• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Kesehatan Bhakti Husada"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

33

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS CIKARANG UTARA TAHUN 2013

FACTORS RELATED TO CHRONIC ENERGY LESS ON PREGNANT WOMAN IN NORTH CIKARANG PUSKESMAS YEAR 2013

Marini Iskandar1, Ade Krisna Ginting2 Akademi Kebidanan Bhakti Husada Cikarang Bekasi

ABSTRAK

Latar Belakang - Menurut WHO (2007), angka kejadian resiko kekurangan energi kronis di Indonesia masih tinggi yaitu 35,5%.Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Kekurangan energi kronik (KEK). Berdasarkan hasil survei Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003 prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK di Jawa Barat adalah 14,30 % serta di DKI Jakarta sekitar 13,91 %. Di puskesmas cikarang utara sendiri terdapat 70 ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013

Metodologi - Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil sampel 41 ibu hamil yang mengalami KEK di Puskesmas Cikarang Utara. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu menggunakan random sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan analisis bivariat dengan chi square.

Hasil - Penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Hasil uji statistic didapatkan nilai P value 0.088 ≥ (0.05) tidak ada hubungan antara usia dengan KEK hasil OR 4.727. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0.001 ≤ (0.05) artinya ada hubungan antara paritas dengan KEK. hasil OR 0.089. Hasil uji statistic didapatkan nilai P value 0.001 ≤ (0.05) artinya ada hubungan antara status ekonomi dengan KEK. hasil OR 5.375. Dari 3 variabel yang diteliti varibel paritas dan status ekonomi mempunyai hubungan yang bermakna dengan KEK pada ibu hamil, sehingga direkomendasikan adanya peningkatan melalui penyuluhan kepada ibu hamil tersebut tentang gizi pada ibu hamil.

Kata Kunci : KEK pada Ibu Hamil, Usia ibu, Paritas, Status Ekonomi

ABSTRACT

Background - According to WHO (2007), the incidence of chronic energy deficiency risk in Indonesia is still high at 35.5%. One of the causes is the lack of consumed food intake not according to their needs. Chronic energy deficiency (KEK). Based on the results of Household Iodine Salt survey in 2003 the prevalence of pregnant women experiencing KEK in West Java is 14.30% and in Jakarta about 13.91%. In North Jakarta cikarang clinic itself there are 70 pregnant women who experience Chronic Energy Deficiency (KEK). Knowing factors related to chronic energy deficiency (KEK) in pregnant women at Puskesmas Cikarang Utara Year 2013 Methodology - This research is analytic with cross sectional approach. Samples were taken from 41 pregnant women who experienced KEK at the North Cikarang Health Center. The sampling technique used is using random sampling. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis with chi square.

Result - The research shows factors related to Chronic Energy Deficiency (KEK) The result of statistic test obtained P value 0.088 ≥ (0.05) there is no correlation between age with KEK result OR 4,727. Statistical test results obtained P value of 0.001 ≤ (0.05) means there is a relationship between parity with KEK. OR results 0.089. Statistical test results obtained P value 0.001 ≤ (0.05) means there is a relationship between economic status with KEK. OR yield of 5,375. Of the 3 variables studied variables parity and economic status have a significant relationship with KEK in pregnant women, so it is recommended an increase through counseling to pregnant women about nutrition in pregnant women.

(2)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

34

PENDAHULUAN

Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dari hasil penelitian World Health Organization (WHO) mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, kematian wanita subur di negara miskin sekitar 25-50% hal ini berkaitan dengan kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produksivitasnya.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 untuk pertama kalinya AKI melonjak hingga 359 per 100.000 kelahiran hidup. (Trisnantoro laksono, 2012)

Beberapa faktor yang melatar

belakangi risiko kematian adalah kurangnya partisipasi ibu dalam kesehatan yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah dan

kedudukan sosial budaya yang tidak

mendukung.

Menurut WHO (2007), angka kejadian resiko kekurangan energi kronis di Indonesia

masih tinggi yaitu 35,5%.Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya asupan

makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Kekurangan energi kronik

(KEK) yaitu keadaan ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung lama

(kronik) dengan timbulnya gangguan

kesehatan pada ibu. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Sampai saat ini masih banyak ibu

hamil yang mengalami masalah gizi

khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi.

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu adalah

kehamilan usia muda (kurang dari 20 tahun), kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya (kurang dari 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering dan kehamilan yang terlalu tua (lebih dari 35 tahun). Ketidak tersediaan pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga, distribusi rumah tangga yang tidak proporsional dan beratnya beban kerja juga menjadi faktor risiko terjadi kurangnya gizi pada ibu hamil kurangnya energi kronik mempunyai risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan

yang sulit karena lemah dan mudah

mengalami gangguan kesehatan

(Waryono,2010)

Hasil survei Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003 prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK di Jawa Barat adalah 14,30% serta di DKI Jakarta sekitar 13,91%. Di puskesmas cikarang utara sendiri terdapat 70 ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dari 1.542 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas cikarang utara pada tahun 2013.

Berdasarkan data yang didapat

peluang untuk melahirkan bayi sehat dan selamat dimungkinkan pada kondisi kesehatan ibu yang baik, namun kenyataannya di Indonesia pada tahun 2011 jumlah ibu hamil 26.270 masih terdapat 6,58% (1.729) yang menderita KEK. Sebelum kehamilan dan selama kehamilan, kurangnya energi kronik mempunyai risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Di puskesmas cikarang utara sendiri terdapat 70 ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dari 1.542 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas cikarang utara pada tahun 2013.

METODOLOGI

(3)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

35

akan diteliti dan memiliki karekter tertentu dan sama. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dari 1.542 orang ibu hamil ada 70 ibu hamil yang mengalami KEK yang

melakukan pemeriksaan di puskesmas

cikarang utara pada tahun 2013. Sampel merupakan sebagian yang dialami dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian ibu hamil yang mengalami

Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan tidak KEK di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013 sebanyak 41 orang. Sampel yang diambil berdasarkan kriteria yang telah disusun yaitu : Setelah dihitung dengan menggunakan rumus tersebut diatas, maka jumlah ibu yang mengalami KEK yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak 41 orang. Karena penelitian menetapkan resiko antara jumlah ibu hamil KEK dengan yang tidak mengalami KEK 1 : 1 maka jumlah ibu hamil yang tidak mengalami KEK ada 41 orang. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengundi anggota populasi dengan membuat lintingan kertas yang diberi

nomor, kemudian dikocok dan dipilih

sebanyak jumlah sampel. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan dengan Simple Random Sampling yaitu pengambilan sample yang dilakukan secara subjektif oleh peneliti yang ditinjau dari sudut kemudahan, tempat pengambilan sample, dan

jumlah sample yang akan di ambil.

(Notoatmodjo, 2010)

HASIL

Dari 82 sampel penelitian terdapat 41 (50%) ibu hamil yang mengalami KEK dan 42 (50%) tidak mengalami KEK. Dari 62 ibu KEK, sedangkan sisanya yaitu 10 (50.0 %) ibu

tidak mengalami KEK. 53 ibu hamil

berdasarkan paritas yang memiliki anak 1 diantaranya 18 (34.0%) ibu mengalami KEK, dan 35 (66.0%) ibu tidak mengalami KEK. Dan dari 29 ibu hamil yang memiliki anak > 1 diantaranya 23 (79.3 %) ibu mengalami KEK, sedangkan sisanya 6 (20.7%) ibu tidak mengalami KEK. 36 ibu hamil dengan status ekonomi non gakin, diantaranya 10 (27.8 %) ibu mengalami KEK, dan 26 (72.2 %) ibu tidak mengalami KEK. Dari 46 ibu hamil yang memiliki status ekonomi gakin, diantaranya 31 (67.4 %) ibu mengalami KEK, sedangkan sisinya 15 (32.6 %) ibu tidak mengalami KEK.

Tabel 1.

Hubungan Antara Usia Dengan Kekurangan Energi Kronik pada

ibu hamil di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013

Sumber : Rekam medik pasien di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013

Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 41 responden ibu hamil yang mengalami

Kekurangan Energi Kronik (KEK)

(4)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

36

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Albugis Djamilah (2008) di Puskesmas Jembatan Serong Depok menunjukan hasil hubungan antara usia ibu hamil dengan KEK usia < 20 tahun & > 35 tahun. diperoleh bahwa hanya sekitar 22.2 % ibu hamil yang berada tidak berisiko KEK mempunyai proporsi yang hampir sama untuk mengalami KEK.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hapni (2004) di Puskesmas bandarharjo semarang yang menyatakan bahwa usia reproduksi lebih beresiko karena pada usia reproduksi lebih banyak ibu yang mengalami kehamilan diusia tersebut dan kebutuhan gizi ibu lebih banyak pada usia 20-35 tahun.

Hubungan usia dengan kejadian KEK adalah usia yang tepat pada saat melahirkan pada ibu hamil adalah 20-35 tahun. Kehamilan pada wanita usia kurang dari 20 tahun sangat beresiko terhadap dirinya, karena pertumbuhan linier (tinggi badan) pada umumnya baru selesai pada usia 16-18 tahun, dan dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linier selesai. Apabila pada usia tersebut ibu mengalami kehamilan, maka akan berakibat terhadap dirinya, meliputi komplikasi

persalinan dan gangguan penyelesaian

pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih tumbuh sekaligus untuk pertumbuhan bayinya. Kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena kesehatan ibu sudah tidak sebaik pada usia 20 – 35 tahun. (Achadi, E.L 2007)

Pada Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dan hasil penelitian orang lain karena keterbatasan sampel penelitian yang dilakukan oleh penulis. Karena pada usia ibu yang < 20 tahun sudah mempunyai informasi yang lebih banyak tentang nutrisi pada ibu

hamil, dan memiliki pendidikan menengah, sedangkan pada ibu yang memiliki usia > 35 tahun sudah memiliki pengalaman tentang nutrisi pada ibu hamil.

Tabel 2. Hubungan Antara Paritas Dengan Kekurangan Energi Kronik

pada ibu hamil di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013 Paritas KEK Total Nilai P OR

Sumber : Rekam medik pasien di Puskesmas Cikarang Utara Tahun

2013

Hasil analisis hubungan antara Paritas dengan KEK diperoleh bahwa ada sebanyak 18 (34.0%) ibu hamil yang memiliki anak 1. Sedangkan diantara ibu hamil yang memiliki anak > 1 ada 23 (79.3%) ibu hamil KEK. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0.000 ≤ (0.05) artinya ada hubungan antara paritas dengan KEK. Dengan hasil OR 7.454 artinya bahwa ibu hamil yang memiliki anak > 1 beresiko KEK sebanyak 7.454 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki anak 1.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azma (2003) dan Yuliani (2004) yang dilakukan di Puskesmas Jembatan Serong Depok dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa ada hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapni (2004) yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

(5)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

37

teregang oleh adanya janin, bila terlalu sering melahirkan, Rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 kali atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan, dan nifas. Hubungan antara paritas dengan KEK pada ibu hamil yaitu terlalu banyak anak yang dilahirkan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit

dalam kehamilannya sampai dengan

melahirkan diantaranya adalah kekurangan energi kronik saat hamil. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan makin banyak gizi yang harus dipenuhinya. Jika persedian gizi ibu kurang dengan apa yang dibutuhkannya maka akan mengakibatkan Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil.(Supriasa, 2012)

Tabel 3. Hubungan Antara Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil di Puskesmas Cikarang Utara Tahun

2013

Sumber : Rekam medik pasien di Puskesmas Cikarang Utara Tahun 2013

Hasil analisa hubungan status

ekonomi dengan KEK dari 41 responden yang mengalami KEK diperoleh ibu yang non gakin sebanyak 10 orang (27.8%) sedangkan yang gakin ada 31 orang (67.4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0.001 ≤ (0.05) artinya ada hubungan antara status ekonomi dengan KEK. Dengan hasil OR 5.375 artinya bahwa ibu yang gakin beresiko KEK sebanyak 5.375

kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang non gakin.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa sosial budaya dan ekonomi merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi gizi seseorang karena pada status ekonomi

yang rendah akan mengalami ketidak

mampuan keluarga untuk membeli makanan yang berkualitas, dan dibutuhkan oleh ibu hamil tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septiningsih 2009 yang dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Kabupaten Semarang menyatakan bahwa status ekonomi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil, karena berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa bukan hanya responden yang

mempunyai penghasilan rendah saja yang menderita kekurangan energi kronis, tetapi juga banyak responden yang mempunyai status ekonomi tinggi juga dapat menderita kekurangan energi kronis (KEK). Hal ini membuktikan bahwa status ekonomi seseorang mempengaruhi kejadian kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil.

KESIMPULAN

1. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 1.000 ≥ (0.05) Ho gagal ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara usia dengan KEK. Dengan hasil OR 1.000 artinya bahwa usia < 20 & > 35 tahun mempunyai resiko KEK sama besar dengan usia 20- 35 tahun. 2. Hasil uji statistik didapatkan nilai P

value 0.000 ≤ (0.05) Ho ditolak atau

dapat disimpulkan bahwa ada

(6)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

38

paritas dengan KEK. Dengan hasil OR 7.454 artinya bahwa ibu hamil yang memiliki anak > 1 beresiko KEK sebanyak 7.454 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki anak 1.

3. Hasil uji statistic didapatkan nilai P value 0.001 ≤ (0.05) Ho ditolak atau

dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan secara statistik antara status ekonomi dengan KEK . Dengan hasil OR 5.375 artinya bahwa ibu yang gakin beresiko KEK sebanyak 5.375 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang non gakin.

SARAN

1. Meningkatkan promosi kesehatan

khususnya dalam memberikan

konseling pada saat antenatal care khususnya tentang nutrisi yang baik pada ibu hamil untuk mencegah KEK dan dampak yang akan ditimbulkan pada janin yang dikandung ibu. sebagai tenaga kesehatan alangkah

baiknya melakukan pemasangan

poster atau memberikan liflet tentang nutrisi pada ibu hamil

2. Agar dapat menjadi data dasar atau acuan dengan menambah jumlah

sampel dan jumlah variabel

penelitian serta lokasi sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain yang ingin melanjutkan penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan

dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil. Metode penelitian lain, misalnya kasus control perlu dipertimbangkan pula untuk digunakan

3. Dapat memeriksakan kehamilannya

lebih lanjut untuk mengetahui secara dini khususnya tentang kesehatannya dan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu hamil, mengikuti penyuluhan atau

seminar-seminar tentang nutrisi pada ibu hamil dan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media. Agar semua ibu hamil juga

mempunyai pengetahuan yang

bermanfaat yang dapat dibagikan dan diberikan untuk ibu hamil yang lainnya.

4. Diharapkan program studi kebidanan Bakti Husada dapat menambah bahan masukan dan penambahan sumber-sumber informasi dan dokumentasi pada perpustakaan Program Studi Kebidanan Akademi Kebidanan Bakti

Husada Cikarang serta dapat

dikembangkan lebih luas dalam

penelitian selanjutnya mengenai kejadian Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil. Selain itu diharapkan juga agar mahasiswi dibekali tentang cara konseling pada ibu hamil ketika

dilahan. dan bisa menerapkan

pengetahuan nutrisi pada ibu hamil di puskesmas atau wilayah praktek dengan cara mengadakan penyuluhan pada ibu hamil yang berada di puskesmas atau klinik bersalin yang digunakana mahasiswi praktik.

DAFTAR PUSTAKA

Achadi. 2012. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba

Cuningham, dkk. 2009. Ilmu kebidanan.

Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Survei KesehatanNasional. Dari Web.

http://digilib.litbang.depkes.go.id.pdf (24 April

2011)

(7)

Jurnal Kesehatan Bhakti Husada

Edisi Juli – Desember Tahun 2014

39

Kusmiati. 2009. Asuhan Ibu Hamil. Jakarta: Fitramaya

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Puspita sari nora. 2008. Karakteristik Ibu Yang Mengalami Kekurangan Energi Kronik

(Kek)Pada Ibu Hamil. Program Studi DIII Kebidanan : Universitas Muhammadiyah Semarang. http://Fjurnal.unimus.ac.id.Pdf. (Agustus 2008)

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka.

Rahmaniar. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil.

http://juurnal.unhas.ac.id.pdf (08 februari 2013)

Supriasa. 2012. Penelitian Status Gizi. Jakarta: EGC

Surasih, H. 2005. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Keadaan Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara.(Desember 2005)

Wiknjosastro, G.H. 2009. Buku Acuan

Referensi

Dokumen terkait

Asas Umum Pemerintahan yang baik sesuai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penilaian tersebut

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Demikian juga pembagian al-Qur’an ke dalam surat dan ayat yang tidak sama panjang dan pendeknya, surat-surat yang paling pendek sekalipun seperti surat al-Kawtsar yang hanya

Simpulan hasil penelitian ini : 1) Proses pembelajaran dengan menerapkan model project based learning dimana langkah-langkahnya meliputi identifikasi, perumusan, rancangan

2007-2010 Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (PERDOSRI) Cabang Jawa

Herawati, R., 2006, Pengaruh Gliserin terhadap Stabilitas Fisik dan Efektivias Ekstrak Kering Aloe vera sebagai Pelembab dalam Basis Vanishing Cream, Skripsi,

Pada penelitian ini terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan teknik Effleurage dan Abdominal Lifting pada 27 responden yang mengalami