist

metaphysik, Heidegger menjelaskan bahwa

ketiadaan adalah ancaman langsung bagi

ada dan dengan demikian bagi mengadanya

manusia (dasein) juga. Manusia tidak dapat

melepaskan dirinya dari ketiadaan karna

ketiadaan selalu hadir di tengah-tengah ada

dan manusia. pada dasarnya manusia

hanya menunda ketiadaan, menunda

kemungkinan untuk menjadi tidak ada.

(22)

Kematian dan Hati

Nurani

 Jika manusia menerima peristiwa kematian berarti

manusia juga menerima kenyataan bahwa dirinya tidak lain adalah “ada menuju kematian” , dan

menerima kenyataan bahwa ada adalah ada

menuju kematian, berarti telah membuka pintu untuk menuju eksistensi yang otentik atau dirin yang solid.

 Denganmenerima kematian, yang identik dengan

ketiadaan dan kesendirian total yang mencekam, manusia terpanggil untuk melepaskan diri dari kontrol orang lain, yang membuat eksistensi mejadi tidak otentik . dengan demikian,

(23)

Dengan mengisi eksistensinya sendiri,

artinya bahwa manusia bersedia

mendengarkan panggilan “hati

nuraninya”, yaitu suatu “panggilan”,

yang tidak berasal dari kontrol dari

luar, melainkan panggilan dari “dalam

diri sendiri”. Panggilan hati nurani

adalah panggilan sejati suara

keprihatinan manusia. Pada tahap

inilah manusia menjalani

(24)

Keprihatinan dan

Temporalitas

Martin Heidegger menyebutkan bahwa

“akar” dari suasana hati yang telah

dibahas sebelumnya pada asasnya

adalah “keprihatinan” (Sorge).

Keprihatinan letaknya jauh “dibawah

sadar” dan merupakan struktur Dasein.

Dan ketika manusia berada dalam

keprihatinan tersebut, maka manusia

lebih mengandalkan suasana hatinya

daripada hati nuraninya atau sikap

(25)

 Heidegger juga menyebutkan bahwa

keprihatinan memilki hubungan dengan waktu atau temporalitas. Mengadanya manusia selalu melinbatkan tiga keterarahan dalam waktu,

yaitu pada.

1. Kemungkinan-kemungkinan eksistensinya di masa depan,

2. Sudah “terlempar” dan terikat pada keterlemparanya di masa lalu,

(26)

Historisitas

Temporalitas mengadanya

manusia adalah dasar bagi

historisitas manusia. “Manusia”

menurut Heidegger adalah Ada

historisis, Historisitas

(27)

Pengaruh Heidegger

Pengaruh Heidegger terhadap lingkungan akademis lebih

besar dari pada pengaruh Husserl karena pemikiran

Heidegger tidak hanya diterima dalam lingkungan filsafat saja tetapi juga dalam lingkungan ilmu-ilmu manusa

khususnya psikologi dan psikiatri gejala-gejala manusiawi yang diungkap oleh Heidegger memang merupakan

gejala-gejala yang selalu dialami manusia secara

universal. Gejala-gejala tersebut berdekatan dengan gejala-gejala yang hendak dijelaskan oleh psikologi dan psikiatri. Pengaruh Heidegger pada psikologi dan psikiatri misalnya pada Binswangen dan Medard, dua orang

psikiter dari Swiss yang menggunakan filsafat dan metode fenomenologi Heidegger untuk mendiskripsikan

pengalaman-pengalaman para pasiennya dan untuk

(28)

SEKIAN

Referensi

Dokumen terkait

Rory, merupakan sosok hantu anak kecil yang terlihat memang tidak menganggu, tetapi justru malah ingin membantu dan mencoba memberitahu tentang kejahatan apa yang

Rekomendasi Rincian Kewenangan klinis untuk dokter dalam menjalankan prosedur tindakan medis di Rumah Sakit Umum Aulia diberikan dalam rangka peningkatan kualitas

のの否定にも通じたのである 。太宰もそれは感覚で知って いたと思う。 六 五頁とい、つことになるのである 。 ﹂向上 書、一

Almira : Gambar ini ada Bapak-bapak yang lagi baca koran dan ada Ibu-ibu yang sedang mengurus anak-anaknya dan ada pula anak-anak yang bermain papan seluncur.(8) Ada pula

Menurut Sugiono (2004) intrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas data dilakukan dengan

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Trasnmigrasi Kabupaten Merangin adalah menyediakan dokumen perencanaan untuk

Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of Chemical Engineering Problems Listed by Area Types of

Keempat, kekuatan atau keampuhan yang disebabkan oleh penggunaan suatu teknologi selalu dapat digunakan untuk sesuatu yang merugikan masyarakat. 28 Dari pernyataan-pernyataan di