• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN DEW (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN DEW (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: Bambang Wahyu Nugroho, S.IP., M.A.1

A. Pengantar

Berdasarkan peraturan perundangan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki tiga fungsi pokok, yakni (1) Legislasi; (2) Anggaran, dan (3) Pengawasan.2 Kedua fungsi yang pertama (legislasi dan anggaran) sudah semakin mapan dengan terbentuknya Alat Kelengkapan Dewan (AKD) berupa Badan Legislasi (Ban-Leg) dan Badan Anggaran (Ban-Gar). Namun hingga saat ini peningkatan fungsi pengawasan supaya lebih terlembaga tampaknya belum menjadi perhatian. Padahal dalam rangka mengawasi agar penyelenggaraan pemerintahan daerah senantiasa memenuhi kaidah-kaidah pemerintahan yang bersih (clean government) dan tata pemerintahan yang baik (good governance), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memerlukan optimalisasi fungsi pengawasan tersebut.

Secara peraturan perundangan, dasar hukum untuk pelembagaan fungsi pengawasan itu sesungguhnya cukup banyak, antara lain:

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4277);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310);

1 Anggota Kelompok Pakar Pendamping Pimpinan DPRD DIY yang diangkat berdasarkan SK Sekretaris DPRD DI Yogyakarta Nomor 29/SK.SEKRET/DPRD/2015 Tanggal 5 Pebruari 2015. Tulisan ini dibuat sebagai bahan masukan bagi Pimpinan DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta. Disampaikan melalui Sekretariat DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 9 Maret 2015.

(2)

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);

 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4417);

 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005, tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540);

 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005, tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4569);

 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan,

(3)

B. Hakikat dan Sifat Pengawasan (oleh) DPRD

Pada hakikatnya fungsi pengawasan oleh lembaga perwakilan rakyat, dalam hal ini DPRD DIY, tidak terpisah dari dua fungsi lainnya (legislasi dan anggaran) dan merupakan jaminan politik bagi berjalannya kekuasaan pemerintahan (eksekutif) agar tetap berada pada koridor hukum dan perundang-undangan sekaligus berkinerja dan berprestasi tinggi dalam menjalankan dan melaksanakan aspirasi (amanat penderitaan) rakyat (clean government dan good govenance). Di dalam UU No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, pada pasal 62 ayat 1 huruf (c) disebutkan bahwa Tugas dan Wewenang DPRD Propinsi yakni, (c) “melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan gubernur, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.”3 Masalahnya terletak pada belum berimbangnya perhatian terhadap fungsi pengawasan ini dibanding kedua fungsi lainnya, sehingga DPRD belum dapat menjalankan secara efektif pelaksanakan fungsi pengawasan tersebut, bahkan dapat dikatakan pengawasan oleh DPRD sangat lemah. Belum lagi kelemahan tersebut ditunjang oleh kapasitas anggota DPRD serta moral hazard yang acapkali terjadi hingga menimbulkan istilah “mustahil membersihkan dengan sapu yang kotor.”

Salah satu indikasi lemahnya fungsi pengawasan tersebut yakni masih terjadinya hal-hal antara lain sebagai berikut:

 Inefektivitas kinerja pemerintah eksekutif  Inefisiensi sumber daya, terutama anggaran;  Penyalahgunaan wewenang;

 Kebijakan publik yang tidak memberikan manfaat jelas, atau bahkan merugikan, bagi masyarakat; dan,

 Korupsi, kolusi, dan nepotisme di berbagai sektor dan lini lembaga-lembaga publik.

Fungsi pengawasan tersebut selama ini tidak hanya belum terlembaga dengan baik, namun juga kadang diselewengkan menjadi sebentuk ‘pengawasan’ yang dilakukan tidak secara terlembaga dan dengan maksud-maksud untuk kepentingan pribadi maupun golongan tertentu. oleh anggota, dan juga dilakukan secara tanpa batasan etik dan tidak memiliki landasan konstitusional.

(4)

Sejatinya, pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Pemerintah Daerah bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis yang menjadi tugas dan wewenang internal Pemerintah Daerah dan Aparatur Pengawasan Pemerintah lainnya. Demikian Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 menyebutkan dalam penjelasan umumnya:4

Fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pemerintah daerah bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.

Di samping pengawasan tersebut di atas pengawasan oleh masyarakat (sosial kontrol) diperlukan dalam mewujudkan peran serta masyarakat guna menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, bersih dan bebas dari, korupsi, kolusi serta nepotisme.

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah memberi penghargaan kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa berdasarkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah yang menunjukkan prestasi tertentu. Sebaliknya Pemerintah memberikan sanksi kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran.

C. Tujuan Pengawasan

Fungsi pengawasan oleh DPRD tersebut sangat penting dan sesungguhnya tujuannya sangat jelas, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yakni:

a. Menjaga konsistensi antara RPJP Nasional dengan RPJPD;

Misalnya, di dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 disebutkan:5

4 Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 baca pada bagian Penjelasan Umum.

(5)

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Di bagian lain disebutkan:

Saat ini birokrasi belum mengalami perubahan mendasar. Banyak permasalahan belum terselesaikan. Permasalahan itu makin meningkat kompleksitasnya dengan desentralisasi, demokratisasi, globalisasi, dan revolusi teknologi informasi. Proses demokratisasi yang dijalankan telah membuat rakyat makin sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Untuk itu, partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan negara termasuk dalam pengawasan terhadap birokrasi perlu terus dibangun dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah akan membuat aparatur negara tidak dapat menghasilkan kebijakan pembangunan yang tepat. Kesiapan aparatur negara dalam mengantisipasi proses demokratisasi perlu dicermati agar mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas, dan kualitas yang prima dari kinerja organisasi publik.6

b. Menjaga konsistensi antara kebijakan yang disepakati oleh Kepala Daerah dan DPRD dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Di dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala Daerah memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD, menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD, dan menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.7

6 Ibid., huruf G poin (2).

(6)

Dapat disimpulkan di sini bahwa dasar kepemimpinan dan pemerintahan seorang kepala daerah adalah kebijakan, peraturan daerah, dan anggaran yang telah ditetapkan bersama dengan DPRD. Konsekuensinya, untuk menjaga agar keselarasan antara pelaksanaan kebijakan oleh kepala daerah berikut oleh birokrasi pemerintah daerah tersebut harus diikuti dengan berjalannya fungsi pengawasan oleh DPRD, pihak yang menetapkan kebijakan tersebut bersama-sama dengan kepala daerah.

c. Mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan Tata Kepemerintahan yang baik. Selanjutnya, semangat yang ada pada pasal 25, 26, 27, dan 28 UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga agar supaya tugas, wewenang, dan kewajiban Pemerintah Daerah selalu dijalankan dengan sebaik-baiknya berdasarkan prinsip pemerintah yang bersih (clean government) dan tata kepemerintahan yang baik (good governance) serta mencegah sedini mungkin terhadap terjadinya penyimpangan terhadap arah kebijakan, penyalahgunaan wewenang, inefektivitas, atau inefisiensi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah daerah;8

Kemudian, dalam hal DPRD telah melakukan fungsi pengawasannya dan menemukan adanya penyimpangan terhadap ketentuan perundangan tersebut di atas, maka hak-hak DPRD pun akan dapat digunakan secara tepat, yakni:9

(a) Hak interpelasi, yakni hak untuk meminta keterangan kepada gubernur mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara.

Di dalam pelaksanaan hak ini DPRD juga dapat memberikan usul dan/atau pendapat dan/atau pertimbangan kepada Pemerintah Daerah dalam mengatasi adanya penyimpangan terhadap arah kebijakan, penyalahgunaan wewenang, inefektivitas, atau inefisiensi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah berdasarkan hasil pengawasannya tersebut. Dalam pelaksanaan hak interpelasi di atas tentunya dapat ditindaklanjuti dengan usulan penggunaan hak angket, di mana pelaksanaan hak angket dilakukan berdasarkan Tata Tertib DPRD.

8 Ibid., pasal 25, 26, 27, dan 28.

(7)

(b) Hak angket, yakni adalah hak DPRD Provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan gubernur yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

Jialau dalam pelaksanaan hak angket dapat secara sah membuktikan adanya dugaan pelanggaran hukum dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya yang dilakukan oleh Kepala Daerah, maka DPRD menyerahkan proses penegakan hukum selanjutnya kepada aparatur penegak hukum; dan berdasarkan hasil dari penggunaan hak angket tersebut, DPRD dapat menggunakan hak menyatakan pendapat yang tata laksananya secara teknis harus diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD;

(c) Hak menyatakan pendapat, yakni hak DPRD Provinsi sebagai lembaga untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Hak memberikan pernyataan pendapat ini berarti DPRD dapat melakukan evaluasi terhadap Kepala Daerah yang dinilai melakukan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan yang semula disepakati oleh Kepala Daerah dan DPRD atau yang dinilai tidak lagi memenuhi syarat, melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban, dan/atau melanggar larangan, dan/atau mengalami krisis kepercayaan publik yang meluas.

UU 22/2003 tersebut juga mengamanatkan agar selanjutnya fungsi pengawasan ini diatur lebih lanjut agar lebih operasional di dalam Peraturan Tata Tertib DPRD. Di dalam Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib DPRD DI Yogyakarta, fungsi pengawasan diatur sebanyak 2 pasal yang terdiri dari 8 ayat dalam Bab XIV sebagai berikut:10

BAB XIV FUNGSI PENGAWASAN DPRD

Pasal 175

(8)

(1) Anggota DPRD, Komisi atau alat kelengkapan lain DPRD memiliki fungsi pengawasan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan terhadap: a. perencanaan dan pelaksanaan Perda dan/atau Perdais;

b. perencanaan dan pelaksanaan APBD;

b. perencanaan dan pelaksanaan Peraturan Gubernur; c. perencanaan dan pelaksanaan Keputusan Gubernur; d. perencanaan dan pelaksanaan Peraturan DPRD; e. perencanaan dan pelaksanaan Keputusan DPRD;

f. perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan Daerah; g. kinerja Pemerintah Daerah;

h. perencanaan dan pelaksanaan kerja sama Pemerintah Daerah dengan pihak lain termasuk kerja sama internasional di Daerah; dan

i. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.

(3) Pengawasan DPRD terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 176

(1) Komisi atau alat kelengkapan lain DPRD membuat laporan hasil pengawasan.

(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam: a. rapat Komisi;

(3) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a. rumusan hasil evaluasi dan rekomendasi;

b. permintaan kepada Gubernur untuk melakukan perbaikan, perubahan, penggantian kebijakan dan/atau pejabat pelaksana yang nyata-nyata tidak menunjukan kinerja yang diperlukan untuk melakukan tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; atau c. keputusan lainnya.

(4) Pengawasan yang dilakukan oleh anggota DPRD, Komisi atau alat kelengkapan lain DPRD, dilaksanakan secara etis, santun, profesional dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan DPRD diatur dengan Peraturan DPRD.

(9)

memang ada anggapan bahwa fungsi pelaksanaan itu “melekat” pada kedua fungsi lainnya tersebut, namun alih-alih memperjelas, pernyatan seperti itu sebenarnya merupakan wujud dari kurangnya perhatian dan kurangnya keseimbangan di antara ketiga fungsi DPRD tersebut.

D. Obyek Pengawasan

Hal selanjutnya yang harus ditelaah lebih lanjut adalah obyek pengawasan. Berdasarkan berbagai peraturan perundangan, unit-unit kerja pemerintah daerah yang dapat menjadi obyek pengawasan DPRD yakni:11

1. Pelaksanaan Perda;

2. Pelaksanaan Peraturan perundang-undangan selain Perda; 3. Peraturan Kepala Daerah;

4. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan Daerah;

5. Pelaksanaan APBD;

6. Kerja sama antardaerah, yang dapat berupa:12

a. pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah; b. pinjaman dan/atau hibah antarpemerintah daerah;

c. kerja sama dalam penyelenggaraan pelayanan umum; atau,

d. kerja sama bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antarpemerintah daerah;

7. Kerja sama internasional di Daerah dapat berupa:13

a. kerja sama /kota kembar; b. kerja sama teknik;

c. kerja sama bantuan kemanusiaan;

d. kerja sama penerusan bantuan atau hibah; atau, e. kerja sama penyertaan modal;

8. Kerja sama dengan pihak ketiga, dapat berupa:14

a. sewa-menyewa;

11 Lihat UU Nomor 22 Tahun 2003, ibid., pasal 78 ayat (1) huruf c jo. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 42 ayat (1) huruf c dan huruf k, juga lihat UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan.

12 Lihat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 42 ayat (1) huruf f. 13 Ibid., huruf g.

(10)

b. pinjam pakai;

c. kerja sama pemanfaatan;

d. bangun guna serah dan bangun serah guna. 9. Pengelolaan aset daerah, dapat berupa:15

a. pendataan dan/atau pembaharuannya; b. pemanfaatan;

c. pengamanan dan pemeliharaan; d. penilaian; atau,

e. penghapusan;

Dapat disimpulkan bahwa obyek pengawasan DPRD tersebut sangat luas dan kompleks. Oleh karena itu perlu kemudian dipikirkan dan ditentukan mengenai penyelenggara serta pelaksana tugas pengawasan tersebut.

E. Penyelenggara dan Pelaksana Tugas Pengawasan

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang, tentu saja penyelenggara fungsi pengawasan adalah DPRD,16 dan dalam hal ini Pimpinan DPRD bertanggung jawab secara umum atas kegiatan tugas pengawasan.17

Pelaksanaan tugas pengawasan dilakukan oleh pelaksana tugas pengawasan, yakni: a. Komisi-komisi DPRD;18 atau

b. Gabungan Komisi;19 atau c. Panitia Khusus.20

Sementara itu Sekretariat DPRD berkewajiban mendukung penyelenggaraan fungsi pengawasan tersebut dengan menyediakan bahan/materi pengawasan, sumber daya dan sarana administrasi sesuai dengan fungsi dan tugasnya menurut Tata Tertib DPRD.21

15 Lihat UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51 ayat (2), dan 52. Lihat juga Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah, pasal 69 s.d 73, jo. Bab VI s.d IX.

16 Lihat UU No 22 Tahun 2003, op. cit., pasal 61 huruf c. 17 Ibid., pasal 58 huruf h.

18 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasal 57 huruf f.

19 Ibid., huruf g. 20 Ibid., pasal 54.

(11)

Dalam hal ini, berdasarkan peraturan perundangan, DPRD dapat merekrut staf ahli atau dengan sebuat lain yakni konsultan/pakar/ahli untuk membantu meningkatkan kapasitas DPRD. Perekrutan itu ditetapkan oleh Surat Keputusan Sekretaris DPRD dengan tujuan untuk mendukung penyelenggaraan fungsi pengawasan dengan menyusun pokok-pokok pikiran atau butir-butir permasalahan berdasarkan bahan/materi pengawasan yang dijadikan acuan bagi pelaksanaan tugas pengawasan.22 Bahkan apabila dipandang perlu, DPRD dapat meminta pihak-pihak lain untuk mendukung penyelenggaraan fungsi pengawasan dimaksud.

F. Kesimpulan

Telaah ini merupakan usulan sebagai bentuk kontribusi untuk meningkatkan kinerja DPRD DI Yogyakarta, terutama dalam meningkatkan fungsi pengawasan. Keseimbangan ketiga fungsi DPRD (legislasi, anggaran, dan pengawasan) akan memberikan nilai tambah politik dan citra positif DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat. Tentu saja masih ada aspek-aspek lain yang memerlukan pengkajian dan pencermatan untuk melengkapi dan menyempurnakan masukan ini, antara lain bahan-bahan pengawasan, prosedur dan jadwal kegiatan pengawasan, serta pembahasan dan tindak lanjutnya. Wallahu a’lam bi shawab.

Yogyakarta, 07 Februari 2015

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat komik Indonesia (MKI) sebagai salah satu wadah untuk masyarakat komik dan ilustrasi di Indonesia, berupaya membangkitkan komik dan ilustrasi Indonesia yang sudah

Maka dari itu, dapat diketahui bahwa citra atau image yang ditampilkan oleh SMP NU 07 Brangsong pada khalayak umum adalah lembaga yang mengedepankan unsur-unsur budaya

Dari sini didapat hasil analisis berupa pengembangan media latihan, yaitu media latihan yang berbentuk buku saku yang berisikan materi mengenai pengenalan teknik

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 Peraturan Bupati Tangerang Nomor 30 Tahun 2019 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas dan

Membuat view untuk menampilkan mahasiswa yang mengambil matakuliah query nya adalah create view AmbilMk as select.. Mahasiswa.nama,Mahasiswa.jenis_kelamin,ambil_mk.kode_mk

Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan 21 jenis anggrek termasuk ke dalam 16 marga, dimana termasuk 16 jenis anggrek epifit dan 5 jenis anggrek teresterial

Blok input merupakan sistem alat yang memberikan masukan berupa lesan dada tidak bernilai yang telah lubang akibat tembakan.. Blok Proses merupakan sistem aplikasi yang

Pada hemat penulis, keteladanan, bermain, bercerita, pujian, hukuman dan sebagainya merupakan metode atau cara yang dilakukan dalam melaksanakan model tertentu yang digunakan