• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelanggaran HAM Dalam Lingkup Internasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelanggaran HAM Dalam Lingkup Internasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

“Pelanggaran HAM Dalam

Lingkup Internasional”

Nama : Abdullah

Azzam

NIM : 8111415309

Makul : Hukum & HAM

Rombel : 04

Fakultas Hukum

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik serta Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “Pelanggaran HAM Dalam Lingkup Internasional” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai pengganti ujian tengah semester (UTS), dalam mata kuliah Hukum & HAM

Makalah ini kami susun dari berbagai macam referensi dan bantuan dari berbagai pihak, dan kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak mengalami kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari semua pembaca agar terciptanya makalah ini lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, mauapun pedoman bagi pembaca, khususnya mengenai kasus pelanggaran dalam Hukum & HAM.

(3)

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR... ……...ii

DAFTAR ISI... ...iii

BAB I PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Tujuan Pembahasan...1

BAB II PEMBAHASAN

2.1Pengertian Genosida ...3

2.2 hubunngan kejahatan genosida dengan ham ... ..4

2.3 Kasus

Nazi... ...

2.4 Analisis

kasus... ...

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan...

3.2 Saran...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Setiap Individu pasti mempunyai kepentingan tersendiri,dan mempunyai kepentingan bersama.Manusia yang mempunyai kepentingan bersama, memperjuangkan suatu tujuan tertentu, berkumpul dan mempersatukan diri. Keanekaragaman pada hakikatnya merupakan suatu kelebihan yang dimiliki umat manusia. Perbedaan itu bisa berupa apa saja. Baik perbedaan jenis kelamin,perbedaan umur, tempat tinggal, warna kulit, bahasa ataupun budaya.Masing masing perbedaan tersebut memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Namun justru perbedaan inilah yang menjadi bibit perselisihan. pada umunya,perselisihan kerap kali terjadi pada dua kelompok yang memiliki perbedaan. Banyak sekali perbedaan yang menjadi cikal bakal perselisihan ataupun permusuhan besar-besaran, tetapi dalam banyak kasus, perbedaan etnis atau budayamerupakan salah satu yang paling sering menjadi sorotan. Perbedaan ini seringmenjadi awal pertikaian yang sangat sulit untuk dihentikan bahkan hingga turun temurun.

Perselisihan antar etnis atau budaya ternyata mampu berkembang menjadi suatu tindakan agresif yang membuat pelakunya bertindak diluar batas bahkan dikategorikan kriminal berat. Kategori criminal tertinggi dari perselisihan macam ini adalah pembantaian besar-besaran terhadap suatu etnis tertentu. Pembantaian ini tak urung yang menyebabkan jatuhnya banyak korban dan kerugian materil maupun immateril. Pembantaian semacam ini biasa juga dikenal dengan istilah Genosida atau pembantaian massal

(5)

Tulisan ini akan membahas salah satu genosida yang telah dilakukan oleh Nazi, Kasus pembantai ras besar-besaran atau yang kita kenal dengan genosida terhadap Yahudi oleh Nasional Sosialisme atau yang biasa kita kenal dengan Nazi, yang pada saat itu dipimpin oleh Adolf Hitler, bukanlah suatu yang asing kita dengar. Hitler sering dikatakan sebagai penjahat kemanusian terbesar sepanjang sejarah, yang menyebabkan jutaan jiwa melayang. Hitler dikabarkan mati bunuh diri, dan bersamaan dengan kematian Hitler, Nazi juga ikut “mati”. Dikarenakan Hitlerlah yang menjadi dalang dari peristiwa tersebut.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusi 96 (I) tertanggal 11 Desember 1946 menyatakan genosida adalah merupakan kejahatan menurut hukum internasional, bertentangan dengan jiwa dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dikutuk oleh dunia yang beradab.1 Pada awalnya kejahatan genosida yang dilakukan Nazi dalam kepemimpinan Hitler

berawal setelah Perang Dunia I. Keputusan untuk membunuh mereka yang cacat mental dan cacat fisik diambil oleh Hitler, dan diakomodasi oleh para ahli kesehatan dan psikiater. Hal ini adalah awal mula yang mengantarkan kepada ‘Final Solution of Jewish Question’, yang pada dasarnya merupakan kebencian pribadi Hitler terhadap bangsa Yahudi.2

1.1. Rumusan Masalah

Pertanyaan yang akan saya ajukan dalam makalah ini, ialah :

a. apa pengertian genosida?

b. apakah hubunngan kejahatan genosida dengan ham? c. Seperti apakah Kasus Nazi ?

d. Bagaimanakah ketentuan hukum yang berlaku untuk kejahatan genosida yang dilakukan Nazi dalam hukum internasional?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genosida

1 N,n, “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, 2001, hlm 781

(6)

Genosida, sebagai suatu istilah, secara resmi belum terdapat dalam kosakata Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, setidak-tidaknya sampai Tahun 1990. hal ini berarti istilah genosida (genocide) dapat dikatakan tergolong baru, belum lagi makna yang terkandung di dalamnya belum banyak awam yang memahaminya. Oleh karena itu kehadiran buku berbahasa Indonesia mengenai seluk-beluk genosida menjadi penting untuk menambah wawasan kita semua,

Genosida dalam ilmu sosiologi termasuk sebagai bagian pola hubungan antar

kelompok.Kontak antar dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi(perpaduan budaya), dominasi (satu ras menguasai ras yang lain), paternalism(dominasi ras pendatang), atau integrasi (pengakuan perbedaan). Genosida secara umum didefinisikan sebagai sebuah pembantaian besar besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok denganmaksud

memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serika. Kata inidiambil dari bahasa Yunani γένος genos (ras, bangsa atau rakyat) dan bahasa Latincaedere (pembunuhan). Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang beradadalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan,kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah “Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dsb. Secara yuridis, genosida didefinisikan sebagai suatu tindakan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, rasa, etnis, atau agama. Definisi ini tertuang dalam Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman terhadap Kejahatan Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide), Tahun 1948, yang kemudian diabsorbsi oleh Statuta ICC, dan juga kemudian dimasukkan dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

(7)

Selanjutnya menurut ketiga produk hukum tersebut, kejahatan genosida termasuk didalamnya :

a) Membunuh anggota kelompok tersebut;

b) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental berat terhadap anggota kelompok;

c) Menciptakan keadaan kehidupan yang bertujuan mengakibatkan kelompok tersebut musnah secara fisik baik seluruh atau sebagainya;

d) Memaksakan cara-cara yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok tersebut; atau

e) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Membunuh anggota-anggota kelompok, termasuk pembunuhan langsung dan tindakan-tindakan yang menyebabkan kematian. Dalam elemen-elemen kejahatan genosida (yang

dihasilkan oleh Komisi Persiapan Mahkamah Pidana Internasional) menyebutkan bahwa istilah “membunuh” dalam poin (a) tersebut di atas, adalah istilah yang dapat digunakan secara

bergantian dengan istilah “menyebabkan kematian”.

Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental berat terhadap anggota kelompok,

termasuk menyebabkan trauma atas anggota-anggota kelompok melalui penyiksaan, perkosaan dan kekerasan seksual yang meluas, pemaksaan penggunaan obat-obat dan multilasi.

Selanjutnya, pengertian “dengan sengaja menciptakan keadaan kehidupan yang

bertujuan mengakibatkan kelompok tersebut musnah secara fisik baik seluruh atau sebagiannya”, termasuk dengan sengaja menghilangkan sumbersumber yang digunakan untuk kelangsungan hidup seperti air bersih, makanan, pakaian, tempat perlindungan atau perawatan medis. Penghilangan sumbersumber kelangsungan hidup dapat dilakukan melalui pengambilan hasil panen, pemblokiran bahan makanan, penahanan didalam kamp-kamp, atau pemindahan atau pengusiran secara paksa.

Sedangkan pencegahan kelahiran termasuk sterilisasi diluar kemauan, pengguguran secara paksa, larangan kawin, dan pemisahan pria dan wanita dalam jangka waktu lama yang dimaksudkan untuk mencegah kawin-mawin/ perkembangbiakan kelompok.

Pemindahan secara paksa terhadap anak-anak, dapat dilakukan melalui paksaan secara langsung atau melalui rasa takut adanya kekerasan, paksaan, penangkapan, tekanan psikologi atau metode-metode paksaan lainnya.

Kejahatan genosida berbeda dengan kejahatan terhadap kemanusiaan. Perbedaannya adalah, pertama korban kejahatan genosida ditetapkan sebagai bagian dari satu keempat jenis kelompok (bangsa, etnis, ras atau agama), sedangkan para korban “kejahatan terhadap

(8)

mensyaratkan “maksud untuk menghancurkan, keseluruhan atau sebagian” satu dari keempat jenis kejahatan tersebut di atas, sedangkan di lain pihak, tidak ada syarat untuk kejahatan terhadap kemanusiaan.

Keharusan mengadili pelaku kejahatan perang (termasuk genosida) yang dilakukan selama Perang Dunia II, oleh karena kejahatan tersebut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bertentangan dengan persyaratan - persyaratan mendasar dari ketentuan hukum perang.3

Kejahatan tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap etnis Yahudi di negara-negara dibawah kekuasaan negara poros (yang membantai lebih dari 9 juta kaum Yahudi).4 Juga, selain melanggar ketentuan tentang hukum dan kebiasaan perang di darat,

kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, juga merupakan pelanggaran berat (frave breaches) sebagaimana yang diatur dalam Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977.5

2.2 Hubungan Kejahatan Genosida Dengan HAM

Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.

Ada pula istilah genosida budaya yang berarti pembunuhan peradaban dengan melarang

penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau suku, mengubah atau menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya

2.3.Kasus NAZI

2.3.1.Peristiwa Holocaust

3 Timothy L. H. McCormack & Gerry Simpson (Ed), The Law of War Crimes, National & International Approaches,

Kluwer Law International, The Hangue, 1997, hlom. 14.

4 Peter I. Rose, They and W, Ricial And Ethnic Relations In The United States, Fifth Edition, The McGraw-Hill

Companies Inc., New York. 1997, hlm. 159.

5 Maria-Cloaude Roberge, “Jurisdiction of the Ad Hoc Tribunal for the Former Yugoslavia And Rwanda

(9)

Holocaust, berasal dari bahasa Yunani holókaustos: hólos, "seluruh" dan kaustos, "terbakar", dikenal pula sebagai Shoah bahasa Ibrani: HaShoah, "bencana"; bahasa Yiddi:, Churben atau Hurban, dari bahasa Ibrani "penghancuran", Istilah Holocaust berasal dari kata

Yunani; holokauston, yang berarti binatang kurban (olos) yang dipersembahkan kepada tuhan dengan cara dibakar (kaustos).[ adalah genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi

Eropa selama Perang Dunia II, suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh negara Jerman Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung di seluruh wilayah yang dikuasai oleh Nazi.6 Dari sembilan juta Yahudi yang tinggal di Eropa sebelum Holocaust, sekitar

dua pertiganya tewas Secara khusus, lebih dari satu juta anak Yahudi tewas dalam Holocaust, serta kira-kira dua juta wanita Yahudi dan tiga juta pria Yahudi.

Beberapa pakar berpendapat bahwa definisi Holocaust harus meliputi pula genosida Nazi terhadap jutaan orang dalam kelompok lain selain Yahudi, di antaranya orang Rom, komunis, tawanan perang Soviet, warga Polandia dan Soviet, homoseksual, orang cacat, Saksi Yehuwa dan musuh politik dan keagamaan lainnya, yang menjadi korban terlepas apakah mereka berasal dari etnis Jerman atau bukan Ini adalah definisi yang paling umum digunakan sejak akhir Perang Dunia II hingga tahun 1960-an.7 Jika menggunakan definisi ini, maka jumlah keseluruhan korban

Holocaust adalah 11 hingga 17 juta jiwa.

Penyiksaan dan genosida dilakukan dalam beberapa tahap. Sejumlah hukum untuk menghapuskan keberadaan orang Yahudi dari masyarakat sipil, yang paling terkenal adalah Hukum Nuremberg, diberlakukan di Jerman Nazi bertahun-tahun sebelum dimulainya Perang Dunia II. Kamp konsentrasi didirikan yang di dalamnya para tahanan diharuskan melakukan kerja paksa hingga mereka mati akibat kelelahan atau penyakit. Ketika Jerman menaklukan wilayah baru di Eropa Timur, satuan khusus yang disebut Einsatzgruppen membantai musuh-musuh politik melalui penembakan massal. Nazi memerintahkan orang Yahudi dan Rom untuk dikurung di ghetto sebelum dipindahkan dengan kereta barang ke kamp pemusnahan. Di sana, jika mereka selamat dalam perjalanan, sebagian besar dari mereka secara sistematis dibunuh di dalam kamar gas.

Setiap bagian dari birokrasi Jerman Nazi terlibat dalam logistik yang berujung pada genosida, mengubah Reich Ketiga menjadi apa yang oleh para pakar Holocaust disebut sebagai "negara genosida".8 Ada perbedaan pendapat mengenai berapa banyak yang diketahui oleh

penduduk sipil Jerman mengenai konspirasi pemerintah terhadap orang Yahudi. Sebagian besar sejarawan mengklaim bahwa penduduk sipil tidak mengetahui kekejaman yang dilakukan pemerintah, khususnya yang terjadi di kamp konsentrasi, yang terletak di luar Jerman di Eropa yang diduduki Nazi. Akan tetapi, sejarawan Robert Gellately mengklaim bahwa pemerintah secara terbuka mengumumkan konspirasi melalui media, dan bahwa warga sipil mengetahui setiap aspeknya kecuali penggunaan kamar gas. Bukti sejarah signifikan menunjukkan gagasan bahwa sebagian besar korban Holocaust, sebelum dikirim ke kamp konsentrasi, tidak mengetahui

6 Niewyk, Donald L. The Columbia Guide to the Holocaust, Columbia University Press, 2000, hlm.45

7 iewyk, Donald L. and Nicosia, Francis R. The Columbia Guide to the Holocaust, Columbia

University Press, 2000, hlm. 45–5

(10)

nasib yang menanti mereka, atau tidak mempercayainya. Mereka meyakini bahwa mereka akan diberikan tempat tinggal baru.9

Ternyata keyakinan mereka salah, mereka di bantai dengan sekala besar – besaran belum lagi pada bulan Desember 1939, Nazi memperkenalkan metode baru pembunuhan massal dengan menggunakan gas. Nazi melengkapi van gas eksperimental dengan tabung gas dan sebuah kompartemen bagasi tertutup, yang digunakan untuk membunuh pasien perawatan mental

sanatorium di Pomerania, Prusia Timur, dan wilayah Polandia yang diduduki Jerman sebagai bagian dari operasi yang disebut dengan Aksi T4. Di kamp konsentrasi Sachsenhausen, sebuah van besar yang mampu memuat hingga 100 orang digunakan dari bulan November 1941. Van ini juga diperkenalkan di kamp pemusnahan Chełmno pada bulan Desember 1941, dan 15 van lainnya dioperasikan oleh Einsatzgruppen di wilayah Soviet yang diduduki Jerman. Van-van ini dioperasikan di bawah pengawasan dari Kantor Keamanan Utama Reich dan digunakan untuk membunuh sekitar 500.000 nyawa, terutama orang-orang Yahudi, orang Rom, dan lain-lain. Penggunaan van-van ini dipantau secara berhati-hati, dan setelah satu bulan pengamatan, sebuah laporan menyatakan bahwa "sembilan puluh tujuh ribu nyawa telah dihabisi dengan

menggunakan van tanpa menimbulkan kerusakan pada mesin".

Kebutuhan akan teknik pembunuhan massal baru ini juga diungkapkan oleh Hans Frank, Gubernur Pemerintah Umum, yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak bisa dengan hanya ditembak. "Kita harus mengambil langkah-langkah, merancang beberapa cara untuk memusnahkan mereka." Masalah tersebut menyebabkan SS melakukan eksperimen pembunuhan dalam skala besar dengan menggunakan gas beracun.

2.3.2.Kebijakan Euthunasia

Keputusan untuk membunuh yang sakit mental dan cacat fisik diambil oleh Hitler dalam rangka membersihkan geldak perang.. Banyak profesional kesehatan dan psikiater mengakomodasikan dirinya untuk kebijakan yang beberapa tahun kemudian menjadi komponen dari 'Solusi Akhir dari Pertanyaan Yahudi. Sistem ini dinamakan ‘euthunasia’. Mereka dibunuh karena dianggap tidak lagi produktif.

Ada dua poin tentang ‘euthanasia’ yang dianggap krusial. Pertama, itu adalah gejala bagaimana penerimaan Yahudi-Kristen atau nilai-nilai kemanusiaan yang tidak berjalan, dengan kepedulian kolektivitas sempit atau lebih luas, seperti kelas, rekonomi, ras atau bangsa, merebut

penghormatan terhadap hak dan nilai individu. Kedua, pendapat bahwa dalam keadaan perang darurat, di mana yang sehat membuat pengorbanan besar.

Namun dilain sisi, beberapa dapat melihat keuntungan dan kebaikan mengenai kebijakan euthanasia ini. Karena dianggap biaya perawatan mereka yang sakit dan tidak lagi produktif menelan biaya yang cukup banyak. Kemudian bentuk akhir dari kebijakan ‘euthunasia’ ini

9 Leni Yahil, Ina Friedman, Haya Galai, The Holocaust: the fate of European Jewry,

(11)

adalah protes dari masyarakat. Salah satu contohnya adalah yang dilayangkan Bishop August Clemens Graf von Galen di Lambertikirche in Munster pada 3 Agustus 1941.

“If you esthablished and apply the principle that you can kill ‘unproductive’ human beings then woe betide us all when we become old and frail! If one is allowed to kill unproductive people, then woe betide the invalids who have used up, sacrificed and lost their health and strenght in the productive process. If one is allowed to remove one’s unproductive human beings then woe betide loyal soldiers who return to the homeland seriously disabled, as cripples, as invalids... Woe to mandkind, wo to our German nation if God’’s holy commandment ‘Thou shalth not kill!’, which God proclaimed on Mount Sinai admist thunder and lightning, which God our creator inscribed in the consience of mankind from the ver beginning, is not only broken, but if this trangression is actually tolerated, and permitted to unpunished.”

2.4.Analisis Mengenai Genosida (Pemusnahan suatu Golongan Bangsa dengan Sengaja)

Pemusnahan bangsa dengan sengaja (genosida) dinyatakan sebagai kejahatan berdasarkan hukum internasional oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1946. Pada tahun 1948 hal ini dikuatkan dengan disetujuinya Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.10

Instrument-Instrument Universal

- Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida, pasal I, II, III

Pasal 1

Para Negara Peserta menguatkan bahwa genosida, apakah dilakukan pada waktu damai atau pada waktu perang, merupakan kejahatan menurut hukum internasional, di mana mereka berusaha untuk mencegah dan menghukumnya.

Pasal 2

Dalam Konvensi ini, genosida berarti setiap dari perbuatan-perbuatan berikut, yang dilakukan dengan tujuan merusak begitu saja, dalam keseluruhan ataupun sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, rasial atau agama ini.

(12)

(a) Membunuh para anggota kelompok;

(b) Menyebabkan luka-luka pada tubuh atau mental para anggota kelompok;

(c) Dengan sengaja menimbulkan pada kelompok itu kondisi hidup yang menyebabkan kerusakan fisiknya dalam keseluruhan ataupun sebagian;

(d) Mengenakan upaya-upaya yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran di dalam kelompok itu;

(e) Dengan paksa mengalihkan anak-anak dari kelompok itu ke kelompok yang lain.

Pasal 3

Perbuatan-perbuatan berikut ini dapat dihukum:

(a) Genosida;

(b) Persekongkolan untuk melakukan genosida;

(c) Hasutan langsung dan di depan umum, untuk melakukan genosida; (d) Mencoba melakukan genosida

(e) Keterlibatan dalam genosida

- Konvensi tentang Tidak Dapat Diterapkannya Pembatasan Undang-undang pada Kejahatan Perang dan Kejahatan melawan Kemanusian

Pasal I

Tidak ada pembatasan statuta dapat berlaku pada kejahatan-kejahatan berikut, dengan mengabaikan saat pelaksaan mereka:

(13)

pelanggaran terhadap hukum domestik dari Negara tempatt kejahatan-kejahatan itu dilakukan.11

BAB III

KESIMPULAN

(14)

Setelah melakukan pembahasan dalam bab sebelumnya. Saya dapat menyimpulkan mengenai genosida, yang menurut Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah “Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.

Sedang kan hubungannya dengan Hak Asasi Manusia yaitu Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court. Genosida biasa disebut sebagai Extra Ordinary Crime. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Berdasar kan pemaparan pada bab sebelumnya, bahwa genosida yang dilakukan Nazi termasuk kejahatan dan masuk dalam ranah pembahasan hukum internasional menurut Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1946. Dan segala bentuk kejahatan genosida telah dibahas dalam instrument hak-hak asasi manusia.

Dalam pembahasan makalah ini, Nazi tidak saja melakukan genosida terhadap Yahudi seperti yang telah sering kita dengar, namun semua ini berawal dari kebijakan ‘euthunasia’ terhadap mereka yang tidak lagi produktif, cacat fisik ataupun mental. Kebijakan ini banyak dikecam oleh masyarakat namun tidak sedikit yang setuju dengan kebijakan yang dikeluarkan Hitler yang pada akhirnya mengantarkan kepada pemberantasan kaum – kaum yang lain khususnya kaumYahudi dalam kamp-kamp Holocaust.

Dalam pembahasan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) yang telah tertuang pada hukum internasional, manusia memiliki hak untuk hidup, hak mendapatkan kebebasan dan terbebas dari perasaan terancam. Nazi telah melanggar hampir seluruh pasal dalam instrumen internasional HAM. Nazi telah merenggut jutaan jiwa manusia, dengan menggunakan

kekuasaannya sehingga menimbulkan suatu kejahatan yang luar biasa, yaitu berupa bembantaian secara besar – besaran terhadap kaum – kaum yang tidak lagi produktif, cacat fisik ataupun mental, dan juga kaum yahudi.

Meskipun secara politik dan ekonomi Jerman mengalami kemajuan pesat dan manusia berhak dicabut hak hidupnya dalam keadaan tertentu. Namun yang dilakukan Nazi tentang menghilangkan sebagian kelompok manusia termasuk dalam kejahatan genosida yang patut dihukum. Pemerintah juga telah diatur untuk tidak sewenang-wenang menyalahgunakan

kekuasaannya untuk menghilangkan nyawa orang banyak. Nilai kemanusiaan dalam kasus Nazi sudah tidak ada lagi demi menjalankan kepentingan ekonomi Jerman.

(15)

SARAN

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Nan. n “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, Yogyakarta 2001

Michael Burleigh, “Ethics and Extermination (Reflections on Nazi Genocide)”, Cambridge University Press, 1997

Kusumaatmadja, “Pengantar Hukum Internasional”, Alumni, Bandung, 2003

Timothy L. H. McCormack & Gerry Simpson (Ed), The Law of War Crimes, National & International Approaches, Kluwer Law International, The Hangue, 1997, hlom. 14.

Peter I. Rose, They and W, Ricial And Ethnic Relations In The United States, Fifth Edition, The McGraw-Hill Companies Inc., New York. 1997,

Referensi

Dokumen terkait

al (2003) mengemukakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keterlambatan penanganan waktu tanggap kasus gawat darurat antara lain karakter pasien berdasarkan

[r]

Data yang diperlukan dalam penelitian berasal dari Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya dari tahun 2013, yang terdiri dari jumlah kecelakaan

Setelah mendapatkan semua data yang dibutuhkan, dilakukan perancangan desain sistem yang akan digunakan untuk melakukan pendukung keputusan bagi para calon

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian sosial tersebut adalah ...A. meningkatkan rating stasiun

Dari dua puluh kesalahan yang dikemukakan oleh Darsel diatas maka kesalahan yang masih sering dilakukan oleh kepala dalam melaksanakan supervisi kepada guru

baru mempunyai kewenangan melakukan tindakan-tindakan penyitaansetelah tanggal 17 Juli 2017, sehingga menurut Hakim Praperadilan penyitaan-penyitaan yang dilakukan oleh

Hambatan atau faktor penghambat Ditpolair Polda Lampung dalam melakukan penegakan hukum terhadap nelayan yang menggunakan alat tangkap ikan illegal dalam hal ini