LAPORAN TUTORIAL BLOCK 3.2 SKENARIO 1
“ Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Perilaku Kesehatan?”
Oleh Kelompok 6:
13233 Lucia Dyah Kusumawardani 13234 Umi Susilowati
13236 Olivia Ayu Shinta Dewi 13246 Ruslan Abdul Ghani 13247 Norma Juwita Puspita Rini 13250 Nila Rizayanti
13275 Nurina Jihan Yulianti 13278 Gandhi Adhitya Ningrum 13285 Nimas Asri Sihcahyanti 13290 Nuzul Sri Hertanti
13298 Ika Indriastuti Setyaningsih 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010/2011
Pertemuan I
Hari : Senin
Tanggal : 31 Oktober 2011 Agenda : Step 1 - 5
Kehadiran : 12 orang Tidak Hadir :
-Pertemuan II
Hari : Kamis
Tanggal : 3November 2011 Agenda : Step 7
Kehadiran : 12 orang Tidak Hadir :
Sekertaris 1 : 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti Sekertaris 2 : 13290 Nuzul Sri Hertanti
Anggota :
13233 Lucia Dyah Kusumawardani 13234 Umi Susilowati
13236 Olivia Ayu Shinta Dewi 13246 Ruslan Abdul Ghani 13247 Norma Juwita Puspita Rini 13250 Nila Rizayanti
13275 Nurina Jihan Yulianti 13278 Gandhi Adhitya Ningrum 13285 Nimas Asri Sihcahyanti
Skenario 1
Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Periaku Kesehatan ?
STEP 1
Konsep pembelajaran kognitif : perilaku berdasar pengetahuan, intelektual sehingga dapat berfikir kritis.
Perilaku kesehatan : tingkah laku yang mendukung kesehatan dari berbagai aspek dan berdasarkan kemauan dan pengetahuan individu. Afektif : berhubungan dengan perasaan, aspek emosi,dan bersifat
subyektif.
STEP 2
1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?
2. Bagaimana perbedaan cara pemberian pendidikan kesehatan pada anak - dewasa? 3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan? 4. Apa saja perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan ? 5. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif? 6. Siapa saja yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan
kesehatan?
7. Apa saja materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan?
8. Apa saja point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan? 9. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan
kesehatan?
10. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan? 11. Apa saja hambatan dalam pendidikan kesehatan?
12. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?
13. Siapa saja sasaran pendidikan kesehatan untuk pencegahan narkoba? 14. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?
15. Bagaimana peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan? 16. Bagaimana peran perawat sesuai dengan kasus ini?
17. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja? STEP 3
1. Metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan: Peer group
Anak – anak:
Media menarik seperti: gambar,animasi kartun, colourfull, bahasa menarik
Materi sesuai tingkat umur misal : anak tentang personal hygiene Praktek langsung (games,perumpamaan)
Disesuaikan pematerinya (dengan melibatkan mahasiswa) Cara penyampaian nyantai
Dewasa :
Sesuai tingkat pengetahuannya missal: merokok Lihat bukti – bukti nyata
Lihat si pemateri(yang sudah berpengalaman)
Memakai bahasa yang teratur sesuai situasi (missal: memakai bahasa jawa/Indonesia sesuai kebudayaan tempat acara)
Isi materi : gaya hidup lansia
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan: Kompetensi yang dimiliki pemateri ( keterampilan, pengetahuan) Persepsi tentang sasaran penyuluhan
Pengaruh lingkungan ( keluarga, daerah, teman) Berkesinambungan
Kebijakan pemerintah Tingkat pengetahuan peserta Kesadaran individu
4. Perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan:
Pemberi materi : siap bahan materi, kemampuan, pengetahuan, kesiapan pemateri
Pemilihan Pemberian metode dengan metode terbaik Kesiapan peralatan
Audience : tingkatan pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia, status sosialekonomi, usia
Perjanjian/kontrak waktu Lingkungan
Survey pendahuluan Isu terbaru
Keterlibatan perangkat desa dalam kerjasama Perizinan
Masalah yang sering terjadi
5. Aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif (LO) 6. Yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan:
berkompeten memberikan penkes adalah tenaga kesehatan yang lebih mendalami tentang pendidikan kesehatan.
7. Materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan: Sesuai tema dan isu masyarakat missal: rokok dan kespro Sesuai label sasaran (pengetahuan sebelumnya)
Materi yang up date Sumber terpercaya
Sudah ada penelitian sebelumnya (EBN) Materinya: sesuai dengan kondisi masyarakat
8. Point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan: • Pengertian / konsep narkoba, jenis, efek, akibat
• Kiat / tips menghindari (keluarga, diri sendiri, lingkungan) • Sanksi pidana
• Datangkan pemakai
• Tes urin surat keterangan bebas narkoba • Sharing 2 arah
• Adanya Barang nyata (narkoba,ganja) • Buku leaflet
9. Keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan kesehatan (LO)
10. Pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan akan terjadi mis persepsi,dan tidak terwujudnya tujuan penkes,perilaku kesehatan masyarakat belum berubah menjadi baik,tidak terbentuk masyarakat sadar sehat,mis komunikasi.
11. Hambatan dalam pendidikan kesehatan: o Publikasi
o Tempat yang tidak sesuai untuk pelaksanaan kegiatan penkes o Pemberi materi tidak berpengalaman
o Ketersediaan alat kurang o Dana
o Dari individu sendiri (kurang kesadaran)
o Pemerintah (tidak adanya peraturan yang tegas dan jelas) o Media penyampaian kurang menarik
o Kurangnya komunikasi pemateri-peserta o Keadaan lingkungan yang tidak mendukung o Kurangnya minat masyarakat
o Kurangnya pengetahuan
12. Konsep pembelajaran lainnya (LO)
Anak jalanan, anak SD
Remaja, dewasa,lansia di kota dan desa
Orang yang bekerjanya mudah terpapar dengan narkoba misal: artis, pegawai diskotik
Guru, orang tua
14. Hubungan pembelajaran kognitif dan afektif: Kognitif : dari pemberian pengetahuan, pengalaman Afektif : perasaan ingin tahu, lebih subyektif
Kognitif&afektif pencapaian aspek masing – masing berbeda
15. Peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan: Sebagai fasilitator bagi keluarga, teman
Educator Pemberi info
16. peran perawat sesuai dengan kasus ini: perawat berperan memberikan informasi-informasi(educator) membagikan pengetahuan kesehatan.
17. Metode pembelajaran yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja:menggunakan berbagai metode/kombinasi berbagai macam metode.
STEP 4 Main Mapping
strategi
perencanaan
materi observasi evaluasi pemateri
latar belakang faktor yg pelaksanaan sukses mempengaruhi
usia kebijakan pemerintah Metode Hambatan audience
Sasaran
Evaluasi
STEP 5 LO
1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?
2. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif? 3. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan
kesehatan?
4. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?
5. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?
6. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja? STEP 6
Pencarian literature STEP 7
KONSEP PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar
Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada peserta didik diberikan bermacam-macam mata pelajaran untk menambah pengetahuan yang harus dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. Pendapat yang lebih modern ialah yang menganggap belajar sebagai a change in behavior atau perubahan perilaku. Implikasi dari pengertian belajar ini terhadap pendidik ialah:
a) harus menentukan prilaku apakah yang diharapkan bagi peserta didik
b) harus mengetahui hingga manakah taraf perkembangan prilaku peserta didik, c) harus menyediakan kesempatan dan syarat-syarat yang sebaik-baiknya yang
menurut harapannya akan menghasilkan prilaku yang diinginkan. B. Tujuan Belajar
Pembelajaran afektif&kognitif
Peer group
Supporting group
Diskusi panel
Tujuan pembelajaran dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori, yaitu “intellectual skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude” (1974, h. 23-24). Bloom mengemukakan tiga kategori sesuai dengan domain-domain perilaku individu yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan perkembangan, kecakapan dan keterampilan intelektual. Afektif berkenaan berkenaan dengan perubahan minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri. Domain psikomotor berkenaan dengan keterampilan-keterampilan gerak.
Tujuan instruksional juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Bloom (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk domain afektif Krethwohl etr al (1974) membaginya atas lima tingkatan yakni: penerimaan, pertisipasi/merespons, penilaian, mengorganisasi nilai dan pembentukan pola/karakterisasi nilai-nilai. Domain psikomotor Harrow (1971) membaginya atas enam tingkatan yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas.
Tujuan instruksional merupakan suatu tingkah laku yang diperlihatkan mahasiswa pada akhir suatu kegiatan belajar. Perumusan tujuan instruksional yang baik memiliki beberapa spesifikasi yakni:
a. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh mahasiswa, tingkah laku yang dapat diamati/terukur.
b. Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang terbentuknya tingkah laku itu (lingkungan fisik. psikologis).
c. Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan
( ketepatan/ketelitian,kecepatan, panjangnya dan frekuensi respon).
Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan instruksional diantaranya adalah:
a) Ranah Kognitif
1. Pengetahuan: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, menyusun daftar dsb. 2. Pemahaman : menjelaskan, menguraikan, merumuskan, menerangkan, menyadur
dsb.
3. Penerapan : mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan, dsb.
4. Analisis :memisahkan, mmemilih, membandingkan, memperkirakan dsb. 5. Evaluasi : menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan, memberi argumentasi, dsb 6. Kreasi : mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendisain, mengatur dsb b) Ranah Afektif
3. Penilaian : melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan, membela dsb. 4. Organisasi : berpegang pada, mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan dsb 5. Pembentukan Pola : bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempersoalkan dsb c) Ranah Psikomotor
1. Persepsi : membedakan, menunjukkan, memilih, menghubungkan dsb
2. Kesiapan (menyiapkan diri fisik/mental) : mengawali, bereaksi, mempersiapkan, menanggapi, memprakarsai, dsb.
3. Gerakan terbimbing (meniru contoh) : mempraktikan, mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, dsb.
4. Gerakan terbiasa (berpegang pada pola): mengoperasikan, memasang, mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
5. Gerakan kompleks (berketerampilan secara lancar,luwes,gesit): mengoperasikan, mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
Penyesuaian pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mengadaftasikan, membuat variasi, merancang, menciptakan, mendesain, merencanakan dsb.
C. Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang dalam hal ini tiga teori belajar yang akan dibahas yakni:Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya, Teori Asosiasi dan Teori Organismic atau Gestalt.
a. Teori Ilmu Jiwa Daya
b. Teori Asosiasi
Menurut teori ini mengajar adalah kegiatan memberi stimulus (S) kepada anak yang menimbulkan padanya suatu reaksi atau respons (R). Hubungan antara S dengan R diulang-ulangsehingga menjadi kebiasaan dan tidak segera dilupakan. Dengan latihan-latihan dan diulang-ulang banyak diberikan hubungan S-R yang dikehendaki. Belajar secara ini bersifat mekanistik. Anak-anak dilatih bereaksi seperti mesin yang bergerak menurut cara-cara tertentu asal diberi stimulus tertentu. Teori ini tidak menerima adanya transfer mutlak. Seseorang hanya dapat bereaksi dengan tepat terhadap stimulus atau situasi yang telah pernah dihadapinya atau yang sama dengan itu. Itu sebabnya maka anak-anak harus memiliki sebanyak mungkin S-R bonds. Teori ini mementingkan penguasaan bahan pelajaran yang sebanyak-banyaknya atau mengutamakan pembentukan material. Belajar menurut teori ini berarti mengumpulkan ilmu, menumpuk-numpuk berbagai pengetahuan. Teori ini menimbulkan pendidikan “intelektualistis”, aspek-aspek pembentukan pribadi anak sering terabaikan. Anak dianggap sebagai makhluk yang “pasif”, sebagai bejana kosong yang harus diisi dengan berbnagai pengetahuan, guru memegang peranan yang penting yang aktif. Skinner mengembangkan teori ini dalam “programmed instruction” dan “teaching machines”
c. Teori “organismic” atau Gestalt
Teori ini mengemukakan “kesdeluruhan” sebagai prinsip yang penting, suatu “organisme” yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan-tujuannya. Anak itu menerima perangsang dari luar, bersifat selektif terhadap perangsang yang diterimanya, dan bereaksi terhadap perangsang itu dengan mengolahnya. Jadi belajar itu berlangsung berdasarkan pengalaman, yakni interaksi antara anak dengan lingkungan dan dalam hal ini anak itu aktif seperti “learning by doing”, melakukan “reflection” atau pemikiran, renungan tentang apa yang telah dilakukan. Belajar menurut teori ini bukanlah menghafal fakta-fakta, akan tetapi dengan menghadapi sejumlah masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah yang pada pokoknya terdiri atas langkah-langkah:
1. menyadari adanya suatu masalah. 2. memajukan hipotesis-hipotesis. 3. mengumpulkan keterangan atau data 4. membuktikan hipotesis berdasarkan data. 5. mengambil kesimpulan.
1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan.
2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan pribadinya.
3. Belajar berkat “insight”, pemahaman atau tilikan sebagai syarat mutlak dalam belajar.
4. Belajar berdasarkan pengalaman.
5. Belajar ialah suatu proses perkembangan 6. Belajar ialah proses yang kontinyu
7. Belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat keinginan dan tujuan anak.
D. Aspek/Domain Pembelajaran 1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian : a. Pengetahuan (knowledge)
mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
2. Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3. Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
4. Metode Pembelajaran
Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya: a. Berdasarkan pemberian informasi:
- Metode Ceramah
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.
- Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
- Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh warga belajar. Hal yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya, tidak bersifat abstrak. b. Berdasarkan pemecahan masalah:
- Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan. - Metode Diskusi Kelompok
Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh sejumlah anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.
- Metode Rembuk Sejoli
Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang pelaksanaannya warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan kemudian dalam waktu yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu masalah dan diakhiri dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru bicara dalam kelompok besar.
- Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)
Metode Buzz Group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang pelaksanaannya warga belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai enam orang membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar.
- Metode Panel
- Metode Forum Debat
Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik masalah yang kontroversial.
- Metode Seminar
Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah bimbingan sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga belajar dapat berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah, dapat juga hasil bacan/literatur.
- Metode Simposium
Metode Simposium yaitu cara penyampaian materi secara lisan yang dilakukan berupa kegiatan ceramah oleh beberapa orang nara sumber.
c. Berdasarkan penugasan: - Metode Latihan (Drill)
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu secara berulang-ulang dengan materi yang sama.
- Metode Penugasan (Resitasi)
Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. - Metode Permainan:
a) DIAD
Metode DIAD yaitu cara komunikasi diantara dua orang baik secara lisan maupun tertulis terutama menyangkut identitas dari masing-masing pribadi. b) Kubus Pecah
Metode Broken Square yaitu cara penyusunan pecahan-pecahan Bujursangkar yang dilakukan oleh empat atau lima kelompok menjadi bentuk bujur sangkar yang utuh.
Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
d) Sosiodrama
Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
e) Simulasi
f) Metode Simulasi yaitu cara permainan yang berupa cuplikan suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar.
- Metode Kelompok Kerja (Workshop)
Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.
- Metode Studi Kasus
Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.
- Metode Karyawisata
Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu dengan melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya dan unsur wisatanya.
d. Metode pembelajaran lain a) Metode debat
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacammacam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
b) Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing: Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis 4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. 5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
d) Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. 3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN A. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 1997).
(Notoatmodjo,2007). Essensi promosi kesehatan adalah upaya untuk membuat daya sehingga mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk merubah, menumbuh atau mengembangkan prilaku positif hal ini merupakan bidang garapan utama pendidikan kesehatan (Depkes, 2002)
B. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan Pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan kesehatan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang menguntungkan kesehatan atau norma yg sesuai dengan kesehatan.
Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Effendi (1995), tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya. Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995).
Metoda yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metoda yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan bermain peran.
C. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi 1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku) b. Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
Curah pendapat (Brain Storming) ;
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006) e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
D. Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Suliha (2002), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di institusi pelayanan antara lain puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sekolah serta dimasyarakat berupa keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).
Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien; 3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
PENANGGULANGAN NARKOBA
Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya sebagai berikut ini :
1. Preventif (pencegahan)
Yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
2. Represif (penindakan)
Yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim sendir
3. Kuratif (pengobatan)
Yaitu bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll
4. Rehabilitatif (rehabilitasi)
jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.
Daftar Pustaka:
Anderson, W. Orin and Krathwohl. R.D, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, Addison Wesley Longman, Inc. New York.
Arikunto Suharsimi, 1988, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.
Nasution, S, 1982, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bina Aksara. Jakarta.
---, 1982, Asas-Asas Kurikulum, Jemars. Bandung.
Sukmadinata, N,S, 1988, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
Sumantri, Mulyani, 1988, Kurikulum dan Pengajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.
http://kesehatansejati.blogspot.com/2010/07/pengertian-pendidikan-kesehatan.html