• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLIKASI PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan perhatian secara seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Syamsu Yusuf, 2007 : 15).

Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, Seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.

Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara karakteristik peserta didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam beberapa karakteristik tersebut menyebabkan implikasi-implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan fisik dan perkembangan psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual/kongnitif siswa.Rancangan pembelajaran yang konduktif akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

1.2. Rumusan Masalah

(2)

4.Bagaimana implikasi perilaku apektif, konatif, dan kepribadian

5.Bagaimana implikasi perkembangan emosi remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan 6.Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik 2.1.1. Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Perkembangan Fisik

Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis (struktur tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.

Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis (kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated movements).

2.1.2. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik 1. Karakteristik Perkembangan Fisik

(4)

b). Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa pubertas).

c). Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.

2. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik

a). Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk perkembangan berikutnya mereka bisa makan, mandi, berpakaian sendiri, membantu orang lain, menulis, menggambar dan lain-lain.

b). Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami menstruasi.

(5)

2.1.3. Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan Wanita 1). Perkembangan pada Pria

a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama saat praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar, berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak dalam tubuhnya.

b. Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat, climbing, dll).

2). Perkembangan pada Wanita

a. Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil, berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.

b . Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah, kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll)

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik 1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional, jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan status sosial ekonomi).

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik

(6)

2.1.5. Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan

Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien.

1. Implikasi Pendidikan pada Anak

Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang untuk melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Masa bermain anak merupakan masa mereka berlatih dan mempelajari segala hal. Metode pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan menggunakan permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta mampu memicu munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus atau peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.

2. Implikasi Pendidikan pada Remaja

Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan mengkaitkan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu. Terjadi proses asimilasi yakni penggabungan info baru dalam pengetahuan yang ada. Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal. Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kemandirian emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.

3. Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa

(7)

dan kita dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan kita. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus pada materi generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.

2.2. Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif

Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap menggunakan istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Bahasa inggris dalam kalangan sma juga merupakan ajang “keren-kerenan”. Hal yang biasa terjadi ialah saat mereka mengungkapkan sesuatu dengan bahasa inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian mendapat respon yang bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti dsb akan menjadi cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya cenderung tidak menyukai pelajaran bahasa inggris.

Padahal, menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik terhadap pelajaran bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan berfikir mereka. Meskipun mereka cenderung tidak suka, namun demi kepentingan mereka kedepannya guru hendaknya mencari cara agar siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa inggris.

(8)

Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap bacaan yang mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan berusaha mendapatkannya bagaimanapun caranya unutk memuaskan keinginan tersebut. Dalam hal ini guru harus mengarahkan siswa kea rah bacaan yang positif. Jika tidak siswa sma akan menyalurkan keinginannya kearah negative seperti membaca majalah porno.

Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa implikasi terhadap pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar untuk siswa guna mengatasi siswa-siswa lambat dan menumbuhkan intelijen emosi mereka.

2.3. Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan

Dalam kehidupan remaja yang masih mempunyai kelabilan dalam berpikir, remaja cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja ataupun mencuri. Dalam aspek pemahaman moral, Sugiyo (1995: 106) menegaskan bahwa problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. Siswa yang masih serba labil dan terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan, misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar kebebasan, kurang menyadari potensi dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya kesempatan mengenyam pendididkan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang kurang mampu, juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya mengubah sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan sekitar perumahan, lingkungan belajar, dan pergaulan bagi mereka yang datang dari desa kekota besar. Semuanya itu mengakibatkan kaum muda menjadi gelisah, bingung, tidak pasti, dan masa depan suram.

(9)

Kemudian perkembangan aspek keagamaan anak usia sekolah menengah memasuki masa kritis dan skeptic. Dimana mereka mulai mencari dan mempertanyakan hal-hal bersifat rohaniah, teori ketuhanan dan mencari kebenaran ajaran Tuhan. Pada tahap ini anak usia sekolah menengah berupaya mencari pegangan social.

Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpulan remaja yang positif, mengingat remaja cenderung memiliki ketergantungan pada teman sebaya. Penting juga bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah memfasilitasi terbentuknya kelompok remaja yang dapat mengembangkan minat dan bakat secara positif dan terstruktur. Sekolah juga hendaknya mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah seperti pramuka, kelompok palang merah remaja, kelompok olahraga, kelompok seni, kelompok pecinta alam, kegiatan kerohanian, dan kelompok lain sesuai dengan minat siswa.

Keselarasan dan kerja sama antara sekolah dan orang tua mutlak diperlukan untuk menyelaraskan system, pendekatan, sikap dan layanan terhadap anak usia sekolah menenengah. Kerja sama yang serupa juga harus terhubung antara orang tua, sekolah, dan lembaga masyarakat sebagai wujud kepedulian masyarakat untuk mengembangkan potensi remaja, seperti adanya lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, atau lembaga swadaya masyarakat yang mencegah kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba, penanggulangan seks bebas, pecinta lingkungan, dan aksi peduli lingkungan social.

2.4. Implikasi Perilaku Afektif, Konatif, dan Kepribadian

(10)

1. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiatan destruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dan tindakan tindakannya.

2. Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar terintegrasikan dan sintesa fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar menentukan identitas pribadinya.

Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan peluang bagi anak usia sekolah menengah untuk belajar bertanggung jawab serta memberi contoh perilaku keteladanan dari orang tua, pendidik, para elit politik, dan tokoh-tokoh idola yang sesuai untuk anak usia sekolah menengah. 2.5. Implikasi Perkembangan Emosi Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosional,salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan interverensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Concortium tentang “Unsur-unsur Aktif Program Pencegahan”,yaitu sebagai berikut.

2.5.1. Pengembangan Keterampilan Emosional

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah :

1. Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan 2. Mengungkapkan perasaan

3. Menilai intensitas perasaan 4. Mengelola perasaan

5. Menunda perasaan

6. Mengendalikan dorongan hati 7. Mengurangi stress

(11)

2.5.2. Pengembangan Keterampilan Kognitif

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif indivvidu adalah sebagai berikut :

1. Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri.

2. Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial,misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspetif masalah yang lebih luas.

3. Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, misalnya mengendalikan dorongan hati menentukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif, dan memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul.

4. Belajar memahami sudut pandang orang lain (empati).

5. Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat diterima dan tidak. 6. Belajar bersikap positif.

7. Belajar mengembangkan kesadaran diri, misalnya megembangkan harapan yang realistis tentng diri sendiri.

2.5.3. Pengembangan Keterampilan Perilaku

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan individu adalh sebagai berikut :

1. Mempelajari komuniaksi non-Verbal, misalnya berkomunikasi melalui pandangan mata, ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.

(12)

3. Belajar mengembangkan kesadaran diri,caranya adalah mengamati sendiri dan mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta memahami hubungan antar pikiran, perasaan, dan respon emosional.

4. Belajar mengambil keputusan pribadi,caranya adalah mencermati tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang menguasai suatu keputusan, pikiran dan perasaan, serta menerapkan pemahaman ini ke masalah-masalah yang cukup berat, seperti masalah seks dan obat terlarang.

5. Belajar mengelola perasaan, caranya adalah memantau pembicaraan sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif yang terkandung didalamnya, menyadari apa yang ada dibalik perasaaan (Misalnya,sakit hati yang mendorong amarah), menemukan cara untuk menangani rasa takut, cemas amarah, dan kesedihan.

6. Belajar menangani stress, caranya adalah mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan terarah, dan metode relaksasi.

7. Belajar berempati, caranya adalah memahami perasaaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain, serta menghargai perbedaaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.

8. Belajar berkomunikasi, caranya adalah berbicara mengenai perasaan yang secara efektif, yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik. Membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang dalam reaksi atau penilaian diri sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan pesan dengan sopan dan bukannya mengumpat.

9. Belajar membuka diri, caranya adalah menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.

(13)

11. Belajar menerima diri sendiri, caranya adalah merasa bangga dan memandang diri sendiri dari sisi positif, mengenali dan memahami kekuatan dan kelemahana diri sendiri, serta belajar mampu untuk menertawakan diri sendiri.

12. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, caranya adalah belajar rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan dan tindakan pribadi, serta menindak lanjuti komitmen yang telah dibuat dan disepakati.

13. Belajar mengembangkan ketegasan, caranya adalah dengan mengungkapkan keprihatinan dan perasaan anda tanpa rasa marah atau berdiam diri.

14. Mempelajari dinamika kelompok, caranya adalah bekerjasama, memahami kapan dan bagaimana memimpin, serta memahami kapan harus mengikuti.

15. Belajar menyelesaikan konflik, caranya adalah bagaimana melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua, atau guru, serta memahami contoh penyelesaian menang-menang (win-win solution) untuk merundingkan atau menyelesaikan suatu perselisihan.

2.6. Implikasi Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri sangat menentukan dalam proses pendidikan dan prestasi belajar peserta didik. Anak yang mengalami masalah di sekolah banyak yang berhubungan dengan konsep diri, dan pada umumnya mereka mempunyai konsep diri yang rendah. Oleh sebab itu guru perlu melakukan berbagai usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan konsep diri anak.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru

1.Membuat siswa mendapat dukungan dari guru.Dukungan dari gfuru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional, seperti ungkapan empati memberikan penghargaan atau persetujuan pada gagasan yang dikembangkan siswa

(14)

3.Membuat siswa merasa mampu, yang dilakukan dengan cara menunjukkan sikap positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.

4.Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis, dapat dilakukan dengan membantu untuk membuat tujuan sesuai dengan kemampuan siawa.

5.Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis, dapat dilakukan dengan cara membantu mereka menilai prestasi secara realistis.

6.Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Dapat dilakukan dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang telah dicapainnya.

2.7. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan

Tugas-Tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka membantu remaja tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Sekolah dan perguruaan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan penggemar olahragaa sejenis, kesenian dan lain-lain.

2. Apabila ada remaja putra atau putri bertingkah laku yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya, mereka perlu dibantu melalui bimbingan dan konseling.

3. Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba dalam kegiatan kelompoknya sendiri.Perlu diberikan penjelasan melalui bidang studi biologi dan ilmu kesehatan bahwa pada diri remaja sedang terjadi perubahan jasmani yang bervariasi.

4. Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerhaan yan sesuai dengan minat dan keiginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang dianutnya,dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.

Havighurst mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan esulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

(15)

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif.

d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. e. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis

f. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan g. Persiapan untuk memasuki kehidupan bekeluarga

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan

i. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.

Bab III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

(16)

untuk mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompokkelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan faktorfaktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan temantemannya, perubahan pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi dan pasti dapat terjadi.

Daftar Pustaka

Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press

Sumantri. M. Nana Sayodih. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Saat katalis Pd/ZnO digunakan, produksi hidrogen meningkat sampai suhu 400 o C (Gambar 7), sebaliknya yang terjadi terhadap produksi lain dari reaksi

Sesuai dengan tugas dan fungsinya melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, Sekretariat Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2016 melaksanakan kegiatan pokok

Pemisahan dan Perolehan Kembali Ion Logam Timbal(II) menggunakan Asam Lemak Hidroksamik dari Sintesis Minyak inti Biji Ketapang (Terminalia cattapa L.) yang

Pengujian (Testing) Setelah proses diatas telah dilalui maka langkah selanjutnya adalah diuji Coba, Pengujian ini dilakukan setelah menyelesaikan semua tahapan pembuatan dengan

Apabila kelak di kemudian hari terdapat bukti yang memberatkan bahwa saya melakukan plagiasi sebagian atau seluruh hasil karya saya — yang mencakup Landasan

setiap hari, untuk anaknya ketika masih di bangku sekolah dasar suamiselalu menanyakan kabar mereka kepada istri, dan berkomunikasi langsung dengan anak-anak

Kolam untuk pembesaran sebaiknya tanah dasar yang subur jika dipupuk dapat menumbuhkan pakan alami yang baik bagi pertumbuhan dan perkembang ikan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap media sosial sebesar 0,489 dan memiliki