• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN (Studi pada Desa Gurgur Aek Raja, Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir)

Disusun Oleh:

LESTARI M. SIAHAAN

060903021

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Lestari M. Siahaan

NIM : 060903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir)

Medan, Maret 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. Ivan Razali, M.Phil Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA NIP. 196111051987011001 NIP. 195908161986011001

an. Dekan FISIP USU Pembantu Dekan I

Drs. Humaizi, MA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata 1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana Di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada Desa Gurgur Aek Raja, Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir)”. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang seberapa efektif pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di desa Gurgur Aek Raja sebagai ibukota kecamatan Tampahan.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah mendapat bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun dari segi administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU. 2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Pembantu Dekan I FISIP USU.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

4. Bapak Drs. Ivan Razali, M.Phil selaku dosen pembimbing penulis.

(4)

6. Teristimewa untuk keluargaku (Endel Family) yaitu My Among (P. Siahaan) yang selalu mengajari dan membantu penulis terutama di saat melaksanakan penelitian, My Nong On (L. Tampubolon) yang selalu menjadi motivator dan pendengar yang baik atas semua keluh kesah penulis, Dan My Brother Geru (Patuan Heru Siahaan) yang selalu mendukung dan membangunkan penulis tiap kali tertidur saat menjelang ujian. Thank’s.

7. Sahabat penulis, Bifah J Pakpahan, Duma Sari Lubis, Eva Suriani, dan Tahoma F. Siburian. Semoga cepat menyelesaikan skripsinya.

8. Rekan-rekan satu angkatan penulis (Ilmu Administrasi Negara 2006), Santiar, Ami, Pepy, Devi, Ria dan semuanya yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Camat Tampahan (Bapak Bisker Lumbantoruan, S.Sos), Kepala Desa Gurgur Aek Raja (Bapak Tumpak M. Siahaan) dan masyarakat Desa Gurgur Aek Raja yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengisi kuisioner dan telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini dan juga sebagai masukan bagi penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Medan, Maret 2010 Hormat saya,

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

ABSTRAKSI ……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelitian ………... 6

E. Kerangka Teori ………... 6

1. Efektivitas ………... 7

2. Pemekaran Kecamatan ………... 7

3. Pembangunan Prasarana ………... 11

a. Pengertian Pembangunan Prasarana ………... 11

(6)

c. Jenis-Jenis Prasarana ……….…... 14

d. Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan ……….. 20

4. Hubungan Pemekaran Kecamatan Dengan Pembangunan Prasarana ………..………... 21

F. Hipotesis ……….……….……….... 22

G. Definisi Konsep ……….……... 23

H. Definisi Operasional ……….………. 24

I. Sistematika Penulisan ………. 25

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……….……… 27

B. Lokasi Penelitian ……….……… 27

C. Populasi dan Sampel ……….……… 27

1. Populasi ……….……… 27

2. Sampel ……….……… 28

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 30

E. Teknik Penentuan Skor ………. 31

(7)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Letak Geografis ………. 36

B. Komposisi Penduduk ………. 37

1. Jumlah Penduduk ………. 37

2. Mata Pencaharian ………. 39

3. Sarana dan Prasarana ………. 39

C. Struktur Pemerintahan ………. 42

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Identitas Responden ………. 44

B. Hasil Kuesioner ………. 46

C. Hasil Wawancara ………. 60

BAB V ANALISA DATA A. Variabel Penelitian ………. 64

1. Pemekaran Kecamatan (Variabel X) ………. 64

2. Pembangunan Prasarana (Variabel Y) ………. 67

B. Uji Hipotesis ………. 72

1. Korelasi Product Moment ………. 72

2. Uji t ………. 74

3. Koefisien Determinan ………. 75

(8)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 78

B. Saran ……… 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Klasifikasi Penggunaan Tanah ………...………….. 36

Tabel 2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah KK ……….……… 37

Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Jiwa ……….……….. 38

Tabel 4: Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur ……….……… 38

Tabel 5: Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan ……….………….…… 39

Tabel 6: Jumlah Sarana Kesehatan ……….………. 40

Tabel 7: Jumlah Tenaga Kesehatan/Paramedis ……….……….……… 40

Tabel 8: Jumlah Sekolah ……….………… 41

Tabel 9: Jumlah Guru ……….……… 41

Tabel 10: Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan ………... 42

Tabel 11: Jenis Kelamin Responden ……….……… 44

Tabel 12: Umur Responden ……….……… 45

Tabel 13: Pekerjaan Responden ……….………... 45

Tabel 14: Pendidikan Terakhir Responden ……….………… 46

(10)

Tabel 16: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Kebijakan Pemekaran

Dilaksanakan ……… 47

Tabel 17: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan

Dilaksanakan Lebih Efektif Ketimbang Sebelum Pemekaran ………. 48

Tabel 18: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Proses Pemekaran

Berjalan Sulit ………. 49

Tabel 19: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dampak Pemekaran

Kecamatan Tampahan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ………. 49

Tabel 20: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pemerintah Lebih

Fokus Dalam Membangun Daerah Tampahan Pasca Pemekaran ……… 50

Tabel 21: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pembangunan Prasarana

Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran ………. 51

Tabel 22: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Diadakan Perencanaan

Sebelum Pembangunan Prasarana Di Desa Gurgur Aek Raja ………… 51

Tabel 23: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Jalan Di Desa

Gurgur Aek Raja ………. 52

Tabel 24: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan

(11)

Tabel 25: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Perbaikan Yang

Dilakukan Pemerintah Daerah Terhadap Jalan Yang Rusak

Pasca Pemekaran ………. 53

Tabel 26: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Jalan

Yang Sebelumnya Tidak Pernah Terpakai Hingga Akhirnya

Dapat Dipergunakan ………. 54

Tabel 27: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemenuhan Kebutuhan

Air Bersih Bagi Masyarakat ………. 55

Tabel 28: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Air Dari PDAM

Bagi Masyarakat desa Gurgur Aek Raja ………. 55

Tabel 29: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Pipa Air

Yang Dilakukan Pemerintah Daerah ………. 56

Tabel 30: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Daya Listrik Yang Ada

Mencukupi Kebutuhan Masyarakat Desa Gurgur Aek Raja ……….. 57

Tabel 31: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Penambahan Gardu

Listrik Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran ……….………. 58

Tabel 32: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Di Desa Gurgur Aek

(12)

Tabel 33: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pelayanan Telepon

Rumah Dari Telkom …..……… 59

Tabel 34: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Telepon Umum

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Struktur Pemerintahan Desa Gurgur Aek Raja ………. 43

Gambar 2: Garis Regresi Y Karena Pengaruh X, Persamaan Regresinya

(14)

ABSTRAKSI

EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Lestari M. Siahaan NIM : 060903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Ivan Razali, M.Phil

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, terjadi banyak pemekaran daerah. Pemekaran daerah membuat wilayah kerja pemerintahan semakin kecil, dan dengan demikian pembangunan pun dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat hingga ke daerah terpencil sekalipun. Termasuk pembangunan prasarana, karena prasarana memegang peranan penting bagi perkembangan suatu daerah. Misalnya saja pembangunan prasarana jalan, air, listrik dan telepon.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa efektif pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisa kuantitatif. Dan teknik pengumpulan data yang diginakan adalah dengan kuesioner, wawancara dan observasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pasca pemekaran, pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan memang telah dilakukan, ada perbaikan jalan dan pembangunan tali air. Namun pembangunan yang terjadi belum dapat dirasakan seluruh masyarakat.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana adalah 0,41. Nilai ini berada pada kategori sedang. Dengan signifikansi koefisien korelasi hitung sebesar 3,87. Dan berdasarkan hasil koefisien determinasi, pembangunan prasarana hanya sebesar 17% ditentukan oleh pemekaran yang terjadi sementara 83% lainnya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hubungan antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan dapat dinyatakan dengan persamaan regresi linier sederhana yaitu Y= 21,13 + 0,45X.

(15)

ABSTRAKSI

EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Lestari M. Siahaan NIM : 060903021

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Ivan Razali, M.Phil

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, terjadi banyak pemekaran daerah. Pemekaran daerah membuat wilayah kerja pemerintahan semakin kecil, dan dengan demikian pembangunan pun dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat hingga ke daerah terpencil sekalipun. Termasuk pembangunan prasarana, karena prasarana memegang peranan penting bagi perkembangan suatu daerah. Misalnya saja pembangunan prasarana jalan, air, listrik dan telepon.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa efektif pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisa kuantitatif. Dan teknik pengumpulan data yang diginakan adalah dengan kuesioner, wawancara dan observasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pasca pemekaran, pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan memang telah dilakukan, ada perbaikan jalan dan pembangunan tali air. Namun pembangunan yang terjadi belum dapat dirasakan seluruh masyarakat.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana adalah 0,41. Nilai ini berada pada kategori sedang. Dengan signifikansi koefisien korelasi hitung sebesar 3,87. Dan berdasarkan hasil koefisien determinasi, pembangunan prasarana hanya sebesar 17% ditentukan oleh pemekaran yang terjadi sementara 83% lainnya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hubungan antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan dapat dinyatakan dengan persamaan regresi linier sederhana yaitu Y= 21,13 + 0,45X.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang yang besar bagi suatu daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia serta luas wilayah untuk dimekarkan menjadi beberapa daerah. Hal ini dimaksudkan agar mobilisasi dan percepatan proses pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh serta menjangkau segenap aspek kehidupan masyarakat hingga ke daerah-daerah terpencil. Banyak daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau pembangunan secara maksimal. Begitu juga dari sisi pelayanan terhadap masyarakat, maka dengan diperkecilnya wilayah administratif tentu akan memperpendek rentang kendali pelayanan.

Salah satu contoh pemekaran adalah pemekaran kecamatan. Di Indonesia tahun 2009 terdapat 6408 kecamatan kecamatan lain yang akan dimekarkan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten atau kota yang merupakan wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh camat. Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2008 dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan dapat berupa pemekaran satu kecamatan atau dua kecamatan atau lebih dan/atau penyatuan wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan.

(17)

sekarang telah ada 14 kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan Tampahan yang merupakan pemekaran dari kecamatan induk Balige. Kecamatan yang beribukota di desa Gurgur Aek Raja ini, dimekarkan pada tahun 2007 melalui Perda Kabupaten Toba Samosir No. 17 tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan Tampahan, kecamatan Nassau dan kecamatan Siantar Narumonda.

Pemekaran pada dasarnya memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Seperti yang ditulis dalam Bab II pasal 2 PP No. 129 Tahun 2000, dimana disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut.

(18)

setiap individu untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan. (Kuncoro, 2004:63)

Salah satu pembangunan yang diharapkan meningkat adalah pembangunan prasarana. Ketersedian prasarana menjadi hal yang penting bagi suatu daerah, karena kegagalan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya tidak hanya karena keterbatasan bahan mentah maupun tenaga kerja, tetapi karena keterbatasan dalam hal berbagai prasarana yang tersedia di daerah. Maka dari itu perlu pembangunan prasarana untuk dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki daerah.

Pengembangan prasarana daerah (physical infrastructure) saat ini memegang peranan yang penting bagi tumbuhnya perekonomian suatu wilayah. Bahkan, penyediaan prasarana di daerah juga dapat menjadi indikator apakah suatu wilayah cukup demokratis dalam memberikan layanan publik. Banyak standar perencanaan untuk menyediakan jasa prasarana wilayah kepada publik, tapi yang telah diterapkan di Indonesia sejak lama merupakan penyeragaman sistem pelayanan prasarana daerah yang memberikan hal-hal yang positif maupun negatif. (Ambardi, 2002:279)

Maka bagi desa Gurgur Aek Raja sebagai ibukota dari kecamatan Tampahan, pembangunan prasarana juga sangat penting. Karena menurut penjelasan atas pasal 10 ayat (1) huruf b PP No. 17 Tahun 2008 tentang kecamatan, ibukota kecamatan adalah pusat penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan.

(19)

meningkatnya masalah kelangkaan air bersih dan air minum, menurunnya kapasitas pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur.

Misalnya saja tahun 2009 seharusnya ada 5.000 kilometer jalan nasional yang direkonstruksi. Namun, dana hanya tersedia bagi 2.000 km. 30 % dari 372.000 km jalan kabupaten/kota ternyata rusak, padahal dana terbatas.

Selain itu sebanyak 7500 dari 60 ribuan desa di Indonesia belum dialiri listrik baik listrik yang disediakan PLN maupun sumber lain.

Secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air memang masih surplus, yaitu ketersediaannya per tahun 691,340 miliar meter kubik, sedangkan total kebutuhan air pada tahun 2000 adalah 156,362 miliar meter kubik. Namun demikian pada tahun itu, beberapa pulau di Indonesia telah mengalami defisit air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT masing-masing sebesar 52,809 milyar; 9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter kubik. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan air memang harus dilakukan karena pasokan air sangat terbatas. Bahkan secara spasial hampir semua daerah di Indonesia pernah mengalami kelangkaan air, terutama pada saat puncak musim kemarau. Diproyeksikan bahwa pada kondisi Tahun 2025, permintaan air akan mencapai 3,5 kali dari kebutuhan pada 2002 lalu, dengan porsi air pertanian akan berkurang 25 %. (www.suaramerdeka.com tanggal 01 Desember 2009)

(20)

dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan transedentasi. Namun, sebanyak 31.000 desa yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia belum mendapatkan jaringan telepon (www.desamerdeka.com)

Di desa Gurgur Aek Raja sendiri, berdasarkan data pada Kecamatan Tampahan Dalam Angka Tahun 2007, belum ada rumah tangga di desa Gurgur Aek Raja yang mendapat jasa pelayanan air minum dari PDAM. Sedangkan prasarana listrik juga belum dirasakan seluruh rumah tangga di desa Gurgur Aek Raja. Dan untuk pelayanan telepon dari Telkom belum dapat menjangkau desa Gurgur Aek Raja. (berdasarkan wawancara dengan kepala desa Gurgur Aek Raja saat pra penelitian). Sementara kondisi jalan di desa tersebut juga belum terlalu baik. Maka dari itu perlu dilihat bagaimana pembangunan prasarana pasca pemekaran yang terjadi.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti efektivitas pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Seberapa efektif pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(21)

2. Untuk melihat implikasi pemekaran kecamatan terhadap pembangunan prasarana.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara Subjektif, penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

2. Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan acuan bagi pemerintah kecamatan khususnya di tempat penelitian dilaksanakan agar dapat meningkatkan pembangunan prasarana wilayah.

3. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi ilmiah di bidang Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lain yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali tentang efektivitas pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana.

E. Kerangka Teori

(22)

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah:

1. Efektivitas

Menurut Arouf dalam Sedarmayanti (1999:185) efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Efektivitas (effectiveness) memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi publik. (Nurmandi, 1999:193)

Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokok atau dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pemekaran Kecamatan

Menurut Kastorius Sinaga (dalam Wahyudi, dkk, 2002:18-19) ide pemekaran wilayah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:

(23)

akan terjadi proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang dimiliki daerah itu. Cara berpikir seperti ini yang sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengundang terjadinya proses pemiskinan.

b. Prosedur; apakah prosedur pemekaran wilayah ini akan berbelit-belit karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini juga cukup panjang.

c. Implikasi; yakni sejauh mana pemekaran wilayah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan secara politis berimplikasi terhadap terpilihnya identitas etnik dan agama.

Pembentukan kecamatan di wilayah kabupaten/kota berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan. Menurut pasal 14 PP No. 19 Tahun 2008 ini, Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat. Sementara dalam pasal 2 dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan dapat berupa pemekaran satu kecamatan atau dua kecamatan atau lebih dan/atau penyatuan wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan.

Menurut pasal 3 PP No. 19 Tahun 2008, pembentukan kecamatan harus memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administratif pembentukan kecamatan (pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008) adalah:

a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;

(24)

c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;

e. Rekomendasi Gubernur.

Syarat fisik kewilayahan dalam pembentukan kecamatan meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan (pasal 5 PP No.19 Tahun 2008).

Sementara persyaratan teknis dalam pembentukan kecamatan seperti yang diungkapkan dalam pasal 6 PP No. 19 Tahun 2008 adalah:

a. jumlah penduduk;

b. luas wilayah;

c. rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemeritahan;

d. aktivitas perekonomian;

e. ketersediaan sarana dan prasarana.

(25)

tertentu yang dipimpin oleh camat. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan, untuk wilayah Sumatera dan Sulawesi penduduk minimal untuk pembentukan kecamatan adalah 7.500 jiwa. Luas wilayah untuk pembentukan kecamatan bagi wilayah Sumatera minimal 10 Km2. Dan jumlah desa/keluarahan untuk pembentukan kecamatan adalah 4 Desa/Kelurahan bagi wilayah Sumatera.

Yang perlu diperhatikan untuk pemekaran kecamatan

a. Perlunya sosialisasi yang luas kepada masyarakat tentang rencana pemekaran wilayah yang akan dilakukan oleh Pemerintah kabupaten, sehingga program ini dipahami dengan baik dan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat.

b. Perlunya dipersiapkan dengan baik perangkat yang dibutuhkan dalam pembentukan kecamatan baru seperti sumberdaya manusia (SDM) pegawai serta sarana dan prasarana kantor.

c. Perlunya pemerintah kabupaten melakukan koordinasi dengan institusi vertikal seperti kepolisian dan Departemen Agama untuk mempersiapkan kebutuhan pembangunan kantor kepolisian (Polsek) dan KUA di kecamatan-kecamatan baru.

(26)

e. Perlu pengkajian yang mendalam dan seksama dalam pembagian wilayah kecamatan lama dan baru sehingga hasil pemekaran kecamatan betul-betul mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan bukan sebaliknya.

3. Pembangunan Prasarana

a. Pengertian Pembangunan Prasarana

Secara sederhana pembangunan dapat diartikan menuju suatu perubahan yang lebih baik. Baik itu memelihara pembangunan yang telah ada maupun membangun sesuatu yang baru.

Menurut Riyadi (1992:17) pembangunan sebagai suatu proses dinamis yang meliputi berbagai kegiatan yang direncanakan dan terarah dengan melibatkan peran serta masyarakat banyak sebagai pembaharuan untuk menimbulkan perubahan maupun pertumbuhan ekonomi yang dipercepat tapi terkendali dalam ruang lingkup kondisi sosial demi kemajuan dan kualitas dan meningkatkan harkat martabat manusia.

Bintoro (1993:222) berpendapat bahwa pembangunan adalah suatu proses pembaharuan yang kontinyu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik.

(27)

Yusman Tetti memberikan pendapatnya mengenai pembangunan, bahwa pembangunan itu meliputi:

a. Penyebaran program/proyek nasional yang besar di daerah yang direncanakan oleh suatu badan pusat (bappenas).

b. Dikerjakannya program/proyek kecil di daerah oleh daerah terlepas dari proyek nasional.

c. Adanya penyesuaian program/proyek kecil di daerah oleh daerah.

d. Pembangunan yang direncanakan secara integral itu yang diartikan suatu daerah itu dipandang sebagai unit biografis yang pembangunannya direncanakan dengan mengikutsertakan secara hubungan timbal balik antara sektor ekonomi daerah itu termasuk pemerintah, masyarakat dan swasta.

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik wilayah yang memungkinkan wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Maka dapat dikatakan bahwa pembangunan prasarana adalah suatu proses yang terarah dan terencana dalam membangun kelengkapan fisik wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

b. Peran Prasarana

(28)

menyangkut hajat hidup orang banyak, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari maupun kebutuhan sekunder. Tanggung jawab tersebut menyangkut penyediaan dan pengaturan dalam pengelolaan prasarana. Akan tetapi, tidak berarti bahwa pemerintah harus menyediakannya secara keseluruhan karena sebagian tanggung jawab tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain. (Sadyohutomo, 2008:132-133)

Peran dari prasarana juga cukup besar dalam hal pengembangan daerah. Menurut Ambardi (2002:281) secara umum, peran dan fungsi prasarana dalam pengembangan wilayah adalah:

1. Fungsi sosial: berperan menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat.

2. Fungsi ekonomi (internal):

a. Mendukung roda perekonomian wilayah.

b. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi wilayah.

c. Menjaga kontinuitas produksi suatu wilayah.

d. Memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa.

3. Fungsi ekonomi (eksternal):

a. Meningkatkan aksebilitas ke wilayah luar.

b. Mempromosikan perdagangan antarwilayah dan internasional.

c. Mempromosikan wilayah sebagai daerah tujuan investasi dan wisata.

(29)

Pelayanan prasarana untuk kehidupan pokok sehari-hari yang berupa utilitas, seperti listrik, air minum, atau telepon rumah diserahkan pengelolaannya kepada organisasi pemerintah baik berupa BUMN, BUMD, dinas, dan UPT (unit pelaksana teknis). Sebagian lagi telah diserahkan kepada pihak swasta, antara lain telepon seluler. Sedangkan prasarana umum jalan sebagian sudah diserahkan ke pihak swasta, yang disebut jalan tol dengan bentuk fisik bebas hambatan (high ways/free ways). (Sadyohutomo, 2008:133)

c. Jenis-Jenis Prasarana

Pembangunan prasarana pada dasarnya terus dilakukan dengan tujuan agar suatu daerah tidak terisolir dan dapat berkembang. Prasarana wilayah yang umumnya dipertimbangkan dalam pengembangan wilayah (Mukti, 2001:31) adalah:

1. Transportasi

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. (Miro, 2005:4)

(30)

transportasi lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta. Menurut Sadyohutomo (2008:153-154), penyelenggaraan layanan transportasi berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Aman; barang yang dipindah tidak menjadi rusak atau cacat. Kalau untuk manusia, prinsip aman mencakup bebas dari cidera atau sampai merenggut jiwa. b. Nyaman; barang mati tidak mengalami penurunan kualitas, barang hidup (hewan,

tumbuhan) tidak tersiksa dan mengalami penurunan kualitas. Sedangkan manusia perlu merasa nyaman sejak persiapan, selama perjalanan, maupun sesudah menempuh perjalanan.

c. Mudah; tingkat kemudahannya diukur dengan seberapa banyak pilihan yang tersedia bagi konsumen seperti jenis kendaraan, rute perjalanan, jadwal waktu pelayanan dan biaya. Semakin banyak pilihan yang tersedia menunjukkan tingkat kemudahan fleksibilitas perjalanan bagi masyarakat.

d. Ekonomis; murah, terjangkau semua lapisan masyarakat.

e. Lancar; menjamin ketepatan waktu dalam penyediaannya dan waktu tempuh yang sesingkat-singkatnya.

f. Ramah lingkungan; tidak berdampak negatif (misalnya getaran, kebisingan dan gas buang) yang dapat merusak lingkungan.

Pengaturan sistem transportasi (transportation system management) dilakukan dengan dua cara pendekatan (Sadyohutomo, 2008:154), yaitu sebagai berikut:

(31)

Sedangkan yang dimaksud dengan sarana transportasi mencakup berbagai mosel transportasi (mode of transport), yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum (bus, angkutan kota, angkutan desa an kereta api).

b. Pendekatan dari sisi permintaan (demand) transportasi, fokusnya adalah mengelola pelaku perjalanan atau disebut manajemen permintaan transportasi (transportation demand management).

Prasarana utama dalam transportasi adalah jalan. Ketersedian jalan raya sangat penting maknanya bagi suatu daerah. Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Setiap jalan umum ada pihak yang membangun dan merawatnya. Menurut tingkat pemerintahan mana yang mengelola (membangun dan memelihara) maka dibedakan status jalan menjadi lima (Sadyohutomo, 2008:156), yaitu sebagai berikut:

a. Jalan nasional, mencakup jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan bebas hambatan.

(32)

c. Jalan kabupaten merupakan jalan yang dikelola pemerintah kabupaten yang terdiri atas jalan lokal dalam setiap sistem jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jaringan jalan primer kabupaten menghubungkan:

1. antar ibukota kabupaten/kota dnegan ibukota kecamatan atau pusat kegiatan lokal.

2. antar ibukota kecamatan. 3. antar pusat kegiatan lokal.

Sedangkan jaringan jalan sekunder di wilayah kabupaten berupa jalan dalam kota di ibukota kabupaten dan jalan lingkungan.

d. Jalan kota, merupakan jaringan jalan sekunder dalam wilayah pemerintahan kota. e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan antarwilayah permukiman

perdesaan dan jalan lingkungan di dalam perdesaan.

2. Air bersih

Sampai saat ini pengelola air bersih dilakukan oleh PAM. Kelembagaan pengairan ini di masa otonomi daerah akan lebih mudah untuk mandiri karena PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) telah lama menjadi perusahaan daerah. Pengelola penyediaan air bersih melakukan kegiatan pengambilan bahan baku air, pengolahan air, dan penyaluran air bersih ke pelanggan.

(33)

penduduk sangat penting untuk ikut andil memecahkan masalah kemiskinan. Realita di lapangan juga menunjukkan bahwa masyarakat miskin yang tidak terjangkau pipa PDAM harus membeli air bersih secara eceran yang harganya jauh lebih mahal disbanding masyarakat yang memperoleh akses pipa PDAM. (Sadyohutomo, 2008:142)

Salah satu kegunaan air bersih adalah untuk keperluan minum. Menurut Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum bertujuan untuk :

a. terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau;

b. tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan

c. tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

2. Listrik

Sampai saat ini pengelola listrik dilakukan secara monopoli oleh PT (Persero) PLN, yang kantor pelayanan sampai ke daerah-daerah. Hampir semua desa di Indonesia telah dimasuki listrik, kecuali daerah-daerah terpencil.

(34)

penyediaan prasarana energi tersebut terkait dengan perhitungan sisi kebutuhan (demand). Jumlah kebutuhan dalam dimensi waktu menunjukkan fluktuasi harian mingguan, bulanan, atau musiman. Energi listrik misalnya, kebutuhan puncak harian terjadi antara jam 17.00-22.00, sedangkan beban terendah berlangsung pada dini hari jam 00.00-05.00. Dalam jangka mingguan terjadi peningkatan kebutuhan pada hari-hari kerja. Sedangkan pada jangka bulanan atau musiman berkaitan dengan bulan dan musim kegiatan penduduk meningkat. Misalnya, musim panen termbakau, atau musim pesta perkawinan. Dari beberapa fluktusasi kebutuhan tersebut, yang menonjol adalah fluktuasi harian. (Sadyohutomo, 2008:162)

Kebutuhan puncak menjadi beban puncak bagi penyedia prasarana. Beban puncak ini menjadi pedoman bagi penyedia listrik (PLN) menentukan kapasitas prasarana terpasang. Kapasitas prasarana terpasang harus diatas beban puncak agar menjamin penyediaan listrik yang aman sepangjang waktu. Apabila beban puncak mendekati kapasitas terpasang maka perlu pembangunan generator listrik yang baru. Apabila tidak diantisipasi maka perlu pemadaman listrik bergilir atau gerakan pengkematan listrik pada jam beban puncak. (Sadyohutomo, 2008:162-163)

3. Telekomunikasi

(35)

Salah satu contoh alat telekomunikasi adalah telepon. Sampai saat ini pengelola telepon dilakukan secara monopoli oleh PT. Telkom, yang juga memiliki kantor-kantor wilayahnya sampai ke daerah-daerah. Tetapi hingga kini belum semua wilayah di Indonesia dapat dilayani oleh telepon otomat, dikarenakan tingkat permintaan yang cukup rendah, terutama daerah-daerah terpencil.

d. Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan

Menurut Penjelasan atas pasal 10 ayat (1) huruf b PP No. 17 Tahun 2008 tentang kecamatan, yang dimaksud dengan ibukota kecamatan adalah pusat penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan.

(36)

Bagi ibukota kecamatan yang kedudukannya adalah sebagai desa, pada dasarnya perencanaan pembangunannya sebagaimana tercantum dalam pasal 63 ayat 2 disusun secara berjangka meliputi:

a. Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

b. Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP desa, merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Strategi pembangunan prasarana dalam mendukung pengembangan wilayah umumnya diturunkan dari visi dan misinya. Walaupun visi untuk setiap jenis prasarana wilayah berbeda-beda, tapi ada kesamaannya yaitu penekanan pada pelayanan publik. Bila melihat misinya, maka pilihan yang umum diambil (Mukti, 2001:32), adalah:

a. Membangun prasarana baru;

b. Perbaikan dan peningkatan prasarana yang ada;

c. Penataan kewenangan dan kelembagaan

d. Optimalisasi pemanfaatan prasarana yang ada;

e. Efisiensi dalam operasional pemanfaatannya.

4. Hubungan Pemekaran Kecamatan Dengan Pembangunan Prasarana

(37)

Meningkatnya jumlah penduduk secara drastis, menyebabkan meningkat pula volume kegiatan di bidang pemerintahan, pelayanan dan kemasyarakatan. Hal ini mengakibatkan pengambilan kebijakan dari pusat kurang optimal lagi untuk mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat di berbagai pelosok. Maka dari itu, sebuah pemekaran dibutuhkan agar daerah dapat lebih memaksimalkan berbagai pelayanan kepada masyarakat, termasuk dalam menyediakan pelayanan di bidang prasarana publik.

Pemekaran daerah dimaksudkan memperpendek rentang kendali (span of control) antara pengambil kebijakan dengan masyarakat dan menciptakan pembangunan karena konsentrasi kegiatan dan pertumbuhan pembangunan berada di ibukota pemerintah daerah. (R Siti Zuhro dalam Suara Karya Online Rabu, 6 Februari 2008). Pembangunan yang dilakukan di ibukota pemerintah daerah mencakup berbagai pembangunan, termasuk di dalamnya pembangunan prasarana, karena pembangunan prasarana berpengaruh terhadap perkembangan suatu daerah. Begitu juga dengan pemekaran kecamatan, maka dari itu pembangunan prasarana di ibukota kecamatan juga sangat diperlukan, karena ibukota kecamatan merupakan pusat penyelenggaraan pemerintahan.

F. Hipotesis

(38)

Hipotesis Kerja (Ha):

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana.

Hipotesis Nol (Ho):

Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana.

G. Definisi Konsep

Konsep digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya. (Singarimbun, 1989:33)

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Pemekaran kecamatan merupakan pembentukan kecamatan dari hasil pemekaran satu kecamatan atau dua kecamatan atau lebih.

(39)

H. Definisi Operational

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari variabel-variabel tersebut. (Singarimbun, 1989:46)

Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemekaran kecamatan dengan indikator sebagai berikut:

1. Urgensi dan relevansi, yaitu apakah urgensi pemekaran kecamatan berkaitan dengan penuntasan masalah yang dimiliki oleh wilayah tersebut.

2. Prosedur, apakah prosedur pemekaran berjalan sulit dan panjang.

3. Implikasi, sejauh mana pemekaran kecamatan memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

Variabel Terikat (Y)

Varibel terikat dalam penelitian ini adalah pembangunan prasarana dengan indikator:

1. Membangun prasarana baru, meliputi:

a. Membangun ruas jalan baru hingga menjangkau pelosok desa.

b. Pemasangan jalur pipa PDAM.

(40)

2. Perbaikan dan peningkatan prasarana yang ada, meliputi:

a. Memperbaiki jalan yang rusak.

b. Peningkatan jumlah pelanggan PDAM.

c. Peningkatan kapasitas daya listrik yang tersalur.

3. Penataan kewenangan dan kelembagaan, yaitu adanya perencanaan sebelum pembangunan prasarana.

4. Optimalisasi pemanfaatan prasarana yang ada, meliputi:

a. Pemanfaatan jalan yang tidak terpakai.

b. Adanya telepon umum yang dapat dipergunakan.

5. Efisiensi dalam operasional pemanfaatan prasarana, meliputi kapasitas listrik yang ada mencukupi kebutuhan masyarakat (tidak terjadi pemadaman listrik).

I. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operational, hipotesis dan sistematika penulisan.

BAB II: METODOLOGI PENELITIAN

(41)

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, batas-batas wilayah, penduduk dan sebagainya.

BAB IV: PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini memuat kajian dan analisa data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB VI: PENUTUP

(42)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. (Arikunto, 2000:326)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di ibukota Kecamatan Tampahan yaitu di desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006:90)

(43)

a. Dusun 1 dengan jumlah 81 KK.

b. Dusun 2 dengan jumlah 72 KK.

c. Dusun 3 dengan jumlah 71 KK.

d. Dusun 4 dengan jumlah 76 KK.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2004:56). Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus (Bungin, 2009:105) yaitu sebagai berikut:

Dimana: n = Jumlah Sampel

N = Populasi

d = Tingkat kesalahan penarikan sampel sebesar 10 % dan kepercayaan 90%

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan:

(44)

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 kepala keluarga. Kemudian jumlah sampel yang diperoleh tersebut didistribusikan ke-4 dusun yang terdapat di desa Gurgur Aek Raja, dengan cara sebagai berikut:

1. Dusun I = x 75 = 20,25 (dibulatkan menjadi 20 KK)

2. Dusun II = x 75 = 18 KK

3. Dusun III = x 75 = 17,75 (dibulatkan menjadi 18 KK)

4. Dusun IV = x 75 = 19 KK

(45)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunkan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu:

1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Metode angket (kuisioner), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban. Metode angket dipergunakan kepada masyarakat sebagai responden dalam penelitian ini.

b. Metode wawancara (interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah penelitian. Dalam penelitian ini, metode wawancara dipergunakan untuk mewawancarai Camat Tampahan dan Kepala Desa Gurgur Aek Raja.

c. Metode observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

(46)

E. Teknik Penentuan Skor

Teknik penentuan skor oleh nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuisioner yang disebarkan kepada responden. (Singarimbun, 1989:102)

Melalui penyebaran kuisioner yang berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Penentuan ini dihitung berdasarkan alternatif a, b, c dan akan diberikan skor sebagai berikut:

1. Untuk jawaban a diberi skor 3.

2. Untuk jawaban b diberi skor 2.

3. Untuk jawaban c diberi skor 1.

F. Teknik Analisa Data

a. Untuk melihat hubungan antara pemekaran kecamatan dengan pembangunan prasarana, dapat digunkaan analisa dengan Product Moment, yaitu dengan rumus:

dimana: rxy = Indeks validitas yang dihitung

n = Jumlah sampel uji coba

= Jumlah produk skor butir

2

(47)

= Jumlah skor butir total

2

= Jumlah kuadrat produk skor butir total

= Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor Y

Untuk melihat hubungan antar kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.

2. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interpretasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (2003:214) yaitu:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

(48)

Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihatsecara langsung melalui tabel korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini menentukan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya bila r dihitung lebih kecil dari rtabel (rhitung< rtabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) maka Ha diterima.

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima.

Tetapi sebelum menghitung nilai koefisien korelasi, maka karena data yang didapat dari penelitian adalah data ordinal, data tersebut harus diubah menjadi data interval melalui Method of Successsive Interval (MSI). Langkah-langkah Method of Succesive Interval (MSI) dengan Excel adalah sebagai berikut:

1. Tulis data ordinal.

2. Hitung frekuensi setiap kategori jawaban.

3. Kalikan frekuensi dengan nilai ordinal.

4. Hitung proporsi setiap kategori jawaban.

5. Hitung proporsi kumulatif untuk setiap jawaban.

6. Hitung nilai z untuk setiap proporsi kumulatif.

(49)

8. Hitung nilai scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori.

9. Hitung scale valuemin.

10. Hitung score/nilai hasil transformasi.

11.Transformasikan seluruh data ordinal ke data interval.

b. Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi, dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya sebagai berikut:

c. Untuk menghitung kontribusi pemekaran terhadap pembangunan prasarana di ibukota Kecamatan Tampahan, digunakan perhitungan koefisien determinan yaitu dengan mengkuadratkan hasil korelasi Product Moment lalu dikali seratus persen, seperti berikut:

D = (rxy)2 x 100 %

d. Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan Y digunakan rumus regresi linier sederhana. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

(50)
(51)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Letak Geografis

Kecamatan Tampahan merupakan kecamatan hasil pemekaran dari kecamatan Balige. Kecamatan Tampahan dimekarkan dengan Perda kabupaten Toba Samosir Nomor 17 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan Tampahan, Kecamatan Nassau dan kecamatan Siantar Narumonda pada akhir tahun 2007.

Kecamatan Tampahan beribukota di desa Gurgur Aek Raja. Desa Gurgur Aek Raja memiliki luas 9,60 km2 atau 39,26 % dari luas keseluruhan kecamatan Tampahan, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1: Klasifikasi Penggunaan Tanah

Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Tanah Sawah

Tanah Kering Lainnya

82 90 788

8,54 9,38 82,08 Jumlah 960 100 Sumber: Kecamatan Tampahan Dalam Angka Tahun 2008

(52)

Desa Gurgur Aek Raja tergolong sebagai desa swakarya. Desa ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Lintong ni Huta

Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Tangga Batu Timur

Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Meat

Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Silalahi Dolok/ Sibodiala

B. Komposisi Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Desa Gurgur Aek Raja terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV, dengan jumlah penduduk sebanyak 1250 jiwa dengan 300 Kepala Keluarga.

Tabel 2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Dusun Jumlah Kepala Keluarga Dusun I

Dusun II Dusun III Dusun IV

81 72 71 76

Jumlah 300

(53)

Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Jiwa Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah Dusun I

Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2009

Jumlah penduduk terbesar berada di Dusun I dengan jumlah penduduk sebanyak 334 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 81 kepala keluarga.

Dan jumlah penduduk perempuan di desa Gurgur Aek Raja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yakni jumlah penduduk perempuan 630 orang sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 620 orang.

Tabel 4: Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur

Dusun Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2009

(54)

2. Mata Pencaharian

Dilihat dari kondisi geografi wilayahnya, dimana lahan pertanian masih dalam jumlah yang cukup besar, maka mayoritas masyarakat desa Gurgur Aek Raja berprofesi sebagai petani. Sementara yang lainnya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maupun wirausahawan. Berikut ini klasifikasi mata pencaharian penduduk desa Gurgur Aek Raja:

Tabel 5: Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan Jenis Pekerjaan

Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2009

3. Sarana dan Prasarana

a. Kesehatan

(55)

Berikut ini jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang terdapat di desa Gurgur Aek Raja:

Tabel 6: Jumlah Sarana Kesehatan Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit

Sumber: Kecamatan Tampahan Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 7: Jumlah Tenaga Kesehatan/Paramedis Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Dokter

(56)

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan instrumen penting dalam menentukan maju mundurnya suatu daerah. Karena jika kita berbicara mengenai pendidikan maka kita berbicara tentang sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia yang terdapat dalam suatu daerah akan menentukan kualitas arah pembangunan daerah tersebut. Maka kualitas pendidikan sangat penting untuk diperhatikan. Salah satunya mengenai ketersediaan sarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pengajar.

Berikut ini tabel jumlah sekolah dan tenaga pengajar yang terdapat di desa Gurgur Aek Raja:

Tabel 8: Jumlah Sekolah

(57)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sarana pendidikan di desa Gurgur Aek Raja masih sangat minim. Dimana hanya ada dua SD yang terdapat di desa ini. Begitu pula dengan jumlah tenaga pengajar yang hanya berjumlah 12 orang. Jumlah ini masih sangat minim mengingat posisi desa Gurgur Aek Raja sebagai sebuah ibukota kecamatan.

Namun, minimnya sarana pendidikan di desa ini, tidak semata-mata membuat warga desa ini hanya memperoleh pendidikan seadanya. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh dari Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2009 bahwa sebagian besar kepala keluarga di desa Gurgur Aek Raja menamatkan pendidikan tingkat SLTA, dan bahkan ada yang menamatkan pendidikan dari akademi maupun perguruan tinggi. Klasifikasi pendidikan kepala keluarga di desa Gurgur Aek Raja adalah sebagai berikut:

Tabel 10: Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan

Dusun

Sumber: Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2009

C. Struktur Pemerintahan

(58)

Kepala Desa Tumpak M. Siahaan

Sekretaris Desa

Erikson Simanjuntak

Kaur Pemerintahan Kaur Umum Kaur Pembangunan Hildan Napitupulu Haposan Siahaan Partukkoan

Simanjuntak

Kepala Dusun I Kepala Dusun II Kepala Dusun III Kepala Dusun IV

Marojahan Siahaan Togu Siahaan James Napitupulu Joner Simangunsong

(59)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan selama penelitian berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis. Hasil penelitian tersebut meliputi antara lain identitas responden, distribusi jawaban responden (yang diperoleh dari kuesioner) serta hasil wawancara.

A. Identitas Responden

Identitas responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikan terakhir dari responden.

1. Jenis kelamin

Tabel 11: Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki

Perempuan

72 3

96 4 Jumlah 75 100 Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

(60)

2. Umur

Tabel 12: Umur Responden

Umur Frekuensi Persentase (%) 20 – 30 Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak berumur antara 41 – 50 tahun (37 responden atau 49,33%). Umur 31-40 tahun ada 15 responden, umur 20-30 tahun dan umur 51-60 tahun, masing-masing ada 4 responden.

3. Pekerjaan

Tabel 13: Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Bertani

(61)

4. Pendidikan Terakhir

Tabel 14: Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%) SD

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebanyak 52 responden atau 69,33 % memiliki pendidikan terakhir SLTA. Sedangkan SLTP ada 19 responden atau 25,33 % dan Strata 1 sebanyak tiga responden 4 % dari keseluruhan responden. Tetapi ada juga satu responden atau 1,33 % yang hanya menamatkan pendidikan SD saja.

B. Hasil Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner terbuka, dimana selain ada kategori jawaban yang dapat dipilih responden, responden juga memberikan alasan dalam memilih kategori tersebut. Berikut ini distribusi jawaban responden atas setiap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

1. Untuk pertanyaan nomor 1.

Tabel 15: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dukungan Atas Pemekaran Kecamatan Tampahan

(62)

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa 71 responden mendukung pemekaran kecamatan Tampahan dari kecamatan induk Balige. Dukungan ini didasari alasan bahwa dengan adanya pemekaran, masyarakat mengharapkan adanya kemudahan dalam pelayanan administrasi dan agar desa mereka dapat lebih maju dan adanya kemajuan pembangunan dan taraf hidup masyarakat.

Sementara empat responden (5,33 %) menyatakan kurang mendukung atas pemekaran kecamatan Tampahan karena SDM di kecamatan yang baru belum mampu dalam mengelola daerah.

2. Untuk pertanyaan nomor 2.

Tabel 16: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Kebijakan Pemekaran Dilaksanakan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

3.

Ya, sangat bermanfaat

Sampai saat ini belum kelihatan, mungkin nanti

(63)

Sementara 16 responden (21,33 %) menyatakan sampai saat ini manfaat pemekaran kecamatan Tampahan belum kelihatan.

3. Untuk pertanyaan nomor 3.

Tabel 17: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan Dilaksanakan Lebih Efektif Ketimbang Sebelum Pemekaran

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

3.

Ya, pelaksanaan pembangunan lebih optimal

Sama saja seperti sebelum terjadi pemekaran

Lebih parah ketimbang pemekaran belum terjadi

55

20

0

73,33

26,67

0

Jumlah 75 100

Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 73,33 % dari keseluruhan responden menyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan lebih efektif setelah pemekaran terjadi, contohnya pasca pemekaran ada pembangunan pengairan air sawah, dan pembangunan tali air.

(64)

4. Untuk pertanyaan nomor 4.

Tabel 18: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Proses Pemekaran Berjalan Sulit

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. Ya, sangat panjang dan sulit

25

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 36 responden (48 %) menyatakan proses pemekaran kecamatan Tampahan berjalan panjang dan sulit. Menurut mereka, proses berjalan panjang dan sulit karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi.

Sementara itu 25 responden menyatakan proses pemekaran berjalan biasa-biasa saja dan tidak terlalu lama, dan 14 responden lainnya menyatakan tidak tahu apakah proses pemekaran kecamatan berjalan panjang atau tidak.

5. Untuk pertanyaan nomor 5.

Tabel 19: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dampak Pemekaran Kecamatan Tampahan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

(65)

masyarakat. Menurut responden, salah satu bukti bahwa pemekaran membawa pengaruh yang sangat baik bagi kesejahteraan masyarakat adalah adanya bantuan dari pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama melalui bidang pertanian misalnya dengan pemberian bibit jagung, penyuluhan-penyuluhan, dan traktor untuk mengolah lahan-lahan tidur. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya produksi pertanian yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan 25 responden (33,33 %) lainnya menyatakan bahwa pemekaran kecamatan tidak terlalu berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

6. Untuk pertanyaan nomor 6.

Tabel 20: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pemerintah Lebih Fokus Dalam Membangun Daerah Tampahan Pasca Pemekaran

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Tabel diatas menunjukkan bahwa 51 responden (68 %) menyatakan bahwa pasca pemekaran kecamatan, pemerintah lebih fokus dalam membangun daerah Tampahan, karena pembangunan di kecamatan Tampahan berjalan lancar.

(66)

7. Untuk pertanyaan nomor 7.

Tabel 21: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pembangunan Prasarana Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Tabel diatas menunjukkan bahwa 59 responden (78,67%) menyatakan pembangunan prasarana di desa Gurgur Aek Raja menjadi lebih baik pasca pemekaran. Salah satu contohnya adalah adanya perbaikan jalan ke arah Sibodiala.

Dan 16 responden (21,33 %) menyatakan tidak ada bedanya pembangunan prasarana di desa Gurgur Aek Raja tidak ada bedanya dengan sebelum pemekaran terjadi.

8. Untuk pertanyaan nomor 8.

Tabel 22: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Diadakan Perencanaan Sebelum Pembangunan Prasarana Di Desa Gurgur Aek Raja

(67)

Tabel diatas menunjukkan bahwa 55 responden menyatakan bahwa selalu ada perencanaan yang dilakukan sebelum pembangunan prasarana. Perencanaan tersebut antara lain diwujudkan melalui Musyawarah Perencanaan Pemabangunan Desa (Musrenbangdes) yang diadakan setiap tahun, serta rapat-rapat yang diadakan antara masyarakat, aparat desa dengan tokoh-tokoh desa.

Sementara itu 20 responden lainnya menyatakan perencanaan sebelum pembangunan prasarana hanya kadang-kadang saja dilakukan.

9. Untuk pertanyaan nomor 9.

Tabel 23: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Jalan Di Desa Gurgur Aek Raja

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden (44 responden atau 58,67 %) menyatakan bahwa kualitas jalan di desa Gurgur Aek Raja tidak terlalu baik, karena masih banyak jalan yang berlobang dan belum diaspal.

(68)

10. Untuk pertanyaan nomor 10.

Tabel 24: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan Jalan Sudah Mencapai Seluruh Pelosok Desa

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

3.

Ya, sudah

Belum terlalu sampai ke pelosok tetapi telah ada pembangunan

Tabel diatas menunjukkan bahwa 51 responden (68%) menyatakan bahwa pembangunan jalan belum terlalu sampai ke pelosok desa walaupun telah ada pembangunan.

Dan 24 responden (32 %) menyatakan pembangunan jalan sudah sampai ke pelosok desa.

11. Untuk pertanyaan nomor 11.

Tabel 25: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Perbaikan Yang Dilakukan Pemerintah Daerah Terhadap Jalan Yang Rusak Pasca Pemekaran

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Ya, ada terhadap semua jalan yang rusak

Ya, tetapi tidak semua jalan yang rusak Tidak ada sama sekali

Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

(69)

tidak untuk semua jalan yang rusak, dan ada 21 responden (28 %) yang menyatakan bahwa pembangunan telah dilaksanakan untuk semua jalan yang rusak, serta satu responden lainnya menyatakan tidak ada sama sekali pembangunan terhadap jalan yang rusak, karena menganggap masih banyak jalan yang berlubang.

12. Untuk pertanyaan nomor 12.

Tabel 26: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Jalan Yang Sebelumnya Tidak Pernah Terpakai Hingga Akhirnya Dapat Dipergunakan

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Ya, ada banyak jalan yang diperbaiki menjadi bermanfaat

Tabel diatas memperlihatkan bahwa mayoritas responden (49 responden atau 65,33%) menyatakan ada banyak jalan yang diperbaiki sehingga menjadi bermanfaat. Misalnya jalan dari Sibodiala ke desa Gurgur Aek Raja, jalan Parmonangan menuju Dolok Tolong, jalan pardekkedekkean, jalan dari Inpres sampai ke Golat Sipintu-pintu.

(70)

13. Untuk pertanyaan nomor 13.

Tabel 27: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Bagi Masyarakat

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden (48 responden atau 64%) menyatakan bahwa kebutuhan air di desa Gurgur Aek Raja masih belum terpenuhi dengan baik.

17 responden (22,67 %) menyatakan kebutuhan air sudah terpenuhi dengan baik, dan 10 responden lainnya menyatakan bahwa kebutuhan air masih sangat sulit terpenuhi, karena sumber air masih terbatas dan belum ada PDAM.

14. Untuk pertanyaan nomor 14.

Tabel 28: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Air Dari PDAM Bagi Masyarakat desa Gurgur Aek Raja

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2.

3.

Ya, sudah

Hanya sebagian rumah yang sudah mendapat pelayanan dari PDAM

(71)

Sedangkan tujuh responden menyatakan sudah ada pelayanan air dari PDAM namun hanya pada sebagian rumah saja. Dan empat responden lainnya menyatakan sudah ada pelayanan air dari PDAM.

15. Untuk pertanyaan nomor 15.

Tabel 29: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Pipa Air Yang Dilakukan Pemerintah Daerah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Ya, ada Tidak tahu

Tidak ada sama sekali

47 14 14

62,67 18,67 18,67 Jumlah 75 100 Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden (47 responden atau 62,67 %) menyatakan bahwa ada pembanguan pipa air yang dilakukan pemerintah pasca pemekaran. Misalnya masyarakat sudah mendapatkan air minum dan penyalurannya dikelola sendiri oleh masyarakat, pemasangan pipa air/ tali air/ mual bahal sepanjang 600 meter dari sumber (bak-bak besar) ke rumah-rumah penduduk.

(72)

16. Untuk pertanyaan nomor 16.

Tabel 4.30: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Daya Listrik Yang Ada Mencukupi Kebutuhan Masyarakat Desa Gurgur Aek Raja

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

Sudah

Belum terlalu mencukupi Masih sangat sulit

terpenuhi

25 48 2

33,33 64

2,67

Jumlah 75 100 Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Tabel diatas memperlihatkan bahwa 48 responden (64 %) menyatakan bahwa daya listrik yang ada sekarang belum terlalu mencukupi kebutuhan masyarakat desa Gurgur Aek Raja.

Dan 25 responden menyatakan bahwa daya listrik yang ada saat ini sudah mencukupi kebutuhan desa Gurgur Aek Raja.

(73)

17. Untuk pertanyaan nomor 17.

Tabel 31: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Penambahan Gardu Listrik Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa 51 responden (68 %) menyatakan tidak ada penambahan gardu listrik di desa Gurgur Aek Raja pasca pemekaran. 19 responden (25,33%) menyatakan tidak tahu apakah ada penambahan gardu listrik atau tidak. Sementara lima responden (6,67 %) lainnya menyatakan ada penambahan gardu listrik.

18. Untuk pertanyaan nomor 18.

Tabel 32: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Di Desa Gurgur Aek Raja Sering Terjadi Pemadaman Listrik

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa 47 responden (62,67 %) menyatakan bahwa pemadaman listrik kadang-kadang terjadi di desa Gurgur Aek Raja.

(74)

19. Untuk pertanyaan nomor 19.

Tabel 33: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pelayanan Telepon Rumah Dari Telkom

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Mayoritas responden (70 responden atau 93,33 %) menyatakan tidak ada pelayanan telepon rumah dari Telkom. Sementara tiga responden (4 %) menyatakan tidak tahu apakah ada pelayanan telepon dari Telkom atau tidak. Dan dua responden (2,67 %) lainnya menyatakan ada pelayanan telepon dari Telkom.

20. Untuk pertanyaan nomor 20.

Tabel 34: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Telepon Umum Di Desa Gurgur Aek Raja

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%) 1. Sumber: Kuesioner Penelitian Tahun 2010

Gambar

Tabel 2: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah KK Dusun Jumlah Kepala Keluarga
Tabel 4: Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur
Tabel 5: Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan  Status Pekerjaan
Tabel 7: Jumlah Tenaga Kesehatan/Paramedis Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi pemerintahan pusat maka digunakan metode Guide Note Taking yang

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Tan- jung Beringin dengan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) terhadap

dosen Pembimbing skripsi. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang

Penelitian ini menginvestigasi implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Inggris SMPN RSBI Kota Padang. Berdasarkan temuan penelitian seperti dijelaskan

Disarankan bahwa untuk praktikum selanjutnya harus diperhatikan manejamen pemeliharaan dari benih ikan yng dimualai dari pemberian pakan sampai

Salah satu cara untuk memudahkan untuk melukiskan hubungan antara variable dalam aljabar boolean adalah dengan menggunakan diagram venn.. Diagram ini terdiri dari sebuah segi

Dengan rangkaian proses mulai dari Pengumuman tanggal 19 Juni 2013 sampai dengan. Pembukaan Penawaran tanggal 27 Juni 2013 dengan hasil sebagai

Dengan menggunakan “pedoman umum pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk kegiatan penelitian dan pendidikan” yang diterbitkan oleh kementrian perikanan dan