• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

1

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar

Diterima : 29 September 2017 Disetujui : 16 Oktober 2017 Diterbitkan : 25 Oktober 2017

Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (

Camellia sinensis

)

Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis

dan Peningkatan Kadar

Matriks Metalloproteinase

-1

pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

Heny Widiyowati S1, Wimpie I Pangkahila1, A.A.G.P. Wiraguna1,

J Alex Pangkahila1, I Nyoman Adiputra1, IGM. Aman1

ABSTRAK

Ekstrak Teh Hijau mengandung polifenol utama dalam daun teh, yaitu katekin yang terdiri dari Epigallocathecin 3-gallate (EGCG), epigallocathecin (EGC), epicathecingallate (ECG) , epicatechin (EC), gallocathecin (GC). Diantara keempat komponen tersebut EGCG (Epigallocathecin Gallate) merupakan komponen yang paling potensial. Polifenol teh hijau memiliki efek peredaman terhadap ROS (Radical Oxidative Superoxide), sehingga dapat mencegah kerusakan kulit akibat dari sinar UV-B.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi matriks metalloproteinase-1 pada mencit BALB-C. yang dipapar sinar ultraviolet-B.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium, menggunakan rancangan the randomized post-test only control group. Sebanyak 30 ekor mencit balb/c yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 ekor mencit. Kelompok Kontrol (O) tidak diolesi apapun, Kelompok 1 diolesi bahan dasar krim (Kelompok Perlakuan 1), dan Kelompok 2 diolesi krim ekstrak teh hijau 70% (Kelompok Perlakuan 2). Semua Kelompok Perlakuan diberikan paparan sinar UVB dengan dosis total 840 mJ/

cm2 selama 4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk permeriksaan jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1. Data dianalisis menggunakan one way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan pada ketiga kelompok perlakuan kemudian dilanjutkan uji post hoc dengan menggunakan tes LSD (Least Significance Difference) untuk mengetahui beda nyata terkecil pada taraf kemaknaan <0,05.

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan yang lebih rerata kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol (47,83%) dan Kelompok Perlakuan 1 (50,73%) setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan rerata kolagen pada Kelompok Perlakuan 2 (67,59%).

Hasil rerata ekspresi MMP-1 terjadinya peningkatan pada rerata kontrol (66,76%) dan rerata Kelompok Perlakuan 1 (74,46%) dibandingkan rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 2 (39,31%). Melalui uji post hoc tidak ada perbedaan hasil dari Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 baik pada jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 (P>0,05).

Simpulan penelitian ini adalah krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada mencit Balb/C yang diberi paparan UV-B.

Kata kunci : Teh hijau (Camellia sinensis), jumlah kolagen, ekspresi MMP-1.

PENDAHULUAN

Proses penuaan merupakan proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh kembang serta meningkatnya kelemahan. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi, faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak

sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Kesemua faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan dihambat sehingga usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan jumlah kolagen dan kadar MMP-1 akibat sinar UV pada dasarnya diperantarai dua mekanisme yang paling bertanggungjawab yaitu adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Dimana pengaktifasian AP-1

(2)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, 2006; Rhein, 2010).

Teh hijau merupakan salah satu antioksidan botani dan memiliki aktivitas anti peradangan dimana pemberian polifenol pada teh hijau, bersifat antikanker, antiinflamasi dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian menunjukkan

bahwa EGCG (salah satu derivat polifenol) dapat

mecegah atau menghilangkan respon akibat dari radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, siklobutan, formasi pirimidin dimer, ekspresi sikloksigenase-2 akut, faktor nuclear B dan translokasi P 56, induksi P-53 dan c-fos dan induksi mutasi gen 8- hidroksideoksiguanosin (Chiu dkk., 2005).

MATERI DAN METODE

Pengambilan Sampel

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian post-test only control group design.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, antara bulan April – Mei 2014.

Sampel diambil apabila subyek memenuhi kriteria eligibilitas. Kriteria eligibilitas meliputi: A. Kriteria inklusi: 1) Mencin jantan, 2) Strain balb/c, 3) Umur 6-8 minggu, 4) Umur 6-8 minggu, 5) Berat badan 20-25 gram, 6) Tampak aktif. B. Kriteria eksklusi: Mencit mati saat penelitian berlangsung.

Pengumpulan Data

Penentuan besar sampel minimal dengan rumus Federer (Federer, 2008). Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, berdasarkan rumus tersebut didapatkan 9 mencit tiap kelompok, ditambah 1 mencit untuk cadangan, jadi total 10 mencit tiap kelompoknya. Kelompok penelitian terdiri 1 Kelompok Kontrol (10ekor) dan 2 Kelompok Perlakuan (20 ekor). Tehnik penentuan sampel berdasarkan criteria inklusi, dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk mendapatkan jumlah sampel. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara random yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan, dari Kelompok Perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok Perlakuan 1 mencit diberikan bahan dasar krim dan dipapar sinar ultraviolet, Kelompok Perlakuan 2 mencit diberikan paparan sinar ultraviolet kemudian diberikan krim ektrak teh hijau.

Analisis Data

Analisis data dengan berbagai tahapan : 1) Statistik deskriptif , dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki, 2)

Uji Normalitas data dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk untuk mengetahui rerata data sampel dan didapatkan semua data berdistribusi normal, 3) Uji Homogenitas dengan menggunakan uji

Levene’s test, jika dihasil P<0,05, maka dinyatakan data tidak homogen, dan dilakukan transformasi data agar didapatkan varians data yang homogen, 4) Transformasi Data dilakukan pada data ekspresi MMP-1, dikarenakan data ekspresi MMP-1 tidak homogen (P=0,07), untuk menentukan bentuk

transformasi data dicari Power Estimation terlebih

dahulu, untuk mendapatkan nilai slope dan power, 5)

Analisis komparatif dilakukan untuk uji perlakuan, didapatkan data berat badan, umur, kolagen dan transformasi kadar MMP-1 berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji kemaknaan

digunakan uji one way Anova, 6) Analisis Pos Hoc

dilakukan setelah diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan, dan data berdistribusi normal, homogen maka dilakukan uji

Pos-Hoc dengan tes LSD.

HASIL

Nilai rerata umur mencit setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas adalah P>0,05, yang

dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan uji one way

Anova didapatkan bahwa rerata umur mencit pada masing-masing kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05.

Tabel 1. Rerata Umur Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan

Perlakuan Umur Px pxx

Kontrol 7,2 ± 0,789 minggu 0,125

Perlakuan 1 7,2 ± 0,789 minggu 0,125 0,886

Perlakuan 2 6,9 ± 0,876 minggu 0,217

Keterangan : px = normalitas pxx = homogenitas

Tabel 2. Rerata Berat Badan Mencit pada Masing-Masing Kelompok

Perlakuan Berat Badan px pxx

Kontrol 2,3 ± 0,149 gram 0,341

Perlakuan 1 2,3 ± 0,149 gram 0,341 0,122

Perlakuan 2 2,3 ± 0,262 gram 0,373

(3)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

Nilai rerata berat badan mencit pada uji normalitas dan homogenitas adalah P>0,05. Berdasarkan uji

one way Anova didapatkan bahwa rerata umur mencit pada masing-masing Kelompok Perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05.

Nilai jumlah kolagen jaringan dermis kulit mencit, setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa semua data berdistribusi normal dan homogen dengan nilai p>0,05.

Ekspresi MMP-1 Kulit Mencit

Analisis ekspresi MMP-1 setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh p>0,05 pada uji normalitas, sedangkan P<0,05 pada uji homogenitas, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan tidak homogen. Karena data berdistribusi normal dan tidak homogen atau variansnya tidak sama, nilai p = 0,07, maka harus

dilakukan transformasi data. Didapatkan nilai slope

= 1,011 dan power = -0,11 maka menggunakan

bentuk transformasi logaritma. Setelah dilakukan transformasi data, dilakukan uji varians kembali

dengan menggunakan Levene test didapatkan niai

p = 0.719 ( p>0,05), artinya bahwa data homogen atau varians data adalah sama. Maka dapat dilanjutkan dengan uji komparasi menggunakan

one way Anova.

Hasil uji one way Anova didapatkan rerata ekspresi

MMP-1 yang disajikan pada tabel.5.

Agar nilai rerata ekspresi MMP-1 dipahami secara klinis, maka disajikan data rerata geometris. Rerata geometris adalah transformasi balik dari rerata nilai transformasi. Nilai simpang baku tidak dapat ditransfomasi balik untuk memperoleh simpang baku untuk rerata ekspresi MMP-1. Sebagai akibatnya, kita tidak dapat menyertakan nilai simpang baku untuk rerata geometrik.

Gambar 1.Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen antar Kelompok Perlakuan

Tabel 3.Rerata Jum1ah Kolagen antar Kelompok

Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok

Subjek n

Rerata Jumlah

Kolagen SB F p

Kontrol

Perlakuan 1

Perlakuan 2

10

10

10

47, 83%

50,73 %

67,59 %

7,49

2,37

8,12

26.75 0,001

Tabel 4Analisis Komparasi Jumlah Kolagen

Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1 2,90% 0,329 Tidak Berbeda

Kontrol dan Perlakuan 2 19,76% 0,001 Berbeda

Bermakna

Perlakuan 1 dan perlakuan 2 16,86% 0,001 Berbeda

Bermakna

Gambar 2.Jumlah Kolagen jaringan Dermis

Mencit dengan Pengecatan Sirius Red (Perbesaran 400x)

Hasil uji one way Anova didapatkan rerata jumlah

kolagen yang disajikan pada Tabel.3, sebagai berikut :

Uji lanjut dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini :

(4)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

Tabel 7. Analisis Komparasi Data Ekspresi MMP-1 yang Sudah

Ditransformasi antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Kontrol dan Perlakuan 1

Kontrol dan Perlakuan 2

Perlakuan 1 dan perlakuan 2

0,05

ekspresi MMP-1Kelompok Kontrol berbeda secara

bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2, 3)Rerata

ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 1 berbeda

secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2.

PEMBAHASAN

Karakteristik Hewan Coba

Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini terdiri dari hewan coba berupa mencit dengan jenis jantan dan diberi pakan formula standar yang kaya dengan vitamin B12. Data mengenai umur dan berat badan mencit setelah dilakukan

uji normalitas dengan Shapiro- Wilks dan uji

homogenitas dengan Levene’s test menunjukkan

data berdistribusi normal dan variannya homogen

(p>0,05). Hasil analisis one way Anova didapatkan

p>0,05 menunjukkan bahwa rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok tidak ada perbedaan yang bermakna rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok. Pada penelitian ini digunakan mencit karena sampel yang dibutuhkan untuk memeriksa jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 hanya dibutuhkan jaringan kulit dengan diameter 5mm, maka menggunakan kulit mencit yang memiliki ukuran lebih kecil daripada hewan coba lain (seperti tikus) sudah mencukupi. Umur mencit yang digunakan antara 6-8 minggu, diharapkan mencit belum mengalami proses penuaan, sehingga hasil penurunan kolagen pada penelitian ini murni akibat dari UVB bukan dari proses penuaan.

Jumlah Kolagen pada Kulit Mencit

Pada penelitian ini terjadi penurunan kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan Kelompok Perlakuan pada mencit yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70%. Penurunan kolagen pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 (diolesi bahan dasar krim)

tidak ada perbedaan yang bermakna (Gambar

1). Didapatkan rerata jumlah kolagen antara

Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1

setelah dilakukan uji post-hoc didapatkan p >0,05,

yang artinya tidak ada perbedaan jumlah kolagen hasil perlakuaan Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1. Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil jumlah kolagen yang didapat. Sehingga efek pencegahan penurunan jumlah kolagen murni oleh karena pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dan penurunan jumlah kolagen pada semua kelompok perlakuan akibat dari UVB.

Penurunan jumlah kolagen jaringan dermis kelompok 1 dikarenakan energi dari radiasi UV

Tabel 5.Hasil Transformasi Rerata Ekspresi MMP-1

antar Kelompok Perlakuan

Kelompok

Subjek n Rerata Ekspresi MMP-1 SB F p

Kontrol

Tabel 6.Rerata Ekspresi MMP-1 Geometris antar Kelompok Perlakuan

Kelompok

Subjek n

Rerata Ekspresi MMP-1

Geometrik p

Gambar 3 Perbedaan Rerata Ekspresi MMP-1 antara Kelompok

Uji lanjut dengan Post Hoc dengan menggunakan

Least Significant Difference – test digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil ekspresi MMP-1. Hasil uji disajikan :

1) Rerata ekspresi MMP-1Kelompok Kontrol tidak

(5)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

merusak membran sel dan protein sehingga

memproduksi ROS (Reactive Oxygen Speciesies).

Kira-kira 50% dari UV menginduksi kerusakan yang berasal dari formasi radikal bebas. Radiasi sinar ultraviolet dapat bersifat merusak melalui dua mekanisme yang berbeda : (a) absorbsi UV secara langsung oleh komponen selular, (b) mekanisme fotosensitisasi dapat merusak selular dengan cara 2 cara : (a) tranfer elektron dan proses hidrogen menjadi radikal bebas. Hidrogen peroksida juga

dapat dikonversi menjadi radikal hidroksil (OH•)

dengan adanya zat besi (Fe2+) melalui reaksi

Fenton. Radikal hidroksil menjadi radikal bebas dapat masuk memalui membran inti dan merusak

DNA. (b) transfer energi bersama O2 ke bagian

yang tereksitasi dan aktif, oksigen singlet. Anion

superoksid (O2•) tersebut akan mengambil secara

acak sebuah elektron dari molekul yang terdekat dan tidak hnaya akan merusak molekul, tapi juga mengubahnya menjadi radikal bebas, dan ini menimbulkan reaksi berantai. Tipe pembentukan atau penyebaran radikal bebas semacam ini dapat merusak berbagai komponen di dalam kulit, seperti enzim dan membran sel. Sinar matahari mengurangi produksi prokolagen tipe 1, merupakan struktur protein utama pada kulit manusia. Pengurangan ini adalah kunci dari patofisiologi dari penuaan kulit

secara dini (photoaging) (Rhein dan Santiago, 2010;

Wiraguna, 2013).

Teh Hijau merupakan minuman yang popular sebagai antioksidan, yang diekstraksi dari pucuk

daun tanaman Camellia sinensis. Sebagian

kandungan dari teh hijau adalah polifenol meliputi

epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin3-gallate (EGCG). Polifenol teh hijau dapat diantarkan secara oral maupun topikal. Mekanisme antioksidan senyawa polifenol berdasarkan kemampuan mendonorkan atom hidrogen dan kemampuan mengkelat ion-ion logam. Setelah mendonorkan satu atom hidrogen, senyawa fenolik menjadi radikal terstabilkan secara resonansi , yang tidak mudah berpartisipasi dalam reaksi radikal yang lain (Chiu, 2005; Muchtadi, 2013).

Penelitian sebelumnya menunjukkan EGCG dapat mencegah dan memodifikasi respon untuk menghilangkan radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, formasi dimer siklobutan dimer pirimidin. Ekspresi akut siklooksigenase 2, faktor nuklear B dan translokasi nuklear p56, c-fos dan induksi protein p53 dan 8-hidroksideoksiguanosin yang menginduksi mutasi gen. Selain itu polifenol teh hijau dapat menstimulasi umur keratinnosit untuk memperbarui sel. EGCG juga telah menunjukan pengaruhnya terhadap ketebalan

epidermal dengan menstimmulasi proliferasi keratinosit epidermal melalui regulasi gen antiapoptosis seperti bcl-2. Pada hewan coba, katekin teh dapat juga meningkatkan kandungan karbonil kolagen pada kolagen, dimana hal ini penting sebagai langkah untuk mencegah penuaan (Chiu dkk., 2005).

Penyinaran UV-B dengan total dosis 840 mJ/

cm2 selama empat minggu pada kulit dapat

meningkatkan kadar MMP-1 pada jaringan kulit tikus (Sun-Young dkk., 2004). Pada penelitian ini setelah dioleskan ekstrak teh hijau pada sekolompok mencit selama sebulan, ternyata dapat mencegah kerusakan kolagen dibandingkan kelompok perlakuan yang tidak mendapatkan pengolesan teh hijau. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa itu memiliki efek peredaman terhadap radikal bebas.

Ekspresi MMP-1 pada Kulit Mencit

Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini diberikan perlakuan penyinaran UV-B dengan total

840 mJ/ cm2 menyebabkan terjadinya peningkatan

rerata ekspresi MMP-1 yang bermakna. Pada penelitian ini menunjukkan rerata ekspresi MMP-1 pada Kelompok Perlakuan yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70% lebih rendah daripada Kelompok Perlakuan yang hanya diolesi bahan

dasar krim dan Kelompok Kontrol (Gambar 3).

Didapatkan rerata ekspresi MMP1 pada Kelompok Kontrol dan rerata Kelompok Perlakuan 1 ( yang hanya diolesi bahan dasar krim) setelah dilakukan uji one way Anova dan uji pos hoc didapatkan tidak berbeda (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil ekspresi MMP-1 yang didapat. Sehingga efek pencegahan peningkatan ekspresi MMP-1 murni oleh karena pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada semua Kelompok Pelakuan akibat dari UVB.

Peningkatan ekspresi MMP-1 setelah penyinaran pada kulit kelompok mencit selama empat minggu, hal ini disebabkan energi dari radiasi UV merusak membran sel dan protein untuk

memproduksi reactive oxygen species (ROS), yang

menginduksi ekspresi dari sitokin proinflamasi yang berikatan dengan reseptor permukaan sel meliputi reseptor dari faktor pertumbuhan

epidermis (epidermal growth factor), interleukin

(IL)-1, insulin keratonocyte growth factor dan

(6)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

epidermis inaktif. Aktivasi dari reseptor tersebut mengaktifkan sinyal intraselular melalui stimulasi

dari stress yang berhubungan dengan MAPKs

(Mitogen- Activated Protein Kinases). Aktivasi dari kinase menginduksi transkripsi komplek inti AP-1, sebuah komplek protein yang mengandung protein c-Jun dan c-Fos, hal ini dinyatakan dalam journal yang ditulis Fisher dkk (Rhein dan Santiago, 2010). AP-1 meningkatkan transkripsi gen MMP dan menurunkan ekspresi gen prokolagen 1 dan 3 serta menurunkan reseptor TGF-β, sebagai konsekuensinya menurunkan formasi matriks dermal. Pada kulit, kombinasi aksi dari kolagenase (MMP1), 92kDa gelatinase (MMP2), 72kDa gelatinase (MMP9) dan stromelisin 1 (MMP3) dapat secara sempurna mendegradasi kolagen dan komponen dari jaringan elastis. Walaupun begitu ekspresi dari semua ensim tersebut pada kulit normal sangatlah rendah, ensim tersebut dapat teregulasi meningkat setelah terpapar oleh radiasi UV pada kultur sel baik secara in vivo maupun in vitro (Rhein dan Santiago, 2010).

Pada penelitian Singh dkk. (2002), pada kondrosit manusia menunjukan EGCG dapat menghambat aktivitas dari aktivasi sitokin JNK dan jalur AP-1. Pada penelitian Adcocks dkk. (2002), diberikan EGCG 100µM secara in vitro pada kondrosit pada babi dan manusia yang telah dikultur potensial untuk melindungi lapisan kartilago dari induksi IL-1β , serta mencegah IL-IL-1β meningkatkan regulasi dari ekspresi MMP-1 dan MMP-13 pada kondrosit manusia (Ahmed, 2002).

Berbagai penelitian mengenai fungsi antioksidan dari katekin ekstrak teh hijau sebagai antikarsinogenik, antihiperkolesterol dan anti kanker serta pengaruh pencegahan terhadap penyakit jantung iskemik. Konsumsi teh hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan karena diantaranya telah ditunjukkan berkurangnya insiden kanker pada berbagai model penelitian. Pada penelitian lain yang berbeda, Chiu dkk. (2005), baik 400 atau 800 mg dari EGCG tidak dapat melindungi kemerahan atau eritema akibat dari ultraviolet, sedangkan pemberian secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Klaus dkk., 2005; Nagao dkk, 2007; Nagle dkk., 2008). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi peroral dari Teh Hijau kurang efektif untuk melindungi kerusakan kulit akibat UV.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian krim ekstrak teh hijau 70% yang diberikan secara topikal pada mencit yang dipapar

sinar ultraviolet-B dapat :

1) mencegah penurunan jumlah kolagen dermis kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB, 2) mencegah peningkatan kadar MMP-1 pada jaringan dermis kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran ekstrak teh hijau dalam meningkatkan kolagen dan menurunkan MMP-1 pada kulit yang dipapar UVA, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi salah kandungan utama dari teh hijau yaitu EGCG, dalam peranannya terhadap kolagen dan jaringan ekstraselular dermis, agar hasilnya tidak rancu dengan kandungan yang lain dari teh hijau.

Daftar Pustaka

1. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine

: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

2. Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S., and Morison, W.L. 2006. Photoaging Mechanism and Repair . J Am Acad of Dermatol. 55: 1-19.

3. Rhein, L.D., and Santiago, J.M. 2010. Aging

Skin: Current and FutureTherapeutic Strategis

1st ed.USA: AlluRed Bussiness Media. p.

26-81.

4. Chiu, A.E., Chan, J. L., Kern, D. G., Kohler, S., Rehmus, W. E. and Kimball, A. B. 2005. Double-Blinded, Placebo-Controlled Trial of Green dTea Extracts in The Clinical and

Histologic Appearance of Photoaging Skin.

Dermatol surg, 31: 855-859.

5. Federer, W. 2008. Statistics and Society : Data

Collection and Interpretation second ed. New York : Marcel Dekker.

6. Wiraguna, A. A. G. P. 2013. “Pemberian Gel Ekstrak Bulung Boni (Caulerpa spp.) Topikal Mencegah Penuaan Kulit Melalui Peningkatan Ekspresi Kolagen, Penurunan Kadar dan Ekspresi MMP-1 Serta Ekspresi 8-OHdG pada Tikus Wistar yang Dipapar Sinar Ultra

Violet-B.” (disertasi). Denpasar : Universitas

Udayana.

7. Muchtadi, D. 2013. Antioksidan dan Kiat Sehat

di Usia Produktif. Bandung : Alfabeta.

8. Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan-Gi, K., Won-Seok, P., Young-Chul, S., and Sang-Jun, L. 2004. Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones Against UV Induced

Skin-Aging in Hairless Mouse Model. Journal of

American College of Nutrition. 23(2): 157-162. 9. Ahmed, S., Wang, N., Lalonde, M., Goldberg,

(7)

(Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau ( ) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...)

Expression of Matrix Metalloproteinase-1 and

-13 in Human Chondrocytes. The Journal of

Pharmacology and Experimental Therapeutics February, 308 (2) : 767-773.

10. Klaus, S., Piltz, S., Thone-Reineke, C. and Wolfram, S. 2005. Epigallocathecin gallate Attenuates Diet- Induced Obesity in Mice by Decreasing Energy Absorbtion and Increasing

Fat Oxidation. Int J Obes (Lond). 29 (6) :

615-23.

11. Nagao, T., Hase, T., and Tokimitsu, I. 2007. A Green Tea Extract High in Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risk in Human.

Obesity journal. 15 : 1473-83

12. Nagle, D.G., Ferreira, D. and Zhou, Y.D. 2006. Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) : Chemical

and Biomedical Perspectives. Phytochemistry.

Gambar

Tabel 1. Rerata Umur Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan
Gambar 1. Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen  antar  Kelompok Perlakuan
Tabel 6. Rerata Ekspresi MMP-1 Geometris antar Kelompok Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian krim ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) 3% sama efektifnya dengan krim hidrokuinon 4% dalam mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut

Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna berat organ hati mencit kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan.. Hal

Hasil: Penelitian mendapat tidak adanya perbedaan yang bermakna dalam jumlah proliferasi limfosit dan produksi NO antara kelompok perlakuan dan kontrol positive

Hasil uji beda antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna yaitu antara kelompok kontrol yang diberi

Hasil: Hasil uji statistik Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan

Dari hasil Uji Kruskal-Wallis tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap kenaikan volume dan pH saliva setelah kumur EGCG antar kelompok perlakuan, sedangkan skor GI menunjukkan

Hasil : Perbedaan jumlah sel T CD4 + diperoleh nilai p=&lt;0,001 antara kelompok kontrol (K) terhadap kelompok perlakuan (P1,P2,P3) dan antara kelompok perlakuan yang

Ini dapat diartikan dengan adanya komposisi enhancer pada sediaan krim ekstrak teh hijau setelah 24 jam pemberian krim tersebut tidak mempengaruhi gambaran histopatologi organ hati dan