• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen Penilaian dan Kelompok Presentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Instrumen Penilaian dan Kelompok Presentasi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Instrumen Penilaian Kelompok Presentasi

1. Kesesuaian isi materi yang dibahas (skor

maks: 40 )

2. Kemampuan dan kejelasan mempresentasikan materi (skor maks: 20)

3. Tampilan power point/media menarik dan interaktif (skor

maks: 20 )

4. Kerjasama kelompok presentasi (skor

(2)

NOTULIS SESI TANYA JAWAB

Kelompok Penyaji :

Materi :

Notulen :

No Nama Penanya Nama penjawab Pertanyaan Jawaban

(3)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis Dosen Pembimbing :

LilisSugi R.N, S. Pd., M. Pd.

Oleh :

Khikmatul Aliyah (1796144031)

Nur Aini (1796144006)

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI FAKUKTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN...

a. Latar belakang... b. Rumusan masalah... c. Tujuan... d. Manfaat...

BAB II PEMBAHASAN...

a. Pengertian waralaba... b. Waralaba sebagai tren pola bisnis... c. Perkembangan waralaba di dunia... d. Perkembangan waralaba di indonesia... e. Jenis-jenis dan pola waralaba... f. Aspek-aspek hukum dalam perjanjian waralaba ...

BAB III PENUTUPAN...

a. Kesimpulan...

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha waralaba sebenarnya telah lama ada dieropa dengan nama franchise. Pengertian waralaba diambil dari pengertian franchishing yang disebut orang perjanjian franchisee untuk menggunakan kekhasan usaha atau ciri pengenal bisnis dibidang perdagangan/jasa berupa jenis produk dan dan bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan.

Beberapa unsur tentang waralaba(franchise) tersebut, ialah:

Merupakan suatu perjanjianPenjualan produk/jasa dengan merk dagang pemilik waralaba (franchisor)Pemilik maralaba membantu pemakai waralab (franchisee) dibidang pemasaran, manajemen dan bantuan tehnik lainnyaPemakai waralaba membayar fee atau royalti atas penggunaan merk pemilik waralaba.

Perjanjian waralaba merupakan perjian khusus tidak ada dalam kitab-kitab Undang-undang Hukum Perdata dan dapat diterima dalam hokum karena didalam kitab Undang-undang Hukum Perdata ditemui satu pasal yang mengatakan adanya kebebasan berkontrak, mengakatan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi yang membuatnya (Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Waralaba? 2. Mengapa Waralaba menjadi tren pola bisnis? 3. Bagaimana perkembangan Waralaba di dunia? 4. Bagaimana perkembangan Waralaba di Indonesia? 5. Apa saja jenis - jenis dan pola Waralaba?

(6)

C. Manfaat

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Waralaba 2. Mengetahui saat ini Waralaba menjadi tren pola bisnis 3. Mengetahui perkembangan Waralaba di dunia

4. Mengetahui perkembangan Waralaba di Indonesia 5. Memahami jenis dan pola Waralaba

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waralaba

Waralaba adalah hak yang diberikan kepada seorang individu atau kelompok untuk memasarkan barang suatu perusahaan atau jasa dalam suatu wilayah tertentu atau lokasi. Beberapa contoh waralaba populer saat ini adalah McDonald's, Subway, Domino's Pizza, dan UPS Store.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No.12 Tahun 2006. Waralaba (Franchise) merupakan perikatan antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dimana Penerima Waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba.

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, Pengertian Waralaba ialah Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

B. WaralabasebagaiTren Pola Bisnis

(8)

Mempunyai proven track record atau mempunyai konsep usaha yang telah terbukti berhasil, yang dapat dilihat dari neraca keuangan, citra perusahaan serta produk/jasa yang terjamin.

Terwaralaba pun harus pula diuntungkan dengan adanya standarisasi dan pengoperasian yang jelas, yang dituangkan dalam kerangka kerja yang dikenal sebagai SOP (Standard Operational Procedure). SOP dapat dikatakan jiwa dari kehidupan waralaba. Tanpa SOP yang jelas, gamblang mudah dimengerti dan diaplikasikan, kesuksesan waralaba akan sulit tercapai. SOP akan memuat secara detail pedoman pengoperasian suatu usaha, mulai dari suplai bahan baku, manajerial, pelatihan SDM, keuangan, marketing dan promosi, sampai pada riset pengembangan usaha. Setiap detail akan dibukukan menjadi manual-manual sesuai dengan segmennya masing-masing.

Faktor-faktor yang menjadipersyaratan suatu waralaba seperti yang tersebut diatas umum disebut dengan istilah franchisibility. Oleh karena standarisasi yang cukup tinggi, memberikan keuntungan bagi masyarakat yang ingin membeli waralaba. Banyak peluang bisnis (Business Opportunity – BO) yang mengklaim diri sebagaiwaralaba, padahaltidakmemenuhipersyaratan-persyaratanuntuklayakdisebutwaralaba.

C. PerkembanganWaralaba di Dunia

Fakta mengenai perkembangan bisnis waralaba di dunia menunjukkan adanya perkembangan yang sangat pesat. Di Amerika Serikat pada tahun 90-an diperkirakan bahwa bisnis cara waralaba mewakili lebih dari 1/3 total transaksi bisnis eceran, namun pada tahun 2000 ini diperkirakan akan meningkat menjadi 50%. Ini berarti bisnis waralaba hadir di hampir semua tempat belanja baik di sepanjang jalan raya ataupun di pusat belanja.

(9)

diseluruh dunia akan melampui nilai 1 triliun US Dollar. Ini sangat masuk akal karena pada tahun 1998 saja, McDonald’s – pemilik waralaba no 1 diseluruh dunia – telah berhasil mencapai hasil penjualan sebesar US$ 36 milyar melalui 24.813 gerai yang dimilikinya. Ini tidak perlu diherankan karena 96% dari orang Amerika setiap tahunnya pergi ke McDonald’s.

Apakahbidangbisnisterbesar dalam waralaba di Amerika? Ternyata yang terbesar dalam waralaba di negara Paman Sam adalah dalam bidang kendaraan mobil. Ini adalah salah satu jenis waralaba produk. Penjualan tahunannya diperkirakan lebih dari 300 miliar dollar. Termasuk didalamnya adalah penjualan truk dan mobil yang mewakili nilai 40% dari total atau US$ 120 milyar. Untuk penjualan bahan bakar mobil ternyata penjualannya lebih dari US$100 milyar per tahun (1). Dapat disimpulkan bahwa bisnis distribusi produk durable atau tahan lama memiliki potensi waralaba. Bentuk waralaba seperti ini yang tampaknya belum banyak kita lihat di Indonesia. Di Amerika dua jenis industri lain yang besar selain waralaba dalam penjualan mobil adalah rumah makan dan eceran.

Waralabadalam Usaha Restoran merupakan industri waralaba no 2 terbesar. Lebih dari 40% tenaga kerja dalam bidang waralaba di Amerika bekerja di industri makanan dan penjualan per tahunnya diperkirakan lebih dari US$100 milyar. Untuk jenis makanannya, ternyata 40% dari restoran waralaba memiliki menu yang berkisar pada: hamburger, cheeseburger, hotdog, dan produk-produk lain yang berkaitan dengan produk makanan tadi. Artinya makanan yang disediakan adalah makanan yang memiliki selera umum atau disukai oleh banyak orang. Jenis rumah makan seperti di atas menghasilkan omzet 50% dari seluruh total omzet penjualan waralaba dalam bidang restoran. Ini berarti orang Amerika membelanjakan uangnya lebih banyak dalam bisnis waralaba makanan untuk jenis makanan:

hamburger, cheeseburger dan hotdog.

(10)

D. PerkembanganWaralaba di Indonesia

Di Indonesia system waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya . Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah(PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba.

Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan Sistem Pemerintah atau sistemsel, suatujaringan format bisniswaralabaakanterusberekspansi.

Berikut ini adalah definisi dari istilah – istilah tersebut berdasarkan PP No.16 Tahun 1997, yaitu;

(11)

Adalah badan usaha atau peorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.

Penerima Waralaba

Adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.

Penerima Waralaba Utama

Adalah penerima waralaba yang melasanakan hak membuat perjanjian Waralaba Lanjutan yang di peroleh dari pemberi waralaba.

Penerima Waralaba Lanjutan

Adalah badan usaha atau perorangan yang menerima hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi Waralaba melaui penerima waralaba utama.

Perjanjian Waralaba

Adalah perjanjian secara tertulis antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba.

Perjanjian Waralaba Lanjutan

Adalah perjanjian secara tertulis antara Penerima Waralaba Utama dengan Penerima Waralaba Lanjutan.

E. Jenis -jenisdanKonsep Waralaba Jenis-jeniswaralabaantara lain:

(12)

2.Waralaba unit tunggal (single unit franchise). Waralaba jenis ini merupakan waralaba paling sederhana dan paling banyak digunakan karena kemudahannya. Pewaralaba memberikan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya. Terwaralaba hanya diperkenankan untuk menjalankan usahanya di sebuah gerai yang telah disepakati.

3.Waralaba format bisnis (business format franchise). Menyediakan seluruh system pemasaran dan petunjuk yang terus-menerus dari pewaralaba.

4.Waralaba dukung mendukung(piggyback franchising). Operasi suatu waralaba ritel dalam fasilitas fisik/ bangunan toko terwaralaba.

5.Waralaba pemegang lisensi pemilik(master licensee). Perusahaan independen atau individu yang bertindak sebagai agen penjualan produk dengan tanggungjawab untuk menemukan terwaralaba baru dengan batasan suatu territorial khusus. Format master franchise memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjalankan usahanya di sebuah territorial ataupun sebuah system, dan bukan hanya membuka usaha, pemegang hak dapat menjual lisensi kepada sub-waralaba dengan ketentuan yang telah disepakati kedua belah pihak.

6.Waralaba kepemilikan multiunit/kelipatan (multiple-unit ownership). Mengangkat penerima hak (terwaralaba) tunggal untuk memiliki lebih dari satu gerai waralaba atau dapat membuka beberapa gerai dari perusahaan yang sama.

7.Waralaba pengembang wilayah (area developers).

Peroranganatauperusahaan yang

memperolehhakuntukmembukabeberapageraiwaralabadalam wilayah yang telah ditentukan. Pada waralaba jenis ini, terwaralaba memperoleh hak untuk menjalankan usahanya dalam sebuah territorial tertentu, misalkan pada sebuah propinsi atau kota, dengan jumlah cabang yang lebih dari satu gerai.

Konsep pada Waralaba antara lain:

(13)

2. Jenis Hak Kekayaan Intelektual

3. Kegiatan usaha

4. Hak dan kewajiban para ppiha

5. Bentuan, fasilitas, bimbingan oprasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba

6. Wilayah usaha

7. Jangka wakatu pperjanjia

8. Tata cara pembayaran imbalan

9. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris

10. Penyelesaian sengketa

11. Tata cara perpanjang, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian

Atas perjanjian waralaba yang telah dibuat tersebut, maka para pihak (pewaralaba dan terwaralaba) memilki kewajiban untuk mendaftarkan perjanjian waralabanya beserta keterangan tertulis kepada Departemen Perindustrian setempat yang kemudian mengisi daftar isian secara Cuma-Cuma untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba/STPUW.

F. Aspek-aspek Perjanjian dalam HukumWaralaba

Sesungguhnyaaspekhukum yang paling pokok dalam bisnis franchise ini adalah aspek hukum perjanjian. Namun demikian terdapat beberapa aspek yang timbul dari perjanjian bisnis ini.

a. Hak cipta, paten dan merek

(14)

ini dapat dijadikan dasar bagi usaha bisnis Franchise dalam rangka memberi perlindungan terhadap bisnis ini dari pihak ketiga yang dapat merugikan pemilik bisnis ini.

b. Aspek hukum ketenagakerjaan

Hubungan antara franchisee dan franchisor dalam bisnis ini adalah hubungan antara pekerja dan pengusaha yang diatur dalam perjanjian kerja. Dalam hal ini franchisor dapat dianggap sebagai pemimpin perusahaan atau pengusaha dan franchisee sebagai tenaga kerja.

Tentangkesepakatankerjadalam kontrak tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-2/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu. Demikian pula hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan, seperti masalah pembinaan profesionalisme pekerja ( Pasal 8 UU no. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja dan PP no.71 tahun 1991 tentang Latihan Kerja), masalah pembinaan dan perlindungan kerja ( Pasal 9 dan 10 UU no. 14 Tahun 1969), masalah hubungan ketenagakerjaan ( Pasal 11 s/d 15 UU no 14 Tahun 1969, Kepmen no. 382/1992, UU no 21 Tahun 1954, UU no 7 Tahun 1963, Pasal 6 UU no 22 Tahun 1957, UU no. 3 Tahun 1992, PP no. 14 tahun 1993), dan masalah pengawasan ketenagakerjaan ( UU no.3 Tahun 1951 dan pasal 16 UU no 14 Tahun 1969).

c. Aspek hukum perpajakan

(15)

Tata Cara Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Dilakukan Oleh Pedagang Eceran Besar.

BAB III

PENUTUPAN

A.Kesimpulan

Waralaba adalah hak yang diberikan kepada seorang individu atau kelompok untuk memasarkan barang suatu perusahaan atau jasa dalam suatu wilayah tertentu atau lokasi.

Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia terhadap munculnya peluang usaha waralaba sangat signifikan. Animo ini terefleksi pada dua cermin yakni : jumlah pembeli waralaba dan jumlah peluang usaha (business opportunity) yang terkonversi menjadi waralaba.

(16)

transaksi bisnis eceran, namun pada tahun 2000 ini diperkirakan akan meningkat menjadi 50%. Ini berarti bisnis waralaba hadir di hampir semua tempat belanja baik di sepanjang jalan raya ataupun di pusat belanja.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://uasmedkom2013.blogspot.co.id/2014/01/jenis-dan-pola-kemitraan.html(diakses tanggal 5 september 2017 )

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya pada saat tanaman memerlukan pupuk urea untuk pertumbuhan cepat, saat pupuk yang tersedia dalam tanah berkurang, petani memberikan pupuk N dalam jumlah yang jauh di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan job sheet yang sudah ada dari guru dan job sheet yang telah diperbaiki oleh peneliti

Pada sistem yang ditawarkan ini peneliti mengajukan sistem yang ditawarkan untuk BAZNAS Musi Rawas dimana sistem yang dtawarkan ini adalah humas desa mengajukan

Dari deskripsi hasil penelitian yang dilakukan tentang profil kondisi fisik Atlet Dayung Puslatda Jatim diperoleh hasil bahwa profil kondisi fisik Atlet Dayung

1) Bersama-sama Anggota Direksi yang lain, menyusun visi, misi dan nilai-nilai perusahaan serta Rencana Korporasi dan Rencana Bisnis untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan

Pada bulan yang sama, Kota Sampit juga mengalami inflasi sebesar 0,65 persen dengan kenaikan indeks harga dari 123,79 di Mei 2016 menjadi 124,59 di Juni 2016.. Laju inflasi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek merupakan radang kronis telinga tengah dengan perforasi pada membran timpani dan riwayat keluar sekret dari

Sebanyak 3 gram sampel tanah dimasukkan dalam 27 m l garam fisiologis 0,85% steril (10''), diagitasi mengunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm dan suhu 28''C selama 2 j a