• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN JURNALISTIK DALAM DUNIA IT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN JURNALISTIK DALAM DUNIA IT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN JURNALISTIK DALAM DUNIA IT

1. Definisi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), jurnalistik adalah yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran, mengumpulkan dan menulis berita dalam surat kabar dan sebagainya; wartawan. Secara umum jurnalistik adalah proses, teknik, dan ilmu pengumpulan, penulisan, penyuntingan dan publikasi.

Jurnalistik atau kewartawanan berasal dari kata journal yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau diartikan dengan surat kabar.Orang yang melakukan proses jurnalistik disebut jurnalis. Jurnalistik merupakan salah satu jenis aktivitas khas yang memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi yang mengandung nilaiberita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Kata Journal berasal dari bahasa Latin dari kata Diurnalis, yang berarti orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jadi Secara Etiomologis (asal Usul Kata/istilah kata), jurnalistik adalah laporan tentang peristiwa sehari-hari yang saat ini kita kenal dengan istilah "berita" (news). Sedangkan secara singkat/sederhana adalah kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.

2. Tugas Dan Tanggung Jawab

Tugas atau kewajiban seorang jurnalistik (wartawan) adalah mengabdikan diri kepada kesejahteraan umum dengan memberi masyarakat informasi yang memungkinkan masyarakat membuat penilaian terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Jurnalistik (wartawan) tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan yang tak berdasar. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap anggota masyarakat (milik publik) dan jurnalistik (wartawan) menjamin bahwa urusan publik harus diselenggarakan secara publik. Jurnalistik (wartawan) harus berjuang melawan siapa saja yang mengeksploitasi pers untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Sesuai dengan UU NO 40 TAHUN 1999 Tentang Pers.

3. Kemampuan Yang Harus Dimiliki

(2)

a. Memiliki wawasan luas dan mengerti persoalan dari berbagai disiplin ilmu.

b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. c. Memiliki inisiatif dan kreatif. d. Teliti dan cermat.

e. Jeli dan peka.

f. Nalar dan logika yang baik.

g. Memiliki pengetahuan tentang peraturan dan perundang-undangan. h. Obyektif, adil, jujur dan bisa dipercaya.

i. Memiliki kemampuan melakukan observasi dan riset. j. Mudah menyesuaikan diri dan pandai bergaul.

k. Mampu bekerja dalam tekanan/mental yang baik. l. Menguasai Bahasa Indonesia.

m. Menguasai bahasa asing, terutama untuk istilah-istilah asing. n. Menguasai pengoperasian peralatan tehnis, seperti alat rekam. o. Mengerti tehnis pelaporan.

p. Memahami jurnalistik dan peraturan perundangan yang terkait profesinya. q. Siap ditugaskan kapan saja dan dimana saja.

r. Memiliki kemampuan mendengar yang baik, terutama ketika menyimak jawaban narasumber.

s. Memiliki sifat separuh detektif dan separuh diplomat. Sifat detektif berarti seorang reporter harus memiliki penciuman tajam tentang sesuatu dan mampu melakukan analisis. Sedangkan sifat diplomat sangat berguna ketika seorang reporter harus berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai kalangan.

t. Sehat jasmani dan rohani.

u. Tahu berita dan mengerti bagaimana membuat lead berita. v. Mempunyai Empati

w. Attitude yang baik. x. Berjiwa besar

y. Memiliki kemampuan wawancara : Seorang reporter tidak hanya dituntut sekedar menyampaikan laporan saja, tetapi juga dituntut mahir melakukan wawancara dilapangan. Wawaancara merupakan salah satu tehnik penting yang harus dikuasai reporter untuk menggali bahan berita dan informasi.

(3)

phone, identitas diri dari tempat bekerja/kartu pers, alat transportasi, seperti sepeda motor yang dianggap paling cepat dan efektif.

4. Profesional

Cara-cara yang profesional adalah:

a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. Menghormati hak privasi;

c. Tidak menyuap;

d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

5. Kode Etik Jurnalistik

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

(4)

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. Menghormati hak privasi;

c. Tidak menyuap;

d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

(5)

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

(6)

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan

permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan

(7)

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

6. Kasus pelanggaran kode etik a. Beretikad Buruk

Contoh :

TEMPO.CO, Yogyakarta - Belasan aktivis antikorupsi mendatangi kantor koran Kedaulatan Rakyat di Jalan Margo Utomo, Yogyakarta, Senin, 6 April 2015. Mereka memprotes sejumlah pemberitaan yang membela tersangka korupsi.

b. Porno / Cabul Contoh:

(8)

merupakan sebuah hal yang gawat. Pasalnya pelaku akan dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

c. Berbohong Contoh:

JAKARTA, publiknasional.com - Agus memberi contoh, misalnya ada wartawan yang mengadu dipukul pejabat di Bekasi, setelah dicek ternyata si wartawan terlebih dulu mengatai (menghina) si pejabat. "Si wartawan itu mengatai, pejabat kok otaknya di dengkul. Tentu saja si pejabat ya tersinggung," ujar Agus dalam Lokakarya Kode Etik Jurnalistik, Rabu (16/2/2011).

7. TANTANGAN JURNALISTIK

Seorang Jurnalis atau Wartawan harus memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan agar bisa bersaing dan tetap menjalankan profesinya sesuai dengan Kode etik Jurnalistik. Jika seorang wartawan tidak punya keinginan untuk mengembangkan diri, dia akan tersingkir dari kelompoknya.

Salah satu tantangan yang harus siap dihadapi yakni kesadaran hukum dan keberanian masyarakat sudah muncul. Mereka meminta hak jawab, berbagai pihak yang dirugikan bisa melakukan somasi dan tuntutan hukum. Jika seorang jurnalis menjalankan profesinya sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, dia akan lebih dihargai oleh masyarakat, nara sumber dan rekan se-profesinya.

Hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi Tantangan, diantaranya : - Menjalankan pekerjaan sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik.

- Banyak Membaca (buku, koran, kamus populer, internet, UU, Peraturan, Perda dll.) satu daerah melakukan pemilihan kepala daerah langsung. Jurnalis menulis berita tersebut sesuai dengan pesanan tim suksesnya, tanpa memperhatikan keinginan para pembaca.

2. Jurnalis Masyarakat (Civil Journalist)

(9)

tidak mengikuti kaidah penulisan). Mereka menuangkan ide, tulisan bahkan makian terhadap pihak tertentu tanpa sensor.

3. Media Gratis

Satu lagi tantangan bagi perusahaan para jurnalis dan perusahaan pers yakni maraknya media (koran dan majalah gratis). Media gratis bisa mengurangi pendapatan kue iklan, karena tarif iklan lebih murah dibanding tarif iklan di surat koran maupun majalah. Para penulis di media gratis juga jarang yang berlatar belakang seorang jurnalis. Mereka hanya mengandalkan materi tulisan dari perusahaan yang memasang iklan, seperti iklan berita (advetorial).

Walaupun pers dituntut harus selalu tunduk dan taat kepada Kode Etik Jurnalistik, pers ternyata bukanlah malaikat yang tanpa kesalahan. Data yang ada menunjukkan bahwa pada suatu saat pers ada kalanya melakukan kesalahan atau kekhilafan sehingga melanggar Kode Etik Jurnalistik. Tidak hanya jurnalistik saja yang dapat melakukan kesalahan tersebut, orang-orang biasa seperti kita juga bisa melakukan itu. Bahkan tanpa kita sadari, kita sering melakukannya berulang kali. Mungkin menurut kita itu hanya sebatas gurauan atau candaan tetapi bagi yang orang lain itu menjadi sebuah aib atau kejahatan. Jadi, berhati-hatilah dalam mengunakan teknologi, media sosial, bahkan dalam percakapan sehari-hari.

" Kami berkomitmen untuk memenuhi tanggung jawab kami dengan tinggi standar kompetensi profesional dan integritas dalam

pelayanan kami disiplin , rekan-rekan , mahasiswa , lembaga dan masyarakat . " 41- Asosiasi untuk Pendidikan Jurnalisme & Massa

Kode komunikasi Etik

Apakah itu disebabkan oleh kelalaian dari informasi yang relevan atau dengan penataan informasi yang akurat dengan cara seperti

mengarah ke kesimpulan yang salah , informasi palsu atau menyesatkan adalah dilarang ... " 36 - Ringkasan Advertising Standards CBC

" Wartawan harus jelas membedakan antara komentar dan Bahkan , dan dugaan tidak boleh diungkapkan sebagai pernyataan

(10)

Sumber :

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/4892/4417

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_40_99.htm

http://www.kompasiana.com/rumahpublicspeaker/jadilah-reporter-profesional_5517a0ed81331146699de215

http://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

Nilai F hitung 66,471 > F tabel 2,68 yang artinya semua variabel independen (keputusan investasi, kebijakan deviden, kebjikan hutang dan profitabilitas) dalam

1. Tingkat signifikansi dari PAJAK sebesar 0,264 dengan nilai koefisien regresi sebesar 5,091. Angka ini berada di atas nilai alpha yaitu 0,05. Sehingga hasil uji

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

produksi tiap satuan areal makin tinggi, akan tetapi ada satu titik atau jumlah optimal yang ditentukan oleh faktor pergerakan air atau ombak tidak dapat mencapai rakit yang

Setelah pelaksanaan dan observasi tindakan, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi, berikut adalah beberapa hasil refleksi yang dilakukan bersama kolaborator: (1)

Dalam sebuah cerita terdapat unsur yang disebut latar, meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana3. Amanat/pesan apa yang disampaikan dalam

Ibu Yuliana sebagai masyarakat sekitar yang biasa melihat kegiatan-kegiatan para santri di dalam pondok pesantren berpendapat tentang keberadaan pondok pesantren Al-Fatich