• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTS NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTS NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidika"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT

TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTS

NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

INNA LAILA RAHMAH

NIM: 111-13-271

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

Dr.Imam Sutomo, M.Ag

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lampiran : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Inna Laila Rahmah

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, Kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Inna Laila Rahmah NIM : 111-13-271

Fakultas/ Jurusan : FTIK/ PAI

Judul : PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

MATA PELAJARAN FIQIH SISWA KELAS VIII MTS

NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga KM 2 Telepon ( 0298) 6031364Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email : tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

Lembar Pengesahan

SKRIPSI

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH

SISWA KELAS VIII MTS NEGERI SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Disusun Oleh: INNA LAILA RAHMAH

NIM: 111 13 271

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 00 September 2017 dantelah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd. Sekretaris Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd Penguji II : Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag

Salatiga, 28 September 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Suwardi, M.Pd.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan, di bawah ini: Nama : INNA LAILA RAHMAH NIM : 11113 271

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan naskah skripsi ini boleh untuk dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 27 Agustus 2017 Yang Menyatakan,

INNA LAILA RAHMAH

(6)

vi

MOTTO

Kesabaran Adalah Sumber Kekuatan

اَمَّنِإَف ْرُكْشَي نَمَو ِهَّلِل ْرُكْشا ِنَأ َةَمْكِحْلا َناَمْقُل اَنْ يَ تآ ْدَقَلَو

ديِمَح ٌّيِنَغ َهَّللا َّنِإَف َرَفَك نَمَو ِهِسْفَ نِل ُرُكْشَي

Artinya:“

Dan sesungguhnya telah Kami berikan

hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah

kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur

(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur

untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang

tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji

.” (QS. Lu

qman,

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Trimah Istiyati dan Bapak Muh Muslih tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang menjadi

perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah.

2. Kakak dan adikku tercinta, Wahid Nugroho, Yahya Muhaimin, Ikhlasul Amal dan setyaning Surya Utami yang selalu mendukung dan membantuku.

3. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen Pembimbing skripsi.

4. Bapak Sutrisno, Aisyah Setyaningrum, Nurul Aini Elok, Mbak Fatimah, Siti Qomariyah, Diah Fajar Utami, Lutfi Hanifah, Neli Kamalia, Nurul Fadilah, Landia dan Neni yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku.

5. Amat Ikhsan, Nurul „aisytus dan Muhammad Rizal yang telah memberikan dukungan, do‟a dan semangat untukku.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ِِمْيِحَّرل

ِِن ْحْْ رلا

ِِلل

ا

ِِمْسِب

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 ”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini.oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik dan

dosen Pembimbing skripsi.

(9)

ix

6. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do‟a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat perjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material dalam penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga 27 Agustus 2017 Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Rahmah, Inna Laila, 2017. “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap peningkatan motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skrpsi. Fakultas Tarbiyah.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Imam Sutomo, M.Ag

Kata Kunci: Reward, Punishment, Motivasi Belajar Siswa.

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dalam diri untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Dalam pendidikan khususnya bidang pengajaran terdapat masalah yang kompleks di mana banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengkaji 1)bagaimana penerapan reward dan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga tahun pelajaran 2016/2017. 2)apakah ada pengaruh antara reward dan punishment

terhadap motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kuantitatif. Dengan metode penelitian analisis regresi berganda, yaitu mengkorelasikan antara reward dan

punishment dengan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan menyebar angket penelitian dengan 15 soal pervariabel yang ditujukan kepada siswa untuk dijawab secara individu dengan sempel 68 siswa dengan acak.

Adapun hasil dari penelitian dengan uji SPSS 21 sebagai berikut: (1) reward

dengan hasil analisis koefisien regresi diperoleh hasil yang positif sebesar 0.422 yang berarti ada pengaruh reward terhadap motivasi belajar siswa, sedangkan. (2)

(11)

xi

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

(12)

xii

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A. Kajian Pustaka (Kajian Terdahulu) ... 14

B. Landasan Teori (Telaah Teoretik terhadap pokok permasalahan /variabel penelitian) ... 15

1. Reward ... 15

2. Punishment ... 23

3. Motivasi Belajar ... 31

C. Kerangka berfikir (alur berfikir yang memberi penjelasan tentang keterkaitan antara variabel ... 41

D. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Uji Instrumen Penelitian ... 49

(13)

xiii

H. Teknik Analisi Data ... 52

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 56

B. Deskripsi Data ... 61

C. Analisis Data ... 84

D. Pembahasan ... 89

BAB V Penutup ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Reward ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Punishment ... 48

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Validitas Reward, Punishment dan Motivasi Belajar 51 Tabel 3.5 Nilai F hitung ... 54

Tabel 4.1 Nama Guru MTs Negeri Salatiga... 57

Tabel 4.2 Nama Responden ... 59

Tabel 4.3 Perhitungan Nilai Maksimum, Minimum, Mean dan Standar Deviasi . 61 Tabel 4.4 Motivasi belajar 1... 62

Tabel 4.5 Motivasi belajar 2... 65

Tabel 4.6 Motivasi belajar 3... 67

Tabel 4.7 Reward 1 ... 70

Tabel 4.8 Reward 2 ... 72

Tabel 4.9 Reward 3 ... 74

Tabel 4.10 Punishment 1 ... 77

Tabel 4.11 Punishment 2 ... 79

Tabel 4.12 Punishment 3 ... 82

Tabel 4.53 Rekapitulasi Uji t Reward, Punishment dan Motivasi Belajar ... 85

Tabel 4.14 Analisis Regresi (Uji F) ... 87

Tabel 4.15 Nilai Adjusted R Square ... 88

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian

Lampiran 2 Nama Siswa, Kelas dan Jenis Kelamin Lampiran 3 Jawaban Angket Reward Huruf Lampiran 4 Jawaban Angket Reward Angka Lampiran 5 Jawaban Angket Punishment Huruf Lampiran 6 Jawaban Angket Punishment Angka Lampiran 7 Jawaban Angket Motivasi Belajar Huruf Lampiran 8 Jawaban Angket Motivasi Belajar Angka Lampiran 9 SPSS Uji Validitas Reward (X1)

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persoalan pendidikan merupakan permasalahan semua orang, karena setiap orang sejak dulu hingga sekarang selalu berusaha mendidik anak-anaknya atau anak-anak yang diserahkan kepada guru untuk dididik.Pada era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Untuk itu dalam menciptakan sumber daya manusia tersebut salah satunya adalah melalui pendidikan. Tidak hanya itu saja, yang terpenting adalah dalam proses belajarnya harus ada motivasi bagi siswa karena motivasi merupakan dorongan atau kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan belajar agar tercipta tujuan yang diharapkan sehingga fungsi motivasi sebagai pendorong, penggerak dan pengarahan kegiatan siswa dalam belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Sekarang ini masih dijumpai guru yang mengabaikan hal-hal kecil seperti kurangnya memberi suatu penghargaan pada siswa, atau memberikan

(18)

yang diyakini oleh sekolah tersebut. Jika reward sebagai bentuk

reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement

yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi salah satu alat untuk mendorong atau motivasi bagi anak.

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dalam diri untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Dalam pendidikan khususnya bidang pengajaran terdapat masalah yang kompleks di mana banyak faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor tersebut antara lain terletak pada peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di mana guru memegang peran penting dalam menyajikan materi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru berkaitan juga dengan penentuan metode yang tepat. Penentuan motode pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan bahasan dalam setiap mata pelajaran harus relevan. Salah satunya adalah seorang guru dapat menggunakan metode reward dan

punishment dalam proses pembelajaran untuk memotivasi para peserta didiknya.

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward

(19)

senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan sesuatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Dalam agama Islam reward terbukti dengan adanya pahala Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi siapa saja yang berbuat kebaikan termasuk dalam hal memberi reward, ini dikarenakan kita telah berbuat baik pada orang lain (siswa) yaitu membari hadiah yang dapat menyenangkan hati orang lain. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya (Kosim, 2008:1)

Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi.

Punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh instansi sekolah. Jika reward merupakan bentuk reinforcement

yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik lagi (Kosim, 2008:1).

(20)

lingkungannya mengharuskan orang tua serta pendidik untuk berhati-hati dalam menanamkan nilai-nilai terhadap anak. Oleh sebab itu, pemberian

reward dan punishment diharapkan mampu memberikan keseimbangan untuk anak agar tidak menjadi tergantung pada reward saja sebagaimana contoh.

Pada akhirnya, pemberian reward dan punishment memberikan dampak yang positif bagi pembentukan kepribadian anak, yaitu sebagai pemicu timbulnya motivasi untuk berbuat baik yang tidak bisa muncul begitu saja dari seseorang di usia dini. Namun dalam prakteknya, hal ini harus senantiasa diawasi dan diarahkan, baik oleh orang tua maupun pendidik, sehingga anak tidak menjadi salah paham dan orientasinya tetap terkontrol pada motivasinya untuk bertingkah laku sesuai yang diharapkan, bukan pada keinginanmencapai reward dan menjauhi punishment.

Pada saat PPL Integratif, dalam pembelajaran masih dijumpai siswa yang banyak diam, tidak aktif meski sudah memakai kurikulum 2013, dimulai dari malas berdiskusi dan bermalas-malasan untuk membaca. Keadaan seperti itu peneliti jumpai pada saat observasi pembelajaran Fiqih kelas VIII. Hal tersebut adalah salah satu faktor peneliti ingin meneliti di MTs Negeri Salatiga.

(21)

penting yang perlu mendapatkan perhatian dari guru sebagai pendidik maupun orang tua. Seorang siswa dapat terdorong untuk melakukan kegiatan karena mereka mempunyai motivasi. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan berusaha untuk mencapai tujuan belajarnya, motivasi siswa tercermin pada gairah dan semangat belajar serta keinginan untuk mencapai prestasi belajar.

Dari pengalaman yang penulis ketahui, dalam pembelajaran masih dijumpai siswa yang banyak diam, tidak aktif meski sudah memakai kurikulum 2013, dimulai dari malas berdiskusi dan bermalas-malasan untuk membaca. Hal yang demikian ini menunjukkan rendahnya motivasi dari siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan tinggi bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajar. Motivasi tidak hanya berpengaruh pada siswa saja, tetapi bagi seluruh pendidiknya. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar, sedangkan bagi pendidik motivasi belajar siswa untuk memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.

(22)

pemberian reward dan punishment dengan tujuan memberikan stimulus siswa agar lebih giat lagi usahanya dalam memperbaiki dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai. Dengan kata lain, siswa menjadi lebih giat lagi kemauannya untuk belajar (Purwanto, 1985:182).

Penerapan reward dan punishment merupakan sarana untuk memotivasi siswa agar berperan aktif dalam proses pembelajaran. Maka dari itu saya tertarik untuk mencoba meneliti penerapan pemberian reward dan

punishment dalam pembelajaran Fiqih dikelas VIII. Dengan asumsi bahwa dengan peran pemberian reward dan punishment, siswa akan lebih tertarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Maka dari uraian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Negeri Salatiga Pada Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan reward dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017?

(23)

3. Apakah ada pengaruh antara reward dan punishment terhadap motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang dapat diambil oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya:

1. Untuk mengetahui penerapan reward dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017

2. Untuk mengetahui penerapan punishment dalam meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017

3. Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan antara reward dan

punishment terhadap motivasi belajar siswa pelajaran Fiqih siswa kelas VIII di MTs Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan hasilnya dapat berguna bagi semua pihak yang terkait, baik secara teoretik maupun praktis:

1. Manfaat Teoretik

Menambahkan pengetahuan tentang pengaruh reward dan

(24)

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi inovasi kepada guru ataupun orang tua tentang pengaruh reward dan punishment

agar penerapannya memiliki pengaruh yang positif dan signifikan antara

reward dan punishment terhadap peningkatan motivasi belajar dalam pembelajaran Fiqih pada siswa.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dan pengertian dalam memahami judul diatas, serta untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dalam beberapa pengertian yang terkait dalam judul skripsi ini, yaitu:

1. Reward (ganjaran)

Reward dalam kamus bahasa Inggris artinya adalah ganjaran, hadiah (Echols&Shadily, 2010:485). Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang. Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya yang menyebabkan mendapat ganjaran itu baik (Purwanto, 2007:182). Sedangkan Hadiah adalah sesuatu yang menyenangkan yang diberikan setelah seseorang melakukan tingkah laku yang diinginkan (Arikuanto, 1980:182).

(25)

Arab “ganjaran” diistilahkan dengan tsawab Kata tsawab juga berarti pahala, upah dan balasan. Dalam Al Qur‟an, khususnya ketika kitab suci

ini berbicara tentang apa yang akan diterima oleh seseorang baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya (Arief, 2002:127).

Jadi maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasilnya yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu. Pendidikan bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.

Reward merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembali perilaku tersebut. Reward

dapat dilakukan secara verbal ataupun non verbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan dan kebermakanaan (Mulyasa, 2011:77)

2. Punishment (hukuman)

Dalam Bahasa Inggris punishment artinya adalah hukuman atau siksaan (Echols, 2010: 456). Hukuman adalah sanksi fisik maupun psikis atas kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan anak. Hukuman mengajarkan anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan di masa berikutnya (Tim Pustaka Familia, 2007:99)

(26)

undang-undang tidak menetapkan hukuman untuk masing-masing ta’zir. Melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringanya sampai yang seberat-beratnya (Muslich, 2005:18-19)

Jadi maksud hukuman itu sebagai tindakan edukatif berupa perbuatan pendidik yang dilakukan dengan sadar pada anak dengan memberi peringatan dan pelajaran kepadanya atas pelanggaran yang diperbuatnya sesuai prinsip-prinsip dan nilai-nilai keislaman.Sehingga anak sadar dan menghindari segala macam pelanggaran dan kesalahan yang tidak diinginkan atau berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu. 3. Motivasi

Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2001:158). Motivasi adalah suatu proses didalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkah laku lain dari orang itu (Soemanto, 1990:203).

Motivasi belajar siswa merupakan segala sesuatu yang ditunjukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada siswa agar menajdi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi (Atmaja, 2012:320).

(27)

memperoleh hasil untuk mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan (Purwanto, 2007:73).

Menurut Purwa Atmaja Prawira guru menggunakan hasil belajar yang tidak memuaskan dipakai sebagai cambuk untuk mempergiat belajar yang nilainya lebih baik lagi, atau konsep untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan menggunakan pujian dan hukuman. Dengan pujian dan hukuman siswa akan lebih bersemangat untuk belajar sehingga prestasi siswa juga akan semakin tinggi. Artinya dengan motivasi yang tinggi maka prestasi belajar siswa juga akan semakin tinggi (Atmaja, 2012:349).

Menurut Oemar hamalik motivasi dapat mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Timbulnya kelakuan suatu perbuatan tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. Mengarahkan perbuatan untuk kencapaian tujuan yang diinginkan dan sebagai penggerak untuk menetukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Hamalik, 2001:158).

4. Fiqih

(28)

menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalamandan pembiasaan (Depag RI, 2015:46).

Seperti dalam hadits Shahih Bukhari dalam bab 69 tentang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah pahamkan dia tentang agama.

ِنْيِّدلا

يِف

ُهْهِقَفُ ي

رْيَخ

ا

ِهِب

ُللاْدِرُي

ْنَم

Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki dengannya kebaikan, maka ia akan difahamkan dalam masalah agama” (Shahih Bukhari).

Dikarenakan mata pelajaran Fiqih sangat berhubungan erat dengan dunia nyata siswa sehari-hari, misalnya thaharah, shalat, haji dan umrah, merawat jenazah, jual beli, warisan dan lain-lain. Untuk itu seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan mampumemahami materi yang disampaikan oleh guru secara maksimal.

F. Sistematika Penulisan

(29)

Adapun sistematika bagian inti dari skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I pendahuluan, pada bab ini memuat uraian yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka, landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian, pada bab ini memuat uraian yang berisi kajian pustaka (kajian terdahulu), landasan teori (telaah teoretik terhadap pokok permasalahan/variabel penelitian), kerangka berpikir (alur berpikir yang memberi penjelasan tentang keterkaitan antara variabel penelitian) dan hipotesis penelitian.

Bab III membahas tentang metode penelitian yang berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV deskripsi data, analisis dan pembahasan pada bab ini memuat uraian yang berisi deskripsi data, analisi data dan pembahasan.

(30)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka (Kajian Terdahulu)

Kajian pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis, sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi peneliti.Kajian pustaka ini berfungsi sebagai dasar outentik tentang keaslian penelitian. Namun ada beberapa karya yang cukup berkaitan diantaranya:

Jurnal Rusdiana Hamid, (2006) dengan judul “Reward dan Punishment

dalam perspektif pendidikan Islam”, dengan hasil penelitian sebagai berikut

“Penghargaan dan hukuman adalah alat pendidikan represif, dan kuratif terhadap apa yang dilakukan dan diperbuat anak didik. Penghargaan dan hukuman diberikan dengan maksud memperbaiki dan mempertinggi sifat, sikap dan tingkah laku anak serta memberikan kesadaran akan segala kesalahan yang dilakukannya dan bagaimana memperbaikinya”.

Jurnal Ika Suci Wulandari, (2014) dengan judul “Pengaruh pemberian

Reward dan Punishment terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

Passing bawah Bolavoli studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Yosowilangun Lumajang”, dengan hasil penelitian sebagai berikut “ bahwa

(31)

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Passing bawah bolavoli”.

Jurnal Ahmad Bahril Faidy (2014) dengan judul “ Hubungan pemberian

reward dan punishment dengan motivasi belajar pendidikan kewarganegaan siswa kelas XI SMA negeri 1 Ambunten kabupaten Sumenep”, dengan hasil penelitian “hasil dari perhitungan korelasi ganda menggunakan korelasi produk

moment terdapat korelasi antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa secara bersama-sama dan hubungan dikatakan kuat”.

B. Landasan Teori (Telaah Teoretik terhadap pokok permasalahan

/variabel penelitian)

1. Reward

a. Pengertian Reward (ganjaran)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganjaran adalah hadiah (sebagai pembalasan jasa), hukuman (balasan). Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun yang buruk.Sementara itu dalam Bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan

dengan tsawab. Kata tsawab juga berarti pahala, upah dan balasan. Dalam Al Qur‟an, khususnya ketika kitab suci ini berbicara tentang

(32)

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Kompri, reward

adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Reward

merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa. Untuk itu, reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan keberadaannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa. Maksud dari pendidik memberikan reward

kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik (Kompri 2015:90).

Penghargaan reward adalah suatu bentuk apresiasi suatu prestasi tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perseorangan ataupun suatu lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan (Kompri 2015:290).

Reward adalah sesuatu yang menyenangkan. Jika guru (pendidik) berkomentar baik terhadap anak didiknya maka dapat dikatakan sebagai reward. Karena anak didik menganggap komentar guru menyenangkan baginya, sehingga perkataan baik itu dianggap sebagai hadiah (Sriyanti 2009:42).

(33)

pujian. Pemberian reward dalam kelas akan mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan hasil belajar (Mulyadi 2009:36).

Reward harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera sesudah anak didik berhasil (jangan ditunda), jangan diberikan janji karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan. Reward diberikan pada anak dengan maksud sebagai penghargaan dan rasa bangga atas pekerjaan dan prestasi anak, sekaligus dengan niat agar anak melakukannya terus menerus, meningkatkan semangat dan motivasi serta minatnya dalam bekerja dan belajar (Wens Tanlain dkk 1989:55). Pemberian reward dalam pembelajaran harus mengandung nilai-nilai pendidikan yang bisa mendidik dan memotivasi seorang anak, sehingga lebih baik dalam mengikuti pembelajaran. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penghargaan yang diberikan guru bisa bermakna:

1) Dari hal yang menyebabkan anak didik memperoleh penghargaan, anak didik mengetahui norma-norma kehidupan yang baik.

(34)

3) Penghargaan yang akan diterima menolong kata hati anak didik menjatuhkan pilihannya pada motif yang tepat pada waktu anak didik mengalami perjuangan motif.

4) Di dalam pendidikan sosial rumah tangga, di sekolah maupun di dalam masyarakat pemberian penghargaan menimbulkan suasana gembira.

5) Penghargaan memperkeras kemauan anak didik melaksanakan perbuatan luhur yang telah ia pilih.

6) Penghargaan mempertinggi prestasi perbuatan anak didik dan rombongan sosialnya (Soejono, 1990) dalam buku (Kompri 2015:297).

b. Prinsip-prinsip pemberian reward (hadiah).

Menurut Good dan Bropy, seperti dikutip oleh Suharsimi Arikunto (1990) menjelaskan prinsip-prinsip reward adalah;

1) Hadiah harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai.

2) Hadiah yang berbentuk materi hendaknya diberikan secara spontan, artinya jangan sampai ditangguhkan terlalu lama.

3) Hendaknya dipertimbangkan efek psikologis, bukan hanya bagi anak yang akan memperoleh reward tersebut, tapi juga bagi anak yang lain.

(35)

5) Pada waktu menyerahkan hadiah hendaknya disesuaikan dengan penjelasan rinci tentang alasan dan sebab musabab mengapa yang bersangkutan menerima hadiah tersebut. (Kompri 2015:295)

Sedangkan Menurut Andrian Gostik dan Chester Elton prinsip-prinsip dalam pemberian reward sebagai berikut:

1) Penghargaan harus difokuskan pada perilaku yang tepat dan penghargaan yang tepat. Menurutnya jauh sebelum penghargaan diberikan seharusnya mereka terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus mereka lakukan dan memberikan penghargaan sesuai dengan kerja keras dan prestasinya.

2) Pujian dan pengakuan harus sering diberikan. Menurutnya sebagaian besar manusia tidak pernah merasa cukup menerima pengakuan yang tulus. Pujian tidak pernah usang dalam sejarah hidup manusia.

c. Bentuk-bentuk reward

Secara garis besar menurut (Indrakusuma, 1973:159-161)

reward (ganjaran) dalam konteks pendidikan atau pembelajaran dapat digolongkan menjadi empat bentuk, sebagai berikut:

(36)

jawabanmu belajar yang giat lagi” dan lain sebagainya. Pujian non

verbal seperti tepuk tangan, menepuk bahu, mengacungkan jepol (ibu jari) dan lain sebagainya.

2) Penghormatan Reward (ganjaran) dalam konteks penghormatan dapat berupa: penobatan dan pemberian tanggungjawab atau kuasa.

Reward dalam bentuk penobatan misalnya ketika anak mendapatkan suatu prestasi yang membanggakan dapat diumumkan/disampaikan kepada teman-teman dalam satu kelas/sekolah, disampaikan kepada wali murid baik dalam forum pengambilan raport, rapat komite (wali murid) maupun ketika perpisahan. Adapun penghormatan dalam bentuk pemberian kuasa/tanggungjawab ketika ada siswa yang mampu mengerjakan soal yang dianggap sulit oleh teman-temannya, dia diberi tanggungjawab untuk membantu temannya dengan jalan mengerjakan di papan tulis. Disisi lain reward dalam bentuk penghormatan bisa berupa pemberian suatu tanda/simbul bagi peserta didik yang disiplin seperti tanda bintang atau lainnya, dan juga sebaliknya bagi siswa yang tidak disiplin juga diberi tanda/simbul.

(37)

4) Tanda penghormatan berbeda dengan hadiah, reward (ganjaran) dalam bentuk tanda penghormatan tidak bersifat materi tapi immateri, maksudnya tanda penghormatan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan dari barang tersebut, melainkan tanda penghormatan dinilai dari segi kesan dan nilai kenangannya. Oleh karena itu reward (ganjaran) yang berupa tanda penghormatan lebih bersifat simbolik. Hal ini bisa berupa tanda jasa, sertifikat atau piagam.

d. Fungsi dan tujuan reward

1) Fungsi reward

Dalam pembelajaran reward mempunyai peranan penting dalam mengajak peserta didik berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Menurut Elisabeth B. Hurlock (1990:90) reward memiliki fungsi sebagai berikut: Pertama, mempunyai nilai didik, bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik, reward

mengisyaratkan kepada mereka bahwa perilaku itu baik. Bila penghargaan bervariasi intensitasnya agar sesuai dengan usaha anak untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara sosial, nilai edukatif reward itu meningkat.

(38)

Sehingga di masa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan lebih banyak memberikannya penghargaan. Dengan kata lain reward memberikan dorongan kepada anak untuk berbuat baik dan mengulanginya kembali.

Ketiga, berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tindakannya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku ini. Bila anak harus belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.

2) Tujuan reward

Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward

(ganjaran) adalah lebih mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, maksudnya siswa melakukan sesuatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri bukan karena hal yang lain seperti mendapat hadiah. Dengan reward (ganjaran) diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward

merupakan salah satu bentuk dari perwujudan rasa cinta, kasih sayang seorang guru kepada siswa.

(39)

tersebut, guru bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa. Perubahan perilaku dan pembentukan karakter menjadi fokus tujuan dalam pemberian

reward (ganjaran) dapat tercapai. 2. Punishment

a. Pengertian Punishment (Ta’zir/Hukuman)

Ta’zir itu adalah hukuman yang belum diterapkan oleh

syara’.melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya atau

pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan hukuman secara global saja.Artinya pembuat undang-undang hanya menetapkan sekumpulan hukuman untuk masing-masing ta’zir, melainkan hanya menerapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya (Muslich, 2005:19).

Dalam pengertian terminologi punishment adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap seseorang yang menerima hukuman, sebagai akibat dari kesalahan yang dibuatnya.Hubungannya dengan pendidikan, sebenarnya punishment juga termasuk dalam alat pendidikan represif yang disebut juga alat pendidikan kuratif atau koreksi.

(40)

Perilaku yang dirasa tidak menyenangkan disebut sebagai punishment

(Sriyanti, 2009:42).

Macam dan fungsi Hukuman pada intinya merupakan suatu yang tidak disukai, namun perlu diakui bersama bahwa hukuman itu memang diperlukan dalam pendidikan karena berfungsi menekan, menghambat atau mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan yang menyimpang (Khalifah, 2004:119).

Menurut Rusdiana Hamid dalam bukunya (Suwarno, 1993:69) mengemukakan, punishment atau hukuman adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakannya, untuk menuju kearah perbaikan. Punishment

ialah tindakan terakhir terhadap pelanggaran-pelanggaran yang sudah berkali-kali dilakukannya.Setelah diberitahukan, ditegaskan dan diperingatkan.

Dalam dunia pendidikan punishment (hukuman) tidak diperkenankan dilakukan sewenang-wenang menurut kehendak seseorang dalam hal ini pendidik. Sehingga dalam menjatuhkan hukuman yang bersifat pedagogis harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(41)

2) Hukuman sebaiknya bersifat memperbaiki.

3) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yangbersifat perseorangan.

4) Jangan menghukum ketika kita sedang marah.

5) Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah diper- hitungkan terlebih dahulu.

6) Bagi anak (yang terhukum), hukuman itu hendaknya dapat dirasakannya sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya, sehingga anak merasa menyesal.

7) Jangan melakukan hukuman badan sebab dilarang oleh Negara. 8) Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara pendidik dan

peserta didik (Purwanto, 1998:191-192).

Dari uraian diatas dapat diambil benang merah, bahwa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam melakukan

punishment (hukuman) kepada peserta didik adalah: pertama,

hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan. Kedua, hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian anak. Ketiga, hukuman harus diberikan secara adil. Keempat, guru harus sanggup memberi maaf setelah hukuman dijalankan.

b. Prinsip-prinsip pemberian punishment (hukuman).

Dalam bukunya (Kompri 2015:301), prinsip-prinsip pemberian

(42)

1) Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman. Metode terbaik yang tetap harus diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan kepada anak berarti tidak menyudutkan kepada mereka dengan kesalahan-kesalahannya, tetapi sebaliknya kita memberikan pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut, mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar.

2) Hukuman distandarkan pada perilaku. Sebagaimana halnya pemberian hadiah yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman, bahwa hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan „pelaku‟ nya. Setiap anak

bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan pernah mau dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan.

3) Menghukum tanpa emosi. Kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua dan pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan. Bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang mengiginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tak efektif.

(43)

Adalah suatu pantangan memberikan hukuman kepada anak, dalam keadaan anak tidak menyangka ia akan menerima hukuman, dan ia dalam kondisi yang tidak siap. Mendialogkan peraturan dan hukuman dengan anak, memiliki arti yang sangat besar bagi si anak. Selain kesiapan menerima hukuman ketika melanggar juga suatu pembelajaran untuk menghargai orang lain karena ia dihargai oleh orang tuanya.

5) Tahapan pemberian hukuman. Dalam memberikan hukuman tentu harus melalui beberapa tahapan, mulai dari yang teringan hingga akhirnya jadi yang terberat.

Sedangkan menurut Good dan Brophy, sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya (Kompri 2015:298-299) menjelaskan beberapa prinpsi-prinsip dalam pemberian punishment

(hukuman) yang disebutnya dengan “pedoman memberikan hukuman”

sebagai berikut:

1) Hukuman hendaknya dapat dirasakan sebagai sesuatu yang tidak enak atau mencekam pada waktu dikenakan, sehingga subjek hukuman menyadari bahwa pemberi hukuman berharap agar ia menghentikan perbuatan yang menyimpang tersebut.

(44)

3) Hukuman hendaknya dapat diberikan dalam ukuran yang sekecil-kecilnya dengan bobot seringan-ringannya tetapi sudah cukup dirasakan oleh subjek penerima hukuman sebagai alat untuk memotivasi pengurangan perilaku menyimpang.

4) Pemberian hukuman hendaknya dikombinasikan dengan pernyataan positif, sepertinya agar subjek mentaati peraturan. 5) Hendaknya pemberian hukuman disertai dengan sesuatu yang

positif yang akan diberikan kepada subjek penerima hukuman setelah mereka menunjukan bahwa perilakunya sudah berubah. c. Bentuk-bentuk punishment

Dalam bukunya Kompri (2015:310). Charles Shcefer menjelaskan bahwa ada tiga bagian besar bentuk hukuman yang di barikan kepada anak didik setelah melakukan kesalahan, yaitu:

1) Membuat anak itu melakukan suatu perbuatan yang tidak menyenangkan. Di samping melakukan kerja tambahan yang berhubungan dengan perbuatan salahnya, dapat juga menyuruhnya untuk membuat ganti rugi yang bertujuan mengarahkan perhatianya kepada keadaan yang buruk atau yang menyedihkan dari korban perbuatan salahnya, dan ganti rugi bertujuan untuk mengajarkan dan menyadarkan anak akan akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya.

(45)

haknya seperti kehilangan hak untuk menonton televisi, tidak mendapat uang saku seperti biasa. Kedua, dikeluarkan dari ruangan untuk sementara setelah mengganggu temannya dalam belajar. 3) Menimpakan kesakitan baik berbentuk kejiwaan ataupun jasmani.

Di samping bentuk hukuman yang bersifat deprivasi dan restitusi bisa juga menghukum anak secara langsung menimpakan kesakitan kepadanya baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Sedangkan menurut Kompri (2015:309) bentuk-bentuk

punishment (hukuman) adalah sebagai berikut:

1) Hukuman fisik, misalnya dengan mencubit, menampar, memukul dan lain sebagainya.

2) Hukuman dengan kata-kata atau kalimat yang tidak menyenangkan, seperti omelan, ancaman, kritikan, sindiran, dan cemoohan.

3) Hukuman dengan stimulasi fisik yang tidak menyenangkan, misalnya menuding, memelototi, mencemberuti dan lainsebagainya.

4) Hukuman dalam bentuk kegiatan yang tidak menyenangkan misalnya disuruh berdiri di depan kelas, dikeluarkan dari dalamkelas, didudukkan disamping guru, disuruh menulis suatu kalimat sebanyak puluhan atau ratusan kali, dan lain sebagainya. d. Fungsi dan tujuan punishment

(46)

Asosiasi mental membuktikan, penderitaan dan rasa takut terhadap penderitaan akan mencegah terulangnya tindakan-tindakan yang dilarang. Dengan kata lain, fungsi punishment pada dasarnya bersifat preventif, yang penuhnya berasal dari rasa takut terhadap ancaman hukuman.

Menurut Elisabeth B Hurlock (1990) pemberian punishment

(hukuman) memiliki fungsi sebagai berikut: Pertama, menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, maka biasanya mereka enggan untuk melakukan tindakan tersebut. Kedua,

mendidik maksudnya sebelum anak belajar mengenai peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan tindakan yang lain salah, dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan benar.Ketiga, memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.

Sehubungan dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru, atau sebaliknya agar guru ditaati, disegani oleh siswa melainkan tujuan pemberian

(47)

dan tujuan jangka panjang.Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan perilaku yang menyimpang/salah.Sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengajar dan mendorong siswa agar dapat menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah (Charles Schaefer, 1998:91).

Dari penjelasan diatas, reward dan punishment diberikan berdasarkan pembalasan atas perbuatan yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa reward dan punishment memiliki fungsi untuk memotivasi umat Islam agar selalu berbuat baik dan menjahui perbuatan jelek. Bagi umat Islam yang melakukan perbuatan baik atau sesuai dengan yang diperintahkan maka akan mendapatkan ganjaran baik berupa pahala maupun surga. Sebaliknya, bagi umat Islam yang melanggar akan mendapatkan siksa atau neraka sebagai imbalannya.

Reward dan punishment muncul manakala ada indikasi yang pantas untuk memberikannya. Tatkala ada kesesuaian antara perbuatan dan ketetapan yang telah diperintahkan, atau perbuatan yang dilakukan sesuai dengan aturan, maka saatnya reward diberikan.Sebaliknya, ketika terjadi penyimpangan maka punishment layak diberikan sebagai usaha untuk memperbaikinya.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi

(48)

tindakan dengan tujuan tertentu.Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (Djanarah, 2011:152)

Menurut Winkel (1989:124) “motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu guna mencapai satu tujuan”.

Mc. Donald dalam bukunya Sardiman, (2005:73) mengemuka- kan bahwa motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu:

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau ”feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

(49)

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan, dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi dalam diri manusia, sehingga berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginanya.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan meraka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan (Djanarah 2011:12).

Menurut Drs. Slameto menjelaskan, ”belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Uno (2008:23) ”belajar adalah perubahan tingkah laku

(50)

praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dan menurut Cronbach dalam bukunya Sumadi Suryabrata (2011:231), belajar yang sebaiknya adalah dengan mengalami secara langsung, karena mengalami sendiri pelajar mempergunakan pancaindranya.

Jadi, belajar merupakan suatu proses usaha yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru berkat adanya pengalaman dan latihan yang disengaja guna mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian yang dimaksud motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan perubahan tingkah laku seperti kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu sendiri untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Seorang siswa terdorong melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan tertentu, seperti bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Motivasi menjadi motor penggerak ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c. Teori Motivasi

Maslow (dalam Sardiman, 2005:80) mengemukakan bahwa teori motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan yang terdiri dari : 1) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, istirahat dan lain-lain. 2) Kebutuhanakan rasa aman, seperti rasa aman, bebas dari rasatakut

(51)

3) Kebutuhan cinta dan kasih, seperti kasih, sosial, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

4) Kebutuhanuntuk mewujudkan diri sendiri (aktualisasi diri), yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.

Menurut Atkinson (dalam Uno, 2008:8) kecenderungan sukses ditentukan oleh motivasi, peluang, serta intensifbegitu juga sebaliknya dengan kegagalan. Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut.

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia terdorong untuk melakukan suatu aktivitasdidasarkan pada pemenuhan kebutuhan. Dan motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Dengan terpenuhinya satu kebutuhan akan menimbulkan motivasi untuk pemenuhan atas kebutuhan yang lain.

d. Ciri- ciri Motivasi Belajar

(52)

1) Tekun dan ulet menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).

2) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

3) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).

4) Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya. 5) Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang

Ciri-ciri anak-anak yang mempunyai motivasi belajar bisa dilihat dalam kegiatan sehari-hari ketika sedang belajar antara lain bergairah, senang, ceria, siap memerima pelajaran baru, tantangan-tantangan, suka pengerjakan soal, melakukan percobaan, penelitian mampu berargumentasi, dapat bekerjasama, berinteraksi dengan lingkungannya.

e. Faktor- faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang pada umumnya dengan beberapa faktor yang mendukung dan mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Uno (2006:23) mengemukakan bahwa faktor motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(53)

3) Adanya harapan dan cita- cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

f. Jenis- jenis Motivasi Belajar

Menurut Hariyadi (1996:27) motivasi dilihat dari timbulnya ada dua yaitu :

1) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang dalam perwujudannya berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh suatu tujuan. Motif ini timbul karena adanya kesadaran.

(54)

Contoh dari motivasi intrinsik, misalnya: siswa berangkat ke sekolah karena didorong adanya keinginan menuntut ilmu, sehingga siswa rajin melakukan kegiatan belajar tanpa adanya unsur keterpaksaan. Dan bila motivasi itu karena adanya rangsangan dari luar, maka siswa belajar karena takut apabila dimarahi oleh orang tua, bukan karena ingin memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehingga ada kesan pada diri individu tersebut malas belajar.

Menurut Frandsen dalam Sardiman (2005:87) ”jenis- jenis motivasi ada tiga, yakni pertama, Cognitive motives, kedua, Self-expression, dan ketiga Self-expression”. Dengan penjelasan

sebagai berikut : 1) Cognitive motives

Motivasi ini menunjuk pada gejal intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Motif ini merupakan motivasi primer dalam kegiatan belajar disekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

2) Self-expression

(55)

kejadian. Karena itu dibutuhkan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasidiri. 3) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetisi yang sehat bagi siswa untuk mencapai suatu prestasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan suatu aktivitas karena ada dorongan yang muncul baik dari dalam maupun dari luar diri individu itu sendiri yang dipengaruhi oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan individu. g. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi belajar memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi menurut Wlodkowsky dalam Sugihartono (2007:78) ”merupakan suatu kondisi yang menyebabkan

atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut”. Fungsi motivasi pada

(56)

Sardiman (2005:85) mengatakan bahwa fungsi motivasi dalam belajar ada tiga yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa motivasi memiliki fungsi yang penting dalam belajar. Seseorang berbuat sesuatu usaha karena adanya motivasi, motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain bahwa dengan adanya pendorong yang positif dan usaha yang tekun dalam belajar akan membawa hasil yang memuaskan dalam prestasi.

Hariyadi, dkk (1993:104) mengatakan, ”motivasi erat sekali

(57)

Dalam dunia pendidikan, teori dari Maslow dijadikan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan siswa agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin.

Maslow dalam Uno (2008:6) menjelaskan, ”kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri”.

C. Kerangka berfikir (alur berfikir yang memberi penjelasan tentang

keterkaitan antara variabel)

Gambar 2.2 Kerangka berfikir Reward, Punishment dan Motivasi Belajar

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2008:64).Dari pengertian hipotesis tersebut, peneliti menggunakan hipotesis nihil yang berarti peneliti bersifat netral terhadap hasil penelitian maka hipotesis dari penelitian ini adalah tidak adanya pengaruh yang signifikan antara reward dan punishment dan motivasi belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

MOTIVASI (Y)

REWARD ( X1)

(58)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada kali ini jenis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Dengan kuantitatif jenis data yang masuk dapat diukur secara langsung dan lebih tepatnya dapat dihitung”. (Sutrisno Hadi, Metodologi Research I). Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan korelasional, yaitu mengkorelasikan antara reward dan punishment dengan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs. NEGERI) KOTA SALATIGA Jl. Tegalrejo 01 Telp (0298) 323950 Jawa Tengah 50733 Website: www.mtsnegerisalatiga.blogspot.com. Sedangkan waktu penelitian pada tanggal 19 april - juni 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(59)

penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 270.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sebagai sampel dalam penelitian ini, adalah responden yang berjumlah 270 responden. Adapun batasan-batasannya sesuai yang diberikan Suharsimi Arikunto bahwa apabila subyek kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua. Jika subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% dan 20%-25% atau lebih (Arikunto, 1996:117). Ini tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal inimenyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggungoleh penulis. (Suharsimi Arikunto, 1992:112).

3. Teknik sempling

Dalam pengambilan sempel peneliti menggunakan “Random

Sampling” yaitu pengambilan sempel dalam penelitian dengan cara acak

(60)

maka penulis mengambil sampel sebanyak 25 % X 270 Siswa = 68 Siswa. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 68 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan artibut-atribut dari setiap orang.

Dinamakan variabel karena ada variasinya.Misalnya motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya persepsi dari sekelompok orang tertentu bervariasi. Jadi kalau penelitian akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel.Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.

(61)

Dengan judul Pengaruh Reward dan Punishment terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII MTsN Salatiga pada mata pelajaran Fiqih tahun pelajaran 2016/2017.maka variabelnya sebagai berikut:

1. Variabel independen, dengan X1 reward dan X2 Punishment variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel dependen, dengan Y motivasi sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2008:38-39)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2008:102).instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh Reward dan

Punishment terhadap peningkatan motivasi belajar mata pelajaran Fiqih siswa kelas VIII MTs Negeri Salatiga adalah daftar pertanyaan dalam angket. Angket akan dirancang dalam pertanyaan yang ditujukan pada siswa.

(62)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

Variabel Indikator Deskriptor

No Soal

f. Seberapa yakinkah Anda akan kemampuan diri sendiri dalam menjawab soal Fiqih tanpa menyontek jawaban orang lain?

g. Bagaimana usaha keras Anda untuk berprestasi dalam pelajaran Fiqih?

h. Seperti apa sukaan Anda dalam MP Fiqih?

i. Rata-rata dalam setiap bulan Anda belajar mata pelajaran (MP) Fiqih di rumah?

j. Usaha Anda mencari tambahan buku rujukan untuk MP Fiqih?

k. Berapa kali Anda menanyakan kepada guru hal-hal yang tidak diketahui saat MP Fiqih didalam kelas selama dalam rata-rata satu bulan?

l. Bagaimana usaha Anda untuk mendapatkan nilai yang bagus dalam MP Fiqih?

m. Bagaiamana cara Anda mengatasi masalah ketidakmampuan dalam MP Fiqih?

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka berfikir Reward, Punishment dan Motivasi Belajar
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Punishment
Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Validitas Reward, Punishment dan Motivasi Belajar
Tabel 3.5 Nilai F hitung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah terdapat peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe quiz team dengan memanfaatkan multimedia pembelajaran dibandingkan

Dilihat dari hasil pengamatan terhadap kambing kacang jantan didapatkan rataan ukuran panjang muka, lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar pinggul,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari persamaan regresi sederhana pada model analisis untuk hipotesis keempat menyatakan bahwa hasil uji (Uji parsial)

Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerja.

Pemilihan variasi nilai konsentrasi yang cukup kecil ini dimaksudkan untuk mendapatkan faktor kalibrasi yang akurat sekaligus memeriksa linearitas spektrometer FA laser CO 2

Ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) yang diperoleh berupa serbuk kering, yang berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau dan rasanya

Pada analisis ini dapat ditetapkan parameter laju resesi aliran bawah per- mukaan (IRC) dan aliran air bawah tanah (GWRC) serta komponen aliran sungai yang meliputi

Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital): badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal pada suatu perusahaan pasangan usaha